Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djoko Sihono Gabriel
Abstrak :
ABSTRAK
Kualitas sampah kemasan plastik yang rendah menjadi kendala bagi kualitas hasil proses daur ulang mekanikal dan sebaliknya kapasitas produksi daur ulang menjadi pembatas saat bahan baku berlebih. Penciptaan nilai kualitas sampah plastik dengan paradigma perbaikan kualitas sampah diubah dengan paradigma konservasi nilai material melalui rancangan kemasan ramah daur ulang dan kepedulian pemangku kepentingan. Peningkatan jumlah bahan baku berkualitas tinggi diantisipasi dengan kehadiran sistem manufaktur terintegrasi berbasis wilayah dengan dukungan pemangku kepentingan dan komunitas. Skema pengembangan sistem manufaktur terintegrasi di sembilan kota di Jawa Barat berpotensi meningkatkan pemanfaatan sampah kemasan plastik kaku hingga tersisa hanya 6% di tahun 2025 dengan volume produksi 270 ton bijih plastik hasil daur ulang berkualitas tinggi setiap hari. Pengusahaan yang layak secara finansial dan ekonomi serta membantu pengurangan sampah plastik yang tidak terkelola ini memerlukan dukungan regulasi serta penerapannya secara konsisten dan berkelanjutan. Serangkaian rencana implementasi program dan jadwal pelaksanaannya diajukan dalam penelitian ini.
ABSTRACT
Low quality of plastic waste is a constraint of mechanical recycling product quality, while limitation of capacity is a counter-productive within a surplus of higher quality raw materials. Quality value creation with plastic waste quality improvement paradigm should be shifted to material value conservation paradigm through design for recycling of plastic packaging and awareness of its stakeholders. Surplus of higher quality of plastic waste anticipated with integrated manufacturing systems for a region and stakeholders as well as community awareness. A development scheme of this system for nine cities in West Java will increase rigid plastic waste utilization with only 6% unmanaged waste in 2025 and produce 270 metric tons/day of high quality recycled plastic pellets. Viability of business both in financial as well as economic measures and its role in unmanaged waste reduction need a proper regulation with a consistent and sustainable implementation. A set of program implementation plans as well as its time schedule proposed in this research.
Depok: 2015
D2048
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Cold recycling is one of technology alternative which can be prefered in selecting the strategy alternative for road rehabilitation project. Learning about the development technology, we also learn about the weaknesses of it. The pavement assessment condition, which sustain heavy traffic load in the road trial, has been identified. In order to evaluate the performance of recycling technology, laboratory testing for material and mixture as well as field observation have been conducted. The evaluations consist of material properties , mixture construction and pavement performance since the the opening traffic until the age of construction in approximately 2 years. The result of laboratory test shows that the mixture strength criteria meet the specification , whereas the field assessment based on functional condition and from structural pavement indicates that pavement performance decreases, this shown by occurring rutting in the some parts of the wheel track. Based from this result , it is predicted that there is a correlation between material, mixture and construction methods and pavement service life. The construction method should be developed in the future to minimize early deterioration. This paper describes about the evaluation result for recycling technology with binder material of a foam bitumen which have been used in road link with heavy traffic load Jatibarang- Palimanan, Pantura, West Java.
