Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Phedy
Abstrak :
Gangguan penyembuhan fraktur merupakan masalah utama dalam orthopedi sehingga membutuhkan strategi pencegahan dan pengobatan. Beras angkak meningkatan ekspresi BMP-2 dan VEGF yang berperan dalam penyembuhan fraktur sehingga konsumsinya diharapkan mempercepat penyembuhan. Sampai saat ini belum ada penelitian yang mengevaluasi peran beras angkak dalam penyembuhan fraktur dengan gangguan vaskularisasi, karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui manfaat pemberian beras angkak dalam mempercepat penyembuhan fraktur dengan gangguan vaskularisasi menggunakan model hewan coba sahih dan metode pengukuran handal. Penelitian dilakukan di Departement Parasitologi dan Patologi Anatomi FKUI pada bulan April hingga Desember 2012. Desain penelitian tahap ke-1 adalah post test only single group, tahap ke-2 adalah reliability test, dan tahap ke-3 adalah randomized post test only control group. Pada tahap ke-1 penelitian dikembangkan model fraktur dengan gangguan vaskularisasi melalui stripping periosteum dengan bistruri sejauh 1 cm dari tempat fraktur dan dievaluasi histopatologis pada minggu-8. Pada tahap ke-2, dibandingkan reliability sistem skoring histologis Allen dengan Salkeld yang kemudian digunakan untuk mengevaluasi percepatan penyembuhan pada tahap ke-3 penelitian. Sejumlah 45 R. novergicus dibagi secara acak menjadi kelompok kontrol, perlakuan beras angkak dosis 25 mg/kgBB dan 50 mg/kgBB. Evaluasi dengan skoring histologis dilakukan pada minggu ke-2, ke-4, dan ke-8. Pada tahap ke-1, tidak ditemukan adanya penyembuhan pada semua hewan coba. Inter- dan intra-observer agreement skor Allen serta skor Salkeld masing-masing sebesar 0,759 dan 0,746 serta 0,493 dan 0,461. Pada minggu ke-2, semua kelompok menunjukkan skor 0. Pada minggu ke-4, nilai tengah skor 0, 0, dan 1 didapatkan di kelompok kontrol, angkak 25 mg/kgBB dan 50 mg/kgBB. (p=0,042) Pada minggu ke-8, nilai tengah skor 0, 2, dan 3 didapatkan di kelompok kontrol, beras angkak 25 mg/kgBB dan 50 mg/kgBB. (p=0,006). Disimpulkan stripping periosteum bisturi sejauh 1 cm menghambat penyembuhan fraktur hingga minggu ke-8. Skor Allen memiliki reliabilitas yang lebih baik dari skor Salkeld. Pemberian beras angkak mempercepat penyembuhan fraktur dengan gangguan vaskularisasi yang ditandai dengan peningkatan skor histologis. Percepatan penyembuhan terjadi pada minggu ke-4 dan ke-8. Pemberian dosis 50 mg/kgBB memberikan hasil yang lebih cepat dibandingkan dengan dosis 25 mg/kgBB. ......Fracture healing disturbance remains major complications in Orthopaedics and mandates special strategy for prevention and treatment. Red yeast rice increases BMP-2 and VEGF expression that play role in fracture healing. However, role of consumption of red yeast rice in acceleration of vascular-compromised fracture healing was unknown. Therefore, we need a study to evaluate role of red yeast rice in acceleration of vascular-compromised fracture healing using validated animal model and reliable outcome measurement. Our study was conducted in Department of Parasitology and Department of Pathologicoanatomy, University of Indonesia on April to December 2012. The designs of the study were post test only single group, reliability test, and randomized post test only control group for first, second, and third phase of study respectively. In the first phase of study, we created a model of fracture with vascular disturbances through stripping of 1 cm periosteum by blade. In the second phase of study, we compared histological scoring system of Allen with Salkeld to determine most reliable system to be used in out measurement in phase-3 of study. In phase-3 of study, 45 Rattus novergicus were randomly allocated into control group, red yeast rice 25 mg/kgBW, and 50 mg/kgBW. Evaluations by histological scoring were performed at week-2, -4, and -8. At the first phase of study, disturbance of vascular was evident on histopathological examanination at weeks-8. Kappa for inter- and intra-observer agreements were 0.759 and 0.746 as well as 0.493 and 0.461 for Allen and Salkeld score respectively. At week-2, all groups showed skor 0. At week-4, median