Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 387 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mendy Arifandy
Abstrak :
Salah satu aktivitas di PT JICT adalah bongkar muat kontainer yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerugian baik terhadap manusia, properti dan proses, dimana penulisan ini Iebih menekankan kepada sisi kerugian terhadap manusia dengan juga mengutarakan kerugian umum terhadap properti dan proses. PT JICT sangat memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya, dengan mempunyai salah satu kebijakan adalah pelaksanaan pengkajian resiko pada aktivitas bongkar muat kontainer untuk mengetahui resiko apa yang terkadung dalam aktivitas tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran resiko dan resiko utama aktivitas bongkar muat kontainer, mendapatkan kerugian akibat aktivitas tersebut serta mendapatkan pengendalian resiko.yang sesuai untuk subaktivitas dalam aktivitas bongkar muat kontainer, selanjutnya dilakukan perhitungan tingkat resiko residu apabila pengendalian resiko dilaksanakan sehingga didapatkan bahwa apakah pengendalian resiko yang direkomendasikan sesuai dan bermanfaat. Menurut ILCI, 1991 penyebab kecelakaan terdiri dari beberapa sumber antara lain manusia, peralatan, material dan lingkungan yang satu sama lain sating mempunyai hubungan dalam menghasilkan kecelakaan. Metode penelitian menggunakan deskriptif analitis yang menggambarkan keadaan sebenarnya dengan memberikan resiko-resiko yang diamati dengan memberikan pengendalian yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat resiko tersebut. Hasil penelitian menunjukkan pada tahapan identifikasi resiko ditemukan hampir seluruh subaktivitas bongkar muat kontainer mempunyai resiko terhadap manusia sebagai unit of analyses serta terhadap properti dan proses. Pada tahapan penilaian resiko yang terdiri dari analisa dan evaluasi resiko dengan pertimbangan tertentu, mendapatkan bahwa subaktivitas yang mempunyai resiko tertinggi adalah tango menuju tempat penumpukkan dan persiapan pembongkaran di kapal. Pengendalian resiko yang dapat dilakukan antara lain penghilangan resiko, pengalihan resiko dan pengurangan resiko. Dengan hasil perhitungan residu resiko didapatkan bahwa pengendalian resiko yangirekomendasikan dapat bermanfaat karena menurunkan tingkat resiko cukup besar. Residu resiko yang bersisa tergantung terhadap kondisi peralatan, keadaan lingkungan sekitar dan kapabilitas manusia yang tidak terlepas dari fungsi manajemen puncak. Telah begitu banyak usaha yang dilakukan untuk mencegah kecelakaan di PT JICT seperti penetapan Surat Keputusan Direksi HK No 561/I/I/JICT12001 tentang Aturan Umum Keselamatan di PT JICT. Namun di lapangan masih banyak terjadi pelanggaran aturan tersebut seperti batas kecepatan maksimal tidak dipatuhi. Dengan demikian kegiatan sosialisasi aturan umum akan sangat bermanfaat
The Risk Assessment of Loading and Unloading Container Activities at PT Jakarta International Container Terminal (PT JICT), Tanjung Priok - Jakarta Loading and unloading container is one of the activities at PT JICT which posses the highest risk which can cause losses of people, property and process whereas in this thesis put more stress on the losses of people as well as discuss on the losses in general for the property and the process. PT JICT is very concerned for its employee's health and safety by having on of its policy in doing the risk assessment in loading and unloading container activities with its purpose to know what risk will occur during the activities done. The aim of this research is to know about risks and the main risk at loading and unloading container activities also to get data about losses on these activities, then to treat the risk according to the subactivities in loading and unloading containers, finally calculate the level of residu risk whether the treat risk done and recommended is appropriate and useful[. According to ILCI, 1991 the cause of accident consists of many sources such as people, equipment, material and environment whereas they have connection to each other in causing the accident. In this research method used descriptive analyses which illustrates facts by giving the risks observed and treated furthermore reduced the risk. The result of this research shows that risk identification found nearly all subactivities at loading and unloading containers have got risk to people as unit of analyses and risk evaluation with fully consideration found that the highest risks are tango movement to yard and prepare for unloading on the ship. Risk treatment can be done by eliminate risk, substitute risk and reduce risk. By calculating the residu risk found that risk treatment recommended can be useful because decrease risk level. The hazardous of residu risk depends on equipment condition, environment. and personal capability which is rely on by top management vision. Much effort have been done to prevent the accident at PT JICT such as regarding the general risk regulation at PT JICT. However many people disobey the regulation. One of example the truck drive over limit the maximum speed. Therefore the socialization of the general regulation will have advantages.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T476
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Indra
Abstrak :
Dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, Indonesia termasuk diantara negara yang terburuk dalam hal implementasi corporate governance, karena itu tidak mengherankan jika krisis ekonomi di Indonesia termasuk yang paling berat. Perbankan nasional sebagai garda terdepan dalam menghadapai volatilitas nilai tukar justru telah menjadi pendorong memburuknya perekonomian akibat sangat minimnya penerapan prinsip - prinsip corporate governance terutama dalam pengelolaan risiko. Tidak berbeda dengan bank lainnya, implementasi corporate governance dalam pengelolaan Bank BNI juga lemah. Karena itu dalam proses rekapitalisasi Bank BNI, negara-negara donor yang diwakili oleh IMF sangat concern akan pelaksanaan implmentasi corporate governance di Bank BUMN tersebut. Bahkan akibat ketidak sepahaman antara Bank BNI di satu pihak dan IMF di pihak lain dalam mendefinisikan corporate governance secara operasional, Rekapitalisasi Bank BNI sempat mengalami beberapa kali penundaan. Hal ini dapat terjadi akibat belum adanya rumusan ideal dari implementasi corporate governance di Indonesia serta berbagai kendala lapangan yang dihadapi. Luasnya cakupan yang dapat dikatagorikan kedalam corporate governance, menyebabkan sudut pandang masing-masing pihak terhadap implementasi corporate governance juga berbeda-beda. Oleh karena itu guna memudahkan manajemen perusahaan di Indonesia dalam merumuskannya dipandang perlu untuk membuat pendekatan yang mudah di pahami. Salah satu pendekatan yang cukup representatif dan telah teruji baik secara teori maupun praktek dalam manajemen perbankan intemasional adalah melalui pendekatan peran stakeholders. Untuk itu, dengan fokus penelitian pada peran masing-masing stakeholders dalam pengelolaan risiko di Bank BNI, penulis mencoba untuk merumuskan bagaimana sebenarnya implementasi corporate governance di Indonesia, serta berbagai kendala yang dihadapi jika peran tersebut diimplementasikan. Pemilihan pengelolaan risiko sebagai area implementasi di dasari oleh pengalaman perbankan dalam menghadapi volatilitas pasar pada tahun 1997. Untuk memudahkan pelaksanaan analisa, maka terlebih dahulu dirumuskan seperti apa peran yang dianggap ideal. Perumusan ini dilakukan dengan mencontoh pelaksanaan corporate governance pada perbankan di negara-negara maju dengan melakukan berbagai penyesuaian agar sesuai dengan infrastruktur yang ada di Indonesia. Pelaksanaan analisa sendiri dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah membandingkan partisipasi stakeholders di Bank BNI dengan peran ideal seperti yang telah dirumuskan sebelumnya, sedangkan berikutnya di analisa bagaimana sebaiknya pengambilan keputusan dilaksanakan agar sesuai dengan prinsip-prinsip corporate governance. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa di samping faktor yang controlable oleh manajemen, masih terdapat banyak kendala/permasalahan yang diluar kemampuan perusahaan untuk mengatasinya, kondisi ini tentunya tidak hanya menghambat pelaksanaan corporate governance di Bank BNI namun juga seluruh perbankan. Sebagai contoh misalnya adalah permasalahan perundang-undangan. Guna memperbaiki posisi Indonesia agar tidak lagi menjadi negara yang buruk dalam implementasi corporate governance maka diharapkan pemerintah (eksekutif, legeslatif dan yudikatif) dapat mendorong terciptanya infrastruktur seperti yang dibutuhkan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T3070
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonhadji S.R.
Abstrak :
Jalan Tol diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan jasa distribusi serta efisiensi dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pemeliharaan Jalan Tol adalah salah satu kegiatan untuk menjaga kondisi permukaan jalan dan fasilitasnya sesuai standard. Dilingkungan PT Jasa Marga (persero), pekerjaan ini ditangani secara bersama oleh unit Pemeliharaan kantor pusat sebagai pembina dan unit Pemeliharaan kantor Cabang yang akan melaksanakannya. Sedangkan kontraknya didasarkan pada Jadwal. Harga satuan dan perkiraan volume yang dikerjakan, dan pembayarannya dilaksanakan setelah pengukuran pekerjaan selesai (Harga satuan tetap-Fixed Unit Price). Namun dalam pelaksanaannya masih dilakukan secara parsial berdasarkan jenis pekerjaan, lokasi dan kerusakan sesuai kondisinya. Kondisi ini dinilai tidak efisien, balk dari segi administrasi yang memerlukan waktu lama maupun dari segi teknis yang memerlukan pengawasan dengan sumberdaya manusia yang lebih banyak. Untuk mengatasi hal tersebut ditempuh strategi pengadaan dengan sistem Kontrak Pemeliharaan berdasarkan Kinerja atau sering dikenal dengan istilah Performance Base Maintenace Contract (PBMC), dimana untuk suatu proyek pemeliharaan, kontrak didasarkan atas kemampuan kontraktor dalam mempertahankan kondisi minimum yang telah tercantum dalam kontrak dan bukan terhadap volume pekerjaan yang telah diselesaikan. Sifat kontrak PBMC ini adalah mengalokasikan tanggung jawab dalam desain dan pelaksanaan pekerjaan secara efisien dan efektif sepenuhnya tergantung pada kontraktor. Pengalaman di beberapanegara-menunjukkan bahwa sistem ini memiliki banyak keuntungan yang salah satunya adalah menurunkan biaya pemeliharaan serta dapat memperbaiki kondisi jalan yang diinginkan. Namun demikian masih dimungkinkan terjadinya ketidakpastian yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya sasaran yang diinginkan. Maka dengan pendekatan Risk Assesment, dapat diidentifikasi risiko-risiko yang mungkin timbul, yang selanjunya dengan Proses Hirarki Analisis (Analytic Hierarchy Process) dapat diketahui bobot masing-masing kriteria risiko yang berpengaruh terhadap penerapan PBMC pada pemeliharaan Jalan tol.