JJJ 26:3 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Novieta Handayani
Abstrak :
BPPT telah mengembangkan suatu konsep pengelolaan sampah terpadu, yang mengkombinasikan berbagai teknik pemanfaatan dan pemusnahan sampah, seperti daur ulang plastik dan kertas, pengkomposan, serta insinerasi. Konsep ini disebut dengan konsep Zero Waste. Pada tahun 2000 yang lalu, Dinas Kebersihan DKI Jakarta bekerja sama dengan Direktorat Teknologi Lingkungan BPPT menerapkan konsep Zero Waste yang berskala kawasan permukiman dalam bentuk Industri Kecil Daur Ulang (IKDU). Proyek percontohan IKDU tersebut berlokasi di Kelurahan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat dan di Kelurahan Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Proyek ini berlangsung selama 1 tahun anggaran dan berakhir pada bulan Juli tahun 2001. Penelitian ini meliputi pengkajian secara deskriptif kualitatif terhadap proyek percontohan IKDU tahun 2000-2001. Berdasarkan hasil kajian tersebut, dilakukan perencanaan untuk menerapkan IKDU sebagai model pengelolaan sampah permukiman yang berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Membuat rancangan strategis (skenario) penerapan IKDU; 2) Mengetahui keterlibatan stakeholders (pihak yang terkait dengan IKDU); serta 3) Mengetahui kendala/masalah yang diperkirakan dapat menghambat implementasi skenario dan langkah-langkah (kebijakan) yang diperlukan untuk mengatasi berbagai kendala tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, sedangkan analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threats) dan Proses Hirarki Analitik (PHA). Penelitian diiaksanakan menurut tahapan berikut ini: Langkah pertama, melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pilot project IKDU. Langkah kedua, melakukan analisis SWOT terhadap pilot project IKDU berdasarkan hasil dari Langkah 1. Langkah ketiga, melakukan proses perencanaan dengan menggunakan AHP. Langkah terakhir, mengajukan usulan penerapan IKDU. Analisis SWOT terhadap pilot project IKDU menghasilkan 4 (empat set) strategi untuk implementasi IKDU. Untuk selanjutnya strategi tersebut menjadi skenario penerapan IKDU. Pertama, Skenario Agresif yang menekankan pada upaya-upaya penelitian-pengembangan untuk mencari inovasi dalam bidang daur ulang sampah, peningkatan kapasitas olah sampah, serta upaya pencarian terobosan baru untuk memperluas pasar. Kedua, Skenario Berbatik menekankan pada upaya-upaya untuk penyederhanaan metode proses dan lebih bersifat padat karya, pemanfaatan TPS sebagai lokasi IKDU, penerapan dan pengembangan pola kemitraan, serta upaya pengembangan program-program pendukung IKDU. Ketiga, Skenario Diversifikasi menekankan pada upayaupaya untuk pelibatan masyarakat sedini mungkin dalam pendirian IKDU, serta peningkatan kualitas dan diversifikasi produk daur ulang. Keempat, Skenario Defensif menekankan pada upaya-upaya untuk melakukan pengembangan model-model komunikasi untuk keperluan sosialisasi, pengurangan birokrasi, peningkatan kemampuan dan keahiian sumberdaya manusia dari setiap pihak terkait, serta upaya menyiapkan kebijakan tertulis yang dapat mendukung penerapan IKDU. Hasil proses perencanaan ke depan (forward planning) dengan menggunakan PHA menunjukkan bahwa Pemda DKI Jakarta dan Masyarakat Sasaran adalah stakeholders yang memiliki tingkat kepentingan yang sama (0,354) terhadap keberadaan IKDU. Pemda melihat IKDU dapat menjadi salah satu solusi bagi masalah sampah di DKI Jakarta, sedangkan dari sisi Masyarakat IKDU dapat meningkatkan kualitas lingkungan mereka secara langsung. Hal ini sesuai dengan Perda DKI Jakarta no. 5 tahun 1988 yang menyebutkan bahwa kebersihan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama Pemda dan masyarakat. Setelah Pemda dan Masyarakat, pihak yang berkepentingan dengan penerapan IKDU adalah Swasta (0,161) sebagai pihak yang akan menerima produk IKDU. Selain Masyarakat, Swasta lah yang akan langsung berhubungan dengan IKDU. Tenaga Ahli tidak secara langsung berkepentingan dengan penerapan IKDU, oleh karena itu semua stakeholders cenderung menilai tingkat kepentingannya dalam IKDU adalah yang terkecil (0,131). IKDU diharapkan dapat menjadi sistem pengelolaan sampah