Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 464 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arini Melisa
Abstrak :
Perilaku berkendara aman(safety riding) merupakan bagian dari budaya keselamatan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perilaku aman berkendara (safety riding), yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan yang meliputi pengetahuan, motivasi, dan sikap sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan yang meliputi penggunaan alat pelindung diri, kondisi kendaraan, kondisi jalan, dan fasilitas rambu dan marka jalan. Desain peneltian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian ini ingin menunjukkan gambaran perilaku aman berkendara pada pengandara ojek di Universitas Indonesia, sedangkan hasil yang didapat untuk melihat adakah hubungan antara faktor internal dengan perilaku dan faktor eksternal dengan perilaku adalah terdapatnya hubungan antara pengetahuan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku aman berkendara, terdapatnya hubungan yang bermakna antara motivasi dengan perilaku aman berkendara, terdapatnya hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku aman berkendara, terdapatnya hubungan yang bermakna antara penggunaan alat pelindung diri dengan perilaku aman berkendara, dan terdapatnya hubungan yang bermakna antara kondisi kendaran dengan perilaku berkendara aman. ......Safe riding behavior is a part of the culture of safety. There are two factors that affect safey riding behavior, the internal factors and external factors. Internal factors are those characteristics that are innate in question includes the use of knowledge, motivation, and attitude while the external factors is the environment such as use of personal protective equipment, vehicle condition, road conditions, and facility signs and road markings. The design of this research using quantitave research with cross sectional design. The result of this study to demonstrate safe riding behavior pictures of ojek at the University of Indonesia, while the result obtained to see is there a relationship between internal factors and external factors to the behavior with the behavior is the presence of a significant relationship between knowledge of safe riding behavior, motivation of safe riding behavior, attitude of safe riding behavior, personal protective equipment of safe riding behavior, vehicle condition of safe riding bahavior, road condition of safe riding behavior, and facility signs and road markings of safe riding behavior.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chaff, Linda F.
Chicago: American Hospital Association, 1994
362.11 CHA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Syawaluddin
Abstrak :
Dalam era otonomi daerah keterlibatan kontraktor dan pekerja lokal pada kegiatan pertambangan umum cenderung meningkat, sementara pendidikan dan pengalman mereka kurang memadai sehingga kecelakaan tambang juga cenderung meningkat dan pada umumnya melibatkan mereka. Tesis ini bertujuan untuk mendapatkan suatu jawaban untuk mengatasi hal tersebut dengan melakukan pengkajian terhadap program K3,menganalisa statistik kecelakaan tambang selama lima tahun (1997-2001) serta melakukan survai dengan menggunaka kuesioner terhadap tiga tingkatan jabatan sebagai responden yaitu Pekerja,Pengawas Lini serta Middle/top Manajemen , dengan mengambil PT Kaltium Prima Coal dan PT INCO sebagai studi kasus. Hasil kajian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan pemahaman K3 dari pekerja kontraktor masih rendah, untuk itu perlu melakukan upaya yang sesegera mungkin agar kecelakaan bisa diminimalkan dengan cara membuat program K3 yang khusus untuk kontraktor mulai dari tahap penseleksian, pembinaan serta pengawasan pada saat mereka bekerja. ......In line with era of local autonomy, involvement of contractors and local employees in general mines are prone to increase whereas local employees? education and experience are less than adequate. This condition leads to a tendency of increasing mine accidents that in majority involve local workers. The thesis is aimed to find out a solution to cope with above issue. The research methodology applies assessment of safety & health programs, analysis of a five-year mines accident statistic (1997-2001), and survey using questionnaire toward respondents of three position levels; i.e. Employees, Line Supervisors, and Middle/Top Management. Respondents are taken from PT Kaltim Prima Ccal and PT INCO as case studies. The findings show that safety & health awareness and understanding of contractor employees are still low. Continuous efforts shall be immediately made to minimize accidents by establishing specific safety & health programs for contractors; from phase of selection, guidance, and close supervision when they are performing jobs.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T3986
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Saiful R.
