Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Sholiha
Abstrak :
Protein NS3 pada Dengue Virus DENV Serotipe 3 DENV-3 adalah protein nonstruktural yang memiliki berat molekul 72 kDa dan bertanggung jawab dalam siklus replikasi virus dengue. Protein tersebut dapat dijadikan kandidat vaksin rekombinan subunit penyakit Demam Berdarah DBD . Penelitian ini bertujuan untuk validasi hasil kloning gen NS3 DENV-3 ke vektor pYES2/CT sebelumnya, ekspresi dan purifikasi protein rekombinan dari sel Saccharomyces cerevisiae. Uji validitas dengan metode PCR dan analisa sekuensing DNA menunjukkan bahwa gen NS3 DENV-3 pada klon 2 dan 11 memiliki validitas yang tinggi terinsersi pada plasmid pYES2CT >90. Hasil ekspresi transforman Saccharomyces cerevisiae pYES2/CT dengan metode SDS PAGE dan Western Blot menunjukkan adanya pita spesifik berukuran 72 kDA pada sampel 2A dan 8B. Hasil purifikasi sampel yang sudah terverifikasi ekspresinya sampel 2A dengan mekanisme elusi gradien menunjukkan adanya protein spesifik yang terelusi dengan menggunakan elution buffer yang mengandung imidazol konsentrasi 350 mM. ......DENV 3 NS3 Protein is a non structural protein with molecular weight approximately around 72 kDA and responsible for replication cycle dengue virus. This protein could be a candidate for subunit recombinant vaccine of Dengue Haemorrhagic Fever DHF. The aims of this study were to validated the previous cloning result of DENV3 NS3 gene into pYES2 CT vector, expressed and purified the recombinant protein from Saccharomyces cerevisiae cells. The result of validity tests with PCR method and DNA sequencing showed NS3 gene in clone 2 and 11 had high validity were inserted on plasmid pYES2 CT 90. The result of the expression in transformant Saccharomyces cerevisiae pYES2 CT with SDS PAGE and Western Blot methods showed there was a specific band with size 72 kDa in clone 2A and 8B. The result of verified clone clone 2A with gradient elution mechanism showed there was a specific protein that was eluted by elution buffer which contained 350 mM imidazole.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66851
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Polu Syaherias
Abstrak :
Terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara jumlah impor dan ekspor untuk komoditas apel di Indonesia. Jumlah impor buah apel jauh lebih besar dibanding dengan jumlah ekspor apel lokal. Hal ini mengakibatkan berlebihnya panen apel lokal di Indonesia, sehingga salah satu alternatif cara untuk mereduksi kelebihan apel lokal adalah dengan mengolah apel lokal yang berlebih tersebut menjadi cuka apel. Cuka apel bersifat anti septik yang mampu membunuh bakteri-bakteri dalam saluran pencernaan, memperbaiki metabolisme tubuh, memperlancar aliran darah untuk mengatasi toxemia alias keracunan dalam peredaran darah dan mencegah obesitas. Proses pengolahan cuka apel menggunakan Apel Anna, dengan proses fermentasi dua tahap; yaitu fermentasi glukosa dalam apel menjadi alkohol dengan bantuan Saccharomyces cerevisiae. dan kemudian alkohol difermentasi menjadi asam asetat dengan bantuan bakteri Acetobacter aceti. Metode yang digunakan pada fermentasi ini adalah kombinasi fermentasi aerob dan anaerob. Pada penelitian ini dilakukan penambahan Saccharomyces cerevisiae dengan variasi 5 dan 7,5 gram. Variasi juga dilakukan pada penambahan gula dengan kadar 0%, 10%, dan 15%. Analisis kadar alkohol, kadar asam asetat, dan pH dilakukan 2 kali setiap seminggu selama 3 minggu masa inkubasi fermentasi aerob. Penentuan kadar alkohol dengan menggunakan Gas Chromatography, kadar asam asetat dengan titrasi asam-basa, dan penentuan pH dilakukan dengan pH meter. Hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah perancangan produk cuka apel, penambahan ragi Saccharomyces cerevisiae dan penambahan gula yang tepat untuk mencapai kondisi optimal dan menentukan kadar alkohol, kadar asam asetat, dan pH dari produk cuka apel sebagai parameter optimasi proses fermentasi. ......There is quite significance between total export and import for Apple comodity in Indonesia. Total import of Apple is greater than total export. This fenomena could make the excess of local apple in Indonesia. In order to avoid that fenomena, an alternative way is manufacturing the excess