Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ari Embu Eletherius Henriquez
Abstrak :
Penelitian tentang gaya tulisan media cetak dengan studi kasus pada harian Kompas menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Unit analisisnya adalah tulisan tajuk Kompas yang diambil dari rentang waktu tahun 1991-2001. Disain dalam metode penelitian studi kasus adalah single case multilevel analisis. Ada tiga tahapan analisis: mikro, yaitu pada teks tajuk; messo, yaitu pada struktur internal Kompas; dan anlisa pada level makro, yaitu pada struktur kekuasaan politik dan masyarakat. Dari hasil studi pada tingkat teks ditemukan bahwa gaya tulisan tajuk Kompas memiliki karakter sebagai gaya yang tidak straight to the point. Dan gaya ini sangat menonjol pada era Orde Baru. Cara Kompas mengkritik lewat tajuknya dikenal sebagai cara yang tidak langsung, memutar. Gaya ini sedikit berubah, artinya tajuk kompas menjadi sedikit lebih lugas, pada era reformasi. Namun karakter aslinya tetap ada. Gaya tulisan ini merupakan sebuah simbol antara kebebasan agensi, yaitu para pelaku dalam tubuh media cetak Kompas, yang berupaya melalui kebebasannya untuk mewujudkan apa yang menjadi visi dan filosofi yang dianutnya melalui tulisan tajuk dengan opini maupun kritik-kritiknya di satu pihak, dan tekanan struktur di lain pihak. Visi dan filosofi Kompas adalah humanisme dan demokrasi. Ekspresi dari kebebasan melalui tulisan tajuk untuk mewujudkan humanisme dan demokrasi itu harus berhadapan dengan kekuatan struktur yang menekan. Jadi tulisan tajuk kompas itu berada pada posisi in between. Saling pengaruh antara struktur dan agensi itu dalam istilah Bourdieu dinamakan Habitus. Karena itu, Cara membaca kritik Kompas lewat tajuk-tajuknya, mengandaikan sebuah kemampuan to read between the lines, Ketika Kompas menghimbau secara normatif, itu artinya ada yang tidak beres dengan kenyataan. Sebaliknya, jika tajuk menulis sesuatu yang faktual, itu artinya secara normatif ada pelanggaran. Jadi tulisan itu bergerak antara yang normatif, melalui himbauan atau ajakan, dan yang faktual. Gaya penyampaian seperti ini, dalam teori speech act Jean Austin digambarkan sebagai say something in saying something. Itulah yang disebut sebagai perlocutionary act. Adanya saling interaksi itu, maka tajuk dan seluruh halaman Kompas dapat disebut sebagai public sphere (Habermas), juga dapat dilihat, menurut kacamata Bourdieu, sebagai field, yaitu arena untuk saling bersaing dan mempengaruhi antara agensi dan struktur. Karena Jakob Oetama adalah tokoh paling berpengaruh di Kompas yang berlatarbelakang budaya Jawa, maka peran budaya dan latarbelakang pendidikan Jakob merupakan faktor lain yang juga ikut memberi warna pada gaya tulisan tajuk Kompas. Melalui kritik-kritik yang disampaikan dalam tajuk, walaupun dengan gayanya yang halus dan memutar, Kompas sesungguhnya ingin membangun demokrasi dan sekaligus menguak mitos-mitos dan ideologi para penguasa. Persoalannya adalah sejauhmana itu bisa efektif. Bahasanya yang begitu halus dan rumit, membuat Kompas dikesankan sebagai bahasanya kaum elit. Bahkan, dengan cara mengkritik seperti ini jangan-jangan, demikian salah satu kecurigaan yang muncul, Kompas bukannya menguak mitos dan ideologi tetapi malah menciptakan mitos dan ideologi baru.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13767
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dumatubun, Agapitus Ezebio
Abstrak :