Abstrak :
Peralatan konstruksi merupakan suatu investasi yang sangat besar bagi hampir semua perusahaaan konstruksi. Masalah peralatan khususnya peralatan konstruksi, erat kaitannya dengan masalah keselamatan kerja. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta Cara-cara melakukan pekerjaan. Selain itu perkembangan peralatan mesin semakin kompleks terutama dalam hal kemampuan, fungsi yang semakin beragam, tenaga yang semakin besar, serta produktivitas yang semakin tinggi. Seiring dengan itu, harus diikuti pula dengan tingkat keamanan dan kenyamanan yang lebih baik. Perencanaan dan prosedur keselamatan yang efisien lebih diperhatikan dalam pelaksanaannya saat ini. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu manajemen peralatan konstruksi yang berkualitas bagi perusahaan kontraktor yang dapat diterapkan pada semua proyek guna mengurangi serta mencegah timbulnya risiko kecelakaan kerja. Secara garis besar, faktor-faktor penting yang merupakan permasalahan pokok dalam manajemen peralatan mencakup: pernilihan alat, kepemilikan alat, pengoperasian alat, pemeliharaan dan perbaikan alat, pencatatan penyaluran biaya peralatan, penggantian peralatan, serta administrasi peralatan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kualitas penerapan manajemen peralatan terhadap peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi bangunan tinggi di wilayah Jabotabek. Dengan melakukan analisis statistik terhadap 28 sampel (25 sampel yang diolah dan 3 sampel untuk validasi), maka didapat hubungan yang signifikan, dimana semakin balk kualitas penerapan manajemen peralatan akan dapat menaikkan kinerja Keselamatan dan Kesehatan kerja (K-3) proyek konstruksi bangunan tinggi di wilayah Jabotabek. Variabel-variabel penentu yang didapat dari hasil penelitian ini adalah: kesesuaian alat dengan kondisi tempat kerja alat, pengawasan operasional alat serta pengalaman operator alat dan sebagai variabel dummy adalah pembuatan proyeksi keperluan peralatan serta pembuatan rencana tata ruang kerja (job layout).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T7285
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Jauhari
Abstrak :
Keselamatan operasional pesawat sinar-x merupakan faktor penting untuk menjamin bahwa pemeriksaan rontgen yang dilakukan tidak mengakibatkan bahaya pada pasien, petugas maupun orang di sekitarnya. Untuk maksud tersebut maka pesawat sinar-x yang terdapat pada Jurusan Teknik Radiografi Politeknik Kesehatan Jakarta II dilakukan tes uji kepatuhan (compliance test). Disain penelitian ini menggunakan metode studi evaluasi dengan melakukan observasi dan eksperimen, kemudian dilakukan indepth analysis untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap keselamatan pesawat sinar-x. Didapatkan hasil penelitian untuk faktor eksposi terjadi koreksi rerata sebesar 7. 4 kV eff dan 7.1 kV peak pada pengukuran 100 mA, 100 ms. Koreksi rerata sebesar 10.8 kV eff dan 12.9 kV peak pada 150 mA, 200 ms. Rerata koreksi 10.3 kV eff dan 7.9 kV peak pada 200 mA, 300 ms. Untuk koreksi rerata arus tabung sebesar 22.5 mA, sedangkan koreksi rerata waktu penyinaran sebesar 5.3 detik. Untuk tabung kolimasi; materialnya masih mampu untuk menahan radiasi hambur dan radiasi boor. Tetapi reproduktivitas pesawatnya rendah bila dilakukan penyinaran dengan interval waktu yang cepat. Hasil tersebut menimbulkan permasalahan pada aspek keselamatan pemeriksaan pasien karena timbulnya unsafe act dan unsafe condition. Juga peril dan hazard yang terkandung akan dapat mengakibatkan incident dan accident pada peralatan, pasien maupun radiografer yang bakerja. Faktor keselamatan operasi pesawat sinar-x berperan penting dalam membentuk prosedur pemeriksaan yang aman dan optimal terhadap pasien, radiografer dan masyarakat umum. Sehingga kelebihan paparan pada pemeriksaan medik sinar-x tidak akan terjadi. Daftar bacaan: 22 (1988 - 2003)