The Toll road carried out as a mean to improve distribution service activities efficiency and also General Revenues and Expenditure Budget fund (APBN) efficiency. Toll Road Maintenance is one of the activities to take care of the condition of road surfaces and its facility according to standard. In Jasa Marga's environment, this work handled collectively by Maintenance Division of head office as builder and Maintenance unit of branch office to executing it. While its contract is relied on Schedule, Unit Price and Estimate of done volume, and its payment executed after measurement of work finish. However, in its execution still conducted by partial pursuant to work type, damage and location according to its condition. This condition assessed is inefficient, either from administration facet needing old time or also from technical facet, which need observation with human being source, which is more. To overcome mentioned gone through levying strategy with system Contract Conservancy pursuant to Performance or often recognized with Performance Base Maintenance Contract (PBMC) term, for the maintenance project, contract based to the ability of contractor in maintaining the condition of minimum which have been contained in bond and non to work volume which have been finished. Nature of this PBMC contract is responsibility allocation in work execution and design efficiently fully depends at contractor. Experience in some country show that the system have many advantage which one of them is to degrade maintenance cost and also can improve the condition of wanted road. However, that way still enabled by the happening of uncertainly able to result not reach of wanted target. Hence with approach of Risk Assessment, earn risk identification which possible arise, what its with Analytic Hierarchy Process can know by Wight of each risk criterion having an effect on to applying of PBMC at toll road maintenance.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T8811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharti
Abstrak :
Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain pemaparan bahan kimia menjadi panting di Indonesia terutama dalam hubungan dengan proses Industrialisasi yang kian meningkat, Proses Industrialisasi mengakibatkan interaksi antara Pekerja dengan Bahan Kimia. Upaya pengendalian pemaparan bahan kimia umumnya ditempuh dengan cara pemantauan lingkungan dan pemantauan biologik. Namun dalam penelitian ini penilaian pemaparan bahan kimia terhadap Pekerja laboratorium menggunakan perhitungan matematis (generic model) dari U.S. Environmental Protection Agency (EPA ,I989) sebagai gambaran awal dari keadaan Pekerja dalam rangka perlindungan kesehatan Pekerja . Penelitian ini bertujuan uniuk mengetahui Identifikasi dan Proses Pemaparan bahan kimia pada Pekerja laboratorium Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Palembang . Menurut Informasi dan Pedoman Penilaian Pemaparan yang dipublikasikan EPA , faktor- faktor yang mempengaruhi pemaparan pada Pekerja laboratorium antara lain Sumber Bahan Kimia , Proses Pemaparan dan Pekerja yang terpapar. Metode penelitian ini adalah Diskriptik Analitik , dengan jumlah Responden (Pekerja) 31 orang yang berasal dari Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Palembang . Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sumber bahaya adalah sifat mudah terbakar,mudau meledak dan sifat korosif J iritant dari bahan kimia yang banyak digunakan dalam analisa laboratorium Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya dengan rute pemaparan tunggal atau kombinasi inhalasi, dermal, dan ingesti. Hasil perhitungan generik model bahan kimia yang masuk dalam tubuh relatif masih aman karena konsentrasi bahan kimia yang digunakan dalam analisa laboratorium kecil ( 0,002 mgll - 2,5 mg/l ) sehingga bahan kimia yang intake kedalam tubuh Pekerja juga kecil. Agar program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat terlaksana diharapkan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan mengimplementasikan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain adanya Tim K3, penyediaan Alat Pelindung diri (APD) yang sesuai, pemeliharaan lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan dan peningkatan kualitas pemeriksaan kesehatan Pekerja Daftar bacaan : 33 ( 1980 - 2002 )
Risk Assessment Exposure Chemical Substances to Laboratory Worker in Food Testing Sector and Hazardous Materials Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Palembang 2001The problem Occupational Health and Safety among the other exposure with chemical substances became important in Indonesian with the relation Industry process increased. The control effort exposure chemical substances always in path way at environment monitoring and biologic monitoring . In this research exposure assessment chemical substances to laboratory worker use calculation equation generic model from US. EPA ( 1989 ) as the first step to see healths condition to protect health worker Food testing sector and hazardous material Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Palembang . This research purpose to know identify and exposure assessment chemical material to laboratory worker food testing sector and hazardous materials Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Palembang . According information and guidance exposure assessment which EPA publication, the factors which influence exposure to laboratory worker among others chemical material source , exposure process and and exposure have by the workers. The method of this research are descriptive Analitic with totally 31 respondence that came from food testing sector and hazardous materials with path way exposure are inhalation, dermal and ingestion. The result generic model calculation that chemical substances intakes to body relatively still safe because chemical substances's concentration are use in laboratory analysis was little ( 0,002mg!! - 2,5 mg/1 ) there fore chemical substances intake to body worker little too. In other to Program Occupational Health and Safety can carried out Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan to implementation Occupational Safety and Health Management Sistem with makes K3 team, prepare personal protection equipment , protect the work's environtment in other regulation and increase the quality of the health worker . Reference : 33 ( 1980 - 2002 )
