Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
Trombo-emboli vena (TEV) umum dijumpai pada pasien rawat inap dan dipertimbangkan sebagai suatu komplikasi tidak hanya bagi pasien post bedah tetapi juga pada pasien dengan kondisi medis lainnya. Kebanyakan pasien rawat inap yang mengalami TEV ataupun emboli paru tidak menjalani prosedur bedah sebelumnya. Beberapa studi besar acak, tersamar ganda dan dengan plasebo seperti MEDENOX, PREVENT dan ARTEMIS telah memastikan manfaat dan keamanan dari tromboprofilaksis terhadap TEV terhadap pasien rawat inap dengan kondisi medis akut. Panduan tahun 2008 dari The American College of Chest Physicians (ACCP) merekomendasikan penilaian risiko bagi setiap pasien dengan kondisi medis tertentu pada saat masuk rumah sakit dan profilaksis VTE, baik dengan regimen antikoagulan ataupun pencegahan secara mekanik, sebaiknya diterapkan bagi mereka yang tergolong berisiko tinggi. Studi-studi lainnya menunjukkan bahwa banyak kasus VTE pada pasien medis terjadi setelah keluar dari perawatan rumah sakit, namun hingga kini belum ada publikasi perihal uji klinis maupun rekomendasi untuk mengevaluasi profilaksis VTE bagi pasien medis rawat jalan. Pada artikel ini, kami mencoba mengulas beberapa literatur untuk kepentingan penilaian risiko dan profilaksis VTE bagi pasien medis rawat inap.
Abstract
Venous thromboembolism (VTE) is commonly found in hospitalized patients, considered as complication not only in surgical patients but also in medical patients. The vast majority of hospitalized patients with VTE or pulmonary embolism have not undergone any recent surgery. Several large randomized, double-blind, placebo controlled trials including MEDENOX, PREVENT and ARTEMIS have confirmed the efficacy and safety of VTE thromboprophylaxis for acutely ill medical inpatients. The American College of Chest Physicians (ACCP) Guidelines 2008 recommend a risk assessment at the time hospital admission for every medical patients and VTE prophylaxis using either anticoagulant medications or mechanical prevention should be applied for those who have high risk condition. Other studies showed that many cases of VTE in medical patients occur after hospital discharge, but still no clinical trials and current recommendation evaluating VTE prophylaxis for medical outpatients have been published yet. In this article, we attempt to review the literatures on importance of risk assessment and VTE prophylaxis for hospitalized medical patients.
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Siloam, Jakarta, Indonesia. ], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Griffith, Alan
Harlow: Longman, 2000
658.408 GRI c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Putri Utami
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas risiko keselamatan dan kesehatan pada fasilitas di Sekolah Alam Indonesia Meruyung yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat risiko yang ada disetiap fasilitas. Penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan melakukan identifikasi bahaya melalui observasi, wawancara, dan penggunaan data sekolah yang kemudian dilanjutkan dengan menganalisis risiko dengan metode semikuantitatif dari formula WT. Fine. Hasil penelitian ini teridentifikasi 77 bahaya dengan pembagian 88,16 objek yang berbahaya, 5,26 kondisi sistem yang berbahaya, dan 6,58 aktivitas yang berbahaya. Sedangkan berdasarkan tingkat risiko terdapat 51,31 acceptable, 25 priority 3, 19,73 substantial, 2,63 priority 1, dan 1,31 very high. Bahaya yang memiliki tingkat risiko tertinggi adalah pagar kelas lantai dua yang vertikal, climbing wall yang tidak memiliki pembatas atau pagar dan permukaan area jatuh yang tidak aman, tali climbing wall yang rusak, dan nyamuk.