Kebudayaan Malin anim di Merauke, Papua", lebih ditekankan pada analisa simbol kekuasaan. Unsur karona mempengaruhi timbulnya berbagai aktivitas adat dalam kehidupan orang Malin anim dan menjadikan karona sebagai obyek yang panting. Orang Malin anim berdasarkan aliran pemujaaan Ezam, Zozom, Ima, dan Mayo mendukung karona sebagai simbol kekuasaan yang didukung oleh seperangkat hubungan relasi-relasi kekuasaan yakni: (1) relasi kekuasaan berdasarkan keyakinan (Ezam, Zozom, Ima, Mayo) terpusat pada : (a) keyakinan pada Alawi, Afli, Azz, Anep, Demo, Torem; (b) Animha (manusia sejati); dan (c) Ritus Alngi-Alngi. (2) Berkaitan dengan relasi kekuasaan dalam struktur sosial, terpusat pada: (a) Subordinasi wanita; (b) kekuasaan benahor anem, mitawal boon anem, dan pakas anem, dan (c) Yemesrau Data yang diperlukan, dihimpun melalui suatu penelitian lapangan dengan menggunakan metode pengamatan terlibat dan wawancara secara mendalam. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini berupa pelukisan mendalam tentang adat kebiasaan, pranata yang mengatur karona sebagai simbol kekuasaan yang berhubungan dengan makna ilahi (Mahi kalau), sakral (Aman), perkasa (Mahi Kasis), kekuasaan (Mahi Kalau), kekuatan (Kasis), penyeinbuh (Mahi Mboa), penyubur (Mahi), dan pembunuh (Mahi Lavay) yang diaplikasikan dalam kehidupan orang Malin anim. Sedangkan analisa penulisan dengan menggunakan pendekatan empirik kualitatif Adapun kesimpulan teoritisnya yaitu bahwa Karona simbol kekunsaan. The dissertation under the title of: ?THE SYMBOL OF POWER: Karono in Malin Anim Culture in Merauke, Papua", has more emphasis to the symbol of power analysis. The karono element has influenced the arising of various traditional activities in the life of Malin anim people and making karono as an important obyect. The Malin anim people based on the stream of workshipping Ezam, Zozom, Imo, and Mayo have supported karona as the symbol of power as well as supported by a set of interconnected relationships with the power, namely: (1) power relationship based on faith (Ezam, Zozom, Imo, Mayo) which is concentrated in: (a) faith in Alawi, Aili, Azz, Anep, Demo, Totem; (b) Animha (genuine human being); and (c) Alngi-Alngi ritual. Relating to the power relationship in social structure, it is concentrated in: (a) women subordination; (b) the power of benahor anem, mitawal boon anem and palms anem, and (c) yemesrov. The required data is collected through a field research by applying the method of involved observation and in-depth interview. The result as expected from this research in the form of in-depth description on traditional customs, protocol which regulates karona as the symbol of power as associated with the meaning of divinity (mohi kolau), sacral (amun), might (mahf kosis), power (mahi kalau), strength (kasis), healer (mahi mboa), fertilizer (mahr), and killer (mahi lavay) as applied in the life of Malin anim people. Whereas the analysis on the writing is conducted by applying qualitative empirical approach. As for its theoretical conclusion, namely that of karona as the symbol of power.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
D897
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
In relation to death, the burial is one of the procession of the human life cycle for every culture. Therefore, the procession of death have a very important role with the special treatment of the deceased. In relation to social life, the various aspects raised is a sign of the procession meant. To understand the various social aspects can be observed presumably conceived through the ymbols on coffin and grave mark.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dillistone, F. W. (Frederick William)
Yogyakarta: Kanisius, 2002
001.51 DIL pt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Marwan Lintang
Abstrak :
ABSTRAK
Dari fenomena yang ada tentang para pengguna Ecstasy selama ini, penjelasan secara ilmiah mengenai perilaku komunikasi pengguna Ecstasy belum dapat disajikan secara komprehensif, baik oleh media cetak maupun media elektronik. Studi ini dengan menggunakan metode pengamatan terlihat, menemukan bahwa untuk berkomunikasi dengan pengguna Ecstasy di diskotek-diskotek di Jakarta harus menggunakan simbol-simbol yang hanya dimengerti oleh sesama pengguna Ecstasy, atau orang yang sengaja mempelajari simbol-simbol yang mereka gunakan, selain itu Bahasa yang digunakan juga dengan menggunakan Argot (slang).