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 10786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Efni
Abstrak :
Seorang investor akan menanamkan modal pada suatu perusahaan di Bursa Efek setelah melihat prospek perusahaan tersebut. Prospek perusahaan sangat berkaitan erat dengan keadaan perekonomian secara nasional dan internasional serta lingkungan dimana perusahaan tersebut berada. Karena keadaan perekonomian nasional dan internasional secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi return yang diharapkan dan besarnya resiko yang akan ditanggung investor. Demikian juga halnya dengan lingkungan perusahaan tentu akan mempengaruhi return dan resiko bagi investor. Untuk mendapatkan return yang layak tidaklah lepas dari harga sekuritas itu sendiri. Harga dari sekuritas ini tentunya sudah mencerminkan resiko yang akan ditanggung oleh Investor. Karena berdasarkan model CAPM maupun market model resiko mempunyai hubungan yang positif dan linier dengan tingkat return yang diharapkan. Sedangkan pengukur resiko yang relevan adalah beta. Beta itu sendiri adalah resiko yang tidak dapat dihilangkanItau disebut juga dengan resiko sistimatis ( resiko pasar ). Berkaitan dengan hal diatas maka dalam penelitian ini penulis mencoba untuk mengamati faktor - faktor yang mempengaruhi resiko sistimatis. Pada penelitian ini penulis mencoba menganalisa faktor - faktor apa yang mempunyai pengaruh terhadap resiko sistimatis ( ß ) dengan cara melihat hubungan faktor - faktor sensitivitas penjualan, total biaya dan total hutang akibat perubahan GDP, inflasi dan tingkat bunga, rasio-rasio keuangan dan ukuran perusahaan ( firm size ) dengan resiko sistimatis (ß ). Dalam menganalisa pengaruh faktor - faktor sensitivitas penjualan, total biaya dan total hutang akibat perubahan GDP, inflasi dan tingkat bunga terhadap perubahan resiko sistimatis maka pada penelitian ini menggunakan variabel ekonomi makro yaitu GDP, inflasi dan tingkat bunga yang dikaitkan dengan sensitivitas penjualan, total biaya dan total hutang. Sedangkan untuk menganalisa pengaruh rasio - rasio keuangan terhadap perubahan resiko sistimatis digunakan rasio-rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio-rasio pasar modal. Dan untuk menganalisa pengaruhi ukuran perusahaan ( firm size ) terhadap perubahan resiko sistimatis digunakan total aktiva untuk menentukan ukuran perusahaan. Adapun periode pengamatan yang dilakukan adalah mulai dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1997. Didalam menganalisa pengaruh senstivitas penjualan akibat perubahan GDP, sensitivitas total biaya akibat perubahan inflasi dan total hutang akibat perubahan tingkat bunga dari individu perusahaan terhadap perubahan resiko sistimatis maka analisa dilakukan terhadap seluruh perusahaan yang menjadi sampel tanpa membedakan ukuran perusahaannya. Maka hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa R2 ( koefisien determinasi) yang sangat kecil yaitu 0.02931 ( 2.93%) sedangkan nilai F sebesar 1.0064 dengan level signifikan 0.3933 (tidak signifikan ). Sedangkan berdasarkan uji t statistik ketiga variabel sensitivitas penjualan, total biaya dan total hutang akibat perubahan GDP, inflasi dan tingkat bunga dari perusahaan juga tidak signifikan, meskipun dengan membedakan analisa berdasarkan ukuran perusahaan ( firm size ) yaitu perusahaan besar dan perusahaan kecil. Untuk analisa terhadap perusahaan besar R2 (koefisien determinasi ) sebesar 0,0465 sedangkan nilai F sebesar 0.5364 denlgan level signifikan 0.6606. Bila dilihat dari nilai Fnya berarti secara bersama-sama sensitivitas penjualan, total biaya dan total hutang akibat perubahan GDP, inflasi dan tingkat bunga tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan resiko sistimatis. Demikian halnya dengan uji t dimana secara individu sensitivitas penjualan, total biaya dan total hutang akibat perubahan GDP, inflasi dan tingkat bunga tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap perubahan resiko sistimatis pada level 10%. Walau hasil pengujian tanda ketiga variabel tersebut tidak semuanya sesuai dengan yang diharapkan yaitu tingkat bunga yang mempunyai tanda negatif. Untuk pengujian perusahaan kecil menghasilkan R2 sebesar 0.02166 dan nilai F sebesar 0.43537 dengan level signifikan sebesar 0.7285 berarti ketiga variabel sensitivitas penjualan, total biaya dan total hutang akibat perubahan GDP, inflasi dan tingkat bunga secara bersama sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan pada level 10%. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tanda koefisien regresi ketiga variabel tersebut tidak sesuai dengan harapan yaitu sensitivitas penjualan akibat perubahan GDP mempunyai tanda negatif. Untuk menganalisa pengaruh rasio- rasio keuangan terhadap perubahan resiko sistimatis maka pada penelitian ini jugs dibedakan atas analisa pengaruh faktor-faktor rasio keuangan terhadap perubahan resiko sistimatis untuk keseluruhan, perusahaan yang diambil sebagai sampel tanpa membedakan ukuran perusahaan ( firm size ). Maka berdasarkan hasil regresi linier berganda didapat R2 sebesar 0.62150 dan nilai F sebesar 17.8570 dengan level signifikan sebesar 0.0000. Hal ini berarti secara bersama - sama variabel rasio keuangan yaitu Current Ratio ( CR ), Debt Equity Ratio ( DER ), Gross Profit Margin (GPM ), Long Tenn. Debt to Equity Ratio ( LDE ), Operating Profit Margin (OPM ), Price Earning Ratio ( PER) , Dividend Yield ( DY ) dan rata rata Total Aktiva ( ATA). Sedangkan berdasarkan uji t maka 7 variabel dari 8 rasio keuangan yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan resiko sistimatis yaitu CR, DER, GPM, LDE, OPM, PER dan ATA. Sedangkan berdasarkan hasil regresi tersebut ternyata ada beberapa variabel yang tandanya tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu ATA, CR, LDE, OPM dan DY. Sedangkan membedakan perusahaan yang menjadi sampel berdasarkan ukuran perusahaan ( firm size ), maka rasio - rasio keuangan yang mempengaruhi perubahan resiko sistimatis juga berbeda. Untuk perusahaan besar rasio keuangan yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan resiko sistimatis yaitu Current Ratio ( CR ), Debt Ratio ( DR ), Gross Profit Margin(GPM ), Inventory Turn Over (ITO ) dan Operating Profit Margin ( GPM) dan variabel yang tidak signifikan yaitu Net Profit Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS ). Sedang berdasarkan hasil regresi linier berganda diperoleh R2 sebesar 0.3252 dan nilai F sebesar 2.0403 dengan level signifikan sebesar 0.0825 (signifikan pada level 10 %). Sedangkan tanda koefisien regresi yang sesuai dengan yang diharapkan yaitu CR, DR, GPM, ITO dan OPM. Sedang pada Perusahaan Kecil berdasarkan hasil regresi linier berganda diperoleh R2 sebesar 0.4671 dan nilai F sebesar 6.1357 dengan level signifikan sebesar 0.000. Hal ini berarti bahwa secara bersama - sama rasio keuangan yaitu Account Receivable Turn Over ( ARTO ), Dividend Yield ( DY ), Long Term Debt to Total Asset ( LTDA ), Net Profit Margin (NPM ), Price Book Value ( PBV ), Total Asset Turn Over ( TAS ), Inventory Turn Over ( ITO ), dan Operating Profit Margin ( OPM ) mempunyai kontribusi terhadap perubahan resiko sistimatis. Berdasarkan uji t maka dari 8 variabel rasio keuangan diatas hanya 6 variabel saja yang mempunyai pengaruh yang signifikan yaitu ARTO, DY, LTDA, NPM, PBV dan TAS. Sedangkan tanda koefisien regresi yang dihasilkan yang sesuai dengan yang diharapkan adalah ARTO, LTDA, NPM, dan ITO.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Kristianto
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini memuat analisis risiko keamanan di Bandar Udara lnternasiona! Soekamo-Hatta. Meningkatnya jumlah penumpang dan anus lalu-lintas penerbangan serta keterbatasan tenaga dan teknologi pengamanan di Bandara Soekamo-Hatta memiliki tingkat kerentanan (vulnerability) dan risiko keamanan yang tinggi terhadap berbagai bentuk ancaman dan gangguan keamanan. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan, seberapa besar tingkat keamanan Bandara Intemasional Soekamo-Hatta dan strategi pengamanan seperti apa yang telah dikembangkan pihak keamanan bandara untuk mengurangi tingkat risiko keamanan pada masa akan datang. Peristiwa peledakan born di Terminal F Bandara Intemasional Soekamo-Hatta pada tanggal 27 April 2003 merupakan bentuk nyata aksi kekerasan dan gangguan keamanan terhadap fasilitas bandara yang menimbulkan kerugian finansial dan korban luka-luka. Selain adanya ancaman teror born, risiko keamanan di bandara juga datang dari kasus-kasus pencurian, gangguan layanglayang, kerusakan mesin pesawat, kebakaran, kosleting fistrik, cairan berbahaya, senjata api, masuk landasan pesawat, merokok di area terlarang, membawa bahan peledak, dan penyusupan ke dalam pesawat. Selain itu juga maraknya aktivitas usaha illegal (pedagang asongan, porter liar, dan calo tiket) dapat menimbulkan risiko gangguan keamanan. Penelitian tesis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko keamanan di Bandara Soekarno-Hatta serta berbagai bentuk ancaman dan gangguan keamanan yang terdapat di Bandara Soekamo-Hatta. Selain itu juga untuk mengetahui berbagai factor yang menjadi hambatan dalam penerapan manajemen pengamanan di bandara. Berdasarkan hash penelitian, di Bandara Soekamo-Hatta terdapat 2 (dua) institusi yang bertanggung jawab melakukan pengelolaan, yakni Administrator Bandara (Adbandara) dan PT. Angkasa Pura II. Hal ini selain melanggar Pasal 26 Ayat 1 UU No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan, juga menunjukkan terjadinya dualisme dalam pengelolaan bandara yang dapat menimbulkan pemborosan anggaran dan high economic cost serta terjadinya tumpang-tindih kewenangan. Dalam menjalankan fungsi pengamanan bandara, tidak terdapat pola koordinasi yang balk antar instansi yang memiliki tugas mengamankan bandara seperti Divisi Pengamanan Bandara (AVSEC) PT. AP II, Perusahaan Pengamanan Out Sourcing (PT. Adonara Bakti Bangsal ABB), Kepolisian Bandara, Bagian Keamanan Maskapai Penerbangan, Bea dan Cukai, TNI-AU, Brimob dan Unit Usaha yang ada di Bandara. Selain itu, terdapat ketimpangan antara laju pertambahan jumlah penumpang dan anus lalu-lintas penerbangan dengan kebutuhan tenaga dan teknologi pengamanan bandara sehingga menimbulkan kerentanan terhadap ancaman dan gangguan keamanan di Bandara Intemasional Soekamo-Hatta. Sedangkan hasil analisis tingkat risiko keamanan menunjukkan kesimpulan bahwa kasus-kasus pencurian di bandara membutuhkan perhatian khusus dan manajemen puncak (top management) pengelola bandara (Administrator Bandara dan PT. (Persero) Angkasa Pura 11) untuk segera mengatasi risiko pencurian yang dapat mengganggu kenyamanan pemakai jasa