permukiman yang berkelanjutan. Untuk itu, IKDU harus dapat memenuhi kriteria-kriteria Iingkungan, ekonomi, teknis, dan sosial. Dari keempat kriteria tersebut, ternyata pemenuhan kriteria Iingkungan (environmentally beneficial) menjadi fokus pertimbangan stakeholders yang utama. Setelah itu barn disusul dengan pemenuhan kriteria ekonomi (economically feasible), sosial (socially acceptable), dan yang terakhir, kriteria teknis (technically viable). Berdasarkan pertimbangan tersebut, dalam rangka pencapai tujuan utama yaitu implementasi IKDU sebagai altematif pengelolaan sampah permukiman yang berkelanjutan, maka stakeholders cenderung memprioritaskan tiga (3) sasaran utama yang ingin dicapai, yaitu sasaran pengurangan volume sampah yang dibuang ke TPA, kontinuitas pasar bagi produk/hasil IKDU, dan perolehan profit dari penjualan produk IKDU. Untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang dimaksud, semua stakeholders cenderung mengutamakan Skenario Berbalik (prioritas pertama), karena sifatnya yang sederhana akan mempermudah proses penerapan IKDU. Skenario Diversifikasi dan Skenario Agresif cenderung dinilai berimbang oleh stakeholders, sehingga menjadi prioritas kedua. Prioritas ketiga adalah Skenario Defensif. Menurut responden (yang notabene adalah stakeholders), masalah utama yang dianggap dapat menghambat pelaksanaan skenario penerapan IKDU adalah lemahnya komitmen setiap pihak yang terkait dengan IKDU, sikap masyarakat yang cenderung bersifat negatif terhadap IKDU, rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang terkait dengan IKDU, dan keterbatasan modal. Selain keempat masalah tersebut, kesulitan akses informasi hasil litbang dan ego sektoral, adalah hal-hal yang juga dapat menjadi kendala IKDU. Pemda DKI Jakarta diharapkan dapat menjadi leading agent dalam program implentasi IKDU ini. dengan sendirinya, Pemda DKI Jakarta merupakan pihak yang paling diharapkan untuk mengatasi kendala-kendala. Seluruh stakeholders cenderung menilai bahwa Masyarakat juga hares lebih berperan untuk mengatasi kendala yang ada dan tidak hanya bergantung pada Pemerintah. Tenaga Ahli diharapkan membantu (mendukung) Pemda dan Masyarakat untuk ikut mengatasi kendala-kendala yang muncul. Peran Swasta untuk mengatasi kendala cenderung dinilai yang paling kecil pleb stakeholders, kecuali untuk mengatasi masalah modal. Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, semua stakeholders cenderung memillh kebijakan-kebijakan berikut ini; kebijakan yang pertama adalah sosialisasi awal mengenai IKDU kepada masyarakat sasaran. Kebijakan yang kedua adalah mengeluarkan berbagai peraturan resmi yang berkaitan dengan penerapan konsep Zero Waste (termasuk IKDU) dan mengintensifkan berbagai saluran komunikasi untuk kepentingan sosialisasi secara luas. Kebijakan ketiga yang dianggap penting oleh stakeholders adalah peningkatan kuantitas (frekuensi pengadaannya) dan kualitas program-program reduce, reuse, recycle (3R). Kebijakan penting yang keempat adalah mempermudah akses publik ke hasilhasil penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan daur ulang. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah: 1) Skenario yang menekankan pada upaya-upaya untuk penyederhanaan metode proses dan lebih bersifat padat karya, pemanfaatan TP5 sebagai lokasi IKDU, penerapan dan pengembangan pola kernitraan, serta upaya pengembangan program-program pendukung IKDU (Skenario Berbalik), adalah skenario yang diprioritaskan oleh stakeholders; 2) Pemda DKI Jakarta dan Masyarakat Sasaran memiliki tingkat kepentingan yang sama terhadap IKDU; 3) Kendala utama program penerapan IKDU adalah lemahnya komitmen setiap pihak yang terkait dengan IKDU, sedangkan kebijakan utama bagi penerapan IKDU adalah sosialisasi awal IKDU kepada masyarakat sasaran. Adapun saran dari penelitian ini adalah: 1) Sosialisasi pada level masyarakat sasaran harus menjadi prioritas pertama dari pemrakarsa IKDU; 2) Dewan Kelurahan atau Lembaga Masyarakat Kelurahan dapat difungsikan pula sebagai pengelola IKDU; 3) Peraturan tentang IKDU dapat mengikat komitmen dari seluruh pihak terkait (stakeholders); 4) Perlu adanya penelitian tersendiri mengenai karateristik