Para pengguna Estasy datang ke diskotek dengan pasangan berlainan jenis, namun ada juga yang datang tanpa pasangan dan mereka mendapatkan teman di diskotek yang nantinya dijadikan pasangan. Sepintas lalu terlihat kejadian seperti ini sangat alami dan logis, karena peristiwanya terjadi dalam kehidupan malam, namun berdasarkan dugaan untuk mendapatkan pasangan dan membawa pasangan memerlukan proses dan tahapan komunikasi. Pengembangan hubungan antar pribadi yang dilakukan oleh para pengguna Ecstasy terjadi sesuai dengan tahap-tahap pengembangan hubungan seperti apa yang telah dikemukakan oleh DeVito (1991), namun prosesnya lebih cepat jika dibanding dengan kehidupan normal, hal ini disebabkan hubungan yang terbina diantara pengguna Ecstasy terlihat lebih intens. Penelitian ini menganggap komunikasi antar pribadi dapat berperan untuk menjelaskan perilaku komunikasi antar pribadi dan proses pengembangan hubungan diantara para pengguna Ecstasy, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong para pengguna Ecstasy untuk berkomunikasi, yaitu mendapatkan teman, memperluas pergaulan, rasa aman, kemesraan dan kehangatan yang keseluruhannya merupakan tujuan berkomunikasi secara umum, yaitu untuk meringankan penderitaan dan memaksimalkan keseriangan para pengguna Ecstasy.

Pendekatan penelitian kualitatif (natural setting) dengan pengamatan berperan serta (participant observation). Informan dalam penelitian ini adalah para pengguna Ecstasy, mereka adalah pasangan tetap yang melakukan komunikasi antar pribadi, para pasangan ini dalam proses komunikasi antar pribadi telah melampaui tahap ke empat pernyataan Altman & Taylor dan tahap ketiga (keakraban) seperti apa yang dikemukakan oleh DeVito, sedangkan simbol-simbol yang mereka gunakan dalam berkomunikasi mengacu kepada apa yang telah dikemukakan oleh Julia T.Wood dan Argot (slang) seperti yang dimaksud Sarnovar. dkk. Para informan dalam studi ini dalam pengembangan hubungan telah melakukan prediksi yang bersifat psikologis, namun proses pengembangan hubungan lebih cepat jika dibanding dengan kehidupan normal, berdasarkan prediksi psikologis maka mereka telah memasuki tahap komunikasi antar pribadi.
Daftar Pustaka : 25 buku, 2 Majalah
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Komalasari
Abstrak :
Pada suatu komunitas tuturan, pilihan variasi tindak tutur kesopanan dalam peristiwa tuturan permintaan maaf digunakan oleh individu-individu komunitas tersebut bukan merupakan suatu kebetulan. Pilihan variasi tindak tutur tersebut merupakan suatu strategi bertutur dalam bentuk perilaku ketika berinteraksi sosial. Strategi bertutur ini lebih banyak dipengaruhi oleh kendala-kendala sosial-budaya daripada faktor-faktor linguistik. Oleh karena itu, pilihan variasi tindak tutur dapat menghantarkan pada persepsi penutur tentang tindak tutur tersebut sebagai suatu kesatuan makna sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan interpretasi makna sosial dan kendala-kendala sosial-budaya yang mempengaruhi pemilihan variasi tindak tutur yang digunakan oleh pelaku komunikasi dengan melalui analisis tindak tutur yang dipilih oleh penutur dengan pertimbangan yang telah dikemukakan di atas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif. Sumber data yang digunakan skenario drama TV Oshin karya Sugako Hashida yang diterbitkan tahun 1983. Penelitian ini dilakukan pada tiga domain bentuk komunikasi interpersonal Jepang. Uchi mono (in-group), shitashii mono (close friend) dan soto mono (out-group). Sumber data yang merupakan cuplikan wacana percakapan dianalisis berdasarkan analisis unit-unit interaksi dari Dell Hymes (1974): situasi tuturan (speech situation), peristiwa tuturan (speech event) dan tindak tutur (speech act). Analisis unit-unit interaksi ini bertujuan mengungkapkan setting dan sistuasi sosial yang muncul dalam pemilihan variasi tindak tutur, teori sosialogi Nakane Chie (1970) untuk menganalisis kendala-kendala sosial-budaya yang mempengaruhi pemilihan variasi tindak tutur kesopanan dalam peristiwa tuturan permintaan maaf; Kubata Osamu (1974), Mio Osamu dan liaruta Toosaku (1995) dan Natsuko Tsujiro (1996) untuk menganalisis faktor-faktor linguistik dan variasi tindak tutur kesopanan yang dipilih oleh pelaku komunikasi. Hasil temuan dalam penelitian ini adalah pengungkapan kendala-kendala sosial budaya yang dapat mempengaruhi pemilihan