Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurfalah Tri Wibowo
"ABSTRAK

Perkembangan teknologi dan informasi di bidang jaringan komputer di Indonesia pada tahun 2014 menyentuh angka 107 juta pengguna. Layanan web aplikasi dalam suatu jaringan komputer menjadi salah satu target terbesar yang menjadi incaran para penyerang jaringan komputer. Lebih dari 60% motif serangan di internet dikategorikan sebagai cyber crime yang berarti penyerang menginginkan keuntungan pribadi untuk dirinya dan merugikan orang yang diserang. Maka dari itu honeypot glastopf sebagai salah satu sistem keamanan web aplikasi dibutuhkan untuk pengamanan web aplikasi. Honeypot glastopf mengemulasikan sistem web aplikasi dan memberikan respon yang sama dengan suatu sistem web aplikasi terhadap setiap permintaan yang dikirimkan oleh klien. Respon yang diperlukan honeypot glastopf dalam membalas permintaan paket dari satu pengirim request sekitar 56 mikrodetik, 15,8 mikrodetik lebih lama dibanding dengan servis apache2, sedangkan untuk membalas permintaan dari dua pengirim mencapai 74 mikrodetik dan lebih lama 8,7 mikrodetik dibandingkan dengan apache2. Honeypot glastopf berpengaruh sangat sedikit terhadap throughput suatu jaringan. Ketika mengaktifkan glastopf, throughput jaringan hanya menurun 0,05% pada pengiriman yang dilakukan oleh satu pengirim, dan menurun 0,35% ketika dilakukan pengiriman oleh dua pengirim.


ABSTRACT

In 2014, internet users in Indonesia reach 107 million users. Web application service is the largest number of use in the computer network. Accordance with the number of use, attacks on the web application also the largest number of computer network attack. Glastopf is one of security system for web application, and glastopf is open source based. Honeypot glastopf emulating web application system, and it will give same response with web application system while it receiving request packet that transmitted by client. Glastopf need 56 microsecond to reply the request which transmitted by one client. Glastopf slower 15,8 microseconds than apache2?s service. Glastopf also it need 74 microsecond to reply the request which transmitted by 2 client, 8,7 microseconds slower than apache2?s service. Glastopf has a little influence to the throughput of a network. While glastopf activated, throughput ammount will decrease about 0,05% in the transmition by one client, and decreased 0,35% in the transmition by two client.

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60086
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Bangun
"Jakarta Pusat menjadi kawasan pusat perkantoran dan pusat pemerintahan yang menjadi sangat berisiko terhadap kebakaran. Menurut data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan 42,5% gedung perkantoran pemerintahan tidak terawat sistem proteksi kebakarannya. Waktu respon darurat menjadi faktor penting pada terjadinya risiko kebakaran karena hal ini dapat menanggulangi kebakaran. Untuk mencapai hal tersebut, digunakan metode penelitian analisis risiko untuk dapat mengetahui faktor risiko dominan dari kebakaran untuk evaluasi sistem emergency response time sebagai acuan dalam perencanaan lokasi pos pemadam kebakaran. Hasil evaluasi penelitian terdapat 8 risiko dominan pada penelitian yang berupa perbaikan SOP eksisting dan pemetaan perencanaan lokasi pos pemadam kebakaran.

Central Jakarta is the center of office area and central government, therefore this area become vital a risky area against fires. According data from Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan that 42.5% the fire protection sistem in office building is untreated. Emergency response time become a key factor in fire incident. To achieve this method, risk analysis method is used for this research to get risk factors dominant of fire incident for evaluation of sistem emergency response time as a referencein planning location of fire station. The evaluation resultsof this research, there are 8 risk dominants to improve existing SOP dan mapping fire station location."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46213
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siti Nurlaelah
"Ketepatan aktivasi kode trauma dan tindakan keperawatan emergensi yang terstruktur merupakan salah satu faktor dalam keberhasilan penanganan pasien politrauma. Penanganan pasien politrauma yang segera dan terstruktur dapat menurunkan risiko perburukan kondisi pasien, menurunkan angka kecacatan dan menyelamatkan nyawa pasien. Ketidaktepatan penapisan pasien politrauma di triage disebabkan karena belum adanya instrumen penapisan dengan indikator yang sensitif dan spesifik. Selain itu, kompleksitas kondisi pasien politrauma menuntut adanya penanganan yang cepat, tepat, komprehensif, dan terstruktur. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen skrining politrauma di triage yang sensitif dan spesifik serta melakukan restrukturisasi intervensi keperawatan emergensi untuk pasien trauma yang disebut ELLASI. Penelitian ini menggunakan metode sequential exploratory mixed method yang meliputi 3 tahap. Tahap I: pengembangan instrumen Skrining Politrauma Universitas Indonesia – Cipto Mangunkusumo (SPIC) melalui literature review, studi kualitatif, diskusi pakar (pannel expert), dan studi kuantitatif (pembuatan model skoring). Tahap II: uji nilai diagnostik instrumen SPIC dalam menapis politrauma dengan uji formulasi model skoring. Tahap III: uji efektivitas kombinasi instrumen SPIC+ELLASI dibandingkan SPIC+non ELLASI menggunakan randomized control trial (RCT) single blind. Penelitian ini menghasilkan instrumen SPIC yang sensitif (91%) dan telah mendapatkan HKI. Kombinasi instrumen SPIC dan ELLASI terbukti lebih efektif dalam meningkatkan waktu respons (p = 0,000), mencegah kondisi perburukan pasien (skor EWS p = 0,000), dan menjaga status metabolik pasien (pH p = 0,04; HCO3 p = 0,03) dibandingkan dengan kombinasi instrumen SPIC dan non ELLASI. SPIC dapat digunakan sebagai instrumen penapisan pasien politrauma di triage. Kombinasi SPIC dan ELLASI dapat meningkatkan luaran pasien.

Code trauma activation and emergency nursing intervention are factors affecting the success of polytrauma patient management. These factors can help prevent deterioration and death. There is no instrument to screen polytrauma patients in triage. The complexity of polytrauma patients’ condition requires fast, correct, comprehensive and structured intervention. This study aims to develop a polytrauma screening instrument and standardized emergency nursing intervention called ELLASI. This study used a sequential exploratory mixed method, which consisted of 3 phases. Phase 1: To develop an instrument of Skrining Politrauma Universitas Indonesia – Cipto Mangunkusumo (SPIC) by using literature review, qualitative study, pannel expert, and quantitative. Phase 2: To test the diagnostic value of SPIC to screen polytrauma patients. Phase 3: To examine the effectiveness of SPIC and ELLASI in preventing deterioration, increasing response time, and maintaining the metabolic status of polytrauma patients using randomized control trials (RCT) single blind. This study produced SPIC with high sensitivity (91%). SPIC and ELLASI are effective in increasing response time (p = 0,000), preventing deterioration (EWS score p = 0,000), and maintaining metabolic status (pH p = 0,04; HCO3 p = 0,03) of polytrauma patients compare to SPIC and non ELLASI. SPIC can be used as a screening tool for polytrauma patients in Triage. SPIC and ELLASI can increase patients outcome."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library