Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggi Aribowo
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang Perlindungan Hukum dan Hak Asasi Manusia Pengungsi dan Pencari Suaka dari Asia yang masuk ke Indonesia untuk transit ke negara ketiga. Indonesia yang belum meratifikasi Konvensi 1951 tentang Penanganan Pengungsi mendapatkan sejumlah permasalahan dalam menghadapi Pengungsi dan Pencari Suaka yang transit di Indonesia. Termasuk di dalamnya upaya pemenuhan Hak-Hak Asasi Pengungsi dan Pencari Suaka. Metode yang digunakan dalam penulisan adalah metode penelitian normatif dengan pendekatan peraturan perundang-undangan, pendekatan historis, pendekatan komparatif, dan pendekatan konseptual. Dari hasil penelitian didapatkan pemahaman bahwa keengganan Indonesia untuk meratifikasi Konvensi 1951 tentang Penanganan Pengungsi menyebabkan Indonesia belum dapat menentukan sendiri status pengungsi. Sehingga harus bekerjasama dengan lembaga internasional yang fokus pada penanganan pengungsi, yaitu United Nation High Commissioner For Refugees UNHCR . Penulis juga menyarankan, Indonesia perlu melakukan ratifikasi terhadap Konvensi 1951 tentang Penanganan Pengungsi, agar dapat lebih leluasa membantu penanganan pengungsi yang transit dan hadir di Indonesia. Indonesia juga diharapkan bisa membantu semaksimal mungkin pemenuhan hak-hak asasi pengungsi dan pencari suaka yang transit di Indonesia dengan peraturan perundang-undangan yang ada. ......This thesis discusses the Legal Protection and Human Rights of Refugees and Asylum Seekers from Asia who enter Indonesia for transit to third countries. Indonesia that has not ratified the Convention and Protocol Of Refugee 1951 on the Management of Refugees has received several problems facing Refugees and Asylum Seekers who transit in Indonesia. This includes efforts to fulfill the Refugees 39 and Asylum Refugees 39 Rights. The method used in writing is the normative research method with the approach of legislation, historical approach, comparative approach, and conceptual approach. From the research result, it is found that Indonesia 39 s reluctance to ratify the 1951 Convention on the Management of Refugees has made Indonesia unable to determine its own refugee status, so it must cooperate with international institutions focusing on refugee handling, United Nation High Commissioner For Refugees UNHCR . The authors also suggest that Indonesia needs to ratify the Convention and Protocol Of Refugee 1951 on the Management of Refugees, in order to more freely assist the handling of refugees who transit and present in Indonesia. Indonesia is also expected to help as much as possible the fulfillment of the basic rights of refugees and transit asylum seekers in Indonesia with existing laws and regulations.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
T48731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Purwoko
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai analisis ancaman terhadap keberadaan pengungsi luar negeri (refugee) di Provinsi DKI Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang mana mengacu pada analisis ancaman menurut Hank Prunckun dengan kuantifikasi hasil data kualitatif. Hasil analisis kerentanan dari penelitian ini adalah ditemukannya celah kerentanan tinggi pada proses Refugee Status Determination yang kurang melibatkan Pemerintah RI ditunjukkan dengan ditemukan adanya pengungsi yang berstatus sebagai teroris di DKI Jakarta dan banyaknya pengungsi mandiri di DKI Jakarta yang sulit dilakukan pengawasan. Sementara itu, hasil analisis ancaman dari penelitian ini adalah ditemukannya ancaman faktual diantaranya; 1) terdapat peningkatan aksi pelanggaran pengungsi baik secara keimigrasian maupun hukum; 2) adanya keterlibatan sindikat penyelundup dalam proses kedatangan pengungsi; 3) pengungsi memanfaatkan perlindungan internasional untuk menghindari sanksi keimigrasian, jika ancaman tersebut tidak dapat diatasi maka akan menimbulkan ancaman potensial yang berskalasi lebih tinggi diantaranya; 1) gesekan sosial dengan masyarakat lokal; dan 2) potensi penyusupan paham radikal kepada pengungsi. Spot intelijen pada isu penelitian ini adalah adanya indikasi kepentingan geopolitik Australia dalam kebijakan penanganan pengungsi luar negeri di Indonesia. Strategi penanganan perlu menonjolkan aspek prevention yang diimplementasikan melalui Revisi Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi Luar Negeri. ......This thesis discusses the threat analysis of the presence of foreign refugees (refugees) in DKI Jakarta Province. The method used in this research is descriptive qualitative which refers to threat analysis according to Hank Prunckun with quantification of qualitative data results. The results of the vulnerability analysis of this research are the discovery of a high vulnerability gap in the Refugee Status Determination process that does not involve the Indonesian Government, indicated by the discovery of refugees with terrorist status in DKI Jakarta and the large number of independent refugees in DKI Jakarta who are difficult to