of local apple to become apple vinegar. Apple vinegar is an antiseptic that can eliminate bacterias in our body, it could also avoid obesitas. Manufacturing prosess of apple vinegar from anna apple using two stage of fermentation; glucose fermentation to become alcohol assist by Saccharomyces cerevisia, and then the alcohol is fermentated assist by Acetobacter acetii bacteri. Methode that is used on this fermentation are combination of aerob and anaerob fermentation. In this research, saccharomyces cerevisiae is added with variation 5 and 7,5 gr. Variation is also used with sugar added 0%, 10%, and 15%. Two times a week alcohol, acetat acid, and pH is analysid. Alcohol content is measured by using Gas Chromatography, acetat acid is measured by acid-base titration, and pH is measured by pH meter. Result that is expected in this research is chemical product design of apple vinegar, amount of Saccharomyces cerevisiae and sugar that could make the fermentation prosess going optimal.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52225
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Heris Anita
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan bagas sebagai carrier imobilisasi Saccharomyces cerevisiae pada fermentasi bioetanol. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi penggunaan bagas sebagai carrier alternatif untuk imobilisasi dan mempelajari pengaruh perlakuan pendahuluan pada bagas terhadap peningkatan pelekatan sel serta produksi bioetanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagas dapat digunakan sebagai carrier alternatif untuk imobilisasi sel. Rendemen etanol menggunakan imobilisasi sel 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan sel bebas. Perlakuan pendahuluan pengukusan dapat meningkatkan retensi sel pada carrier. Rendemen etanol menggunakan imobilisasi sel pada bagas hasil perlakuan pendahuluan meningkat 1,5—2,24 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.
ABSTRACT
Research on utilization of sugarcane bagasse as a carrier for Saccharomyces cerevisiae immobilization in bioethanol fermentation has been conducted The purpose of the research were to study the capability of sugarcane bagasse as an alternative carrier for cell immobilization and to investigate the effect of pretreatment on sugarcane bagasse to cells adsorption also bioethanol production The results revealed that sugarcane bagasse can be used as an alternative carrier for cell immobilization The yield of ethanol using immobilized cells was three times higher than free cells system Steaming pretreatment can improve cell retention in the carrier The yield of ethanol using immobilized cells on pretreated sugarcane bagasse increased from 1 5 to 2 24 times higher than the control.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Microbial Fuel Cell (MFC) adalah seperangkat alat yang menguban energi kimia dari proses metabolisme mikroba menjadi energi listrik. Mikroba (e.g. Saccharomyces cerevisiae) dapat digunakan untuk memproduksi listrik karena proses metabolismenya rnelibatkan transpor elektron Prinsip dasar MFC adalan memanfaatkan proses transfer elektron dari pemecanan substrat yang digunakan mikroorganisme ke elektroda (anoda). Proses transfer elektron dari dalam sel ke anoda dapat dibantu senyawa redoks yang disebut mediator. Mediator yang digunakan dalam penelitian ini adalan methylene blue (MB) yang diimobilisasi pada elektroda (anoda). Desain MFC pada penelitian ini menggunakan sistem dua kompartemen dengan proton exchange membrane (PEM) yang memisahkan kedua kornparternen. Selain menggunakan PEM, akan dicoba juga penggunaan membran cangkang telur sebagai pengganti PEM. Cyclic voltamogram yang didapat menunjukkan banvva MB yang terimobilisasi pada elektroda karbon pasta memiliki sitat elektroaktit (reversibel). Uji ditusi yang dilakukan pada membran cangkang telur rnenunjukkan banwa proton (H+), methylene blue, Fe(CN)63`, dan glukosa dapat berditusi melewati membran cangkang telur. Produksi listrik MFC pada kondisi anoda anaerob dan aerasi oksigen pada katoda menghasilkan voltase dan arus maksimum sebesar 22,17 mV/cm2 dan 2,01 pA/cm? Produksi Iistrik pada MFC yang menggunakan membran cangkang telur menghasilkan voltase dan arus maksimum sebesar 11,92 mV/omg dan 1,92 pA/cm?