tindak tutur kesopanan dalam peristiwa tuturan permintaan maaf status sosial yang bersifat vertikal (joge kankei), kedekatan sosial (Uchi-soto mono dan shitashii mono) dan jenis kesalahan yang dianggap sebagai misbehavior dan tidak berterima dalam masyarakat komunitas tersebut. Pemilihan variasi tindak tutur kesopanan dalam peristiwa tuturan permintaan maaf didominasi pada domain in-group dan digunakan oleh penutur subordinat pada petutur superior dengan jenis pilihan keigo (honorification) : kenjoogo (humble) dan teinego (polite). Jenis variasi tindak tutur kesopanan ini mempunyai makna sosial yang ditekankan pada kerendahan hati dan diri penutur dan menekankan sifat formal. Adanya pemilihan variasi tindak tutur berdasarkan kendala-kendala sosial-budaya ini bertujuan untuk melancarkan alur komunikasi, menghindari konflik sosial dan menjaga keharmonisan diantara partisipan. Strategi tindak tutur kesopanan dalarn hal ini bermakna sebagai penghalus, meminimalisasikan kesalahan penutur dan sebagai penghantar pada tuturan berikutnya yang mengandung intention (maksud) sebenamya yang ingin penutur sampaikan pada petutur. Dengan demikian variasi tindak tutur kesopanan ini juga mempunyai nama indirectness.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15256
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rafiza Putri
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang taktik apropriasi yang dilakukan oleh orang dengan tunanetra dalam praktik mobilitas menggunakan ponsel pintar dalam kehidupan sehari-hari di tengah himpitan strategi dari kelompok masyarakat dominan, orang non disabilitas. Cara masyarakat terstruktur dan terorganisasi dalam masyarakat modern telah secara sistematis tidak menguntungkan warga masyarakat dengan atribut minoritas. Inklusi menjadi cita-cita yang selalu digaungkan untuk pembangunan masyarakat berkelanjutan. Dengan memfokuskan kajian pada praktik mobilitas sebagai praktik dasar yang menjembatani aktivitas sehari-hari, penelitian ini berusaha mendengar suara enam orang dengan tunanetra untuk menghasilkan analisis mengenai apropriasi ponsel pintar untuk mobilitas orang dengan tunanetra. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan utama dengan menganalisis cara orang dengan tunanetra memandang dunia, mengapropriasi penggunaan ponsel pintar, dan melakukan taktik apropriasi ponsel pintar untuk mobilitas sehari-hari. Penelitian studi kasus ini menunjukkan bahwa cara pandang afirmatif menjadi latar belakang orang dengan tunanetra menggunakan fitur aksesibilitas dan aplikasi transportasi daring pada ponsel pintar untuk kebutuhan dan mobilitas sehari-hari di tengah masyarakat modern yang menuntut serba cepat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun berbagai peraturan secara internasional dan nasional disusun untuk mewujudkan inklusivitas, namun kesenjangan antara peraturan dan implementasi masih terjadi. Kebijakan yang bersifat simbolik, yang kurang melibatkan orang dengan disabilitas dalam proses pembuatan kebijakan berpotensi melatarbelakangi kesenjangan yang terjadi. Penelitian ini terbatas pada informan yang melakukan mobilitas dengan menggunakan ponsel pintar, sehingga penelitian ini merekomendasikan untuk penelitian berikutnya agar melakukan kajian kepada orang dengan tunanetra yang melakukan mobilitas tanpa menggunakan ponsel pintar. ......This thesis discusses the tactics of appropriation carried out by people with visual impairments in the practice of mobility using smart phones in everyday life amid the crush of strategies from dominant group, the non-disabled people. The way society is structured and organized in modern society has systematically disadvantaged citizens with minority attributes. Inclusion becomes an ideal solution that is always echoed for sustainable community development. By focusing the study on mobility practice as a basic practice that bridges daily activities, this study seeks to hear the voices of six people with visual impairments to produce an analysis of appropriations of smartphone for the mobility of people with visual impairments. This research attempts to explore the way people with visual impairments view the world, the way they appropriate the use of smartphone, and the way they adopt smartphone as the tactic for daily mobility. This case study research shows that the affirmative model of disability provides