Radiation Safety Analysis of X-Ray Machine on Laboratory of Radiography Departement, Jakarta 2nd Health PolytechnicsThe operational safety of x-ray machine is the most important factor, which insured that the radiation examination carried out, is not occurring hazard to the patient, radiographers, and the environment. Therefore, it is very important to make a compliances test of the x-ray machine, which is installed on a radiological department. The design of this paper is the evaluation study with in-depth analysis, which is useful to find the significant factor, influenced the safety radiation of x-ray machine. It is found that there are: mean correction of 7.4 kV eff and 7.1 kV peak at 100 mA, 100 ms; mean correction of 10.8 kV eff and 12.9 kV peak at 150 mA, 200 ms; mean correction of 10.3 kV eff and 7.9 kV peak at 200 mA, 300 ms, all for the voltage. Mean correction of 22.5 mA for the tube current and mean correction of 5.3 second for the exposure time. While for the collimator box, the material and the design of the box is still be able to hold out and observe the scattered radiation, but the reproducibility of the x-ray machine fail to perform the rapid serial exposure. The result makes a problem in the safety aspect of the patient examination because of the unsafe act and the unsafe conditions. It is also because of the peril and hazard contended tend to make some incident and accident on the x-ray machine, patient and the radiographers. Safety factor play the main rule to perform the safe and optimal examination procedure of the patient. radiographers and the environment. So un-useful radiation exposure on the medical radiation examination can be avoided. Reference: 22 (1988 - 2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12982
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Triaji
Abstrak :
Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas yang melibatkan material konstruksi, peralatan konstruksi, metode konstruksi, biaya konstruksi, tenaga kerja yang dapat menjadi sumber potensial terjadinya kecelakaan. Selain itu pekerjaan konstruksi jugs memiliki risiko yang rawan terhadap munculnya berbagai gangguan kesehatan apalagi pada pekerjaan konstruksi yang pekerjaannya dilaksanakan pada lingkungan kerja yang umumnya terbuka. Oleh sebab itu, dalam setiap pekerjaan konstruksi diharapkan adanya upaya-upaya mengurangi risiko kecelakaan yang dapat terjadi. Target utama keselamatan dan kesehatan kerja adalah angka kecelakaan nihil pada setiap proyek, sehingga proyek dapat terselesaikan dalam waktu yang ditetapkan. Hal ini hanya dapat dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap melalui suatu mekanisme sistem manajemen yang terintegrasi dengan baik. Keselamatan dan kesehatan kerja dalam bidang konstruksi merupakan bagian dari suatu upaya perencanaan dan pengendalian proyek untuk lebih mencapai kinerja biaya, mutu, waktu yang diinginkan secara berkaitan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan pengaruhnya terhadap kinerja waktu penyelesaian pmyek konstruksi bangunan tinggi di Jabotabek. Setelah mendapatkan variabel-variabel yang terdapat dalam faktor keselamatan dan kesehatan kerja selanjutnya dilakukan analisis dengan bantuan program SPSS dan Crystal Ball. Kemudian didapat hubungan yang signifikan, dimana kualitas faktor keselamatan dan kesehatan kerja dapat menaikan kinerja waktu penyelesaian proyek konstruksi bangunan tinggi di Jabotabek. Variabel-variabel penentu didapat yaitu keterlibatan top manajer terhadap masalah K3 dan pelatihan program K3 kepada pekerja proyek.