ABSTRACT
This study discussed about health and safety hazard in every facilities of Sekolah Alam Indonesia Meruyung which aims to know the level of risk from each hazard. Design of this study was descriptive observational. Hazard identification was by observe the facility and activity, interview, and using school data which then continued by analyzing with semiquantitative method from formula W.T. Fine 1971. The results of this study identified 77 hazards with 88.16 division of dangerous objects, 5.26 dangerous system conditions, and6.58 dangerous activity. While the result of risk level are 51.31 were acceptable, 25 were priority 3, 19.73 were substantial, 2.63 were priority 1, and 1.31 were very high.The highest risk very high, priority 2, and subsatantial were vertical second class fences, rock bottomed climbing or unsafe fences and cliffs, drop objects, damaged climbing ropes, and mosquitoes.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiya Nurul Huda
Abstrak :
Pekerja pengrajin batu bata berisiko terhadap dampak kesehatan akibat pajanan Particulate Matter PM2,5 yang dihasilkan dari proses pembakarandan proses pencetakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi risiko pajanan PM2,5 di udara ambien pada pekerja batu bata di Kecamatan Taktakan Serang Banten. Penelitin ini menggunakan data primer dengan subyek penelitian sebanyak 73 pekerja dan sampel lingkungan dari 9 titik menggunakan alat Haz-dust EPAM 5000. Data disajikan secara univariat dan risiko kesehatan dihitung dengan metode analisis risiko kesehatan lingkungan yang menghasilkan nilai intake pajanan yang diterima individu perhari, berdarkan konsentrasi PM2,5, pola pajanan, dan karakteristik antropometri berupa berat badan. Responden pada penelitian ini memiliki nilia median berat badan 56,85 Kg, dan nilai median laju inhlasi sebesar 0,6 mg/m3 lebih rendah dari nilai default EPA untuk berat badan 70 kg dan laju inhalasi 0,83 mg/m3. Nilai median waktu pajanan untuk proses pencetakan 8 jam/hari dan 18jam/hari untuk proses pembakaran. Pekerja mulai berisiko RQ ge;1 pada proses pencetakan setelah durasi pajananan 25 tahun dengan konsentrasi rata-rata sebesar 58,7 g/m3 sedangkan untuk proses pembakaran pekerja mulai ditemukan berisiko RQ ge;1 setelah durasi 20 tahun dengan konsentrasi rata-rata 418,5 g/m3. Berdasarkan temuan tersebut maka manajemen risiko yang dapat dilakukan adalah mengurangi waktu pajanan pencetakan menjadi 7,2 jam/hari dan waktu pembakaran menjadi 13 jam/hari. ...... Clay brick industry worker are at risk for the health effect to exposure PM2,5, resulting from combustion and forming process. This study aimed to estimate the risk of PM2,5 exposure in ambient air to clay brick industry worker in Kecamatan Taktakan Serang Banten. This study used primary data of 73 worker and environment sampel was measured from 9 site with Haz dust EPAM 5000. Univariate data were present and health risk was calculated using environmental health risk assessment method that generates value of individual exposure intake per day. Exposure intake was calculated based on PM2,5 concentration, individual exposure patterns, and anthropometric value for body weight. Responden in this study have 56,85 kg median of body weight, and 0,6 m3 median of inhalation rate. These are lower than EPA default value for 70 kg of body weight and 0,83 mg m3 inhalation rate. Exposure time for forming process in median is 8 hours day and 18 hours day for combustion process. Health risk appear RQ ge 1 in forming process after 25 years exposure time with mean concentration 58,7 g m3 and in combustion health risk appear RQ ge 1 after 20 years exposure time with mean concentration 418,5 g m3. Risk management needed base on this finding is by limited worker exposure time in forming process to 7,2 hour day and 13 hour day in combustion process.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Klapp, Merrie Gilbert, 1950-
New York: Auburn House , 1992
362.104 2 KLA b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yosep Dodi N.
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui level risiko keselamatan kerja pada pekerjaan pembersihan kaca gedung dengan menggunakan pesawat gondola yang dilakukan oleh PT. X tahun 2009. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana peneliti mengambil data primer dengan observasi atau pengamatan langsung pada tahapan pekerjaan pembersihan kaca gedung serta melakukan wawancara dengan pekerja yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai langkah-langkah kegiatan pekerjaan pembersihan kaca gedung. Untuk mengetahui bahaya yang ada, peneliti melakukan identifikasi risiko dengan menggunakan metode JHA (Job Hazard Analysis) sedangkan untuk mengetahui tingkat risiko (level of risk), peneliti melakukan analisis risiko dengan menggunakan metode analisis risiko semikuantitatif standar AS/NZS (Australian Standard/New Zealand Standard) 4360 : 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga sub pekerjaan pembersihan kaca gedung terdapat 55 potensi bahaya dengan nilai level risiko tertinggi 300 yang masuk dalam kriteria ’high’, nilai konsekuensi tertinggi adalah 50 yang masuk kedalam kategori disaster, nilai frekuensi paparan yang paling besar adalah 2 dengan kategori infrequent dan nilai likelihood yang paling besar adalah 6 dengan kategori likely.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library