Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adinda Dheandra Aurellia Murtiyani
"Penelitian ini berfokus pada peran Yayasan Pulih dalam mendukung resiliensi remaja penyintas kekerasan seksual di sekolah dengan menggunakan perspektif sosio-ekologi oleh Bronfenbrenner. Remaja penyintas kekerasan seksual mengalami berbagai trauma, baik fisik dan psikis yang berpotensi mengganggu kehidupan mereka. Studi-studi terdahulu menyimpulkan bahwa resiliensi dapat dibentuk melalui tiga faktor, yaitu faktor internal, faktor dukungan sosial, serta faktor strategi dan proses pemulihan yang diterapkan. Namun, masih studi-studi terdahulu kurang menyoroti secara spesifik kontribusi lembaga penyedia layanan dalam proses tersebut. Penelitian ini menunjukkan peran Yayasan Pulih mencakup intervensi pada berbagai tingkat sistem sosial yang memengaruhi proses pemulihan, mulai dari mikrosistem, mesosistem, eksosistem, hingga makrosistem. Temuan ini menunjukkan bahwa proses resiliensi remaja penyintas tidak dapat dilepaskan dari dukungan lintas sistem. Keberhasilan pemulihan juga ditentukan oleh kualitas interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam, penelitian ini melibatkan remaja penyintas serta perwakilan dari Yayasan Pulih. Hasil temuan dari penelitian diharapkan dapat memperkuat pemahaman tentang bagaimana lembaga seperti Yayasan Pulih dapat berperan secara strategis sebagai penghubung antara penyintas dan sekolah.

This study focuses on the role of Yayasan Pulih in supporting the resilience of adolescent survivors of sexual violence in schools, using Bronfenbrenner’s socio-ecological perspective. Adolescent survivors often experience various forms of trauma, both physical and psychological, which can significantly disrupt their lives. Previous studies have identified three main factors that contribute to resilience: internal strengths, social support, and recovery strategies. However, limited research has specifically examined the contributions of service-providing institutions within this process. This study reveals that Yayasan Pulih plays a strategic role by intervening across multiple layers of the social ecological system that shape recovery, including the microsystem, mesosystem, exosystem, and macrosystem. The findings highlight that adolescent resilience cannot be separated from multi-level systemic support and that recovery success is closely tied to the quality of interaction between individuals and their surrounding environment. Using a qualitative method through in-depth interviews, this research involved adolescent survivors as well as representatives from Yayasan Pulih. The findings are expected to deepen understanding of how institutions like Yayasan Pulih serve as strategic mediators between survivors and schools. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Aurelia Puspita
"Resiliensi menjadi kapasitas penting bagi perempuan kepala keluarga yang kerap menghadapi berbagai tantangan berlapis dalam menjalankan perannya. Kapasitas ini berkaitan dengan keyakinan dari dalam individu dalam menghadapi tantangan dan dukungan dari sekitar individu. Penelitian ini bertujuan menganalisis korelasi antara dukungan sosial dan self-efficacydengan resiliensi pada perempuan kepala keluarga. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dan desain cross-sectional. Responden dalam penelitian ini berjumlah 51 perempuan kepala keluarga yang merupakan anggota kader Yayasan PEKKA (Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga) di Jakarta Timur dengan teknik pengambilan sampel jenuh yang mencakup seluruh populasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah tabel silang dan uji korelasi Kendall's Tau-b dengan terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan SPSS. Pengukuran variabel dukungan sosial mengacu pada empat dimensi dari House (1981), yaitu dukungan emosional, penghargaan, informatif, dan instrumental. Variabel self-efficacy menggunakan tiga dimensi dari Bandura (1997), yaitu level, generality, dan strength. Sementara itu, resiliensi diukur berdasarkan empat aspek dari Connor & Davidson (2003) yang dimodifikasi oleh Dong dkk. (2013), yaitu fleksibilitas untuk mengatasi perubahan dan tantangan, dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial, pengaruh spiritual, serta memiliki kehidupan yang berorientasi pada tujuan. Instrumen penelitian menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban, yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, sesuai, dan sangat sesuai. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat dukungan sosial (90,2%), self-efficacy (86,3%), dan resiliensi (78,4%) yang tergolong tinggi. Hasil uji korelasi bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup dan bersifat positif antara dukungan sosial dan resiliensi (koefisien korelasi = 0,328; p = 0,018). Artinya, terdapat kecenderungan bahwa perempuan kepala keluarga yang merasakan dukungan sosial lebih tinggi cenderung memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi. Selain itu, hubungan antara self-efficacy dan resiliensi juga tergolong cukup dan positif (koefisien korelasi = 0,489; p = 0,000), yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat self-efficacy yang dimiliki, maka cenderung diikuti oleh tingkat resiliensi yang lebih tinggi. Peneliti memberi rekomendasi bagi pembuat kebijakan dan program untuk memperhatikan aspek dukungan sosial dan self-efficacy sebagai bagian dari intervensi untuk meningkatkan resiliensi perempuan kepala keluarga.

