Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
Arifin Rosid
Yogyakarta: Andi, 2002,
332.632.2 Ari m
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Reeturn is one of the motivator in investment process.Most of the investors use the indicator of return to compare to other investment alternatives....
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Suharnoko
Jakarta: Gramedia, 2010
346.092 6 SUH p
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Abstrak :
ABSTRAK METODE PERAMALAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN menggunakan MODEL FUNGSI TRANSFER Lisnawati ( 0300010329 ) Dalam suatu pasar modal, IHSG merupakan indikator awal untuk menentukan kondisi pasar. Apabila seorang investor yang dapat memprediksi IHSG secara tepat maka investor dapat memperkecil resiko kerugian. Tugas akhir ini membahas mengenai peramalan IHSG berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan Indeks Dow Jones dengan menggunakan metode analisis Fungsi Transfer. Model Fungsi Transfer merupakan model yang menghubungkan variabel dependen dengan variabel independen. Data yang digunakan adalah data IHSG, nilai tukar dan indeks Dow Jones harian yang diterbitkan oleh BAPEPAM, dari tanggal 22 Mei 1998 ? 28 April 2005. Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan masa kepemerintahan Presiden Habibie sampai dengan Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Kata kunci: fungsi transfer, IHSG. ix + 90 hlm ; lamp Bibliografi: 10 (1970-2004)
Universitas Indonesia, 2005
S27611
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel ekonomi yang terdiri dari inflasi (INF) nilai tukar (KURS),tingkat bunga(IR) jumah uang yang beredar (JUB) dan pertumbuhan ekonomi terhadap return saham (AR) pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek jakarta.....
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Bambang Krismanto
Abstrak :
ABSTRAK
Dengan semakin berkembangnya pasar modal transaksi merger dan akuisisi semakin banyak dilakukan Di Indonesia isu merger dan akuisisi (M&A) ini sudah mulai berlangsung pada tahun 1970 yang dilakukan oleh bank bank dengan harapan agar dapat memperkuat struktur modal dan memperoleh keringanan pajak Untuk Kondisi di Indonesia ada yang menganggap bahwa penggabungan usaha terutama didorong oleh faktor likuiditas keinginan melakukan ekspansi personal hability keinginan pemilik untuk mengurangi beban kewajiban pihak ketiga dan keinginan mengatasi masalah internal perusahaan Pada umumnya tujuan dilakukannya M&A adalah untuk mendapatkan smergi atau nilai tambah Keputusan untuk M&A bukan sekedar menjadikan dua ditambah dua menjadi empat tetapi M&A harus menjadikan dua ditambah dua n^njadMima Nilai tambah yang dimaksud tersebut lebih bersifat jangka pmumigi dibanding nilai tambantyang hanya bersifat Oleh karena itu ada tidaknya sinergi suatu M&A tidak bisa dilihat beberapa setelah M&A terjadi tetapi diperlukan waktu yang relatif panjang Smergi yang teijadi
sementara saja saat sebagai akibat penggabungan usaha bisa berupa turunnya biaya rata rata per unit karena naiknya skala ekonomis maupun sinergi keuangan yang berupa kenaikan modal Akan tetapi keputusan M&A selain membawa manfaat juga tidak terlepas dari permasalahan diantaranya biaya untuk melaksanakan M&A yang relatif mahal dan hasilnya pun belum pasti sesuai dengan yang diharapkan Di samping itu pelaksanaan akuisisi juga
dapat memberikan pengaruh negatif terhadap dosisi keuangan dari acquiring company apabila strukturisasi dan akuisisi melibatkan cara pembayaran dengan kas dan melalui pinjaman Keputusan suatu perusahaan untuk melakukan penggabungan usaha ini nantinya diharapkan akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dan reaksi pasar dan investor dalam membuat keputusan investasi Reaksi positif dan negatif terhadap kejadian M&A
tergantung dan ketersediaan informasi bagi investor pada waktu pengumuman M&A serta persepsi pasar terhadap keptusan M&A tersebut
Objek penelitian im berjumlah 45 perusahaan publik yang melakukan M&A dan tahun 1997 sampai dengan tahun 2004 Penelitian ini menggunakan metode komparatif yang membandingkan volume perdagangan retum saham dan kinerja keuangan sebelum dan setelah perusahaan melakukan M&A
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan untuk variabel volume perdagangan saham pada priode 20 hari sebelum dan 20 hari sesudah merger dan akuisisi Kemudian untuk variabel retum saham tidak ditemukan adanya perbedaan yang sesudah merger dan akuisisi Dan untuk kinerja terdapat hanya pada Rasio Solvabilitas (Debt to Equity ratio dan leverage ratio) dan ratio profitabilitas (return of investment) Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan volume perdagangan saham untuk periode 20 hari untuk return saham tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah M&A Dan untuk kinerja keuangan perbedaan yang signifikan terdapat pada rasio
solvabilitas likuiditas dan profitabilitas untuk periode 1 dan 2 tahun sebelum dan sesudah M&A Saran untuk penelitian selanjutnya adalah pertama penelitian selanjutnya sebaiknya mengelompokkan perusahaan perusahaan yang melakukan M&A dengan perusahaan yang tidak M&A untuk diperbandingkan agar dapat Jebih jelas menggambarkan pengaruh
keputusan merger dan akuisisi Kedua Penelitian selanjutya juga diharapkan untuk memperhatikan aspek aspek non ekonomis yang mungkin berpengaruh terhadap kinerja perusahaan sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai kinerja perusahaan Dan yang terakhir untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk membedakan jenis merger dan akuisisi yang dilakukan apakah itu merger dan akuisisi vertikal honsontal atau konglomerat serta apakah itu merger dan akuisisi internal atau eksternal.
