Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harlina Gushka
Abstrak :
Suatu penelitian mengena3 produkal antiserum spsifik terhadap beberapa spesies Salmonella teiah dilakukan di Bag ian Mikrobiologi Fakul tas Kedokterafl Universitas Indonesia di Jakarta Antiserum yang diproduksi itu kernudian digunakan untuk menegakkan diagnosis :Laboratorium yang defenitif dan demarn tifoid denoan menerapkan tehnik koacj lutinasi Tea koaci l .ufinasi. dirancang dengan J alan mensensi tisasikan Staphylococcus aureus strain Kronval denqan antiserum Salmonel la yang spesif.ik , un tuk manciidenti f.ikasikafl agens etiologik dari demam tifoid Antiserum Yang diprodLtkai aaknya telab memper 1 ihatkan has.i 1 koag 1 utinasi. Yang haik Yang berarti Pula, hahwa antiserum tersebut sesungguhnya dapat di unakan sebaqai reaen cl.iacinosl.ik I) isapi n ci p roduk si antiserum Sa lmonell a yang spesi f i k suatu penelitian perband inqan mengenai penggunaafl heherapa strain Staphylococcus aureus liar, yang di.asingkan dari hahan k 1 in 1k tel ah dii aks.nakan da lam tea koaci :i uti.nas.i i tu. t. i am percobaan mi teiah diper.iksa :DerturLtttt.Arut StaphylococcuS aureua strain ATCO No, 2592:3 Staphyl ococcus aureus strain Oxford, clan beherapa strain Staphylococcus aureus liar, disamping strain itandar Staphylococcus aureua Knonval 1 dengan menqciLtflak afl , balk antiserum sFCsifik yang diproduksi pe;iel I t:i. send r.i maupun antiserum spesi fik yang sec:ara komersi.aI didapatkan dan "Di fco Laboratories", den g an has:i. 1 Yang sanqat memuaskan Mel ihat kecepatan reaksinya maka ten ihat baha Staphylococcus aureas strain <:ronval 1 meflLLflJL(kkafl hasil yang aqak 1bih baik diband.ingkafl dengan strain-strain Staphylococcus areu.s yang dicoha Memperhatikan banyaknya antiserum yang di unakan dalam tes koaglutiflasi dibandingkafi dengan tes nonkoag lutinasl biasa maka ten ihat bahwa banyaknya antiserum yang di unakan dalarn t.es koagl.utiflasi hanyaiah 1/10 dari ban y akriy a antiserum yang dipakai pada tes e q lutinasi biasa
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Studi penentuan genotip (pulsotip) terhadap isolat-isolat Salmonella typhi (S. typhi) telah dilakukan menggunakan elektroforesis medan listrik berpulsasi (PFGE = Pulse-Field Gel Electrophoresis). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari diversitas genetik dan hubungan antara karakter genetik dengan manifestasi kliniknya. Sebanyak 66 isolat S. typhi yang berasal dari kasus demam tifoid yang dirawat di rumah sakit telah dianalisis. Empat isolat ditemukan identik dan hasil konstruksi dendogram menunjukkan terdapatnya 33 pulsotip dimana 13 di antaranya dapat dipisahkan dalam 30 subtip. Keragaman genetik di antara mereka relatif tinggi yang ditunjukkan dengan koefisien Dice 0,486-1,000. Pada derajat similaritas 65%, analisis sidik gerombol menunjukkan adanya 2 sidik gerombol utama, sehingga timbul dugaan bahwa S. typhi yang beredar bukan berasal dari klon tunggal. Pada derajat similaritas 90%, dari 9 sidik gerombol yang beranggotakan > 3 isolat, didapatkan manifestasi klinik yang sangat bervariasi dari ringan sampai berat tersebar diantara 9 sidik gerombol tersebut. Walaupun data rekam medis yang didapat kurang lengkap, 2 dari 4 pasien demam tifoid dengan S. typhi yang berasal dari sidik gerombol 1 memperlihatkan kenaikan total bilirubin yang tidak ditemukan pada 19 pasien yang berasal dari 8 sidik gerombol yang lain. Dengan adanya temuan ini, diduga adanya kemungkinan suatu trofisme pada system hepatobilier dari kuman S. typhi pulsotip I1dan I2 yang berasal dari sidik gerombol 1. (Med J Indones 2003; 12: 13-20)
