Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
Roydatul Zikria
"
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dampak preferensi risiko dan penyuluhan pertanian terhadap kelebihan penggunaan pupuk (urea) oleh rumah tangga petani padi. Dengan menggunakan data Survei Panel Petani Nasional (Patanas) Tahun 2010 dan Tahun 2016, dampak preferensi risiko dan penyuluhan pertanian terhadap kelebihan penggunaan urea diestimasi menggunakan model tobit dengan left censoring sebesar 250 kg/ha. Preferensi risiko rumah tangga petani dihitung dengan model non-parametrik dimana marginal efek penggunaan urea terhadap output diestimasi dengan fungsi mean production sedangkan marginal efek penggunaan urea terhadap risiko diestimasi dengan fungsi output risk. Preferensi risiko diperoleh berdasarkan marginal efek penggunaan urea baik terhadap output maupun risiko di masing-masing observasi. Hasil empiris menunjukkan rata-rata preferensi risiko rumah tangga petani adalah risk averse. Tingkat risk aversion berkorelasi negatif dan signifikan terhadap kelebihan penggunaan urea oleh rumah tangga petani padi. Kenaikan satu unit tingkat risk aversion mengakibatkan rumah tangga petani mengurangi kelebihan penggunaan urea sebanyak 0,63 kg/ha. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa penyuluhan pertanian berdampak signifikan dalam mengurangi kelebihan penggunaan urea pada rumah tangga petani padi di Indonesia.
This study aims to estimate the effect of risk preference and agricultural extension on overuse of nitrogen fertilizer by rice farmers. Using Patanas Survey in 2010 and 2016, the effect of risk preference and agricultural extension are estimated with Tobit model using 250 kg/ha as left censoring. Farmer’s risk preference is estimated by non-parametric model which contains mean production function and output risk function. Those risk preference are estimated based on marginal effect of nitrogen on output and risk on each observation. This study shows empirically that farmer’s risk preference on average is risk averse. Degree of risk aversion correlates negatively and significantly on overuse of nitrogen fertilizer. If degree of risk aversion increases by one unit then overuse of nitrogen fertilizer decreases by 0.63 kg/ha. Furthermore this study finds that agricultural extension significantly reduces overuse of nitrogen fertilizer by rice farmers in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T52396
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Jefri Adriansyah
"Di Indonesia, program reforma agraria telah diselenggarakan sejak tahun 1960 melalui Undang-Undang Pokok Agraria. Meski demikian, gerakan reforma agraria terlihat semakin masif sejak 2015 setelah pemerintah mengeluarkan program pendaftaran tanah sistematis lengkap. Studi ini mengkaji pengaruh perubahan status kepemilikan tanah terhadap produktivitas rumah tangga usaha tani padi di Indonesia, meskipun pengamatan terkait hak atas tanah dilakukan sebelum adanya program reforma agraria secara masif pada tahun 2015. Menggunakan metode two periode difference-in-differences (DID), penelitian ini menganalisis status kepemilikan tanah 686 rumah tangga usaha tani padi dalam survei longitudinal IFLS gelombang keempat (2007) dan kelima (2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam produktivitas usaha tani padi akibat perubahan status kepemilikan lahan dari weak land ownership menjadi strong land ownership atau legal pada rumah tangga petani padi di Indonesia. Setidaknya ada empat alasan yang diindikasikan menjadi penjelasan, pertama, kurang berkembangnya pasar tenaga kerja pertanian di Indonesia; kedua, pasar kredit usaha tani padi rendah; ketiga, lambatnya mekanisasi pertanian padi di Indonesia; dan keempat, transferabilitas aset tanah. Oleh karena itu, pemerintah setidaknya perlu meningkatkan aksesibilitas kredit formal dan mengintervensi langsung faktor produksi pertanian dengan memberikan hibah dan subsidi berupa bibit padi berkualitas, mekanisasi alat pertanian, dan perbaikan sarana irigasi.