penerbangan. Sementara untuk menangani kasus-kasus kebakaran, kosleting listrik, cairan berbahaya, membawa senjata, teror born, Kerusakan Mesin Pesawat, gangguan layang-iayang, masuk landasan pesawat, merokok di area tertarang, membawa bahan peledak, dan penyusupan ke dalam pesawat dibutuhkan adanya rencana kontijensi yang teruji untuk mengatasi berbagai persoalan risiko keamanan yang terjadi. Sedangkan untuk penangan kasus-kasus aktivitas usaha illegal (pedagang asongan, porter liar, dan cab tiket) dibutuhkan pengendalian internal untuk menjaga segala dampak yang ditimbulkan dan orang-orang yang mencari penghasilan dari keberadaan bandara. Selain itu jugs perlu dibangun suatu strategi untuk meminimalkan dampak negatif akibat aktivitas usaha tersebut. Dan untuk penanganan kasus-kasus unjuk rasa dibutuhkan informasi yang teratur untuk menjaga risiko dalam level yang masih dapat ditolenr dart menunjuk penanggungjawab untuk terus memantau informasi tersebut. Untuk mengurangi risiko ancaman dan gangguan keamanan di bandara, beberapa strategi yang dapat ditempuh adalah : (1) Departemen Perhubungan RI sebaiknya memperjelas wilayah tugas dan tanggungjawab antara Administrator Bandara dengan PT. Angkasa Pura 11 agar termanifestasi secara jelas dan tegas siapa yang paling bertanggungjawab dalam mengelola Bandara Soetta. (2) Institusi-institusi yang bertanggungjawab secara langsung atas pengamanan bandara hendaknya duduk bersama dan menyepakati pola koordinasi dan membagi wilayah tanggungjawab pengamanan bandara agar tidak lagi terjadi overlapping tugas dan tanggungjawab pengamanan di bandara. (3) Pihak pengelola Bandara Soetta sebaiknya mengembangkan Community-Based Development Program untuk memberdayakan pedagang asongan, calo tiket pesawat dan calo taksi gelap agar bisa menjadi kekuatan bagi sistem pengamanan bandara yang berbasis masyarakat. (4) Memperkuat sistem pengamanan di area-area yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya ancaman dan gangguan keamanan, seperti area parkir mobil, pagar pembatas dengan landasan pacu pesawat, dll.
ABSTRACT
Increasing of passengers amount and air transport traffic current and also limitation of human resource and security technology in Soekamo-Hatta International Airport have high security risk and vulnerability to various threat and security trouble. The bomb attact in Terminal F of Soekamo-Hatta International Airport on April, 27 2003 has indicate that airport have come to terrorism attack target in Indonesia. Besides bomb terror, security risk also in the form of theft cases, kite trouble, damage of plane machine, short circuit of electrics, dangerous dilution, fire arm, enter to taxiway, smoke in forbidden area, bringing explosive into plane, and infiltration into plane. And also the illegal trade activity like asongan (little merchant), porter, and ticket broker can generate security risk in airport. This condition generate question, how big security level of Soekamo-l-latta International Airport and what strategy has been develop to reduce security risk in the future. The research objective is conducted to know security risk level in Soekarno-Hatta International Airport and security risk forms which there are in airport. And also to know various factor persuing security in Soekamo-Hatta International Airport. Research result show there are two institution which managing of Soekamo-Hatta International Airport, that is Airport Administrator (Adbandara) and PT. Angkasa Pura II. This matter besides impinging Section 26 Article I Law No. 15/1992, also show there are overlap responsibility (dualism) management in airport and have implication to extravagance of budget or economic high cost. There are no good coordination among Airport Security PT. Angkasa Pura it, PT. Adonara Sakti Bangsa (out sourcing), Police, Airline, Tax Dept., Air Force, and any business unit in security of airport. Analysis result of security risk level show that theft cases require high attention from top management (Adbandara and PT. Angkasa Pura II) to immediately to risk reducing of theft which can bother services of air transport. To handle kite trouble, damage of plane machine, short circuit of electrics, dangerous dilution, fire arm, enter to taxiway, smoke in forbidden area, bringing explosive, infiltration into plane require contingency plan which tested to overcome various problem of security risk that happened. And to handle illegal business activity like asongan (little merchant), porter, and ticket broker require internal operation to reduce the impact of people who do earn life in airport. And also can develop a strategy for reducing the negative impact of illegal business activity in airport To handle demonstration require regular information to take the risk in level which still can be tolerated and determining persons in charge to monitor the information. To reduce security risk in airport, some strategies can be conducted, that is (1) Department of Transportation better clarify the duty and responsibility between Airport Administrator and PT. Angkasa Pura II in managing Soekamo-Hatta International Airport (2) The Parties or institution which responsibility to airport security shall co-ordinate and making agreement to divide security responsibility in airport so that no longger happened overlapping of security responsibility in airport (3) Airport management can develop Community-Based Development Program to empowering little merchant (asongan), porter and ticket broker become part of community-based security system in Soekamo-Hatta International Airport (4) Strengthening security system in areas which is gristle the happening of theft as in car parking, x-ray cabine, etc.