A study of genotyping (pulsotyping) of Salmonella typhi (S. typhi) isolates using pulse-field gel electrophoresis (PFGE) methods was performed to examine their genetic diversity, and relationship between genetic characteristics and clinical outcomes. Sixty-six S. typhi isolates obtained from sporadic hospitalized typhoid fever cases were used in this study. Four isolates were found identical and the dendogram constructed showed 33 pulsotypes in which 13 of them can be divided into 30 subtypes. Diversity among them were high as shown by the Dice coefficients that ranged from 0.486 to 1.000. Cluster analysis showed 2 main clusters with 65% degree of similarity, suggested that they were not originated from one clone. Further, at 90% degree of similarity, 9 clusters containing at least 3 isolates were determined to explore any possible existence of relationship between genetic profile and particular clinical outcomes. Clinical manifestations ranged from mild to severe were in fact distributed diversely among these clusters. Although the clinical data obtained were incomplete, 2 out of 4 patients infected by the S. typhi belonged to cluster 1 showed an elevation of total bilirubin, whereas it was not found in 19 other patients distributed in other 8 clusters. Even though specific clinical manifestations were apparently not found to relate with particular clusters of genotypes, S. typhi isolates grouped in cluster 1 seemed to show trophism to hepatobiliary system. (Med J Indones 2003; 12: 13-20)
Medical Journal of Indonesia, 12 (1) January March 2003: 13-20, 2003
MJIN-12-1-JanMar2003-13
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Dwi Suhandri
Abstrak :
Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Salah satu penyakit menular adalah demam tifoid akibat infeksi Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi. Pengobatan demam tifoid menggunakan siprofloksasin sebagai lini pertama. Sudah banyak antibiotik yang mengalami resistensi seperti, kloramfenikol, ampisilin, dan amoksisilin. Ekstrak Delonix regia sudah diketahui memiliki efek antibakteri terhadap Salmonella typhi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan ekstrak kulit batang Delonix regia. Ekstraksinya menggunakan pelarut etanol. Peneliti membuat empat konsentrasi yang berbeda yaitu 8 mg/mL, 16 mg/mL, 32 mg/mL, dan 64 mg/mL. Kemudian setiap konsentrasi dilakukan uji in vitro dengan metode difusi cakram dengan seftriakson sebagai kontrol positif dan akuades sebagai kontrol negatif. Zona hambat yang terbentuk kemudian diukur menggunkan jangka sorong. Hasil penelitian ini menujukan ke empat dosis ekstrak kulit batang Delonix regia tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri Salmonella typhi, sedangkan seftriakson mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan mean diameter zona hambat sebesar 30,6 mm 1,2 mm. Faktor yang mungkin dapat memengaruhi ialah, metode penelitian yang dipilih yaitu difusi cakram, konsentrasi ekstrak, dan etanol sebagai pelarut ekstrak. Selain itu kemungkinan lain adalah pada proses mengekstrak Delonix regia dan pemilihan tumbuhan Delonix regia. ...... Infectious disease remains a serious health problem in Indonesia. One infectious disease is typhoid fever due to infection with Salmonella typhi or Salmonella paratyphi. First-line of treatment typhoid fever is ciprofloxacin. Already a lot of antibiotic resistant inflicted, such as chloramphenicol, ampicillin and amoxicillin. Delonix regia extract has been known to have antibacterial effects against Salmonella typhi. This study was