scores of 0, 0, and 1 were shown by control, red yeast rice 25 mg/kgBW, and 50 mg/kgBW respectively. (p=0.042) At week-8, median scores of 0, 2, and 3 were shown by control, red yeast rice 25 mg/kgBW, and 50 mg/kgBW respectively. (p=0.006) We conclude that 1 cm periosteal stripping using blade impairs fracture healing up to week-8. Allen score has better reliability than Salkeld score. Red yeast rice accelerates fracture healing with vascular compromise as shown by improvement of histological score. Acceleration of fracture healing occurs at week-4 and week-8. Dose of 50 mg/kgBW results in faster healing than dose of 25 mg/kgBW
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wenny Sulistyowati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dampak subsidi raskin terhadap rumah tangga miskin di Indonesia periode 2008 – 2009. Teori yang digunakan sebagai landasan berpikir adalah menggunakan Teori Perilaku konsumen sebagaimana kerangka teoritis dari model Kochar (2005). Dalam kerangka teoritis Kochar (2005) menyebutkan kuantitas subsidi pangan terdiri atas income effect dan substitution effect. Secara umum, tanda efek substitusi tidak dapat diprediksi. Namun, jika efek substitusi terutama mencerminkan efek dari waktu luang akan menyiratkan bahwa peningkatan subsidi akan meningkatkan konsumsi makanan. Pada penelitian ini menggunakan model dimana memiliki isu penting yang berpotensi mengalami endogenitas. Subsidi raskin mungkin bersifat endogenitas terhadap nilai kalori rumah tangga (Kochar, 2005; Dhar, et.al, 2002; McCarl dan Spreen, 1980). Menurut Dhar, et.al, 2002 apabila tetap digunakan OLS akan menghasilkan estimator yang bias dan tidak konsisten. Pendekatan estimasi pada penelitian ini menggunakan teknik Two Stage Least Square (2SLS) dengan panel data dan menggunakan metode fixed effect. Pengolahan data mentah susenas panel tahun 2008 – 2009 menghasilkan 124.188 rumah tangga. Hasil estimasi metode fixed effect dengan instrumen variabel dengan sampel seluruh rumah tangga menghasilkan subsidi raskin berpengaruh positif signifikan terhadap konsumsi kalori rumah tangga sebesar 0,57 persen. Pada sampel pada rumah tangga miskin menghasilkan pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi kalori rumah tangga miskin dan konsumsi gizi lainnya seperti protein dan lemak tetapi berpengaruh negatif signifikan terhadap konsumsi karbohidrat rumah tangga miskin ......This study aims to estimate the effect of rice subsidy to poor households in Indonesia in 2008 until 2009. The theory is using consumer behavior as the theoretical framework of the model Kochar (2005). In the theoretical framework Kochar (2005) mentions the quantity of food subsidies consist of income effect and substitution effect. In general, the sign of the substitution effect is unpredictable. However, if the substitution effect mainly reflects the effect of leasure time, the increased subsidies would imply increase food consumption. In this study, using a model which has the important issues facing potential endogeneity. Rice subsidy may be endogeneity of the calorific value of household (Kochar, 2005; Dhar, et.al, 2002; McCarl and Spreen, 1980). According to Dhar, et.al, 2002 that used OLS estimator will produce biased and inconsistent. Estimation approach in this study is using Two Stage Least Square (2SLS) techniques to panel data and fixed effect method. Processing raw data Susenas panel in 2008 - 2009 produced 124,188 households. The results of fixed effect estimation method with variable instrument with a sample of all households showed the rice subsidy significant positive effect on household calorie consumption by 0.57 percent. In the sample of poor households showed a significant positive effect of rice subsidy to caloric intake and consumption of other nutrients such as protein and fat and significant negative effect on carbohydrate consumption of poor households.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felais Hediyanto Pradana
Abstrak :