monitor. Meanwhile, the results of the threat analysis of this research are the discovery of factual threats including; 1) there is an increase in refugee violations both immigration and law; 2) the involvement of smuggling syndicates in the refugee arrival process; 3) refugees take advantage of international protection to avoid immigration sanctions, if these threats cannot be overcome, it will lead to potential threats that have a higher escalation including; 1) social friction with local communities; and 2) the potential infiltration of radicalism to refugees. The intelligence spot on this research issue is an indication of Australia's geopolitical interests in the policy of handling foreign refugees in Indonesia. The handling strategy needs to emphasize the prevention aspect which is implemented through the Revision of Presidential Regulation No. 125/2016 on the Handling of Overseas Refugees.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UNHCR, 2005
341.6 UNI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Komisi Hak Asasi Manusia, 2008
323.4 KOM k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Latuparisa
Abstrak :
Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana eks pengungsi asal Aceh dapat mempertahankan keberadaan mereka selama dua puluh tahun di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang dianggap pemerintah sebagai tindakan terlarang. Penelitian menggali sejarah kehadiran eks pengungsi asal Aceh di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser dan mengurai proses kemunculan gerakan perlawanan eks pengungsi asal Aceh terhadap pemerintah dalam mempertahankan hak atas tanah untuk pemukiman dan penghidupan. Penelitian dilakukan di Resor Sekoci Lepan, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) pada wilayah yang diklaim eks pengungsi asal Aceh. Penelitian menggunakan metode patchwork Ethnography. Data-data bersumber dari literatur yang telah ada diperkaya dengan data dari kerja lapang. Analisa data menggunakan on going analysis yaitu data yang berhasil dikumpulkan lalu dianalisis dan dikonstruksi menjadi simpulan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan eks pengungsi asal Aceh mempertahankan keberadaan mereka di dalam kawasan TNGL dikarenakan ragam bentuk strategi perlawanan yang dilakukan. Di antaranya membentuk organisasi PIPA untuk mengorganisisr strategi perjuangan seperti menciptakan local landreform, pendekatan politik, dan negosiasi. Pemerintah telah melakukan ragam upaya membebaskan kawasan TNGL dari eks pengungsi asal Aceh di antaranya upaya merelokasi dan pengusiran paksa, namun tidak berhasil. Pemerintah gagal mengeluarkan eks pengungsi asal Aceh dikarenakan jumlah eks pengungsi asal Aceh yang tidak sedikit, serta masifnya dukungan lembaga kemanusiaan terhadap keberadaan eks pengungsi asal Aceh. Selain itu, pemerintah tidak menginginkan pendekatan kekerasan dalam menyelesaikan persoalan sehingga proses negosiasi dilakukan untuk mengakomodasi kepentingan para pihak. ......This research describes how ex-refugees from Aceh have been able to maintain their presence for twenty years in Gunung Leuser National Park (GLNP), which is considered by the government as a prohibited act. The research explores the history of the ex-refugees from Aceh' presence in Gunung Leuser National Park and describes the process of the ex-refugees from Aceh' resistance movement against the government in defending their land rights for settlement and livelihood. The research was conducted in Sekoci Lepan Resort, Gunung Leuser National Park (GLNP) in the area claimed by ex-refugees from Aceh. The research used patchwork ethnography method. Data were sourced from existing literature enriched with data from fieldwork. Data analysis uses 'on going analysis', namely data that has been collected is immediately analyzed and constructed into research conclusions. The results showed that the success of ex-refugees from Aceh in maintaining their existence in the GLNP area was due to various forms of resistance strategies carried out. Among them are forming the PIPA organization to organize struggle strategies such as creating local land reform, political approaches, and negotiations. The government has made various efforts to free the GLNP area from ex-refugees from Aceh including efforts to relocate and forced evictions, but without success. The government failed to expel ex-refugees from Aceh due to the large number of ex-refugees from Aceh, as well as the massive support of humanitarian organizations for the existence of ex-refugees from Aceh. In addition, the government does not want a violent approach in solving the problem so that the negotiation process is carried out to accommodate the interests of the parties.