pasar daur ulang akan memberikan proyeksi yang lebih balk bagi prospek IKDU di mass depan, baik sebagai usaha daur ulang maupun sebagai model pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Small Scale Recycling Industry: An Alternative for Solid Waste Management in Settlement (Policy Study on Implementation of District Scale Zero Waste Approach in DKI Jakarta)BPPT (Agency of Technological research and Implementation) has developed an integrated solid waste management concept named Zero Waste approach, which integrates various types of solid waste management such as recycling (papers and plastics), composting, and incineration. In 2000, Dinas Kebersihan (Cleansing Department) DKI Jakarta in cooperation with BPPT implemented a district scale Zero Waste approach into the form of small scale recycling industry (SSRI). The pilot projects were located in two sub districts, which were Kelurahan Cempaka Puith, Central Jakarta and Kelurahan Pondok Kelapa, East Jakarta. The project lasted for one year and was officially ended in July 2001. This investigation covered a descriptive-qualitative study on SSRI pilot project during the year of 2000-2001. A planning to implement SRI as sustainable solid waste management in settlement was then made based on the result of study. Objectives of this research were: 1) to propose strategic plans (scenario) for implementing SSRI; 2) to analyze role and involvement of stakeholders; 3) to analyze constraints of scenario and policies required to overcome constraints. This research was a descriptive one and data analysis was conducted using SWOT analysis and Analytical Hierarchy Process methods. The investigation was conducted in four steps. Step one: evaluating SSRI pilot project. Step two: SWOT analyzing on the execution of SSRI pilot project. Step three: conducting planning process using AHP method. Step four: proposing SSRI implementation scheme. SWOT analysis on the SSRI pilot project resulted strategic plan for implementing SSRI in settlement, which comprises of four sets of scenario. Firstly, Aggressive Scenario focuses on research activities in order to gain innovation of solid waste recycle, increasing SSRI's capacity of process, and making efforts for expanding market for SSRI's product. Secondly, Turn-around Scenario focuses on simplifying methods of process into labor intensive ones, promoting TPS (Collection Sites) as SSRI's site, developing partnership for SRI, developing programs that may support SSRI. Thirdly, Diversionary Scenario focuses on community involvement in decision making process, diversifying products and increasing quality of products. Fourthly, Defensive Scenario focuses on developing communication models for socialization, decreasing bureaucracy, improving human skills and knowledge of every stakeholder, providing legal framework concerning implementation of SSRI. Results of forward planning process using the AHP indicating that both Pemda DKI Jakarta (Provincial Government of DKI Jakarta) and Target Community have the same level of interest (0,354) with the existence of SSRI. From Pemda's point of view, the existence of SSRI may be a workable solution to solid waste problems whereas from Target Community point of view, SSRI may directly increase the quality of their surrounding environment. Perda DKI Jakarta (Regional Regulation) no. 5 year 1988 states that cleaner environment is of both Pemda and Community' responsible. Private Sector is the next party having interest in SSRI (0,161) as it receives products of SSRI. The whole stakeholders tend to asses Experts as having the least interest in SSRI (0,131). SSRI should meet four criterions, which are environmentally beneficial, economically feasible, technically viable, and socially acceptable, in order to be a sustainable solid waste management system. The fulfillment of environmentally beneficial criterion turns out to be the stakeholders' primary focus of consideration. Economical feasibility and social acceptability are then of stakeholders' consideration, followed by and technical viability of SSRI. Based on those considerations, stakeholders tend to prioritize three (3) main objectives which are