Pendahuluan: Penanganan nonunion dan delayed union bukanlah penanganan yang murah dan mudah. Berbagai metode telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Beras angkak terbukti memiliki peranan dalam penyembuhan fraktur. Beras angkak, mengandung monakolin, suatu senyawa dengan aktivitas sebanding lovastatin. Pemberian statin secara lokal dan oral terbukti meningkatkan penyembuhan tulang dengan menginduksi diferensiasi osteoblas melalui peningkatan ekspresi BMP-2. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efektivitas monakolin pada beras angkak dalam meningkatkan ekspresi BMP-2 dan penyembuhan fraktur pada model delayed union tikus sprague- dawley. Material dan Metode: Studi eksperimental pada 24 hewan coba tikus putih Sprague-Dawley (SD) yang telah mengalami patah tulang femur disertasi dengan gangguan vaskularisasi (model delayed-union). Hewan coba dibagi menjadi empat kelompok (n=6) terdiri dari; kelompok pemberian ekstrak monakolin selama empat minggu (PM4), kelompok pemberian ekstrak monakolin selama dua minggu (PM2), kelompok kontrol empat minggu (KM4) dan kelompok kontrol dua minggu (KM2). Setelah dilakukan sacrifice pada minggu kedua dan keempat, dilakukan penilaian ekspresi BMP-2 secara semikuantitatif dengan pewarnaan imunohistokimia melalui skor imunoreaktif (IRS). Analisis histomorfometri untuk menilai penyembuhan fraktur dengan mengukur persentase area fibrosa, tulang rawan dan tulang imatur. Hasil: Pada evaluasi parameter IRS dan histomorfometri didapatkan ekspresi BMP-2 lebih tinggi (p=0.03), persentase area fibrosa lebih sedikit (p=0.005) dan area tulang rawan lebih besar (p=0.04) pada kelompok PM2 dibandingkan dengan kelompok KM2. Selain itu didapatkan pula secara ekspresi BMP-2 lebih tinggi (p=0.011), presentase area tulang imatur lebih besar (p=0.01), dan presentase area fibrosa lebih kecil (p=0.03) pada kelompok PM4 dibandingkan dengan kelompok KM4. Di sisi lain, didapatkan presentase area fibrosa lebih kecil (p=0.02), area tulang rawan lebih sedikit (p=0.05), dan peningkatan area tulang imatur lebih besar (p=0.04) pada kelompok PM4 dibandingkan dengan kelompok PM2. Ekspresi BMP-2 sama-sama meningkat pada kelompok PM2 dan PM4. Kesimpulan: Pemberian monakolin pada beras angkak pada model delayed-union tikus Sprague Dawley terbukti meningkatkan ekspresi BMP-2 dan meningkatkan penyembuhan fraktur. ......Introduction: Management of nonunion and delayed union could be difficult and expensive. Various methods have been studied to overcome this problem. Red-yeast-rice has a role in fracture healing. Red-yeast-rice contains monacolin, which has similar activity to lovastatin. Local application and oral administration of statins have been shown to improve bone healing by inducing osteoblast differentiation and matrix production via increasing BMP-2 expression. This study was conducted to prove the effectiveness of monacolins inside red-yeast-rice in increasing the expression of BMP-2 and fracture healing. Methods: This experimental animal study was conducted using 24 delayed union models Sprague-Dawley (SD) Rats. There were 4 groups (n=6), consist of; 4-weeks-given-monacolin group (PM4), 2-weeks-given-monacolin group (PM2), 4-weeks-control group (PM2) and 2-weeks control group (KM2). After they were sacrificed in the second and fourth weeks, immunohistochemical staining was conducted to evaluate BMP-2 expression by Immunoreactive Score (IRS). The histomorphometric evaluation was also conducted to evaluate fracture healing by measuring fibrous area, cartilage area, and woven bone area percentage. Results: There was significantly higher BMP-2 expression (p=0.03), less fibrous area (p=0.05), and larger cartilage area (p= 0.04) in the PM2 group compared to the KM2 group. There was significantly higher expression of BMP-2 (p=0.011), larger woven bone area (p=0.01), and less fibrous area (p = 0.03) in the PM4 group compared to the KM4 group. It was also presented, there was a significantly less fibrous area (p=0,02), larger cartilage area (p=0.05), and larger woven bone area (p=0.04) in the PM4 group compared to the PM2 group. The expression of BMP-2 in the PM2 group was as high as the PM4 group. Conclusion: Monacolin in red-yeast-rice effectively increased BMP-2 expression and fracture healing in the delayed union model of SD rats.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library