2007
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Endang Pamularsih
Abstrak :
Model penentuan harga aset CAPM yang pertama kali dikembangkan oleh Sharpe (1964), Lintner(1965) dan Black (1966), menjadi model paling elegan dan dipercaya para akademisi dan praktisi untuk memprediksi return. Model CAPM hanya menggunakan beta sebagal proxy resiko. Berbagai kritikan terhadap model CAPM menyebabkan lahirnya model penentuan harga aset yang dianggap lebih mampu memprediksi tingkat return, yaitu multifactor model. Model ini beranggapan bahwa besarnya return tidak hanya dipengaruhi oleh beta saja tetapi ada faktor - faktor lain yang dianggap lebih powerful dalam menjelaskan tingkat return. Model multifaktor ini telah dikembangkan oleh banyak peneliti yang mencoba memasukkan berbagal variabel yang dianggap berpengaruh terhadap tingkat return. Variabe-variabel tersebut mempakan proxy resiko yang layƤk dihargai1 sehingga perlu diberikan reward return.
Beberapa peneliti yang menentang keunggulan model CAPM antara lain Fama & French yang menggunakan variabel beta, size dan book to market untuk memprediksi tingkat return. Merton mengembangkan model yang merupakan pertuasan dan CAPM dengan memasukkan variabel beta, size, residual risk dan public availability of information about the asset. Selain itu Amihud cian Mendelsofl meneliti varlabel beta, likuiditas dan size untuk menjelaskan tingkat return. Hasil penelitlan Amihud dan Mendelson untuk saham ? saham di NYSE membuktikan bahwa likuiditas lebih powerful dalam menjelaskan return dibandingkan size, bahkan memiliki peranan yang sama pentingnya dengan beta.
Tujuan penelitian dalam karya akhir ini adalah untuk menguji powerful dan likuiditas tersebut dengan menggunakan model Amihud & Mendelson untuk saham ? saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian dalam karya akhir ini membuktikan bahwa likuiditas ternyata tidak secara signifikan mempengaruhi return saham tetapi size dan beta lebih powerful. Hal ini disebabkan karena kondisi pasar di Bursa Efek Jakarta masih lemah sehingga proxy resiko likuiditas tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi return, sementara kondisi pasar di NYSE jauh lebih etisien sehingga eksistensi likuiditas dihargal. Selain itu adanya faktor - faktor lain seperti kondisi politik, ekonomi, hukum dan keamanan yang masih belum stabil turut mempengaruhi pasar BEJ. Mengingat ketidakstabilan faktor - faktor tersebut sangat erat kaitarinya dengan kepercayaan investor, dimana kepercayaan inilah yang paling berpengaruh terhadap pasar BEJ.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan investor untuk Iebih mempertimbangkan variabel beta dan size daripada Iikuiditasnya. Selain itu penggunaan analisa teknis untuk memprediksi return saham di BEJ tetap harus dilakukan untuk rnendukung pemilihari investasi menurut beta dan size.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T5524
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Therry Kristiadi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja portolio yang dibentuk. Portfolio dibentuk dengan menggunakan metoda efficient frontier yang sahamnya dipiilih berdasarkan tiga model yaitu Fama-French Three Factor Model, Carhart Four Factor Model, dan Fama-French Five Factor Model. Saham-saham yang terpengaruh oleh setiap variabel dalam setiap model akan dibentuk portfolio yang kemudian akan dilihat kinerjanya berdasarkan sharpe ratio dan treynor ratio. Penelitian ini menggunakan data return bulanan selama lima tahun dan data laporan keuangan dari masing-masing tahun selama periode data penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa portfolio dengan Fama-French Three Factor Model merupakan portfolio yang lebih baik dibanding dengan portfolio Carhart Four Factor Model, sedangkan Fama-French Five Factor Model tidak dibentuk portfolio karena kurangnya jumlah saham yang terpengaruh oleh variabel dalam model tersebut.
......This study compared the performance of portfolios. Portfolios are built using efficient frontier method which stocks are selected based on three models that are Fama French Three Factor Model, Carhart Four Factor Model, and Fama French Five Factor Model. Stocks that are affected by each variables in each models are formed into portfolios which performance will be compared using sharpe ratio and treynor ratio. This study uses monthly stock returns through 5 years and financial reports data from every year of data period. The study resulted in porfolio based on Fama French Three Factor Model performed better than portfolio based on Carhart Four Factor Model, while Fama French Five Factor Model was not build into portfolio due to the lack of stocks affected by it 39 s variable.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S62755
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library