Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiur Farida I.S.
Abstrak :
Tujuan : Mengetahui pengaruh LASER tenaga rendah, latihan isometrik tangan dan that rutin pada pasien artritis rematoid (AR) tangan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi metacarpofalangeal. Desain : Pra dan parka perlakuan. Tempat : Polildinik Rehabilitasi Medik Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Perjan RS dr Ciptomangunkusumo Jakarta Subyek : Dua puluh lima pasien wanita yang menderita artritis rematoid tangan di RS dr Cipto Mangunkusumo.Enam orang tidak termasuk dalam kriteria inklusi,dua orang mengundurkan diri dari penelitian. Intervensi : Antara bulan Juli-November 2004, tujuhbelas wanita dengan artritis reumatoid tangan yang masuk dalam kriteria inklusi dilakukan terapi LASER tenaga rendah, latihan penguatan isometrik pads otot tangan dan obat rutin selama empat minggu. Hasil : Hasil penelitian selama empat minggu adanya penurunan nyeri sendi MCP diukur dengan Visual Analog Seale ( VAS) yang bermakna (p<0,001 )dan peningkatan lingkup gerak sendi metacarpofalangeal yang bermakna (p< 0,00 I) Kesimpulan : Terapi LASER tenaga rendah dengan latihan penguatan isometrik otot tangan dan obat rutin dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi metacarpofalangeal pads pasien dengan artritis rematoid tangan.
Objective : To evaluate the influence of low level LASER therapy,isomertric hand strengthening and routine medications in patient with hand rheumatoid arthritis (RA) to reduce pain and increase the range of motion of the metacarpophalanges ( MCP ). Design : Pre and post treatment. Setting : Medical Rehabilitation policlinic, Physical Medicine and Rehabilitation Departement Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Participants : Twenty five female patients with hand rheumatoid arthritis in Cipto Mangunkusumo Hospital. Six subjects did not meet the inclusion criteria, two subjects dropped out from the study. Intervention : Between July and November 2004, seventeen female patients with hand rheumatoid arthritis, who were classified in the inclusion criteria were given low laser LASER therapy, isometric hand srengthening exercise and routine medications for four weeks. Results : After four weeks of intervention there was significant decrease on MCP joint pain, marked by decrease in Visual Analog Scale ( VAS ) (p<0,001) and significant increase of MCP range of motions (p< 0,001 ) Conclusion : Low level LASER therapy combine with isometric hand strenghthening exercise can reduce pain and increase the MCP range of motions in patients with hand rheumatoid arthritis.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febyana Anggraeni Tjahjar
Abstrak :
Artritis reumatoid AR adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh sinovitis erosif dengan inflamasi sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama dan dapat berlangsung lama. Terapi farmakologi saat ini tidak selalu memberikan hasil memuaskan dan pengobatan jangka panjang dapat mengakibatkan efek samping seperti gangguan gastrointestinal, hepar, renal, dan lain sebagainya. Akupunktur merupakan terapi non-farmakologi dengan jarum halus yang ditusukkan pada titik akupunktur tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi akupunktur dan medikamentosa. Uji klinis acak tersamar ganda dengan kontrol sham dilakukan pada tiga puluh subjek dengan AR yang dibagi ke dalam dua kelompok. Lima belas subjek kelompok terapi akupunktur dan medikamentosa; dan lima belas subjek kelompok akupunktur sham dan medikamentosa. Baik terapi akupunktur maupun akupunktur sham dilakukan dua kali seminggu hingga sepuluh kali. Disease Activity Score 28 ndash; C Reactive Protein DAS28-CRP beserta dengan empat komponennya, yaitu 28 Tender Joint Count 28TJC , 28 Swolen Joint Count 28SJC , General Health GH melalui pengukuran Visual Analogue Scale VAS , dan CRP diukur sebagai keluaran penelitian yang dinilai sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna penurunan rerata DAS28-CRP sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok terapi akupunktur dan medikamentosa