In Indonesia, the agrarian reform program has been organized since 1960 through Basic Agrarian Law Act. Nonetheless, agrarian reform movement looks more massive since 2015 after the government issue a complete systematic land registration program. This study examines the effect of changes in land ownership status on household productivity of rice farming in Indonesia, although the observations regarding land titling were held prior to the existence of the massive program of agrarian reform in 2015. Using the two-period difference-difference (DiD), this study analyzed the land ownership status of 686 rice farming households in the IFLS longitudinal survey in the fourth (2007) and fifth (2014) waves. The results show that there is no significant difference in the productivity of rice farming due to changes in land ownership status from weak land ownerhisp to strong or legal land ownership in rice farming households in Indonesia. There are at least four reasons that are indicated to be explanations, first, the underdeveloped agricultural labor market in Indonesia; second, the credit market for rice farming is low; third, the slow mechanization of paddy farming in Indonesia; and fourth, transferability of land assets. Therefore, the government at least needs to increase the accessibility of formal credit access and intervene directly in agricultural production factors by providing grants and subsidies in the form of quality rice seeds, agricultural mechanization tools, and improving irrigation facilities."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Muty Afadila
"Kabupaten Jember dan Banyuwangi merupakan sentra produksi padi di Jawa Timur. Perhitungan luas tanam, luas panen, dan produksi padi sawah secara konvensional telah dilakukan oleh berbagai instansi di Indonesia. Namun hasil perhitungan tersebut dipublikasi setahun kemudian. Pengumpulan data yang akurat dan dalam waktu yang relatif singkat serta bersifat kuantitatif maupun spasial dapat dilakukan dengan metode penginderaan jauh. Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan MODIS untuk mengestimasi luas panen dan produksi padi. Metode menggunakan citra MODIS MSAVI2 16 harian dari bulan Januari 2014 hingga Januari 2016 yang kemudian dianalisis regresi linier berganda untuk mengidentifikasi piksel yang merupakan vegetasi padi.
Hasilnya menunjukan distribusi spasial padi terlihat pada grup piksel F, P, dan S pada citra. Dari fenologi padi pada citra juga terlihat ketiga grup tersebut memiliki masa tanam yang relatif sama. Hasil perhitungan ini telah divalidasi dengan data BPS dan memiliki kesalahan perhitungan sebesar 33% untuk luas panen dan 30% untuk produksi padi. Besarnya standar eror estimasi ini disebabkan MODIS memiliki resolusi 1 pikselnya 250 m × 250 m atau sekitar 6,25 hektar. Sehingga sawah yang menempati kurang dari setengah piksel atau kurang dari 6,25 hektar akan teridentifikasi sebagai vegetasi lain dan terbuang dari klasifikasi sawah.
Jember and Banyuwangi are regencies with the highest rice production in East Java. Calculation of planting area, harvested area, and rice production have conventionally been carried out by various agencies in Indonesia. But the results can be seen a year later. Accurate data collection and in a relatively short time and both quantitatively and spatially can be done using remote sensing methods. This study aimed to study the ability of MODIS to estimate harvested area and production of rice. The method of using MODIS imagery MSAVI2 16 days composite from January 2014 to January 2016 were analyzed multiple linear regression to identify the pixels that constitute the vegetation of rice. The result shows the spatial distribution of rice looks at the pixel group F, P and S in the image. Phenology of rice in the image is also shown relatively the same planting season. Calculation result has been validated by the BPS and has an error of 33% under estimate for harvested area and 30% under estimate for rice production. The magnitude of the estimated standard error caused MODIS has a pixel resolution of 250 m × 250 m or about 6,25 hectars. As a result the fields that occupy less than half the pixels or less than 6,25 hectares will be identified as other vegetation and eliminated from the classification of paddy."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65687
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Vina Safanah