a background for people with visual impairments using accessibility features and online transportation applications on smart phones for their daily needs and mobility in modern society. These results show that eventhough both international and national regulations have been developed to promote inclusivity, however the gap between regulations and implementation still exists. Symbolic policies, which do not involve people with disabilities in the policy-making process, have the potential to set the gap behind. This research is limited to informants who do mobility using smartphones, therefore this study recommends that for the next research to conduct studies on people with visual impairments who do mobility without using smart phones.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Rahman Hakim
Abstrak :
ABSTRAK Tesis ini membahas representasi Freemasonry, strategi representasi dan pengaruhnya terhadap representasi ibu kota Washington, D.C. Penelitian ini menggunakan teori representasi dan semiotik Peirce. Tesis ini menunjukkan bahwa The Lost Symbol merepresentasikan Freemasonry melalui simbol dan ritual Mason, arsitektur kota, monumen, bangunan dan lanskap Washington, D.C. Dengan strategi oposisi biner, dialektika dan negasi afirmasi, Freemasonry direpresentasikan sebagai persaudaraan dengan rahasia, beriman pada Tuhan Yang Maha Esa, terbuka, toleran dan pluralis. Representasi Freemasonry berpengaruh terhadap representasi ibu kota Washington, D.C. sebagai kota kenangan (memorial city) dan kota sakral. Di samping itu, tesis ini juga menunjukkan posisi The Lost Symbol sebagai representasi tandingan dan respons atas gagasan konspirasi dalam konteks Amerika.
Abstract The thesis examines the representation of Freemasonry in Dan Brown?s The Lost Symbol. The thesis looks at the problems: how the Freemasonry represented in the novel, what strategy used in representing Freemasonry and how it influences the representation of the capital city Washington, D.C. This novel is analyzed carefully and accurately using the theory of representation and Peirce?s semiotics. The thesis argues that The Lost Symbol represents Freemasonry through Masonic symbols and rituals, city architectures, monuments, buildings, and landscapes in Washington DC. The representation of Freemasonry as fraternal organization poses the secret, faithful, open-minded, tolerant, and pluralist modes. The analysis uses binary opposition, dialectics and negation-affirmation technique to show that representation of Freemasonry influenced the representation of Washington, D.C. as memorial and sacred capital city. Besides, the thesis argues that The Lost Symbol positioned as counter-representation and response toward the idea of conspiracy in American context.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
T31323
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Joko Supriyanto
Abstrak :
Penelitian mengenai analisis arah, jenis, dan faktor penyebab terjadinya alih kode di program acara Mitra Gegana Sabha Graha Campursari RRI Pro 2 FM Madiun. Latar belakang pemilihan topik ini adalah bahwa pokok bahasan mengenai alih kode pada khususnya, dan sosiolinguistik pada umumnya masih banyak menyimpan potensi untuk dikaji lebih lanjut. Teknik dan metode penelitian yang digunakan pada skripsi ini adalah teknik dan metode penelitian deskriptif. Tujuan dan penelitian ini adalah memperoleh gambaran secara jelas mengenai arah alih kode, jenis alih kode, dan faktor penyebab terjadinya alih kode. Pemerolehan data dilakukan dengan merekam keseluruhan acara Mitra Gegana Sabha Graha Campursari, RRI PRO 2 FM Madiun, ke dalam kaset. Landasan teori yang digunakan pada penelitian skripsi ini antara lain adalah teori Gumperz, Soepomo, Tanner, dan beberapa teori mengenai alih kode lainnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa alih kode melibatkan tataran sintaksis mulai dari kata, frase, klausa, hingga kalimat. Arah terjadinya alih kode meliputi alih kode bahasa dan alih kode varian bahasa. Di samping itu, alih kode selalu mengarah pada kode yang dirasa tepat dengan konteks pembicaraan dan kode.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11670
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eberhard, Wolfram, 1909-1989
London and New York: St Edmundsbury Press, 1996
302.2223 EBE d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>