Construction industry is a complexity that involve the materials, equipment, method, cost, labor, that is potentially cause an accident. Also, it is have a risk cause healthy problems especially for the labor who work at open area. Therefore, it is important to have some effort in order to reduce the rate of accident that occurs in construction site. The primary target of Health and Safety is to achieve a zero number of accidents in every project so the contractor can finish their project in a proper time. It can do with overall, integrated to management system that is good integrated. Health and Safety in construction industry is a part of project planning and command in order to have cost, quality and time performance at the same time. The aim of this research is to know the quality of Health and Safety factor and it is influence with time performance to finish the high-rise building project in Jabotabek. After getting the variables in Health and Safety factor, then make an analyze with SPSS 13.00 and Crystal Ball. There is a connection which is very significant, that is a quality of Health and Safety Factor can cause time performance to finish high-rise building project in Jabotabek. Definite variables are top manager support in Health and Safety problems and Health and Safety training for all labor.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16868
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhahadian Bima Saputra
Abstrak :
ABSTRAK
Industri penerbangan sipil di Indonesia telah dinominasikan oleh beberapa lembaga survei sebagai industri dengan tingkat keselamatan terendah di dunia. Banyaknya kecelakaan penerbangan sipil di Indonesia disebabkan oleh sistem manajemen keselamatan yang buruk. Menurut Maintenance Error Decision Aid (MEDA), saat ini, 80% kecelakaan penerbangan disebabkan oleh kesalahan manusia (pilot, pengontrol lalu lintas udara, mekanik, dll). Hasil ini berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun awal industri penerbangan yang 80% kecelakaan disebabkan oleh kegagalan mesin. Oleh karena itu, kita harus menemukan metode yang paling tepat untuk menganalisis kecelakaan penerbangan untuk mencegah terulangnya hal itu. Penerbangan sipil berjadwal di Indonesia hampir mewakili semua penerbangan sipil karena masih belum umumnya industri general aviation di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini mengusulkan model analisis dan investigasi kecelakaan yang dimodifikasi berdasarkan swiss cheese model untuk mengidentifikasi faktor manusia dan organisasi yang terkait dalam kecelakaan penerbangan sipil berjadwal. Model ini akan terdiri dari kategori dan subkategori yang dikembangkan oleh model sebab-akibat yang dikombinasikan dengan hukum dan peraturan yang berlaku serta praktik sistem manajemen keselamatan di industri penerbangan sipil berjadwal di Indonesia. Model yang diusulkan diharapkan dapat menganalisis kecelakaan penerbangan sipil terjadwal dengan lebih baik dan jelas serta membantu manajemen untuk mengambil tindakan keselamatan yang diperlukan untuk mencegah terulangnya kecelakaan.
ABSTRACT
Civil aviation industry in Indonesia has been nominated by some survey institutes to be the lowest in safety rating in the world. This is caused by poor safety management system which lead to many civil aviation accidents in Indonesia. According to Maintenance Error Decision Aid (MEDA), nowadays, 80% of aviation accident are due to human error (pilots, air traffic controllers, mechanics, etc). This result differ compared to the early years of the aviation industry which is 80% of accident are caused by machine failure. Therefore, we have to find the most appropriate method to analyze an aviation accident in order to prevent its reccurence. In Indonesia, scheduled civil aviation almost represent all civil aviation in the country. Therefore, This research proposed a modified accident analysis and investigation model based on swiss cheese model to identify the human and organizational factors involved in scheduled civil aviation accidents. The model will be consist of categories and subcategories which is developed by classic ancient causation models combined with the laws and regulation in Indonesia and a safety management system practices in the scheduled civil aviation industry. The proposed model is expected to be able to analyze scheduled civil aviation accident better and clearer and help the management to take a safety action needed to prevent the recurence of accidents.
2019
T54249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Suryanto
Abstrak :
Fire safety issues are becoming increasingly important in modern society, as it is characterised by information technology and complex process production system, by the development of new materials, by the larger storage of highly valuable goods and sometimes more hazardous in characteristics, or even by process parameter extremes and last but not least by dense population of human being in certain areas. One of the major hazard facilities is Pertamina?s oil refinery located at Balongan Indramayu, West Java, Indonesia that such facility has been the object of this study in which major fire, explosion and toxic releases, even catastrophic events, might be happened.

A FERA (Fire and Explosion Risk Assessment) study has been undertaken for the RCC (Residue Catalytic Cracking) Plant of Balongan Refinery to assess persormel risks in temis of potential loss of life.

In addition to the base case FERA, a number of sensitivity studies and other study have been undertaken in order to examine the level of risk reduction possible for a number of potential improvements.