Universitas Indonesia, 2007
S30430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Putri Wisman
Abstrak :
Bioetanol muncul sebagai alternatif yang menjanjikan sebagai pengganti bahan bakar fosil, karena potensi sumber daya hayati (biomassa) yang cukup besar di Indonesia. Prosesnya sederhana dengan melakukan fermentasi biomassa menggunakan mikroorganisme penghasil etanol, seperti Saccharomyces cerevisiae. Hasil kultivasi secara umum kurang memberikan hasil yang memuaskan ketika fermentasi, khususnya pada hidrolisat lignoselulosa. Hal ini dapat diatasi dengan kultivasi menggunakan hidrolisat tersebut sehingga ketahanan khamir terhadap inhibitor bertambah. Media yang digunakan adalah hidrolisat tandan kosong sawit karena merupakan biomassa lignoselulosa yang mudah ditemukan di Indonesia. Kultivasi dilakukan secara batch untuk mendapatkan kondisi aerasi dan nutrisi optimal dengan cara menganalisis konsentrasi sel yang dihasilkan serta uji coba fermentasi etanol S. cerevisiae yang telah dikeringkan. Didapatkan kondisi optimal aerasi 1 v/v per menit dengan penambahan glukosa 5 g/L dengan yield etanol sebanyak 24%. Scale-up produksi didapatkan produk sebanyak 43,7 gram dengan biaya Rp 19.958,00 per gram. ......Bioethanol emerges as a promising alternative to replace fosil-based fuel because of the biomass potency in Indonesia. The process in making it is rather simple, which is by fermenting biomass using ethanol producing microorganisms like Saccharomyces cerevisiae. A problem arises when conventional cultivated S. cerevisiae are used to ferment, especially on hydrolysate from lignocellulosic biomass, where they do not give a satisfying result. This can be solved by cultivating using the same hydrolysate used for fermentation so that the yeast can be more resistant towards inhibitors from the hydrolysate. The medium used is empty fruit bunch since it is easily found in Indonesia. Batch system is used for cultivation to get optimal aeration and nutrition condition by analyzing cell number and ethanol yield from dried S. cerevisiae. Condition of 1 v/v per minute aeration and added glucose 5 g/L with ethanol yield 24% is found to be most effective. Production scale-up resulted to 43,7 gram of dried yeast with cost Rp 19.958,00 per gram.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57058
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnama Laurentina
Abstrak :
Bagas dan jerami merupakan limbah pertanian yang mengandung lignoselulosa sehingga dapat dimanfaatkan untuk produksi bioetanol. Pada penelitian ini, untuk menghidrolisis selulosa pada bagas dan jerami, digunakan jamur Trichoderma viride yang dapat menghasilkan enzim selulase. Namun, adanya kandungan lignin dalam sampel bagas dan jerami akan menghalangi aktivitas enzim selulase untuk mendegradasi selulosa menjadi senyawa gula yang lebih sederhana yaitu glukosa. Untuk menurunkan kandungan lignin, sampel terlebih dahulu didelignifikasi dengan NaOH 3 %. Konsentrasi senyawa gula pereduksi ditentukan dengan metode Somogyi Nelson. Konsentrasi gula pereduksi paling tinggi adalah 0,230 mg/mL yang dihasilkan dari hidrolisis sampel bagas pada konsentrasi 7,5 %, waktu inkubasi 48 jam dengan urea 0,3 % sebagai sumber nitrogennya. Hasil fermentasi hidrolisat bagas oleh Saccharomyces cerevisiae yang terimobilisasi dalam Ca alginat, menghasilkan kadar etanol yang lebih tinggi dibandingkan dengan fermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae tanpa imobilisasi. Kondisi optimum proses fermentasi diperoleh pada waktu inkubasi 48 jam dan konsentrasi alginat 4 % yang menghasilkan kadar etanol sebesar 2,705%. Kadar etanol ditentukan dengan Gas Chromatography (GC).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30539
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Khairunnisa
Abstrak :
