Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adela Nurroza Witami
Abstrak :
Kapasitas resiliensi keluarga menjadi poin penting dalam menghadapi Pandemi Covid-19. Selama situasi krisis berlangsung, resiliensi berguna untuk membantu keluarga dalam beradaptasi dan bangkit dari berbagai kesulitan yang hadir. Perubahan akibat efek domino dari Pandemi Covid-19 telah dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan. Banyaknya dampak negatif dari segi kesehatan, ekonomi, sosial, hingga kesehatan mental menjadi stressor bagi individu sebagai anggota keluarga dalam menjalani Pandemi Covid-19. Oleh karena itu, diperlukan adanya kemampuan strategi coping yang berguna dalam mengelola stres yang dirasakan selama masa Pandemi Covid-19. Adanya kemampuan strategi coping pada anggota keluarga diketahui dapat membantu timbulnya resiliensi keluarga di masa Pandemi Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi strategi coping pada individu yang tinggal bersama keluarganya pada masa Pandemi Covid-19 di kawasan DKI Jakarta. Konstruk resiliensi keluarga diukur oleh Family Resilience Questionnaire (WFRQ), sedangkan strategi coping diukur menggunakan Brief COPE. Berdasarkan hasil analisis dari 322 partisipan berusia 17-64 tahun di DKI Jakarta, ditemukan bahwa terdapat 6,3% kontribusi strategi coping terhadap pembentukan resiliensi keluarga. ......The capacity of family resilience is an important point in dealing with the Covid-19 Pandemic. During this crisis, resilience is helpful to help families adapt and rise from the various difficulties that arise. Changes due to the domino effect of the Covid-19 pandemic have been felt in various aspects of life. The many negative impacts of health, economy, social, and mental health are stressors for individuals as family members undergoing the Covid-19 Pandemic. Thus, it is necessary to have the ability to use coping strategies that are useful in managing the stress felt during the Covid-19 pandemic. The coping strategies in family members are known to help the emergence of family resilience during the Covid-19 pandemic. This study aims to determine the contribution of coping strategies to individuals living with their families during the Covid-19 pandemic in the DKI Jakarta area. The Family Resilience Questionnaire (WFRQ) measured the family resilience construct, while the coping strategy was measured using the Brief COPE. Based on the analysis of 322 participants aged 17-64 years in DKI Jakarta, it was found that there was a 6,3% contribution of coping strategies to the formation of family resilience.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aulia Rahman Azri Boer
Abstrak :
Perusahaan startup memiliki dinamika yang sangat cepat dan tidak menentu apabila dibandingkan dengan perusahaan yang telah lama berdiri. Selain itu, perusahaan startup memiliki praktik yang mengharuskan karyawannya untuk menghadapi pembagian pekerjaan yang lebih banyak. Namun, dengan kondisi ekonomi yang tidak stabil dan ketidaksanggupan karyawan untuk melakukan kerja rangkap, karyawan lebih rentan untuk menghadapi ketidakpastian dalam pekerjaannya. Berdasarkan studi, employee resilience merupakan salah satu perilaku yang penting dimiliki seorang karyawan dalam menjalankan setiap pekerjaannya. Penelitian bertujuan untuk membuat alat ukur yang reliabel, valid dalam mengukur perilaku employee resilience, memiliki item-item yang baik, dan memiliki norma yang dapat digunakan untuk menginterpretasi skor. Partisipan dalam penelitian merupakan karyawan perusahaan startup yang telah bekerja minimal 2 bulan (n = 106). Hasil menunjukkan alat ukur Startup Employee Resilience (SUER) memiliki konsistensi internal yang tinggi, valid atas korelasi dengan work engagement yang memiliki hubungan secara teoretis, dan memiliki item yang dapat membedakan antarindividu dengan baik. Norma digunakan dalam menginterpretasi skor alat ukur SUER adalah normalized standard scores (M = 10; SD = 3). Alat ukur ini diharapkan dapat menjadi acuan diagnosis tingkat resiliensi yang dimiliki karyawan perusahaan startup. ......Startup companies have fast and uncertain dynamics compared to well-established companies. Moreover, startup companies have practices that require the employees to face more work division. However, by the unstable economic condition and employee’s inability to face multiple workload, employees are vulnerable to face uncertainty at work. Studies showed that employee resilience is known as one of major behavior that employee should have to get through their job. The purpose of this research are to construct a reliable psychological measurement, valid in measuring employee resilience behavior, have a good item and norms to interpret the obtained scores. Result shows that Startup Employee Resilience measure (SUER) has high internal consistency, valid that proven by the correlation with work engagement which are theoretically related, and have items that are able to differentiate high and low individual characteristics. Norm that are used in this research is normalized standard score (M = 10, SD = 3). This measurement is expected as a benchmark to diagnose level of resilience on startup employee