dibandingkan dengan kelompok akupunktur sham dan medikamentosa p < 0,05 . Perbedaan bermakna juga terlihat pada penurunan rerata VAS sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok terapi akupunktur dan medikamentosa dibandingkan dengan kelompok akupunktur sham dan medikamentosa p < 0,001 . Tidak terdapat perbedaan bermakna pada median penurunan 28TJC, 28SJC, dan CRP antara kedua kelompok. Kesimpulan penelitian ini adalah terapi akupunktur dapat mempengaruhi aktivitas penyakit AR. ...... Rheumatoid arthritis AR is autoimmune disease characterized by erosive synovitis with chronic systemic inflammation and progressive, where the joints are the main targets and can be prolonged. Pharmacological therapy currently do not always give satisfactory results and long term treatment can cause side effects such as gastrointestinal disorders, hepatic, renal, and so forth. Acupuncture is a non pharmacological therapy with fine needle, punctured to acupuncture points on the body. This study aims to determine the effectiveness of acupuncture therapy and medical treatment. Double blind randomized clinical trials with sham control was conducted on thirty subjects with AR who were divided into two groups, fifteen subject in acupuncture therapy and medical treatment groups and fifteen subjects in sham acupuncture and medical treatment. Both acupuncture therapy and sham acupuncture is done two times a week for up to ten times. Disease Activity Score 28 C reactive protein DAS28 CRP along with its four components 28 Tender Joint Count 28TJC , 28 Swolen Joint Count 28SJC , General Health GH by measuring the Visual Analogue Scale VAS , and CRP were measured as the output of research, assessed before and after treatment. The results showed a significant decrease in the mean difference in DAS28 CRP before and after treatment in acupuncture therapy and pharmacology treatment group compared with sham acupuncture and pharmacology treatment groups p
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T55592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myra Puspitasari
Abstrak :
Latar Belakang. Artritis Reumatoid AR merupakan penyakit kronik, sistemik. Depresi sering menyertai pasien AR sebanyak 20-30 . Derajat aktivitas penyakit AR dapat mempengaruhi terjadinya depresi. Tujuan. Mengetahui prevalensi depresi pada pasien AR dan mengetahui hubungan antara derajat aktivitas penyakit dengan depresi pada pasien AR. Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan dengan memeriksa pasien AR di poliklinik rematologi RSCM yang memenuhi kriteria inklusi dengan consecutive sampling selama periode Januari sampai Maret 2017. Pasien dinilai derajat aktivitas penyakitnya dengan menggunakan DAS 28 dan diminta untuk mengisi kuesioner BDI. Analasis statistik dilakukan dengan menggunakan metode chi-square. Hasil Penelitian. Pada studi ini, didapatkan hasil bahwa prevalensi depresi pada pasien AR di RSCM adalah 35,9 dengan interval kepercayaan 95 sebesar 30 ndash; 42 . Derajat aktivitas penyakit memiliki hubungan yang bermakna dengan depresi pada pasien AR. p = 0,001. Kesimpulan. Prevalensi kejadian depresi pada pasien AR di RSCM pada adalah sebesar 35,9 . Derajat aktivitas penyakit memiliki hubungan yang bermakna dengan depresi pada pasien AR. ...... Background. Rheumatoid Arthritis RA is a chronic, systemic disease that cause synovial inflammation and progressive destruction to cartilages and deformities. Prevalence of depression in RA patients is 20 to 30 . Disease activity is considered to have relation with depression. Objective. To identify the prevalence of depression in RA patients and to identify association between disease activity index and depression in RA patients. Method. A cross sectional study of 145 RA patients that fulfilled the inclusion and exclusion criteria was held in Rheumatology Outpatient Clinic at RSCM from January to March 2017. Evaluation of DAS 28 and BDI was done to the patients. Chi square method was used to analyse the statistic. Results. The prevalence of depression in RA patients at RSCM is 35,9 with 95 confidence of interval 30 42 . There is significant relation between disease activity with depression in rheumatoid arthritis patient p 0,001. Conclusion. The prevalence of depression in RA patients at RSCM is 35,9 . There is significant relation between disease activity with depression in RA patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Asicha