experimental research study using bark extract Delonix regia conducted phytochemical screening test. Delonix regia bark extract with ethanol solvent. Four concentrations has been made: 8 mg / mL, 16 mg / mL, 32 mg / mL, and 64 mg / mL. Then, each concentration extract was tested in vitro by disc diffusion method and compared to ceftriaxone as a positive control and distilled water as a negative control. Inhibition zone measured using the calliper. The results showed a fourth dose of the extract of the bark of Delonix regia there is no zoned of inhibition against the bacteria Salmonella typhi, while ceftriaxone as a positive control to inhibit the growth of bacteria with an mean diameter of 30.6 mm 1.2 mm inhibition zone. Factors that might affect is the research method chosen as a disc diffusion, the concentration of the extract, and ethanol as a solvent extract. Additionally another possibility is the process of extracting Delonix regia and selected plant Delonix regia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirari Prasadajudio
Abstrak :
Indonesia memiliki insiden demam tifoid yang cukup tinggi khususnya kelompok usia anak. Namun terdapat keterbatasan penelitian yang mempelajari distribusi demam tifoid pada anak, sehingga perlu dilakukan penelitian karakteristik pasien demam tifoid yang terbukti dengan temuan isolat S.typhi, penanganannya, pola resistensi antibiotik dan serotipe S.typhi yang bersirkulasi di Indonesia. Tujuan: Mengetahui karakteristik pasien demam tifoid, diagnosis dan penanganannya, pola resistensi antibiotik dan serotipe S.typhi pada anak di beberapa daerah di Jakarta. Metodologi: Studi potong lintang dengan total 142 subjek. Evaluasi karakteristik dan uji resistensi antimikroba terhadap 22 subjek demam tifoid yang telah dikonfirmasi dengan kultur darah dan pemeriksaan penunjang Tubex ®TF ≥4, serta flagellin based-PCR pada 22 isolat S.typhi untuk analisis serotipe dengan gen fli-B, fli-C dan aro-C. Hasil: Subjek lelaki lebih banyak daripada perempuan, kelompok usia tertinggi 5-9 tahun dan lama demam sekitar 6-8 hari. Manifestasi klinis demam tifoid yang diamati bervariasi, paling sering diare, mual dan muntah, namun tidak berbeda bermakna dengan penyebab demam yang lain yang memiliki klinis gangguan digestif. Sebagian besar subjek penelitian telah mendapatkan pengobatan sebelumnya (61,3%) namun riwayat pemberian antibiotik tidak diketahui pasti, dengan kecenderungan pemberian terapi golongan sefalosporin lebih banyak daripada antibiotik lini pertama. Pemeriksaan penunjang dengan Tubex ®TF mendeteksi positif 67 subjek (47,2%) dengan sensitivitas 95,2%, spesifisitas 56,1%. Berdasar konfirmasi temuan isolat S.typhi pada kultur darah, hanya 22 subjek (15,5%) yang benar menderita demam tifoid dengan karakteristik pasien secara umum tidak berbeda bermakna dengan pasien bukan demam tifoid. Berdasarkan pemeriksaan Tubex ®TF dan kultur darah, demam tifoid lebih banyak didiagnosis dengan tepat di rumah sakit bila dibandingkan dengan puskesmas. Ditemukan 22 isolat positif gen aro-C, 20 isolat positif gen fli-C H:d, 2 fli-C H:j dan 2 isolat yang sama positif dengan gen fli-B. Serotipe S.typhi yang bersirkulasi, namun tidak ditemukan perbedaan manifestasi klinis, dan semua isolat masih sensitif terhadap kloramfenikol, ampisilin dan kotrimoksazol. Simpulan: Angka kejadian demam tifoid yang didiagnosis pasti dengan konfirmasi kultur darah jauh lebih rendah daripada diagnosis klinis. Penelitian ini menunjukkan bahwa kloramfenikol masih dapat diberikan karena serotipe S.typhi yang ditemukan masih sensitif terhadap semua antimikroba.