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Payiz Zawahir Muntaha
Abstrak :
Masyarakat Baduy merupakan sebuah masyarakat yang seluruh sistem sosial, sistem nilai dan cara berfikirnya bersumber pada sistem kepercayaan, hukum adat dan ajaran dari para leluhurnya. Sistem sosial dan ajaran adat tersebut menjadikan masyarakat baduy mampu mewujudkan ketahanan sosial dan lingkungan dalam kehidupan mereka. Tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu: Pertama Untuk mengetahui dan menganalisis konsep kepemimpinan dalam pandangan masyarakat Baduy; Kedua, Untuk mengetahui dan menganalisis dinamika kepemimpinan pada masyarakat Baduy dan Ketiga, Untuk mengetahui dan menganalisis strategi yang diterapkan oleh masyarakat baduy dalam mewujudkan ketahanan sosial dan lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil pengolahan data menyimpulkan. Pertama. Prinsip-prinsip yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam pikukuh dan pitutur baduy adalah sebagai berikut: (1). Seorang pemimpin harus berwawasan lingkungan (ecological consciousness leadership). (2). Prinsip yang mengatur etika seorang pemimpin menjadi pribadi yang baik.(3). Dimensi sosial seorang pemimpin. (4). Pemimpin di Baduy diharuskan juga menghormati dan mencintai negara. Kedua, terdapat tiga aspek yang menjadikan masyarakat baduy bisa menjaga keteraturan dan keberlangsungan kehidupan mereka. antara lain: sistem sosial dan budaya yang sangat kuat, pengaturan sistem ekonomi memprioritaskan pemenuhan kebutuhan primer serta pengelolaan lingkungan hidup yang tertata rapi. Ketiga, dalam tradisi masyarakat baduy sebagaimana diajarkan oleh leluhur mereka memilih pemimpin didasarkan pada dua faktor utama. Faktor pertama adalah garis keturunan yang kedua adalah “nuzum”. Keempat, sistem politik pada masyarakat baduy, dalam kehidupan masyarakat baduy terdapat dua sistem. Yakni sistem pemerintahan formal dibawah negara Indonesia dan sistem pemerintahan adat. Kelima, Ketahanan sosial dan lingkungan masyarakat baduy disandarkan pada sistem nilai dan ajaran yang bersumber dari pikukuh dan pitutur karuhun. Pembagian wilayah pemukiman di masyarakat baduy juga mampu mewujudkan ketahanan sosial dan lingkungan. ......The Baduy community is a society whose entire social system, value system, and way of thinking are rooted in the belief system, customary law, and teachings of their ancestors. The social system and traditional teachings make the Baduy community able to realize social and environmental resilience in their lives. These conditions are the objectives of this research, namely: The first to identify and analyze the concept of leadership in the view of the Baduy community; The second, to know and analyze the dynamics of leadership in the Baduy community and thirdly, to find out and analyze the strategies adopted by the Baduy community in realizing social and environmental resilience. To achieve the three research objectives using a qualitative approach with the case study method. The results of data processing concluded. Firstly, the principles that must be possessed by a leader in pikukuh and pitutur baduy are as follows: (1). A leader must have an environmental perspective (ecological consciousness leadership). (2). The principles that govern the ethics of a leader to be a good person (3). The social dimension of a leader. (4). Leaders in Baduy are also required to respect and love the country. Secondly, three aspects make the Baduy community able to maintain the order and continuity of their lives. among others: a very strong social and cultural system, the regulation of the economic system to prioritize the fulfillment of primary needs as well as orderly management of the environment. Thirdly, in the baduy community tradition as taught by their ancestors, choosing a leader is based on two main factors. The first factor is lineage the second is "Nuzum". Fourthly, the political system in the Baduy community, in the life of the Baduy community there are two systems. Namely the formal government system under the Indonesian state and the customary government system. Lastly, the social and environmental resilience of the Baduy community is based on a system of values and teachings that come from pikukuh and pitutur karuhun. The division of residential areas in the Baduy community is also able to create social and ecological resilience.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Dian Swandewi
Abstrak :