Resilience is a crucial capacity for female heads of households who frequently face multiple layered challenges in fulfilling their roles. This capacity relates to an individual’s internal belief in facing adversity, as well as the support received from their surrounding environment. This study aims to analyze the correlation between social support and self-efficacy with the resilience of female heads of households. A quantitative method was used with a descriptive approach and a cross-sectional design. The respondents of this study were 51 female heads of households who are members of the PEKKA Foundation (Women-Headed Family Empowerment Foundation) in East Jakarta. A saturated sampling technique was applied, covering the entire population. Data analysis techniques included cross-tabulation and Kendall’s Tau-b correlation test, preceded by validity and reliability tests using SPSS. The measurement of social support variables referred to four dimensions proposed by House (1981): emotional, appraisal, informational, and instrumental support. The self-efficacy variable used three dimensions from Bandura (1997): level, generality, and strength. Meanwhile, resilience was measured based on four aspects developed by Connor & Davidson (2003) and modified by Dong et al. (2013), which include flexibility in adapting to changes and challenges, support from family and the social environment, spiritual influence, and having a goal-oriented life. The research instrument used a Likert scale with four response options: strongly disagree, disagree, agree, and strongly agree. Univariate analysis showed that the majority of respondents had high levels of social support (90.2%), self-efficacy (86.3%), and resilience (78.4%). The results of the bivariate correlation test indicate moderate and positive relationship between social support and resilience (correlation coefficient = 0.328; p = 0.018). This suggests a tendency for women heads of households who perceive higher social support to also exhibit higher resilience. Furthermore, the relationship between self-efficacy and resilience is also moderate and positive (correlation coefficient = 0.489; p = 0.000), indicating that higher levels of self-efficacy tend to be associated with higher resilience. The researcher recommends that policy and program makers pay attention to aspects of social support and self-efficacy as part of interventions to increase the resilience of female heads of households."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Callista Septia Dwi Syahfitri
"Fokus skripsi ini membahas isu kerentanan dan resiliensi akibat adanya penggabungan ruang domestik dan publik selama bencana pandemi Covid-19. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap guru perempuan dalam rumah tangga di SMP Islam Alif Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggabungan ruang domestik dan publik selama bencana pandemi Covid-19 membentuk kerentanan pada guru perempuan dilatarbelakangi oleh stereotipe gender yang terbentuk akibat paham patriarki yang demikian kuat membuat guru perempuan menghadapi beban ganda yang semakin berat dengan adanya penggabungan ruang publik dan domestik selama bencana pandemi Covid-19. Alhasil, peran produktif dan reproduktif yang berkelindan membentuk kerentanan dalam keseharian guru perempuan. Adapun terdapat tiga hal yang saling berkaitan dalam membangun upaya resiliensi yaitu, atribut disposisional pada individu, dukungan sosial dari keluarga dan kerabat dekat bekerja secara kompleks dalam membangun resiliensi pada perempuan.

The focus of this thesis discusses the issue of vulnerability and resilience due to the merging of domestic and public spaces during the Covid-19 pandemic disaster. The research data were obtained through in-depth interviews with female teachers in households at SMP Islam Alif Bekasi. The results showed that the merging of domestic and public spaces during the COVID-19 pandemic created vulnerability to female teachers against the background of gender stereotypes that were formed due to such a strong patriarchal understanding that female teachers faced a double burden that was getting heavier with the merging of public and domestic spaces during the disaster. Covid-19 pandemic. As a result, the intertwined productive and reproductive roles form vulnerability in the daily life of female teachers. There are three things that are interrelated in building resilience efforts, namely, dispositional attributes in individuals, social support from family and close relatives work in a complex manner in building resilience in women."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library