2007
T20713
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iik Ganjar Taufik Hidayat
Abstrak :
Metode pengukuran risiko kredit pada Bank X saat ini menggunakan metode standard (Basel I) dimana metode ini telah diketahui umum memiliki banyak kelemahan yang salah satunya adalah kurang sensitif terhadap kualitas kredit. Sejalan dengan tuntutan Basel II dalam penghitungan pemenuhan modal minimum, Bank X telah memiliki Intenal Rating System, namun belum dapat menetukan model pengukuran risiko kredit apa yang paling sesuai dengan karakteristik bisnisnya_ Karya akhir ini mengukur risiko kredit usaha menengah Sank X menggunakan metode CreditMetrics dan dibandingkan hasilnya dengan metode standard. Data yang digunakan untuk menghitung probabilitas migrasi rating adalah data rating debitur usaha Menengah antara Bulan Januari 2004 hingga Juli 2006, sedangkan untuk penghitungan VaR menggunakan data seluruh portofolio usaha tersebut. Data pendukung lainnya diperoleh dari Bisnis Indonesia, dan sumber lain di Bank X. Tahap-tahap penghitungan EL dan UL mengikuti metode seperti yang disampaikan dalam Tecnicral Document CreditMetrics dari J.P Morgan (1997) serta beberapa literatur tekait. Untuk mempermudah penghitungan terlebih dahulu dibuatkan aplikasi kecil menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 dan Microsoft Access 2002. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa EL yang dihitung dengan CreditMetrics jauh lebih kecil dibandingkan dengan PPA yang dibentuk oleh Bank X yaitu sekitar 5.47%. Perlu dicatat bahwa pembentukan PPA yang dilakukan Bank X lebih besar dari yang wajib dibentuk yaitu kurang lebih 140%. Pada tingkat kepecayaan 99%, VaR yang dihasilkan adalah rata-rata sebesar 10.86% dari besarnya portofolio, lebih besar dibandingkan dengan ketentuan pemenuhan modal minimum saat ini yaitu sebesar 8%. Untuk tingkat kepercayaan lain yaitu 95% dan 90% nilai VaR lebih kecil dari 8%. Realisasi kerugian yaitu hapus buku selama periode pengamatan, nilainya selalu lebih kecil dibandingkan besarnya VaR pada seluruh tingkat kepercayaan, dengan demikian tidak tidak terdapat penyimpangan. Meskipun hal ini mengarahkan pada kesimpulan seolah-olah CreditMetrics adalah model yang baik, namun perlu mendapat perhatian bahwa dalam pelaksanaan penghapusbuku banyak didasari pertimbangan non bisnis.
The standard method (Basel I) is used by Bank X as a method to measure Credit Risk. Unfortunately it has well known much weakness such as less sensitive to credit quality. According to Basel II in calculating of the total minimum capital requirement, Bank X have implemented Internal Rating System, but somehow still not been able to choose credit risk measurement model which is the best for its business characteristic. This Paper measures the middle market credit risk usahat with Credit Metrics method and compares the result with the standard method. The data used to calculate rating migration are obtained from middle market segment customer rating report from Januari 2004 to July 2006, meanwhile VaR is calculated using all segment portfolio. Other supporting data are obtained from Business Indonesia and Bank X. EL and UL calculation steps come from Credit Metrics Technical Document from J.P Morgan (1997) and other literatures. Small application developed by utilizing Visual Basic 6.0 and Microsoft Access 2002 is used to help on calculation. Calculation result shows that EL with Credit Metrics having smaller number than recent reserve with proportion of about 5.47%. As an attention, Bank X booking reserve is bigger than minimum reserve requirement which is about 140%. On 99% confident level VaR, the result is about 10.86% from the portfolio, which is bigger than capital minimum requirement. On another confidence level (i.e 95% and 90%), VaR is less then 8%. Real loss during period of perception is less than VaR with all conficence level conditions. This condition leads to incorrect decision that Credit Metrics is assumed to be a Good model to measured credit risk. In reality, writing-off decision is commonly made of non-business consideration.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bama Herdiana Gusmara
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran persepsi risiko keselamatan masyarakat di desa Muara Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten terkait kegiatan eksplorasi oleh PT X pada tahun 2013 menggunakan paradigma psikometri. Penelitian dilakukan terhadap 165 responden pada bulan November—Desember 2013 menggunakan desain cross-sectional, data primer berupa kuesioner, FGD, dan wawancara informan kunci, data sekunder berupa gambaran penduduk secara umum. Parameter yang digunakan adalah skala likert angka 1(sangat tidak setuju)—4 (sangat setuju). Nilai rata-rata masing-masing dimensi dihitung dimana angka 1(rendah), 2—3(sedang), 4(baik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata dimensi paradigma psikometri tergolong sedang (2,1—2,7 skala 4), artinya persepsi masyarakat cukup baik dan perlu ditingkatkan lagi. Dimensi ketakutan dipersepsikan rendah, artinya masyarakat belum sepenuhnya tahu akan risiko kegiatan. Penelitian menunjukkan persepsi risiko masyarakat terkait kegiatan eksplorasi tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, serta tingkat pendidikan (p-value>α(0,05). Untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan terutama terkait isu keselamatan