Adanya komitmen untuk berubah dari karyawan sangat diperlukan bagi kesuksesan perusahaan yang sedang melakukan perubahan organisasi. Tujuan dari penelitian ini ialah ingin mengidentifikasi hubungan antara ketahanan psikologis dan psychological hardiness terhadap komitmen untuk berubah. Responden dari penelitian ini adalah karyawan pada institusi keuangan Indonesia n = 226. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang terdiri dari 3 alat ukur, yaitu C2C Inventory Herscovitch Meyer, 2002, Modified CD-RISC Frank Dong dkk, 2013 , dan Dispositional Resilience Scale DRS Bartone, 1995. Pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara ketahanan psikologis dan psychological hardiness dengan komitmen afektif untuk, komitmen kontinuans untuk berubah, dan komitmen normatif untuk berubah. Sementara itu, ketahanan psikologis memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap komitmen afektif untuk berubah dibandingkan dengan psychological hardiness, sedangkan psychological hardiness memiliki perngaruh yang lebih besar terhadap komitmen kontinuans untuk berubah dan komitmen normatif untuk berubah dibandingkan dengan ketahanan psikologis. Penelitian ini sangat penting untuk perusahaan yang mengalami perubahan, dimana perusahaan dapat memperhatikan aspek individu khususnya ketahanan psikologis dan psychological hardiness untuk meningkatkan komitmen untuk berubah. ......Employees rsquo commitment to change is required for the success of organizational change in the company. This study aimed to identify the correlation between psychological resilience and psychological hardiness on commitment to change. The respondents are employees at financial sector in Indonesia n 226. Data was collected using Commitment to Change Inventory Herscovitch Meyer, 2002 , Modified CD RISC Frank Dong et al, 2013 , and Dispositional Resilience Scale DRS Bartone, 1995. This study found, there are significant effects between psychological resilience and psychological hardiness on affective commitment to change, continuance commitment to change, and normative commitment to. Meanwhile, psychological resilience has greater influence on affective commitment to change than psychological hardiness, while psychological hardiness has greater influence on continuance commitment to change and normative commitment to change than psychological resilience. This study is important for companies that undergo organizational change, where the company can pay attention to individual aspects, especially psychological resilience and psychological hardiness to increase commitment to change.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Anindita
Abstrak :
Turnover merupakan hal yang dapat merugikan suatu organisasi, sehingga intensi meninggalkan organisasi itu sendiri merupakan hal yang perlu diperhatikan pada karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh resiliensi sebagai mediator pada hubungan future time perspective dan intensi meninggalkan organisasi. Penelitian ini menggunakan teori Conservation of Resources COR dalam menjelaskan ketiga hubungan antar variabel penelitian. Responden dalam penelitian ini merupakan 310 karyawan dari berbagai Badan Usaha Milik Negara BUMN pada wilayah Depok dan Jakarta. Penelitian menggunakan metode self-rating melalui kuesioner yang dibagikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa resiliensi berperan sebagai mediator penuh antara hubungan future time perspective dengan intensi meninggalkan organisasi. ......Turnover is one of many things that could give disadvantages for an organization, therefore the intention for leaving the organization itself is a crucial thing that has to be noticed in every employee. The objective of this research is to know the impact of resilience as the mediator in the relationship between future time perspective and turnover intention. The research also applied Conservation of Resources Theory COR . The respondents are 310 employees that work in various state owned enterprises in Depok and Jakarta area. Self rating method was used using questionnaire for data gathering. The result of this study indicate that the resilience was significantly fully mediated between future time perspective and turnover intention.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Ungar, editor
Abstrak :
More than two decades after Michael Rutter (1987) published his summary of protective processes associated with resilience, researchers continue to report definitional ambiguity in how to define and operationalize positive development under adversity. The problem has been partially the result of a dominant view of resilience as something individuals have, rather than as a process that families, schools,communities and governments facilitate. Because resilience is related to the presence of social risk factors, there is a need for an ecological interpretation of the construct that acknowledges the importance of people?s interactions with their environments. The social ecology of resilience provides evidence for this ecological understanding of resilience in ways that help to resolve both definition and measurement problems.
New York: Springer, 2012
e20401155
eBooks  Universitas Indonesia Library