diminishing of waste to be transported to TPA (final disposal site) , market continuity for SSRI's products, and profit taking from selling of SSRI's products. According to stakeholders, Turn-around Scenario should be given most priority due to its simple nature may ease the process of implementing SSRI. Diversionary and Defensive Scenarios tend to have balanced values and thus given the second priority. Whilst Defensive Scenario is of the last priority. Stakeholders find that the main constraints to the four scenarios are consecutively commitment of every related party, resistance (negative attitude) towards SSRI from given community, the low quality of human resource, and lack of investments. Lack of access to results of research activities and sectoral ego may also hinder the implementation of SSRI. Pemda DKI Jakarta is highly expected to be a leading agent in SSRI program. That makes it being most expected to have the capability in overcoming all constraints. But instead of just relying on the government (Pemda), Target Community is also expected to play a more significant role in coping with the constraints. Experts are expected to cooperate with Pemda and Community. The role of Private Sector in coping with constraints is the smallest except in providing investments. In order to overcome constraints, stakeholders tend to propose the following policies. The first one is conducting public consultation to host community (community which would host the SRI). Policies considered to be the second important ones according to stakeholders are structuring of regulations accommodating the implementation of Zero Waste Approach, as well as of SRI, and intensifying the use of communication channels (both mass media and interpersonal networks) in order to extent socialization. Consecutively are the third and fourth policies; increase quality as well as quantity of 3R's dissemination programs, and facilitate public access to results of research related with recycle (3R). Conclusion drawn from this study are: 1) Scenario that focuses on simplifying methods of process into labor intensive ones, promoting TPS (Collection Sites) as SSRI's site, developing partnership for SRI, developing programs that may support SSRI, becomes stakeholders' priority; 2) Pemda DKI Jakarta and Target Community hold the same level of interest in IKDU; 3) The main constraint of implementation of IKDU is commitment of every related parties, and the most needed policy is to conduct public consultation to the host community. Suggestions asserted from this research are: 1) An early public consultation to host community should be the utmost priority of the proponents; 2) Council of sub district (Dewan Kelurahan) or Organization of Sub district Community (Lembaga Masyarakat Kelurahan) may be involved in the management of SSRI; 3) Regulations regarding SSRI may bind the commitments of all related parties; 4) There is a need of thorough research on market characteristics of recycled and recyclable materials. The result may provide a better projection on SSR1 as a recycle business and as a sustainable solid waste management.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T 2447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaharuddin
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini untuk membuktikan bahwa kuat rekat geser braket daur ulang secara pengasahan lebih baik dari pada braket daur ulang secara pembakaran. Hal ini didasarkan atas perbedaan perekatan antara braket dan bahan perekat. Daur ulang secara pengasahan berikatan kimia sedangkan perekatan pada daur ulang secara pembakaran berikatan secara mekanis. Digunakan 22 sampel yang terdiri dari braket purna pakai yang harus memenuhi kriteria tertentu, dibagi dalam 2 kelompok, masing-masing secara pengasahan dan secara pembakaran. Analisis data dilakukan dengan uji-t. Hasil pengukuran setelah daur ulang memperlihatkan bahwa kuat rekat geser braket daur ulang secara pengasahan dan secara pembakaran tidak berbeda bermakna dengan t = 0,482 (P>0,05). Sedangkan nilai sebelum daur ulang memperlihatkan bahwa kelompok A dan kelompok D juga tidak berbeda bermakna dimana t = 0,927 (P> 0,05).