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Buku ini merupakan buku ke 2, berisi 44 esai Sobron Aidit mengenai kehidupan pribadi dan keluarganya di ?pengasingan?. Bagi banyak orang yang mengetahui nama Áidit?dan perannya di kancah perpolitikan Indonesia, akan dengan mudah mencerna memoar ini karena sebagian besar isinya menggambarkan kehidupan keluarga Aidit pasca G 30 S PKI. Keterlibatan Aidit dalam peristiwa bersejarah itu telah menyebabkan keluarganya harus memilih negara lain sebagai ?kampung halaman? kedua. Keluarga tercerai di beberapa negara, bahkan harus berpindah-pindah. Sobron Aidit sendiri memilih Paris sebagai negeri persinggahannya, sementara saudaranya yang lain dan anak-anaknya lebih suka tinggal di Holland. Kehidupan Sobron akhirnya berpusat di dua kota itu, dan itulah yang diceritakannya di buku ini. Terlepas dari pilihan politik keluarga Aidit, buku ini memberi pemahaman betapa sulitnya hidup dengan label ?aliran kiri?. Betapa susahnya pulang ke kampung sendiri akibat pilihan politik yang pernah ditempuh salah seorang anggota keluarga. Penolakan tidak hanya dari pemerintah tapi juga dari orang-orang yang tidak dikenal sama sekali. Bahkan tahu sejarahpun nggak. Penolakan juga tidak hanya bagi Aidit, tapi juga seluruh anggota keluarga. Betapapun demikian, Sobron tetaplah cinta pada Indonesia. Tetap rindu pada kampung halamannya, Belitong. Tetap doyan masakan khas daerah, dan akan tetap ingin kembali ke negeri tercinta. Entah kapan... Bagi saya, yang pertama menarik dari buku ini adalah judulnya. Pemilihan kalimat ?Surat Kepada Tuhan?, menggoda kita untuk membaca, walaupun setelah membacanya kita baru tahu bahwa judul itu sebetulnya judul sajak yang pernah ditulis Sobron dan dipublish di internet. Tapi kalau mau dipaksakan juga, isinya boleh jadi memang curhat penulis kepada Tuhan mengenai kehidupannya. Tak kalah memikat adalah kehidupan Sobron sebagai pendatang di Paris. Ngiri betul, betapa orang pendatang saja bisa begitu terjamin kehidupannya di negeri orang. Menikmati masa pensiun dengan nyaman serta fasilitas gratis dari pemerintah sebagai imbalan kedisiplinan membayar pajak selama masa produktif. Bisa bolak-balik Paris-Holland setiap bulan hanya dengan bekerja di restoran dua kali seminggu. Lewat buku ini juga kita boleh mengetahui betapa ngototnya para petugas pajak di Belanda melaksanakan tugas sehingga pajak tersebut akhirnya bisa dinikmati rakyat banyak dalam bentuk fasilitas yang nyaman. Hal terakhir yang mengundang perenungan kita adalah tentang cap ?anti Tuhan? dan ?anti agama? yang pernah dilekatkan masyarakat pada mereka, sementara garis politik yang dipilih Aidit sama sekali bukan mengenai agama. Di buku ini tertulis Jajang C. Noor sebagai editor, membuat saya sempat berharap bakal menikmati untaian kalimat yang menarik. Sedikit kecewa sih, tapi bagi yang ingin belajar bagaimana menulis essay dengan topik yang ringan-ringan, buku ini boleh jadi acuan. Kalau mau yang lebih berat, baca ?Catatan Pinggir? nya Goenawan Mohamad yang keren itu. Dijamin berat ....:) ------------------------------ Risensi oleh: Kalarensi Naibaho
Jakarta: Grasindo, 2003
808.84 MEM II (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kriminologi FISIP-UI, 2011
364.137 CRI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kriminologi FISIP-UI, 2011
364.137 TIN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Inggrid Galuh Mustikawati
Abstrak :
Dalam studi ini bermaksud untuk menggambarkan hubungan antarkelompok pengungsi dan penduduk lokal di Kecamatan Landasan Ulin, Banjarbaru, Kalimantan Selatan pasca Konflik Sampit pada tahun 2001. Pembahasan hubungan antarkelompok pengungsi dan penduduk lokal ini dalam konteks prasangka dan stereotip yang berkembang pada masing-masing kelompok. Pada saat membahas mengenai prasangka dan stereotip, akan selalu ada beberapa kemungkinan yang terjadi sebagai akibat dari hubungan antarkelompok tersebut, jika tidak mengarah pada konflik, dapat pula mengarah pada integrasi, atau mungkin keduanya. Studi yang dilakukan terhadap 15 informan ini dilakukan secara mendalam dengan menggunakan metode kualitatif dalam bentuk penyajian secara deskriptif. Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan pengungsi sebagai kelompok etnis Madura yang terintegrasi secara geografis, berbeda dengan pengungsi yang pada umumnya berlokasi terpisah secara geografis dengan penduduk lokal. Trauma secara psikologis atau peristiwa pengungsian yang mereka alami dan identitas diri sebagai kelompok etnis Madura mewarnai hubungan yang terbentuk antara pengungsi dan penduduk lokal. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa potensi konflik lebih mendominasi hubungan yang terbentuk antara pengungsi dan penduduk lokal. Hal ini tidak berarti proses-proses ke arah integrasi tidak ada, hanya saja kuatnya prasangka dan stereotip terhadap kehadiran pengungsi dan pilihan menetap yang kemudian dilakukan oleh pengungi menimbulkan reaksi yang negatif pada sejumlah penduduk lokal. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa sikap dan perilaku yang menjadi kebiasaan kelompok etnis Madura yang tidak disukai oleh penduduk lokal. Meskipun nampak adanya usaha untuk mengubah citra diri, tidak berarti penduduk lokal dapat dengan mudah mengubah prasangka dan stereotip terhadap kelompok etnis Madura.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S10589
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library