Indonesia is known with high incidence of typhoid fever, however there are limited studies available to observe this disease burden in children. Thus a study to observe not only characteristic of patients, its clinical manifestation, diagnostic approach and management, but also thorough evaluation needed to evaluate its drug resistance pattern and Salmonella typhi serotypes circulating in Indonesia. Objective: To evaluate characteristics of children with typhoid fever, its diagnostics and management, antimicrobial resistance pattern and serotype S.typhi circulating amongst children in Jakarta. Methods: Descriptive study with 142 subjects clinically diagnosed with typhoid fever. Characterization of 22 subjects with confirmed case typhoid fever based on S.typhi isolate finding in blood culture and confirmation with Tubex®TF ≥4. Evaluation of antimicrobial resistance pattern and Flagellin based-PCR using fli-B, fli-C and aro-C genes to further analyze serotype S.typhi in children. Results: There were more male than female participants in the study. The highest rate age of group observed were 5to 9 years-old. Most subjects had fever between 6-8 days with clinical manifestations varied but mostly related to digestive system such as diarrhea, nausea and vomit, however there was not difference between typhoid and non typhoid in clinical manifestation. Majority of subjects had received antibiotics prior to diagnose (61,3%), however many were oblivious to the type of treatment received, yet many were prescribed Cephalosporine instead of firstline treatments. Tubex ®TF detected 67 cases of typhoid fever (47.2%), sensitivity 95.2%, specificity 56.1%. Only 22 subjects were confirmed case of typhoid fever (15.5%), however all patients yielded similar characteristics to patients in probable case. Based on laboratory assessment tools, doctors in tertiary hospital showed better accuracy in diagnosing patients with suspected typhoid if compared to primary health care one. Meanwhile all isolates showed positive results with aro-C gene controls, 20 showed positive with fli-C H:d genes whereas only 2 with H: j alleles, and 2 yielded positive results for fli-B. No differences were found in clinical manifestation and all serotypes were sensitive to all antimicrobials tested. Conclusions: Confirmed case of typhoid fever is lower in prevalence if compared to probable case in society. Chloramphenicol is still recommended as first drug of choice for typhoid fever since S.typhi isolated in this research did not reveal any resistancy towards first line antibiotics.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Susilo Aji
Abstrak :
ABSTRAK
Meskipun belakangan ini ada tindakan pencegahan sanitasi yang buruk, penyakit Penyakit tifus masih banyak ditemukan di beberapa negara berkembang. Demam tifoid atau umum Disebut tifus adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Thypii. Gejala yang dialami termasuk demam tinggi yang berlangsung lama pendarahan internal dan bahkan kematian. Infeksi tifus dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau mengonsumsi makanan dan / atau minuman yang telah terkontaminasi bakteri. Selain sanitasi yang buruk, ada keterbatasan sumber daya Tenaga pelayanan kesehatan juga dapat berperan dalam penyebaran penyakit tifus. Dalam tesis ini dibahas model distribusi tifus dengan menambahkan batasan-batasan sumber daya layanan kesehatan. Model dibangun untuk melihat efeknya dari sumber daya pelayanan kesehatan yang terbatas hingga penyebaran tifus. Model yang telah dibangun kemudian dianalisis secara analitik dan numerik. Belajar Analisis dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan kestabilan titik kesetimbangan titik ekuilibrium bebas penyakit dan endemik dalam model, serta menentukan reproduksi dasar numberR0. Selain itu, analisis sensitivitas R0 terhadap parameter juga dilakukan tingkat infeksi dan parameter tingkat maksimum pengobatan serta melawan parameter tingkat kesembuhan alami pada individu yang terinfeksi dan parameter tingkat maksimum pengobatan numerik. Akhirnya, simulasi otonom dilakukan untuk melihat pengaruh tingkat pengobatan maksimum terhadap penyebaran penyakit tipus.