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arlinsyah
Abstrak :
Sampah atau limbah padat menghasilkan leachate, cairan yang berwarna hitam akibat dari proses dekomposisi atau penguraian sampah. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya leachate adalah kadar air yang terdapat di dalam sampah, ketersediannya air hujan dan air tanah. Sedangkan kualitas leachate dipengaruhi oleh karakteristik dan jenis sampah, ketersediaan air yang masuk, proses dekomposisi dan cara pengelolaan TPA. Bila tidak ditangani dengan baik, leachate dapat mencemari air tanah dan air permukaan, oleh karenanya perlu diketahui bagaimana kuantitas dan kualitas leachale yang dihasilkan oleh sampah tersebut dengan tepat sehingga pengelolaan leachate pada fase bentukannya dapat diatasi dengan baik. Keseimbangan air dalam sampah dapat digunakan untuk menghitung pembentukan leachate di tempat pengumpulan sampah Kampus Universitas Indonesia, Depok, yaitu dengan menghitung air yang digunakan dalam reaksi pembentukan gas, menghitung air yang menguap selama proses penguraian sampah, menghitung pembentukan volume leachate, dan mengevaluasi kualitas leachate selama proses dekomposisi sampah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental di laboratorium, dengan cara membuat kotak percobaan tembus pandang yang diisikan dengan sampah padat dari FTUI. Leachate yang ke luar ditampung dan diukur lalu dianalisis. Hasil perhitungan percobaan menginformasikan bahwa air yang digunakan dalam pembentukan gas pada proses dekomposisi sampah adalah sebesar 0.017 lb H2O/ft3 (0.271 kg H20/m3) hingga 0.025 lb H20/ft3 (0.399 kg H20/m3), selama percobaan. Sedangkan perkiraan air yang menguap adalah 0,0074 lb H2O/ft3 (0,1189 kg H2O /m3) sampai dengan 0,0049 lb H2O/ft3 (0,0784 kg H2O/m3). Volume pembentukan leachate cenderung menurun (decay), sejalan dengan pertambahan waktu. Total volume leachate yang terbentuk di awal percobaan sebesar 1.745 mili liter atau setara dengan 12 persen. Pada akhir percobaan volume leachale yang terbentuk sebanyak 5.143 mililiter atau setara dengan 34 persen. Hasil percobaan tersebut mengindikasikan bahwa fluktuasi volume leachate dipeugaruhi oleh air yang masuk. Proses pembentukan gas dan uap-air sangat kecil pengaruhnya dalam pembentukan volume leachate. Kualitas leachate berupa pH, suspended solid dan COD yang dihasilkan meugindikasikan bahwa percobaan yang dilakukan sudah berada di antara fase ke-2 (anaerobic-acid phase) dengan fase ke-3 (anaerobic-intermediate methanogenic phase). Secara umum parameter kualitas yang dihasilkan masih dalamn taraf ideal atau masih di bawah standar Baku Mutu Limbah Cair, Keputusan KABAPEDAL, nomor. Kep-04/Bapedal/90/1995.
Garbage and solid waste produce leachate, a black liquid formed from its decomposition process. The leachate needs to be managed properly because if it didn't handled carefully it may polluted the water body. The principle of determination the leachate water by using water balancing system during composting process of garbage, determination of water balanced by measuring the sum of water used in gas formating process, the water evaporate in the process, leachate volume establishment and evaluating leachate quality along the process. The garbage used in this research comes from Faculty of Engineering, University of Indonesia, Depok. This research was experimental research by using several box fill with garbage and measured by pH, suspended solid and COD produced. The type and characteristic of garbage, availability of the water inflow, decomposition process, garbage disposal management method and the period of garbage accumulation are assumed to influence water disappearance and leachate quality. It means there is an interrelation between the length of the time with leachate and vapor debit forming. The empirical result inform that the water used in gas forming on decomposition process in the range of 0.017 lb H2O/ft3 (0.271 kg H20/m3) until 0.025 lb H20/ft3 (0.399 kg H20/m3), and evaporate water in the process is between 0.0074 lb H20/ ft3 (0.1189 kg H20/m3) and 0.0049 lb H20/ft3 (0.0784 kg H20/ m3). Leachate forming volume has a tendency to decrease decay along time. The study indicates diet leachate volume fluctuation determined by water- feeding. The water used in vapor and gas-forming process is not significant to determine leachate-forming process. Leachate quality, measured as pH, suspended solid and COD produced indicate that the study was between the second (anaerobic-acid) phase and the third (anaerobic-intermediate methanogenic) phase. Generally, quality parameter produced still in an ideal stage of KABAPEDAL indicators.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jarot Raharjo