The main conclusions drawn from the Base Case FERA and the sensitivity studies are as follows: - The risk level, in term of potential loss of life, predicted for the personnel working around the RCC Plant, during normal operations, ranges from about 1.09 X 10 -7 per year to 6.01 x 10 -2 per year. - Comparison of the predicted personnel risk levels with agreed Risk Criteria indicates that the risks to the workers and contractors on the RCC Complex are in Intolerable Region. - There is potential escalation of accident to the adjacent plants due to an explosion in the RCC Complex. - Combination of PFP (passive tire protection), vessel deluge and area deluge has the highest sensitivity (26.6%) in affecting risk level in RCC Plant. - Risk level of RCC Plant is increased by the existence of public vehicles caused by increased probability of ignition when LPG (liquefied petroleum gas) released into the public road. - To reduce the risk level of RCC Complex into the acceptable region, the ALARP (as low as reasonably practicable) principle has been adopted. Based on this calculation, any additional safety design features costing in excess of approximated USS 24 million is considered not justifiable.

Isu keselamatan kebakaran telah meningkatkan perhatian dalam masyarakat modern, sebagaimana dicirikan dengau teknologi informasi dan sistem proses produksi yang makin komplek, dengan berkembangnya teknologi bahan, sarana penyimpanan yang lebih besar serta kadang-kadang melibatkan bahan lebih berbahaya atau parameter proses yang ekstrim dan tidak ketinggalan kerapatan hunian yang meningkat pada daerah tertentu. Salah satu fasilitas yang digolongkan sebagai bahaya besar adalah kilang minyak Pertamina yang terletak di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Indonesia dimana fasilitas tersebut telah menjadi obyek studi ini.

Studi FERA (Fire and Explosion Risk Assessment) telah dilakukan terhadap Unit RCC (Residue Catalytic Cracking) untuk mengkaji tingkat risiko personil dalam bentuk Potensi Kehilangan Kehidupan.

Disamping studi FERA, sejumlah Studi Kepekaan dan Studi tambahan lain telah dilakukan untuk melihat sejauh mana keefektifan kemungkinan upaya pengurangan risiko yang teridentifikasi.

Kesimpulan utama dari studi dasar FERA dan Studi Kepekaan adalah sebagai berikut: - Tingkat risiko Potensi Kehilangan Kehidupan yang diperkirakan pada personil yang terlibat di Unit RCC, pada operasi normal, adalah berkisar antara 1.09 x 10 -7 per tahun sampai dengan 6.01 x 10 -2 per tahun. - Kajian terhadap Kriteria Risiko yang disetujui mentmjukkan bahwa risiko personil di Unit RCC dan unit sekitarnya adalah pada Daerah Yang Tidak Dapat Ditoleransi. - Terdapat potensi terjadi eskalasi insiden pada unit di selcitarnya jika terjadi ledakan di Unit RCC. - Kombinasi proteksi kebakaran pasiil sistem anti kebakaran curah di bejana (vessel) dan area dimana bejana berada mempunyai tingkat kepekaan paling tinggi (26.6%) dibandingkart parameter lain dalam mempenganihi tingkat risiko di Unit RCC. - Tingkat risiko di Unit RCC meningkat dengan keberadaan kendaraan bermotor umum disebabkan meningkatnya probabilitas penyalaan jika LPG (liquefied petroleum gas) terlepas ke arah jalan umum. - Untuk mengurangi tingkat risiko di Unit RCC ke Daerah Yang Dapat Diterima telah diadopsi prinsip ALARP (as low as reasonably practicable). Berdasarkan evaluasi ekonomi maka penambahan sistem keselamatan yang melebihi USD 24 juta dinyatakan tidak layak.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16161
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muslina Handayani
Abstrak :
Limbah merupakan salah satu dampak dari kegiatan pelayanan rumah sakit. Berdasarkan sifatnya limbah rumah sakit dibagi menjadi limbah medis dan non medis, dimana jenis limbah medis terdiri dari limbah infeksius, non infeksius, dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Salah satu jenis Iimbah yang termasuk dalam kategori limbah medis adalah alat medis tajam habis pakai yang merupakan alat bantu dalam memberikan terapi pengobatan maupun penunjang diagnostik. Untuk dapat menerapkan pengelolaan dan monitoring limbah secara komprehensif dan tepat guna, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendekatan manajemen risiko yang diawali dengan identilikasi dan analisis risiko. Penelitian yang telah dilakukan oleh WHO menyebutkan bahwa limbah medis tajam memiliki risiko ganda yaitu selain dapat menyebabkan cidera seperti tertusuk atau tergores, juga dapat menginfeksi luka jika limbah tersebut terkontaminasi mikroorganisme patogen. Untuk mengetahui seberapa besar risiko yang mungkin terjadi pada penanganan limbah medis tajam di rumah sakit kanker dharmais, penulis mencoba untuk menganaiisis tingkat risiko pada penanganan limbah medis tajam di rumah sakit kanker dharmais. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus melalui observasi lapangan, wawancara, dan pengumpulan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat risiko pada penanganan limbah medis tajam berada pada level priority 3 - priority 1, dimana level risiko tertinggi ada pada unit incinerator. ...... Waste is one of impact from hospital service activities. Based on it characteristic hospital waste divided into medical waste and non medical, where medical waste are consist of infectious waste, non infectious, and hazardous waste. One of the waste that include in medical waste category is disposable sharps equipment which is assistive appliance in giving whether medication therapy or diagnostic support. To apply the management and monitoring of waste comprehensively and precise utilize, one of the effort that can be done is risk management approach that can begin identification and analysis of risk. Research done by WHO is mentioning that sharps medical waste has double risk beside cause percutaneous injury such as cuts, scratched, punctures, or tears in skin or membranes, also could cause infection to wound if those waste contaminated by pathogen microorganism. To find how big the risk that possibly occur to sharp medical waste handling in dharmais cancer hospital, writer try to analyze risk level on sharp medical waste handling in dharmais cancer hospital. This research is analytic descriptive research with case study approach walkthrough observation, interview, and secondary data gathering. Research result shows that risk level in sharps medical waste handling was in priority 3 -- priority 1 level, where highest risk level found in incinerator unit.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T19986
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhandi Mulia
Abstrak :
Berdasarkan hasil kajian literatur, aktivitas hauling, loading, dan dumping merupakan aktivitas berisiko tinggi di pertambangan (Kecojevic dan Radomsky, 2004; MSHA, 2018). Pada tahun 2015 sampai 2018, di PT. XYZ telah terjadi beberapa kecelakaan pada aktivitas tersebut, sehingga menyebabkan fataliti. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian risiko mendalam terkait tiga kegiatan tersebut di PT. XYZ. Kajian risiko dilakukan dengan metode failure modes and effects analysis (FMEA). Ditemukan 71 mode kegagalan potensial di PT. XYZ, terdiri dari 7 temuan tahap persiapan, 18 temuan proses pemuatan, 35 temuan proses pengangkutan, dan 11 temuan proses pembongkaran. Dari 71 mode kegagalan, 25% mode kegagalannya memiliki tingkat risiko sangat tinggi, seperti kerusakan ban dumptruck akibat batu tajam, kegagalan fungsi rem, ban bocor saat berjalan, unit loader menabrak batu besar ketika manuver, unit loader terkena pentalan batu dan mengenai kabin ketika pengisian, ban unit loader mengalami sayatan besar akibat ceceran batu tajam, unit dumptruck terperosok di permukaan labil, kendaraan ringan terjatuh saat berjalan di tebing. Oleh karena itu, perlu dilakuan peningkatan perawatan pada unit alat berat, lingkungan kerja aman, dan peningkatan kompetensi operator.
Loading, hauling, and dumping activities are high risk acitivities in mining, based on the literatur review (Kecojevic dan Radomsky, 2004; MSHA, 2018). During the period of 2015 to 2018, there were several accidents related to loading, hauling, and dumping activities that causing fatalities at PT. XYZ. Therefore, detail risk assessment need to be performed of these three activities at PT. XYZ. The failure modes and effects analysis (FMEA) method was used in this study. 71 potential failure modes were identified, consist of 7 failure modes at preparation step, 18 failure modes at loading process, 35 failure modes at the hauling process, and 11 failure modes at the dumping process. About 25% of the 71 potential failure modes were very high risk level. They were dumptruck tire failure due to scattered sharp stones, brake failure while operating dumptruck, tire damage while operating, loader unit crahsed with big stones while maneuvering, loader cabin hit by hanging stones while loading, scratched tire of the loader unit due to scattered sharp stones, the dumptruck caught in the labile surface, and light vehicle fell down from benches. As recommendation, it is important to strengthen maintenance of heavy equipment, improve safe environment, and increase operator competence.
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>