ABSTRACT
Typhus disease is still found in many developing countries. Typhoid fever or commonly called typhus is a disease caused by Salmonella Thypii bacteria. Symptoms include high fever, prolonged internal bleeding and even death. Typhoid infection can be transmitted through direct contact with an infected person or by consuming food and / or drink that has been contaminated with bacteria. Apart from poor sanitation, there are limited resources. Health care workers can also play a role in the spread of typhoid. This thesis discusses the typhus distribution model by adding the limitations of health care resources. The model was built to see the effects ranging from limited health care resources to the spread of typhus. The model that has been built is then analyzed analytically and numerically. Learning analysis is carried out to determine the presence and stability of disease-free and endemic equilibrium points in the model, and to determine the basic reproduction number R0. In addition, a sensitivity analysis of R0 to parameters was also carried out infection rate and maximum treatment rate parameter as well as against natural cure rate parameter in infected individuals and numerical maximum treatment rate parameter. Finally, autonomous simulations were carried out to see the effect of maximum treatment rates on the spread of typhoi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Najma Azizah
Abstrak :
Salmonella typhi adalah bakteri penyebab demam tifoid, yaitu penyakit yang dapat menyebabkan demam tifoid penyakit yang mengancam jiwa yang sering ditemukan di negara berkembang. Penampilan Salmonella typhi yang kebal antibiotik telah mengganggu efektivitas antibiotik digunakan sebagai obat demam tifoid. Syzygium aromaticum adalah rempah-rempah yang dikenal sebagai salah satu obat tradisional dan terbukti khasiatnya antibakteri terhadap bakteri yang menyebar melalui makanan, salah satunya adalah Salmonella typhi. Bunga cengkeh diekstraksi dengan etanol menggunakan metode kelelahan. Selanjutnya, ekstrak diencerkan menjadi empat konsentrasi yang berbeda (200 mg/ml, 100 mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml) untuk diuji terhadap bakteri Salmonella typhi menggunakan metode difusi cakram. Diameter zona hambatan kemudian diukur. Data dianalisis menggunakan One-Way ANOVA dan Uji Post-Hoc Tamhane. Uji konfirmasi dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran cair. Dari percobaan ini, tidak ada zona hambat dari empat konsentrasi ekstrak yang berbeda terhadap pertumbuhan Salmonella typhi. Kesimpulannya, ekstrak bunga cengkeh tidak menghasilkan zona hambat pada kultur Salmonella typhi menggunakan metode difusi cakram. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh sifat ekstrak dan jenis/kondisi kertas cakram yang digunakan digunakan untuk proses difusi senyawa antibakteri dalam ekstrak ke dalam medium yang seperti itu.
Salmonella typhi is the bacteria that causes typhoid fever, a disease that can cause typhoid fever, a life-threatening disease that is often found in developing countries. The appearance of antibiotic-resistant Salmonella typhi has interfered with the effectiveness of antibiotics used as typhoid fever drugs. Syzygium aromaticum is a spice that is known as a traditional medicine and has proven antibacterial properties against bacteria that spread through food, one of which is Salmonella typhi. Clove flowers were extracted with ethanol using the fatigue method. Next, the extract was diluted into four different concentrations (200 mg/ml, 100 mg/ml, 50 mg/ml, 25 mg/ml) to be tested against bacteria. Salmonella typhi using disc diffusion method. Zone diameter resistance is then measured. Data were analyzed using One-Way ANOVA and Tamhane Post-Hoc Test. Confirmation test was carried out using the liquid dilution method. From this experiment, there was no inhibition zone of four different extract concentrations on the growth of Salmonella typhi. In conclusion, clove flower extract did not produce a zone of inhibition in Salmonella typhi culture using the disc diffusion method. This can be caused by the effect of the nature of the extract and the type/condition of the disc paper used used for the process of diffusion of antibacterial compounds in the extract into such a medium.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Hartati Moehario
Abstrak :
ABSTRAK
Salmonella typhi (S typhi) adalah kuman penyebab demam tifoid. Penyakit ini sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan global, termasuk Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand. Angka kesakitan pertahun mencapai 157/100.000 populasi pada daerah semi rural dan 810/100.000 populasi di daerah urban di Indonesia, dan dilaporkan adanya kecenderungan untuk meningkat setiap tahun.

Dari studi epidemiologi molekuler ditemukan divesitas genetik yang bermakna diantara strain-strain S. typhi. Strain S. typhi yang menyebabkan demam tifoid di Indonesia diduga memiliki keunikan dibandingkan dengan strain-strain yang ditemukan di negara-negara Asia Tenggara Hal ini dihubungkan dengan manifestasi klinis demam tifoid di Indonesia yang pada umumnya lebih berat, seperti antara lain terjadinya komplikasi hepatitis tifoid, pankreatitis tifoid, dan gangguan neuropsikiatrik. Penelitian ini adalah studi awal epiderniologi molekuler menggunakan Pulsed-Field Gel Electrophoresis (PFGE) atau elektroforesis medan listrik berpulsasi, suatu metode typing yang mempunyai kemampuan diskriminasi yang tinggi, untuk melihat diversitas genetik isolat lokal S. typhi dan menilai spesifisitas tipe PFGE tertentu isolat S. typhi dengan gejala klinik demam tifoid yang ditimbulkannya.