Abstrak :
Simulasi pencampuran bahan-baku skrap aluminium yang berbeda, peramuan dan pemaduan serta peleburan diharapkan akan menghasilkan ingot yang sesuai atau mendekati standar aluminium coran. Pemanfaatan bahan-baku skrap mampu menampung bahan buangan yang menoemari lingkungan menjadi berguna. Telah dibuat ingot standar paduan aluminium coran BS 1490 seri LM4 dan LM13 dengan menggunakan bahan-baku skrap. Skrap aluminium yang digunakan diambil dari ind ustri kecil menengah pengecoran Iogam bukan besi di daerah Pasuruan Jawa Timur, terdiri dari skrap piston, kawat, plat, hanger Iistrik, roda gigi, blok mesin dan lain-lain. Pada peneiitian ini, bahan-baku skrap dipisahkan berdasarkan jenisnya, kemudian dianalisa komposisi kimianya dengan menggunakan Spektrometer. Perhitungan peramuan dan pemaduan secara komputerisasi dilakukan sebelum peleburan. Penambahan unsur-unsur paduan pada saat peleburan dilakukan agar komposisi target tercapai. Peleburan dilakukan dalam tungku krusibel dengan bahan- bakar kokas sampai temperatur 720°C. Logam cair hasil peleburan dituangkan kedalam masing-masing cetakan pasir dan cetakan Iogam yang telah disiapkan. Spesimen hasil peleburan kemudian dilakukan pengujlan mekanis berupa uji tarik dan uji kekerasan, juga dilakukan pengujian metalograti dengan mikroskop optik. Pembuatan ingot standar LM4 dan LM13 dengan bahan baku skrap telah berhasil dilakukan sesuai dengan komposisi standar yang dipersyaratkan. Kekuatan mekanis dan struktur mikro ingot dengan cetakan Iogam jauh lebih baik dibandlngkan dengan cetakan pasir. Porositas mempengaruhi kekuatan mekanis, ingot cetakan pasir dengan porositas yang tinggi menghasilkan kekuatan yang lebih rendah dari ingot cetakan Iogam dengan porositas rendah. Metode pengecoran dengan cetakan Iogam menghasilkan ingot dengan kekuatan mekanis meningkat rata-rata sebesar 30% dibandingkan metode pengecoran cetakan pasir. Dari struktur mikro ingot standar terbentuk fasa-fasa a (AI) dan eutectic yang telah sesuai dengan diagram fasa paduan biner AlSi. Peleburan ulang pada ingot menyebabkan pengurangan kandungan silikon sebanyak 30-40%.
Abstract
Mixing simulation between differences feedstock of aluminium scraps, formulation, combination and then melting process were examined to obtain ingot, which has quality similar to that of aluminium casting standard. The utilization of scrap as a feedstock can minimize environmental problem and also obtain benefit value for waste products. The standard ingot from aluminium alloy BS 1490-LM4 and LM13 have made using scraps feedstock, which derived from waste products. Aluminium scraps, which contained piston scrap, wire, plate, electrical arch, gear, and machine block, were obtained from small size industries of metal non-iron processing at Pasuruan, East Java. ln this study, scrap feedstock were separated according to their types. Then, their chemical composition were analysed using spectrometer. Computerize calculation for formulation and fusion were carried out before melting process. Additional matters of fusion were conducted as melting process occurs to obtain a target composition. Melting was carried out in the crucible muffle using cokes as fuels at temperature of 72O°C. Liquid metal product was poured onto sand and metal moulds. Afterwards, these product were tested in order to find their mechanic strength and stiffness. Nletalographic analyses on these products were also carried out using optical microscope. The making of ingot standard LM4 and LM13 were successfully obtained in fulfilling the standard composition. The mechanic strength and micro-structure of ingot, produced from metal mould, has shown good performance than that of produced from sand mould. This examination shown that the porosity affected mechanic strength. ingot sand mould, which has high porosity, gave less strength compared to that of ingot metal mould, which has small porosity. The casting methode using metal mould produced ingot with increasing in mechanic strength by 30% compared to that of methode using sand mould. It was also found that or (Al) and eutectic phases were formed from micro-structure of standard ingot, which shown similar to that phase diagram binary fusion AlSi. It was also evidence that ingot remelting caused reduction in silicon concentration by 30-40%