Abstrak :
Latar Belakang Artritis reumatoid merupakan penyakit reumatik yang sering menyebabkan gangguan fungsional dan penurunan kualitas hidup. Faktor-faktor yang berbeda telah dilaporkan mempengaruhi kualitas hidup pasien AR. Penelitian ini bertujuan mengetahui rerata kualitas hidup pasien AR dan faktor-faktor yang berperan dalam kualitas hidup pasien AR. Metode Penelitian Sebanyak 152 subjek direkrut dari Poliklinik Reumatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Data mengenai sosiodemografi, kondisi klinis dan laboratorium yang berkaitan dengan aktivitas penyakit, status fungsional, masalah psikologis, dan jumlah komorbiditas diambil dalam penelitian ini. Kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner EuroQol five demensional (EQ-5D) and EQ global health visual analogue (VAS). Analisis dilakukan secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil Penelitian Sebayak 90,8% perempuan dengan rerata usia 49,41 ± 12,31 tahun dengan tingkat pendidikan menengah serta tidak bekerja. Mayoritas subjek memiliki derajat aktivitas penyakit sedang (median 3.26 (1,03 – 6,89) dan status fungsional mandiri. Median durasi penyakit penyakit 3 (0 – 34) tahun. Gangguan psikologis seperti ansietas (11,2%) dan depresi (20,4%) juga ditemukan. Median nilai indeks 0,84 (0,170 – 1,000) dan median nilai EQ VAS 70 40 – 100). Faktor-faktor yang secara independen berperan dalam nilai indeks adalah disabilitas fungsional, aktivitas penyakit, dan depresi, sedangkan untuk EQ VAS disabilitas fungsional, aktivitas penyakit, depresi, ansietas dan komorbiditas untuk EQ VAS. Kesimpulan Disabilitas fungsional, aktivitas penyakit, gangguan psikologis dan jumlah komorbiditas memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas hidup pasien AR. Sehingga evaluasi terhadap faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam standar pelayanan pasien AR dan tatalaksana yang sesuai harus dioptimalkan. ......Background. Rheumatoid arthritis (RA) is a rheumatic disease that often causes functional disorders and decreased health related quality of life (HRQoL). Different factors have been reported affecting HRQoL of RA patients. This study aims to evaluate the HRQoL and related factors in patients with RA. Methods. One hundred and fifty-two patients from Reumatology polyclinic at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta were enrolled. Data about sosiodemographic, clinical and laboratory data related to disease activity, functional status, psyological problem, and number of comorbidities were collected. HRQoL was assessed using the Indonesian EuroQol five demensional questionnaire (EQ-5D) and EQ global health visual analogue (VAS). Univariate analysis, bivariate and multivariate analysis were employed to identify factors related to HRQoL. Results. Ninety percent were female with a mean age ± Sof 49.41 ± 12.31 years with a secondary education level and unemployed. Majority of subjects had moderate disease activity (median 3.26 (1.03 – 6.89) and independent functional status. Median duration of illness was 3 (0 – 34) years. Psychological disorders such as anxiety (11.2%) and depression (20 .4%) were also found, the median index value 0.84 (0.170 – 1,000) and the median EQ VAS 70 40 – 100). The factors that independently played a role in the index score were functional disability, disease activity, and depression, while for the EQ VAS were functional disability, disease activity, depression, anxiety, and number of comorbidities. Conclusion. Functional disability, disease activity, psychological disorders and the number of comorbidities have a negative influence on the HRQoL of RA patients. So, the evaluation of these factors must be considered in the standard of care for RA patients and the appropriate management must be optimized