Pasien yang mengalami defisiensi zink diketahui mengalami penurunan kekebalan tubuh. Hal ini dikarenakan zink berperan dalam respon sel imun. Zink dapat diperoleh diantara lain dari ekstrak khamir (zink-yeast) yang diketahui banyak digunakan sebagai penyedap rasa makanan. Penyerapan dari zink-yeast diketahui lebih baik dibandingkan dengan zink sulfat bila diuji secara in-vivo. Tujuan dari penelitian ini yaitu membuat zink-yeast dengan konsentrasi zink yang optimal, membuat ekstrak khamir yang kaya dengan nukleotida dan isolasi IMP (inosin monofosfat) serta GMP (guanosin monofosfat) dari ekstrak khamir yang berasal dari fermentasi Saccharomyces cerevisiae. Zink-yeast dibuat dengan menambahkan zink sulfat dengan variasi konsentrasi 200, 300 dan 400 μg/mL pada fase stasioner kultur fermentasi khamir dengan media YPD (yeast peptone dextrose). Selanjutnya kandungan zink pada zink-yeast dianalisis dengan metode spektrofotometri serapan atom dan dianalisis kandungan proteinnya dengan metode Bradford. Selain itu, dilakukan pula uji difusi in vitro menggunakan metode sel difusi Franz. Ekstrak khamir yang kaya dengan nukleotida dibuat dengan menggunakan metode hidrolisis enzim dan kemudian dianalisis kadar IMP dan GMP menggunakan metode KCKT pasangan ion dengan detektor PDA pada panjang gelombang 255 nm dengan fase gerak natrium heksan sulfonat-kalium dihidrogen fosfat (90:10) dan laju alir 0,4 ml/menit. IMP dan GMP pada ekstrak khamir lalu diisolasi dengan kromatografi kolom menggunakan fase gerak n- heksan dan etil asetat (1: 2). Hasil zink-yeast terbaik diperoleh pada penambahan 300 μg/mL zink sulfat pada khamir (perolehan atau yield p/s 20,83 %) yang mengandung 2458,30 μg/g zink dan 0,8682 mg/mL protein. Zink-yeast memiliki persen kumulatif difusi zink 39,64% sedangkan zink sulfat diperoleh nilai 2,49%. Pada penelitian ini juga diperoleh 3,2 gram ekstrak khamir yang mengandung kadar IMP 0,25% dan kadar GMP 0,26%. Hasil dari isolasi kromatografi kolom pada ekstrak khamir diperoleh fraksi GMP sejumlah 12,2 mg dan fraksi IMP sejumlah 22,8 mg dengan persen efisiensi purifikasi masing-masing yaitu 52,21% dan 11,92%. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu zink-yeast yang optimal diperoleh dengan penambahan 300 μg/mL zink sulfat pada fase stasioner kultur fermentasi khamir. Difusi zink secara in vitro pada zink-yeast lebih baik bila dibandingkan zink sulfat. ......Patients who experience zinc deficiency are known to experience decreased immunity. This is because zinc plays a role in the response of immune cells. Zinc can be obtained among others from yeast extracts (zink-yeast) which are known to be widely used as a flavoring of food. Absorption from zinc-yeast is known to be better than zinc sulfate when tested in vivo. The purpose of this research was to create zinc-yeast with optimal zinc concentration, to make yeast extract enriched with nucleotides, also isolate IMP (inosine monophosphate) and GMP (guanosine monophosphate) from yeast extract derived from the fermentation of Saccharomyces cerevisiae. Zinc-yeast is made by adding zinc sulfate with various concentrations of 200, 300, and 400 μg/mL to the stationary phase of yeast fermentation culture with YPD (yeast peptone dextrose) media. Furthermore, the zinc content in zinc-yeast was analyzed by atomic absorption spectrophotometry and protein content was analyzed by the Bradford method. In addition, in vitro diffusion study was conducted using the Franz diffusion cell method. Yeast extract enriched nucleotide is made using enzyme hydrolysis method and then analyzed for the content of IMP and GMP using the ion pair HPLC method with PDA detector at a wavelength of 255 nm with sodium hexane sulfonate-potassium dihydrogen phosphate (90:10) as mobile phase and flow rate. 0.4 ml/min. IMP and GMP in yeast extract were isolated by column chromatography using n-hexane and ethyl acetate as mobile phase (1: 2). The optimum zinc-yeast results were obtained by adding 300 g/mL zinc sulfate to yeast (yield p/s 20.83%) that contained 2458.30 μg/g zinc and 0.8682 mg/mL protein. Zinc-yeast has a cumulative percent of zinc diffusion of 39.64% while zinc sulfate has a value of 2.49%. This study also obtained 3.2 g of yeast extract containing 0.25% IMP and 0.26% GMP. The results of the isolation of column chromatography on yeast extracts obtained a GMP fraction of 12.2 mg and an IMP fraction of 22.8 mg with the percent purification efficiency is 52.21% and 11.92%, respectively. This study concludes that the optimal zinc-yeast was obtained by adding 300 μg/mL of zinc sulfate in the stationary phase of yeast fermentation culture. In vitro zinc diffusion in zinc-yeast is better than zinc sulfate.