"Owa kalimantan (Hylobates albibarbis) merupakan spesies owa endemik yang hanya dapat ditemukan di wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Populasi H. albibarbis termasuk ke dalam kategori Endangered (terancam) menurut IUCN dan terus mengalami penurunan akibat degradasi dan fragmentasi habitat, perdagangan ilegal dan perburuan liar, serta perubahan iklim. Penelitian mengenai distribusi H. albibarbis telah dilakukan di kawasan restorasi lahan gambut bagian selatan, Katingan Mentaya Project, Kalimantan Tengah. Penelitian bertujuan untuk menghasilkan peta distribusi H. albibarbis dan memperoleh data estimasi jumlah kelompok H. albibarbis yang berada di kawasan tersebut. Pengambilan data dilakukan 5 hari sepekan selama 7 pekan dari bulan Maret hingga Juni 2022. Metode yang digunakan adalah triangulasi (auditory sampling) dan ground survey. Triangulasi dilakukan di 4 lokasi dengan jumlah pengulangan sebanyak 3 kali di setiap lokasi. Selama 12 hari pengambilan sampel suara, tercatat sebanyak 124 suara vokalisasi H. albibarbis. Hasil metode triangulasi menunjukkan bahwa 11 kelompok H. albibarbis terdistribusi di hutan gambut wilayah selatan pada jenis vegetasi hutan rawa gambut campuran. Selama periode penelitian, terjadi perjumpaan langsung dengan H. albibarbis sebanyak 8 kali. Hasil metode ground survey menunjukkan bahwa terdapat 20 spesies pohon pakan dan 10 spesies pohon tidur yang berada di sekitar wilayah distribusi dan titik perjumpaan dengan H. albibarbis. Hasil tersebut menunjukkan bahwa wilayah hutan yang dihuni oleh H. albibarbis masih mampu mendukung pergerakan dan menyediakan sumber daya bagi H. albibarbis, meskipun kebakaran pernah terjadi di bagian hutan tersebut.
Hylobates albibarbis is an endemic gibbon species that can only be found in Central Kalimantan and West Kalimantan. This species is included in the Endangered category according to the IUCN and the population continues to decline due to habitat degradation and fragmentation, illegal trade, and poaching. Research on the distribution of H. albibarbis has been conducted in the southern peatland restoration area, Katingan Mentaya Project, Central Kalimantan. The aim of the study was to produce distribution map and obtain estimation data for the number of H. albibarbis groups. Data collection was carried out 5 days a week for 7 weeks from March to June 2022. The methods used were triangulation and ground survey. Triangulation was carried out at 4 locations with 3 repetitions at each location. The results of triangulation method showed that 11 groups of H. albibarbis were distributed in mixed peat swamp forest vegetation. The results of ground survey method showed that there were 20 species of feeding trees and 10 species of sleeping trees around the distribution area and encounter points. Therefore, forest areas inhabited by H. albibarbis are still able to support movement and provide resources for H. albibarbis, although fires have occurred in the forest."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Imam Azka Ramadhan Aditia
"Indonesia, sebagai salah satu negara agraris terbesar di dunia, memiliki sektor pertanian padi yang berperan penting dalam ketahanan pangan dan kontribusi sebesar 2,32% terhadap PDB nasional pada tahun 2022. Upaya dalam menjaga ketahanan pangan yang juga menjadi prioritas utama dalam Sustainable Development Goals (SDGs) ini mengalami tantangan-tantangan yang harus dihadapi seperti perubahan iklim, alih fungsi lahan, dan peningkatan jumlah penduduk. Tantangan-tantangan tersebut membuat penerapan teknologi dan inovasi terbaru untuk pemetaan lahan sawah menjadi sangat penting dalam mengestimasi produksi padi secara akurat dan mendukung ketahanan pangan, seperti penggunaan metode machine learning terbaru. Metode TransUNet yang dikembangkan pada tahun 2021, akhir-akhir ini mulai banyak digunakan untuk analisis data vegetasi, dan metode ini menunjukkan potensi dalam penggunaan pemetaan lahan persawahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pemetaan lahan sawah melalui integrasi data satelit Sentinel-1 dan Sentinel-2 menggunakan metode deep learning TransUNet. Menggunakan data gabungan dari satelit Sentinel-1 yang berbasis Synthetic Aperture Radar (SAR), dan data optik dari satelit Sentinel-2 beserta empat jenis indeks vegetasi, yaitu NDVI, EVI, LSWI, dan NDWI. Hasil terbaik diperoleh dari integrasi data Sentinel-1 (VV+VH speckle filter) dan Sentinel-2 (selected bands), menghasilkan performa segmentasi lahan sawah tertinggi dengan nilai Overall Accuracy (OA) sebesar 98.12%, precision sebesar 97.4%, recall sebesar 98.5%, dice coefficient sebesar 97.9%, dan Intersection over Union (IoU) sebesar 95.9%. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa segmentasi lahan persawahan menggunakan model TransUNet dengan integrasi data dari dua satelit menghasilkan performa segmentasi yang lebih baik dibandingkan penggunaan data dari satu satelit saja.