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Pasha
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Skor Clinical Disease Activity Index CDAI , sebagai salah satu metode pengukur derajat aktivitas artritis reumatoid AR , dipandang memiliki kelebihan dibandingkan metode skor lain karena tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium penunjang. Studi-studi yang dilakukan pada pasien AR di luar Indonesia mengungkap bahwa korelasi, validitas dan reliabilitas CDAI dinilai baik saat diuji dengan pembanding skor lain. Namun demikian studi-studi tersebut hanya mengikutsertakan subjek pasien AR murni tanpa komorbiditas. Pasien AR di Indonesia memiliki karakteristik klinis yang berbeda, terutama dalam aspek adanya kondisi komorbiditas, perbedaan predisposisi genetik dan perbedaan fenotipe penyakit. Tujuan: Menilai validasi skor CDAI pada profil pasien AR di Indonesia. Metode: studi potong lintang pada subjek pasien AR yang berobat di poliklinik Reumatologi RS Cipto Mangunkusumo bulan April s.d. Mei 2016. Setiap subjek dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pencatatan hasil pemeriksaan penunjang dan pencatatan data komorbiditas yang tertera di rekam medis. Dua pengukur melakukan penghitungan skor CDAI dan skor Disease Activity Score 28 DAS28-CRP sebagai baku emas pembanding pada tiap subjek. Luaran berupa data numerik. Penilaian model validasi data numerik dilakukan dengan analisis performa model prediktor menggunakan indeks R 2 . Hasil: Terdapat 119 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Seluruh subjek memiliki kondisi komorbiditas selain AR. Indeks R 2 =0,831 83,1 ;
ABSTRACT
Background Clinical Disease Activity Index CDAI stands out amongst other methods in measuring disease activity of rheumatoid arthritis RA patient. CDAI is considered to be more practical and cost effective in daily practice because it requires no laboratory examination. Previous studies conducted overseas revealed that CDAI has good correlation, validity, and reliability compared with other scoring methods. However, those studies included only pure RA subjects. Indonesian RA patients have distinct clinical profiles, in terms of comorbidity diseases, genetic predisposition, and fenotype of the disease. Objectives To analyze validation of CDAI in distinct clinical profiles of RA patients in Indonesia. Methods A cross sectional study in RA outpatients, who were visiting Rheumatology Clinic in RSCM on monthly basis from April to May 2016. Assesement of each patient include history taking and physical examination. All recent laboratory results and other data in medical record were documented in reseacher form. CDAI and Disease Activity Score 28 CRP DAS28 CRP , as gold standard, were measured by two observers. Outcomes were in numeric. Validation measurement were done in terms of validating a model prediction and quantifying how good the predictions from the model are. Overall perforomance were measured with R 2 index. Result A total of 119 subjects met the inclusion criteria. All subjects were RA patients with comorbidities and were representing quite numbers of Indonesian races characteristic profile. R 2 0,831 83,1 p
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabil Mubtadi Falah
Abstrak :
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Artritis Reumatoid AR merupakan penyakit kronik yang membutuhkan pengobatan jangka panjang dan mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Kuesioner Short Form 12 merupakan kuesioner kualitas hidup generik yang dapat digunakan untuk pasien AR dan telah diuji kesahihan dan keandalannya di Inggris. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keandalan dan kesahihan kuesioner Short Form 12 Berbahasa IndonesiaMETODE: Enam puluh lima orang pasien yang telah didiagnosis AR secara klinis sebelumnya berdasarkan kriteria American College of Rheumatology/ European League Against Rheumatism, diwawancarai dengan menggunakan kuesioner Short Form 36 dan Short Form 12 versi Indonesia. Kesahihan dinilai menggunakan kesahihan konstruksi dan kesahihan eksternal dan keandalan dinilai melalui metode konsistensi internal dan tes ulang.HASIL: SF-12 berbahasa Indonesian tidak terbukti memiliki kesahihan yang baik dengan korelasi setiap pertanyaan dengan SF-36 terbukti rendah pada domain Role Emotional dan Mental Health P