terkait kegiatan eksplorasi, perlu dilakukan sosialisasi menyeluruh kepada masyarakat di desa Muara Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten. ...... This study aims to provide an overview of public safety risk perception in the desa Muara Binuangeun , Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak , Banten related exploration activities by PT X in 2013 using the psychometric paradigm. The study was conducted on 165 respondents in November-December 2013. Design of study is cross - sectional , primary data obtained from questionnaires , FGD and key informant interviews, secondary data provide an overview of the general public. This study used likert scale as follows 1 (very disagree)—4 (very agree). The mean value of each dimension is calculated, which is defined as follows: 1(low), 2—3(moderate), 4(good). The results showed that the average value of the psychometric paradigm in risk perception were moderate ( 2.1 to 2.7 on a scale of 4 ), meaning that the public perception is quite good and need to be increased again. Study shows that the dread dimension quite low, meaning people do not fully know the risks of the activities. Research shows the public perception of risks associated exploration activities not related to age , gender , occupation , and education level (p-value>α(0,05). To avoid undesirable events primarily related safety issues in exploration activities, dissemination efforts to the entire community needs to be done.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T38903
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Rahmansyah
Abstrak :
Setiap kegiatan termasuk kegiatan transportasi mempunyai risiko terjadinya kecelakaan kerja. Transportasi sungai menggunakan Smallboat memiliki risiko terjadinya kecelakaan, khususnya yang berkaitan dengan bahaya perairan. Terdapat beberapa kecelakaan didalam transportasi sungai menggunakan Smallboat. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui bahaya-bahaya dan tingkat risiko yang ada dalam transpotasi sungai menggunakan Smallboat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional, JHA (Job Hazards Analysis) untuk identifikasi bahaya dan metode penilaian risiko semi kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat risiko diawal cukup tinggi untuk beberapa kategori bahaya, terutama untuk bahaya yang berhubungan dengan perairan (Marine Hazard) tabrakan, drifted (akibat gagal mesin), pengikatan tali mooring, sampai bahaya orang jatuh ke air (dengan nilai risiko <350-sangat tinggi). Dengan beberapa tindakan pengendalian yang sudah ada dan saran dari peneliti, risiko dapat berkurang menjadi beberapa kategori (prioritas 3, substansial dan dapat diterima). Penulis menyarankan untuk melakukan beberapa tindakan (prosedural, training dan engineering control) untuk dapat mengurangi nilai risiko yang ada dari setiap potensi bahaya dan perlu adanya penilaian risiko lanjutan untuk area-area kerja lainnya. ...... All work activity include transportation have a risk of accident. Small boat Marine (river) transportation have a specific risk of accident, especially regarding marine hazards. There were many accidents happen regarding small boat transportation. The purpose of this study is to know what kind/type of hazards and level of risk from small transportation activity. This study uses design of observational descriptive, Job Hazard Analysis (JHA) for identify hazards tools and semi quantitative for risk assessment approach/technique. The result showed that there have high level of risk assessment from several specific hazards (regarding marine hazards), specially related with collision, drifted (engine failure), mooring line, and until man overboard (with result is more than 350 which is very high category risk level). With some existing and recommend action for mitigation from author to reduce risk level from the activity the result can be reduce until low category (priority 3, substantial and acceptable risk level). The author suggested that mitigation action (procedural, training and engineering control) should implemented and perform other risk assessment for the others work area location.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saptadiyah Dwi Anggorowati
Abstrak :
Penelitian ini menguji model penilaian risiko pemberian pembiayaan konsumer dengan menggunakan model Logistic Regression (LR) dan Radial Basis Function (RBF). Hasil penelitian menunjukkan RBF memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi untuk mengklasifikasikan aplikasi yang direkomendasikan sedangkan LR memiliki tingkat akurasi yang tinggi untuk mengklasifikasikan aplikasi yang tidak direkomendasikan. RBF memiliki Tipe II error yang lebih besar dibandingkan LR. Tipe II error merupakan kesalahan pengklasifikasian aplikasi yang bersifat bad menjadi good sehingga memberikan dampak risiko pembiayaan dan cost yang tinggi. ......This study examined the risk assessment model using Logistic Regression (LR) and Radial Basis Function (RBF). The results showed RBF has a higher degree of accuracy for classifying accepted loan applications whereas LR has a high degree of accuracy for classifying rejected loan applications. RBF has a Type II error is greater than LR. Type II error is missclassification applications that are bad to good so that they impact of risk financing and cost high.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>