Penelitian ini dimulai dengan melakukan persiapan bahan-bahan yang diperlukan, baik pemesanan, pembuatan regensia dan koleksi isolat S. typhi beserta data klinis pasien. Optimasi teknik isolasi DNA genom, digesti menggunakan ensim restriksi dan teknik elektroforasis medan listrik berpulsasi.

Pada saat ini telah diperoleh hasil PFGE dari 25 isolat S. typhi yang di digesti dengan ensim restriksi XbaI. Hasil analisis menggunakan NTSYS-pc versi 1.80 menunjukan hubungan kekerabatan diantara 25 isolat S. typhi yang relatif tinggi, namun demikian, tampaknya tidak ditemukan korelasi antara tipe PFGE tertentu isolat S. typhi dengan manifestasi klinik pasien, dalam hal ini perubahan biokimiawi fungsi hati. Penelitian ini masih berjalan, digesti DNA genom S. typhi dengan ensim restriksi kedua yaitu AvrII sedang dalam proses pelaksanaan. Diharapkan hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk konfirmasi hasil analisis saat ini.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Objective: There are many factors that govern growth and resistant of Salmonella typhi. A study had reported that the use of sodium benzoate caused antibiotic resistant. However, no study has directly evaluated the effect of sodium benzoate exposure on S. typhi sensitivity to chloramphenicol. The aim of this study was to evaluate the resistance or sensitivity of S. typhi to chloramphenicol after sodium benzoate exposure. Methods: The study was conducted in seven groups: three treatment groups (sodium benzoate insensitive S. typhi+8 μg/mL, 16 μg/mL, and 32 μg/mL of chloramphenicol), three positive control groups (sodium benzoate sensitive S. typhi+8 μg/mL, 16 μg/mL, and 32 μg/mL of chloramphenicol), and one negative control groups (sodium benzoate sensitive S. typhi+0 μg/mL of chloramphenicol). The effect of sodium benzoate exposure to S. typhi sensitivity to chloramphenicol was measured after 24 hours. Spearman test was used to analyzed this association. Results: In this study, we found that the average S. typhi growth in the treatment groups (A, B, C) was 445 CFU/mL, 385 CFU/mL, and 171 CFU/mL, respectively. While in the positive control group (D, E, F) was not obtained any S. typhi growth. Average S. typhi growth in the negative control group was 430 CFU/mL. We found that sodium benzoate exposure inhibited S. typhi growth and affected S. typhi sensitivity to chloramphenicol (p<0.05). In addition, we found that 32 μg/mL chloramphenicol had the highest mean difference value, so this showed that the dose 32 μg/mL of chloramphenicol had the best effectiveness of various treatment groups (p<0.05). Conclusions: Sodium benzoate exposure can inhibit S. typhi growth and cause S. typhi resistant to chloramphenicol.;
Faculty of Medicine University of Syiah Kuala, 2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Oktania Sandra Puspita
Abstrak :
Demam tifoid adalah penyakit infeksi umum akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit yang tersebar hampir di seluruh dunia ini merupakan penyakit tropik sistemik, bersifat endemis dan masih merupakan problem kesehatan masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Uji Widal merupakan salah satu uji serologis yang sampai saat ini masih digunakan secara luas, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Uji serologi Widal memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah serta sering memberikan hasil positif palsu maupun negatif palsu. Oleh karena itu dilakukan deteksi molekuler real time PCR terhadap gen penyandi secretion system ATPase type III ssaN Salmonella enterica subsp.enterica dari spesimen darah pasien demam tifoid. Uji spesifisitas teknik real time PCR didapatkan bahwa primer dan probe yang digunakan tidak bereaksi silang terhadap mikroorganisme lain yang diuji pada penelitian ini. Pada uji sensitivitas teknik didapatkan kemampuan deteksi minimal adalah 10 cfu/ml pada spesimen darah. Pada penerapan uji terhadap spesimen darah, didapatkan real time PCR dapat mendeteksi 19 38 sampel positif Salmonella enterica subsp.enterica dari 50 spesimen darah pasien yang diduga terinfeksi demam tifoid. Sebelas sampel dengan serologi Widal negatif memberikan hasil positif pada real time PCR. Dengan demikian, uji real time PCR terhadap target gen ssaN yang digunakan dalam penelitian ini dapat meningkatkan tingkat pengujian positif sebesar 22 dibandingkan uji Widal. ...... Typhoid fever is an acute infectious disease caused by Salmonella typhi. Diseases spread almost all over the world is a tropical disease systemic, endemic