Indonesia, as one of the largest agrarian countries in the world, has a rice farming sector that plays a crucial role in food security and contributed 2.32% to the national GDP in 2022. Efforts to maintain food security, which is also a primary priority in the Sustainable Development Goals (SDGs), face several challenges such as climate change, land-use conversion, and population growth. These challenges highlight the importance of applying the latest technologies and innovations for mapping rice fields to accurately estimate rice production and support food security, such as utilizing advanced machine learning methods. TransUNet, a method developed in 2021, has recently been widely applied in vegetation data analysis and shows potential for use in rice field mapping. This study aims to develop a rice field mapping model through the integration of Sentinel-1 and Sentinel-2 satellite data using the TransUNet deep learning method. It utilizes combined data from Sentinel-1's Synthetic Aperture Radar (SAR)-based data and optical data from Sentinel-2, along with four types of vegetation indices: NDVI, EVI, LSWI, and NDWI. The best results were achieved through the integration of Sentinel-1 data (VV+VH speckle filter) and Sentinel-2 data (selected bands), yielding the highest segmentation performance with an Overall Accuracy (OA) of 98.12%, precision of 97.4%, recall of 98.5%, dice coefficient of 97.9%, and Intersection over Union (IoU) of 95.9%. This study concludes that rice field segmentation using the TransUNet model with integrated data from two satellites achieves better segmentation performance compared to using data from a single satellite alone. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Siagian, Reynaldo Angga
"
ABSTRAKTujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengestimasi nilai cost effeciency dari produksi padi di Indonesia dengan menggunakan model cost frontier dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan nilai efesiensi biaya dari petani padi. Studi ini menggunakan data cross section pada tahun 2010 dan tahun 2016. Didapat biaya irigasi, pupuk dan tenaga kerja berkontribusi secara signifikan pada cost effeciency dari petani padi. Rata-rata cost effeciency dari produksi padi di tahun 2016 adalah 83 percent, dimana lebih tinggi dibandingkan dengan 2010. Ini mengindikasi adanya potensial untuk meningkatkan output pado sekitar 17 persen dengan teknologi yang ada. Model menyatakan bahwa lahan yang lebih kecil, mempunyai jumlah plot yang lebih banyak di lahan, penanaman tiga kali dalam setahun, dan diversifikasi secara signifikan berkontribusi pada cost effeciency di dalam produksi lahan.
ABSTRACT
The main objectives of the study are to estimate the farm specific cost efficiency of rice production in Indonesia using Cost Frontier model and to identify and measure the impacts of different factors associated with cost efficiency of rice farmers. The study employed farm level cross sectional data for the years 2010 and 2016. Cost of Irrigation, Fertilizer and labor were found to contribute significantly in the cost efficiency of rice farmers. The average cost efficiency of rice production in 2016 is 83 percent, this result is more higher than 2010. This indicates a good potential for increasing rice output by 17 percent with the existing technology. The model claims that smaller land, have more plot in the land, three time crop planting a year, and diversification significantly contribute to cost effeciency in farm production.
"
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan produkstivitas, biaya produksi dan keuntungan antara usahatani padi dan usahatani mendong. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data dengan menggunakan penaksiran selisih rata-rata denan asumsi a1 = a2 dan a1#a2 untuk menghitung perbedaan produktivitas, biaya prduksi dan keuntungan antara usahatani padi dan usahatani mendong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deksriptif, cara pelaksanaannya yaitu dengan mtode survei pada kelompok tani padi dan kelompok tani mendong di kelurahan sukajaya, kelurahan Purbaratu dan kelurahan Purbaratu dan kelurahan Margabakti kecamatan Cibereum kota Tasikmalaya. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Dari hasil penelitian ternyata produktivitas usahatani mendong lebih tinggi daripadausahatani padi, biaya produksi yang dibutuhkan untuk usahatani mendong lebih rendah daripada usahatani padi dan keuntungan yang diperoleh dari usahatani mendong lebih menguntungan dibandingkan dengan usahatani padi di kecamatan Cibereum kota Tasikmalaya."