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teni Ernawati
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati interaksi molekular antara alfa glukosidase dari Saccharomyces cerevisiae dengan senyawa turunan sinamamid yang disintesis dari asam sinamat. Dalam penelitian ini, senyawa turunan sinamamid disintesis dan dievaluasi untuk penghambatan alfa glukosidase. Struktur senyawa yang disintesis diidentifkasi dengan IR, H-NMR, C-NMR dan Mass Spektral. Semua senyawa turunan sinamamid menunjukkan penghambatan potensial yang lebih unggul dari bahan awal. Tiga belas senyawa turunan sinamamid menunjukkan aktivitas alfa glukosidase dengan nilai IC50 0,71-4,0 mM dengan standar 1-deoksinojirimisin dan akarbosa IC50 =0,97 mM dan IC50=1,78 mM . Studi molecular docking dilakukan untuk mengeksplorasi interaksi pengikatan kandidat turunan sinamamid dengan enzim alfa glukosidase.
The aim of this study was to observe molecular interactions between alpha glucosidase from Saccharomyces cerevisiae with cinamamide derivatives which were synthesized by amidation of cinnamic acid. In this study, a series cinamamide derivatives was synthesized and evaluated for alpha glucosidase inhibitory. The structure of synthesized compounds were characterized by IR, H NMR, C NMR and Mass Spectral analysis. All compound cinamamide derivatives showed a potent inhibition superior to the starting material. Thirteen compounds showed alpha glucosidase activity with IC50 value of 0.71 4.02 mM with the standard 1 deoxynojirimycin and acarbose IC50 0,97 mM and IC50 1.78 mM, respectively . Molecular docking studies were carried out to explore the binding interactions of cinnamamide derivative candidates with enzyme alpha glucosidase.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
D2378
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haekal Ariq
Abstrak :
ABSTRACT
Nyamuk merupakan vektor beberapa penyakit yang masih menjadi masalah di berbagai daerah Indonesia seperti Malaria, filariasis, dan demam dengue. Salah satu usaha untuk mengurangi penyebaran penyakit tersebut adalah dengan penggunaan perangkap nyamuk dewasa. Namun, efektivitas cara ini cenderung rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas perangkap adalah dengan mengoptimalkan atraktan, seperti CO­2. Penelitian untuk mengetahui efektivitas atraktan CO2 pada perangkap nyamuk dewasa Sunatrap termodifikasi telah dilakukan pada 27 rumah di Desa Pangkah, Kabupaten Tegal. Sembilan Sunatrap termodifikasi dengan larutan gula dan saccharomyces cerevisiae, gula dan Rhizopus oryzae, serta tanpa atraktan dibagikan ke 27 rumah tersebut untuk kemudian dilhat kemampuan menangkap nyamuknya setelah 7 hari. Hasil penelitian menunjukan spesies nyamuk yang tertangkap yaitu Aedes aegypti dan culex quinquefasciatus. Sunatrap dengan S. cerevisiae berhasil menangkap nyamuk sebanyak 142, Sunatrap dengan R. oryzae menangkap sebanyak 46, dan Sunatrap tanpa atraktan tidak menangkap nyamuk sama sekali. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa karbondioksida dari S. cerevisiae dan karbondioksida dari R. oryzae lebh efektf bandingkan sunatrap termodfiikasi tanpa atraktan (P=0.00), dan karbondioksida dari S. cerevisiae meningkatkan efektivitas Sunatrap termodifikasi secara signifikan dibandingkan R. oryzae (P=0.01).