ABSTRACT
BACKGROUND Rheumatoid Arthritis RA is a chronic disease requiring a long term medication affecting quality of life. Short Form 12 is a generic questionnaire to asses patients quality of life and has been validated in England. This study designed to test reliability and validity of Indonesian version of . Short Form 12 questionnaire. METHODS Sixty five patients diagnosed Rheumatoid Arthritis clinically using American College of Rheumatology European League Against Rheumatism criterion, interviewed using Short Form 36 and Short Form 12 questionnaire. Validity assesed with construct validity and external validity, while reliability tested with internal consistency and test retest method.RESULT Short Form 12 Indonesian Version did not proved having a good validity, as it have a poor correlation between Role Emotional and Mental Health domain in SF 36 and SF 12. Indonesian version of Short Form 12 have a poor internal consistency reliability Alpha Cronbach 0,561 0,754 with a good test and retest reliability intra class correlation coefficient 0,844 0,980, P
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Adriansyah
Abstrak :
Latar Belakang : Neuropati perifer merupakan manifestasi ekstraartikular pada Artritis Reumatoid AR yang sudah lama diketahui dan ditemukan pada sekitar 50-57,4 pasien AR dengan patogenesis yang belum jelas hingga saat ini. Nerve Growth Factor NGF, yang dilaporkan berhubungan dengan kejadian neuropati perifer pada pasien Diabetes Mellitus ditemukan dengan kadar yang lebih tinggi pada pasien AR dibandingkan orang normal. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan antara kadar NGF dengan kejadian neuropati perifer pada pasien AR. Tujuan : Untuk mengetahui rata-rata kadar NGF darah dan ada tidaknya hubungan antara kadar NGF dengan kejadian Neuropati Perifer pada pasien AR. Metode : Penelitian potong lintang dengan metode consecutive sampling pada pasien AR rawat jalan di poli reumatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dilakukan dalam kurun waktu Juli 2015-Maret 2016. Pemeriksaan laboratorium dan fisiologi yang dilakukan adalah NGF dan Elektromiografi-Kecepatan Hantar Saraf EMG-KHS. Subjek kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan ada atau tidaknya neuropati perifer. Analisis bivariat kemudian dilakukan untuk melihat hubungan antara NGF dengan neuropati perifer diantara 2 kelompok. Data sekunder berupa usia, jenis kelamin, Laju Endap darah LED, C-Reactive Protein CRP, Disease Activity Score DAS 28 LED dan DAS 28 CRP didapat dari rekam medis sebagai data karakteristik dasar pasien. Hasil : Sebanyak 132 pasien diikutsertakan dalam penelitian ini dan didapatkan neuropati perifer sebanyak 45,5 60 orang selama Juli 2015-Maret 2016. Median kadar NGF pada pasien AR adalah 4,11 pg/mL 0,0-24,5 pg/mL. Median NGF pasien AR dengan neuropati perifer adalah 4,11 pg/mL 1,1-20,83 pg/mL, sementara median NGF pada pasien AR tanpa neuropati adalah 3,89 pg/mL 0,0-24,5 pg/mL. Jenis neuropati yang ditemukan pada pasien AR adalah polineuropati 29 subyek/21,97, mononeuropati multipleks 20 subyek/15,15 dan Carpal Tunnel Syndrome 15 subyek/11,36. Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan antara kadar NGF serum dengan kejadian neuropati perifer pada pasien AR p=0,716. Simpulan : Kadar NGF serum pasien AR didapatkan median sebesar 4 pg/mL dengan median NGF serum pada kelompok neuropati perifer 4,11 pg/mL dan kelompok tanpa neuropati 3,89 pg/mL. Tidak terdapat hubungan antara NGF serum dengan kejadian neuropati perifer pasien AR. ...... Background : Peripheral neuropathy is an extra articular manifestations in Rheumatoid Arthritis RA, which has been known and is found in approximately 50 to 57.4 of patients with RA with an unclear pathogenesis until now. In DM type 2 patients, Nerve Growth Factor NGF is associated with peripheral neuropathy. NGF level is also reported to be higher