Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Florentynia Pradnya Paramita
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara resiliensi dan coping pada remaja akhir yang memiliki orangtua penderita penyakit kronis. Responden penelitian ini sebanyak 42 orang remaja akhir berusia 18-22 tahun. Resiliensi responden diukur dengan alat ukur bernama Resilience Scale-14 yang disusun oleh Wagnild dan Young (1993) dan telah diadaptasi ke dalam konteks Indonesia. Coping diukur dengan alat ukur Brief COPE yang disusun oleh Carver (1997) dan telah diadaptasi ke dalam konteks Indonesia. Hasil penelitian menujukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara resiliensi dan coping pada remaja yang memiliki orangtua penderita penyakit kronis.

This research was conducted to find the correlation between resilience and coping stress in late adolescence with parental chronic illness. The participants of this research were 42 late adolescence in age 18 to 22 years old. Resilience was measured by using Resilience Scale-14 which was constructed by Wagnild and Young (1993) and had been adapted to Indonesian context. Coping was measured by using Brief COPE which was constructed by Carver (1997) and had been adapted to Indonesian context. The results of this research show that there were not significant correlation between resilience and coping stress in adolescence with parental chronic illness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Vashti Raissa
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dan persepsi positif terhadap pernikahan pada remaja akhir dari latar belakang keluarga yang pernah bercerai. Resiliensi didefinisikan sebagai kemampuan untuk bangkit kembali dan individu dengan sukses dapat mengatasi masalah meskipun kesulitan/kemalangan terjadi. Persepsi terhadap pernikahan mencakup sikap dan ekspektasi terkait keinginan untuk menikah, serta bagaimana gambaran kehidupan pernikahan bagi individu di masa yang akan datang. Pengukuran resiliensi diukur menggunakan alat tes yang disusun untuk penelitian ini dan merupakan adaptasi dari teori Earvolino-Ramirez 2007 dan Wagnild dan Young 1993; dalam Wagnild, 2009 . Pengukuran persepsi terhadap pernikahan dilakukan dengan menggunakan alat ukur Marriage Perception Scale MPS yang dikembangkan oleh Shukla, Deodiya, dan Singh 2013 . Partisipan penelitian berjumlah 220 remaja akhir yang tinggal bersama keluarga asuh. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara resiliensi dan persepsi positif terhadap pernikahan pada remaja akhir dari keluarga yang pernah bercerai.

This research was conducted to find the relationship between resilience and a positive perception toward marriage. Resilience is defined as the ability to bounce back or cope successfully despite substantial adversity. Perception toward marriage consist of attitude and expectation to get married, as well as description about how marriage life would be for a person in the upcoming future. Resilience was measured using an instrument that was newly developed by the researcher herself with a fellow colleague, adapted from theories from Earvolino Ramirez 2007 and Wagnild and Young 1993 Wagnild, 2009 . Perception Toward Marriage was measured using an instrument named Marriage Perception Scale MPS developed by Shukla, Deodiya, and Singh 2013. Participants of this research were collected 220 late adolescents living with residential parent. The Pearson Correlation indicate positive significant correlation between resilience and a positive perception toward marriage.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Alvonciani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara religious coping dan resiliensi pada remaja yang mengalami stres. Resiliensi adalah kualitas-kualitas dalam diri individu yang memampukannya untuk melalui situasi sulit. Keterlibatan religi dalam coping disebut dengan religious coping yang dapat berpola positive religious coping PRC dan negative religious coping NRC. Peneliti menyusun alat ukur resiliensi secara khusus untuk penelitian ini dengan menggunakan karakteristik resiliensi dari Earvolino-Ramirez 2007 ditambah dua karakteristik resiliensi dari Wagnild dan Young 1993. Religious coping diukur menggunakan Brief RCOPE yang dikembangkan oleh Pargament, Smith, Koenig, dan Perez 1998. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan melibatkan 128 remaja berusia 18-24 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara PRC dan resiliensi, namun tidak ditemukan hubungan antara NRC dan resiliensi. Ditemukan pula perbedaan yang signifikan antara skor PRC dan NRC laki-laki dan perempuan. Implikasi dari penelitian ini penting untuk didiskusikan dan dapat dimanfaatkan untuk ranah konseling remaja.

This study aims to understand the relationship between religious coping and resilience in adolescents with stress. Resilience is qualities within individual that enable them to go through difficult situation. Religious involvement in coping is called religious coping, which have two patterns, positive religious coping PRC and negative religous coping NRC. Researcher specifically constructed resilience measurement for this study using resilience characteristics from Earvolino Ramirez 2007 added with two characteristics from Wagnild and Young 1993. Religious coping is measured using Brief RCOPE which is developed by Pargament, Smith, Koenig, and Perez 1998. This study use quantitave method and involve 128 adolescent from 18 to 24 years. Results show that PRC and resilience relate significantly positive but no relationship between NRC and resilience. In addition, there is significant difference in PRC and NRC scores between male and female. This study has important implication to be discussed and can be used in adolescent counseling.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
362.7 HAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Riezkita Gholiya
"Penelitian ini membahas mengenai pengaruh dukungan sosial terhadap resiliensi remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya 1. Masa remaja adalah fase kehidupan yang penuh dengan tantangan, pencarian identitas diri, dan peran baru yang sering kali menimbulkan gejolak emosi, konflik dengan orang dewasa, dan perilaku berisiko. Untuk menghadapi berbagai rintangan dan menghindari dampak negatif dan stress, resiliensi menjadi hal penting yang perlu dikembangkan oleh remaja. Salah satu faktor eksternal resiliensi adalah dukungan sosial. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif untuk dapat membuktikan hipotesis terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap resiliensi remaja Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya 1. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner secara luring dan daring pada Juni 2024 yang diisi oleh 85 responden menggunakan metode sampling jenuh. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar tingkat resiliensi remaja PSBR Taruna Jaya 1 berada pada kategori normal sebesar 47,1% (n=40). Kemudian, setelah melakukan uji analisis somers’d, hasil menunjukkan pengaruh dukungan sosial organisasi dan teman sebaya terhadap resiliensi memiliki nilai sebesar 0,290 yang menunjukkan kategori lemah dan berpengaruh secara positif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa peningkatan dalam dukungan sosial, baik dari organisasi maupun teman sebaya berkontribusi terhadap peningkatan resiliensi meskipun pengaruhnya tidak kuat.

This study examines the influence of social support on the resilience of adolescents at the Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Taruna Jaya 1. Adolescence is a phase of life filled with challenges, identity exploration, and new roles, often leading to emotional turmoil, conflicts with adults, and risky behaviors. Developing resilience is crucial for adolescents to navigate these challenges and avoid negative impacts and stress. One external factor influencing resilience is social support. This quantitative study aims to test the hypothesis that social support affects the resilience of adolescents at PSBR Taruna Jaya 1. Data was collected through offline and online questionnaires distributed in June 2024, with 85 respondents using a saturated sampling method. The results indicate that the majority of adolescents at PSBR Taruna Jaya 1 have a normal level of resilience, at 47.1% (n=40). Further analysis using Somers' D test shows that social support from organizations and peers has a weak yet positive influence on resilience, with a value of 0.290. The study concludes that while increased social support from organizations and peers contributes to higher resilience, its influence is not strong."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library