JEKOBIS 6:1 (2009)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Tengku Almira Nur Hidayah Fazly
"Urbanisasi merupakan fenomena perubahan pola pemukiman manusia yang dapat dipercepat dengan adanya aksesibilitas dapat mempermudah terjadinya ekspansi penduduk dari perkotaan ke pinggiran kota serta mempermudah mobilitas penduduk menuju pusat kegiatan. Namun adanya pusat kegiatan dan aksesibilitas yang baik akan mendorong semakin tingginya permintaan terhadap tempat tinggal sehingga mempengaruhi nilai tanah yang berada disekitarnya serta terjadinya perubahan sektor pekerjaan dari pertanian menjadi non pertanian, hal ini dapat memotivasi petani pertanian padi untuk melakukan perubahan penggunan lahan dari pertanian ke pemukiman baik pada wilayah urban maupun rural. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis motivasi petani terhadap fenomena perubahan penggunaan lahan yang dilakukan oleh petani pada wilayah rural dan urban serta menganalisis perubahan pendapatan rumah tangga pertanian dari pengaruh perubahan penggunaan lahan. Untuk menganalisis variabel-variabel yang dapat memotivasi petani dalam melakukan perubahan penggunaan lahan di wilayah urban dan rural digunakan analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah petani pada wilayah urban dan rural telah mampu memenuhi kebutuhan dasar sehingga motivasi melakukan perubahan penggunaan lahan adalah karena ajakan petani lain, akan tetapi petani yang mengubah lahan pertaniannya disebabkan oleh motivasi finansial dan petani yang masih berkeinginan untuk bertani menyebabkan pemindahan lokasi sawah. Perubahan penggunaan lahan juga menurunkan pendapatan petani 50% di wilayah urban dan 60% di wilayah rural.
Urbanization is a phenomenon of changes in human settlement patterns that can be accelerated by accessibility, which can facilitate population expansion from urban to suburban areas and facilitate the mobility of residents to the center of activity. However, the existence of an activity center and good accessibility will encourage higher demand for housing so that it affects the value of the surrounding land and changes in the employment sector from agriculture to non-agriculture, this can motivate rice farming farmers to change the land use from agriculture to settlements. both in urban and rural areas. This study aims to analyze the motivation of farmers to the phenomenon of land use changes carried out by farmers in rural and urban areas and to analyze changes in agricultural household income from the effects of land use changes. To analyze the variables that can motivate farmers in making changes to land use in urban and rural areas, descriptive analysis is used. The result of this study is that farmers in urban and rural areas have been able to meet their basic needs so the motivation to change land use is due to the invitation of other farmers, but farmers who change their agricultural land are due to financial motivation and farmers who still want to farm cause relocation of rice fields. Changes in land use also reduce farmers' income by 50% in urban areas and 60% in rural areas."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
A. Terry Rambo
"
ABSTRACTRural Northeast Thailand has been undergoing rapid change in recent years, a process that can be referred to as an agrarian transformation. This transformation involves a major restructuring of agriculture from being subsistence oriented to market oriented. It also involves concomitant changes in all components of the agricultural system, including technology, economic orientation, social relations, and cultural values. This paper presents a review of a large volume of recent research on several key dimensions of the agrarian transformation: (1) agricultural intensification, diversification, and specialization; (2) technological change and the continuing role of traditional technology in rural life; (3) the epidemiological transition and changes in health and disease risks; and (4) social system changes, including in the nature of rural urban interactions, population structure, household composition and livelihood systems, community social organization, and cultural values and aspirations. "
Kyoto: Kyoto University, 2017
327 SEAS 6:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library