among RA patients than that of among healthy subjects. The correlation between NGF level and peripheral neuropathy among RA has not been concluded yet. Aim : To find out the mean levels of NGF blood serum and the relationship between the NGF serum levels and Peripheral Neuropathy among patients with RA. Methods : A cross sectional study using consecutive sampling method including patient of rheumatology clinic at Cipto Mangunkusumo hospital was performed between July 2015 to March 2016. The laboratory and physiology measurement incude NGF level and Electromyography Nerve Conduction Velocities EMG NCV were examined to the subjects. Patients were classified into 2 groups based on the diagnosis of Peripheral Neuropathy PN PN positive and PN negative. Bivariate analysis were done to investigate the relationship between NGF and PN among groups. Secondary data such as age, sex, Erythrocyte Sedimentation Rate ESR, CRP, Disease Activity Score DAS 28 ESR and CRP obtained from their medical record as a basic characteristic data of patients. Results : Among 132 subjects, PN was found in 60 subjects 45,5. The median level of NGF in RA patients was 4.11 pg mL 0.0 to 24.5 pg mL. The median NGF level of RA patients with peripheral neuropathy was 4.11 pg mL 1.1 to 20.83 pg mL, while the median of NGF level in RA patients without neuropathy was 3.89 pg mL 0.0 to 24.5 pg mL. Types of neuropathy among patients with AR were polyneuropathy 29 subjects 21.97, mononeuropathy multiplex 20 subjects 15.15 and Carpal Tunnel Syndrome 15 subjects 11.36. In this study we found no association between NGF serum level and peripheral neuropathy among patients with RA p 0.716. Conclusion : The median of NGF serum level among RA patients was 4 pg mL. The median of NGF serum level among peripheral neuropathy group was 4.11 pg mL while the median of NGF level in RA patients without neuropathy was 3.89 pg mL. There was no relationship between NGF serum level and peripheral neuropathy among patients with RA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T55597
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Fitrianti
Abstrak :
Latar Belakang. Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan inflamasi kronik artikular dan non-artikular yang  dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan fungsi kognitif. Beberapa studi menunjukkan pemberian terapi Metotreksat mempengaruhi penurunan fungsi kognitif pada pasien AR. Belum ada studi di Indonesia yang menilai hubungan dosis MTX dengan fungsi kognitif pada pasien AR. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan fungsi kognitif sesudah pemberian terapi MTX selama 3 bulan dan mengetahui hubungan antara dosis MTX dengan fungsi kognitif pada pasien dengan AR. Metode. Desain studi ini adalah kohort prospektif yang melibatkan 39 pasien baru terdiagnosis Artritis reumatoid berusia <60tahun di Poliklinik Reumatologi RSCM. Karakteristik demografi, parameter klinis dan penilaian kognitif didokumentasikan secara lengkap. Penilaian fungsi kognitif dilakukan dengan tes Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia (MoCA-Ina) yang sudah tervalidasi. Studi ini menggunakan analisis statistik uji Wilcoxon, analisis bivariat dan korelasi Spearman untuk menganalisis data dengan menggunakan software Stata 15.1. Hasil. Terdapat 28% subjek dengan penurunan fungsi kognitif. Tidak ditemukan perbedaan bermakna terhadap fungsi kognitif global sesudah pemberian MTX selama 3 bulan. Analisis korelasi Spearman menunjukkan adanya korelasi negatif antara kadar dosis MTX dengan domain fungsi memori (r=-0,4,  p =0,01). Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap fungsi kognitif global sesudah pemberian MTX selama 3 bulan. Namun, terdapat korelasi negatif antara kadar dosis metotreksat dengan domain fungsi memori ......Background. Rheumatoid arthritis is an autoimmune disease causes chronic articular and non-articular inflammation with cognitive impairment as one of its complication. Several studies have shown that Methotrexate affects the decline of cognitive function in RA patients. There are no studies in Indonesia that have assessed the relationship between MTX and cognitive function in Indonesia. Aim. We aimed to know and to investigate the association between cumulative dose of MTX and cognitive function in patient with RA. Methods. This is a prospective cohort study involving 39 subject with newly diagnosed Rheumatoid arthritis. Demographics characteristics, clinical parameters, and cognitive assessment were documented. Cognitive assessment was assessed based on validated Indonesian version of Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) test. This study used Wilcoxon, bivariate analysis and Spearman correlation to analyse the data. Results. A total of 39 patients with RA, 28% were classified as cognitively impaired. There was no significant difference in global cognitive function after administration of MTX in 3 months. Spearman correlation analysis showed negative correlation between cumulative dose of MTX and memory function domain (r=-0.4, p=0.01). Conclusion. There was no significant difference in global cognitive function after administration of MTX in 3 months. Cumulative dose of MTX negatively correlated with memory function domain.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jerry Eddya Putra Boer
Abstrak :
Artritis reumatoid AR adalah penyakit autoimun yang saat ini telah diketahui menunjukkan manifestasi klinis bukan hanya intraartikular, tetapi juga ekstraartikular. Kejadian kardiovaskular baik subklinis maupun klinis ditemukan lebih tinggi pada penderita AR. Mediator inflamasi aterogenik pada AR seperti interleukin-6 IL-6 diduga menjadi salah satu faktor risiko nontradisional kardiovaskular yang berkontribusi meningkatkan penanda disfungsi endotel seperti E-Selectin. Penelitian ini bertujuan mengetahui peran mediator inflamasi dalam kejadian disfungsi endotel, khususnya korelasi IL-6 dan E-selectin, pada pasien artritis reumatoid tanpa faktor risiko kardiovaskular. Studi potong-lintang dilakukan pada 40 pasien AR di Poliklinik Reumatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Indonesia, pada bulan September-November 2017. Pemeriksaan IL-6 dan E-Selectin dilakukan dengan teknik enzyme-linked immunosorbent assay ELISA. Analisis korelasi bivariat dilakukan untuk menemukan korelasi kedua penanda tersebut. Rerata usia subjek penelitian ini adalah 44,9 13,1 tahun dan median durasi sakit adalah 36 bulan. Korelasi kadar IL-6 dengan kadar E-Selectin memiliki kekuatan korelasi lemah tetapi tidak bermakna secara statistik r = 0.232, p=0,149. Tidak terdapat korelasi antara IL-6 dengan E-Selectin pada pasien AR tanpa faktor risiko tradisional kardiovaskular. ......Rheumatoid arthritis RA is an autoimmune disease which has recently been recognized to manifest as not only intraarticular but also extraarticular symptoms. Cardiovascular events, presented either subclinically or clinically, were discovered more in AR patients. Atherogenic inflammatory mediator in AR including interleukin-6 IL-6 was thought to be one of nontraditional cardiovascular risk factor contributing to increase the endothelial dysfunction biomarker such as E-Selectin. This study was purposed to determine the correlation between inflammatory mediator and endothelial dysfunction event, especially between IL-6 and E-Selectin, in RA patient without traditional cardiovascular risk factor. A cross-sectional study was performed to 40 RA patients of Rheumatology Clinic of Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Indonesia from September to November 2017. Measurement of the level of IL-6 and E-Selectin were performed using enzyme-linked immunosorbent assay ELISA. Bivariate correlation analysis was performed to determine the correlation between those two biomarkers. The mean age of this study subjects was 44.9 13.1 years and median of disease duration was 36 months. This study showed weak correlation between IL-6 and E-Selectin level, but not statistically significant.232, p=0.149 . There is no correlation between IL-6 and sE-Selectin in rheumatoid arthritis patient without traditional risk factor cardiovascular.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library