ABSTRACT
Mosquitoes are vectors to a plethora diseases in Indonesia, such as Malaria, filariasis, and dengue fever. One of the ways to control the spread of the diseases is adult mosquito trap. However, the effectivity of said traps remain low. One of the ways to increase effecivity of the traps is to optimalize the attractant, such as CO2. This study evaluates the effectivity of CO2 attractant with modified sunatrap in 27 houses in Desa Pangkah, Kabupaten Tegal. Nine modified sunatrap with sugar and Saccharomyces cerevisiae solution, sugar and Rhizopus oryzae solution, and without attractant, are given to each of the 27 houses to have their effectivity evaluated after 7 days. Results shows species captured by the traps are Aedes aegypti and Culex quinquefasciatus. Traps with S. cerevisiae captured 142 mosquitoes, traps with R. oryzae captured 46 mosquitoes, while the control trap captured none.  It is concluded that carbondioxide from S. cerevisiae and R. oryzae significantly increases the effectivity of modified sunatrap without attractant (P=0.00) and the use of S. cerevisiae is more effective than the use of R. oryzae (P=0.01).
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Alodia
Abstrak :
Ekstrak kering yeast dapat dihasilkan melalui fermentasi Saccharomyces cerevisiae. Molase merupakan media alternatif yang dapat digunakan untuk fermentasi. Kandungan gula yang tinggi didalamnya dapat mengoptimalkan pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae. Tujuan penelitian ini adalah optimasi produksi esktrak kering yeast menggunakan molase sebagai media fermentasi dan analisis kadar β-glukan dan glukomanan menggunakan Kromatografi Cair Tingkat Tinggi (KCKT) dengan detektor indeks bias dan secara enzimatik. Sumber karbon, nitrogen, dan fosfat dioptimasi pada media molase. Diperoleh hasil optimum sumber karbon pada konsentrasi 14%, sumber nitrogen 0,18 gr urea, dan sumber fosfat 0,054 gr NPK. Analisis pada kromatografi menggunakan kolom C18-Fenil dan kondisi analisis yang optimum, yaitu menggunakan fase gerak asetonitril-DI Water (70:30) dengan laju alir 1,0 mL/menit. Hasil rata-rata kadar β-glukan dan glukomanan pada ekstrak kering yeast masing-masing 34,703% dan 6,466%. dengan KCKT; 43,48% dan 0,96% dengan enzimatik. Untuk standar ekstrak kering yeast rata-rata kadar β-glukan dan glukomanan masing-masing 30,626% dan 29,336% dengan KCKT; 40,53% dan 59,14% dengan enzimatik.
Dry yeast extract can be produced by fermentation of Saccharomyces cerevisiae. Molasses is an alternative media that can be used for the fermentation. High sugar level in molasses can optimize the growth of Saccharomyces cerevisiae. The purpose of this study was optimization of dry yeast extract production using molasses as a fermentation media and the determination of β-glucan and glucomannan levels by High Performance Liquid Chromatography (HPLC), with a refractive index detector, and enzymatic method. The carbon, nitrogen, and phosphate sources are optimized on molasses media. The optimum results obtained from carbon sources at a concentration of 14%, nitrogen sources 0.18 gr urea, and phosphate sources 0.054 gr NPK. Analysis by chromatography using the C18-Phenyl column with the optimum analysis conditions, which was mobile phase using acetonitrile-DI Water (70:30) with a flow rate 1.0 mL/min. The average level of β-glucans and glucomannan on self-produced dried yeast extract were 34.703% and 6.466% by HPLC, 43.48% and 0.96% by enzymatic. On the dried yeast extract standard are 30.662% and 29.336% by HPLC, 40.53%, and 59.14% by enzymatic.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>