and remains a public health problem in the world, especially in developing countries, including Indonesia. In areas where typhoid fever occur, the clinical diagnosis of typhoid fever is inadequate, because the symptoms are not specific and overlapping with other febrile illnesses. Diagnosis of typhoid fever is often enforced only based on clinical symptoms and serological tests alone. Widal test is a serological test which is still widely used, particularly in developing countries, including Indonesia. Widal serological test has a very low sensitivity and specificity and often give false positives or false negatives result. Therefore, were performed detection of gene encoding secretion system ATPase type III ssaN in Salmonella enterica subsp.enterica from blood specimen of typhoid fever patients. Specificity test of real time PCR technique showed that the primers and probes used are not cross react against other microorganisms tested in this study. On the sensitivity test techniques obtained minimal detection is at least 10 cfu ml of blood specimen. On the application of test in blood clinical specimens, real time PCR could detect 19 38 Salmonella enterica subsp.enterica positive samples of 50 blood specimen from suspected typhoid fever patients. Eleven samples with negative Widal serology gives positive results in real time PCR. Thus, real time PCR test with the ssaN gene target used in this study could increase rate of positive testing about 22 compared with Widal test.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Wulan Kusuma Wardhani
Abstrak :
Makanan dapat terkontaminasi oleh hazard biologi, kimia, dan fisika. Bakteri Salmonella sebagai hazard biologi jika mengontaminasi makanan akan menyebabkan foodborne disease seperti demam tifoid. Indonesia menempati urutan ketiga insidens tertinggi kejadian demam tifoid di Asia 81,7 per 100.000/tahun. Kantin sebagai tempat pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan sanitasi dan menjamin keamanan makanan yang dijajakan. Akan tetapi, masih ditemukan makanan yang positif mengandung Salmonella 0,18. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran higiene penjamah makanan, sanitasi makanan, dan sanitasi lingkungan serta kontaminasi Salmonella pada makanan yang disajikan di kantin-kantin Universitas Indonesia. Penelitian deskriptif dengan desain studi cross sectional ini menggunakan data primer. Data primer berupa hasil pengujian sampel makanan di laboratorium dengan metode Total Plate Count dan observasi terhadap higiene penjamah makanan, sanitasi makanan, dan sanitasi lingkungan kantin dengan bantuan check list. Penelitian menemukan bahwa sebagian besar makanan yang disajikan di kantin positif terkontaminasi Salmonella 53,0. Untuk setiap pengelola kantin fakultas hendaknya memberikan pelatihan kepada penjamah makanan terkait praktik cuci tangan yang benar, menyediakan fasilitas tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air mengalir, penyediaan lemari penyimpanan makanan matang yang tertutup, tempat sampah dan toilet yang memenuhi syarat. ......Food can be contaminated by biological, chemical, and physical hazards. Salmonella bacteria as a biological hazard if contaminating food will cause foodborne diseases such as typhoid fever. Indonesia is the third highest incidence of typhoid fever in Asia 81.7 per 100,000 year. The canteen as a food processing place must meet the sanitary requirements and guarantee the security of the food being sold. Although there is still found the food that positively contains Salmonella 0.18. The aim of the study is to know the description of hygiene of food handler, food sanitation, and environmental sanitation and Salmonella contamination on food served in canteens of Universitas Indonesia. The study was descriptive research with cross sectional study design using primary data. Primary data is the result of food sample test in laboratory with Total Plate Count method and observation on hygiene of food handler, food sanitation, and environmental sanitation of canteen with the help of checklist. The study found most of the food served in the canteen was positively contaminated with Salmonella 53.0. For every faculty cafeteria manager should provide training on food handlers related to proper hand washing practices, provide hand washing facilities with soap and running water, provide closet covered of food storage, bins and sanitary toilets.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69012
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>