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T6365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nararia Askarningsih
Abstrak :
ABSTRAK
Daur ulang aluminium memiliki kuntungan dari segi lingkungan dan ekonomi karena dapat menghemat energi sampai 95 % dalam memproduksi aluminium sekunder. Walaupun terlihat menjanjikan, namun melebur aluminium sangat sulit karena keberadaan lapisan oksida. Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan proses peleburan granulat aluminium dari municipal solid waste incineration (MSWI) di skala laboratorium. Penelitian ini juga menginvestigasi efisiensi dan komposisi kimia dari hasil peleburan. Karakterisasi granulat dilakukan pada mikroskop optik. Ada tiga metode yang dikembangkan untuk proses peleburan menggunakan NaCl-KCl dengan 2 % CaF2 sebagai salt flux dan juga anhydrous borax sebagai perbandingan hasil. Granulat aluminium digunakan di eksperimen ini berdasarkan beratnya yang dinamakan skala kecil, medium dan besar yang mana masing-masing memiliki berat 150, 500 gram dan 2 kg granulat. Terjadi masalah pada dapur peleburan untuk skala besar sehingga skala ini tidak dilakukan. Untuk menginvestigasi komposisi kimia, sedikit lelehan aluminium diambil untuk diuji dengan spark optical emission spectrometry. Hasil percobaan menunjukkan hanya dua metode yang menghasilkan aluminium sekunder yang baik. Metode tersebut menunjukkan bahwa viskositas molten salt harus rendah untuk menghasilkan aluminium sekunder dengan efisiensi yang tinggi. Komposisi kimia menunjukkan bahwa aluminium sekunder ini memiliki inklusi Si, Fe, Cu, Mn dan Zn. Kadar Cu meningkat seiring dengan bertambahnya waktu pengadukan dan juga mengakibatkan kadar Fe menurun akibat peningkatan kelarutan Cu pada lelehan aluminium.
ABSTRACT
Aluminium recycling has environmental and economical benefits because it can save until 95 % energy in producing secondary aluminium. Although it seems promising but remelting aluminium is very tricky due to its oxide layer. This research are intended to develop melting process of aluminium granulate come from municipal solid waste incineration (MSWI) in a laboratory scale. Moreover, this research also investigate the melt’s efficiency and chemical composition from casting result. Granulate characterization was done using optical microscopy. There are three methods used in order to develop the best melting process. NaCl-KCl with 2 % CaF2 was mostly used as salt flux, along with some anhydrous borax for result’s comparison. Aluminium granulate used in the experiments were based on its weight named small, medium and large scale contain 150, 500 grams and 2 kg granulates, respectively. Due to problems with the experimental set up, only small and medium furnace are presented in this research. To investigate the chemical compositions, small amount of melts were taken to be measured with spark optical emission spectrometry. The result show only two methods resulting good aluminium cast block. Those methods involve molten salt which shows that higher temperature used in the melting process make salt’s viscosity lower and therefore resulting higher melt’s efficiency. Chemical composition of cast aluminium shows some inclusions Si, Fe, Cu, Mn, and Zn in cast block. Copper content gets higher throughout the increasing of stirring time due to increasing copper solubility.
2013
T36046
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Pratama Rinaldi
Abstrak :
Berdasarkan Konvensi Hong Kong, kapal yang berusia lebih dari 25 tahun harus didaur ulang karena dapat merusak lingkungan dan dinilai tidak memiliki dampak ekonomis. Namun, industri ship recycling di Indonesia kurang diperhatikan. Skripsi ini bertujuan untuk mendesain galangan ship recycling yang ramah lingkungan dan mengikuti prosedur yang sesuai dengan IMO dan memiliki kapasitas maksimum 30.000 DWT. Skripsi ini dibuat berdasarkan studi literature dari regulasi yang ada seperti Konvensi Hong Kong, Regulasi Ship Recycling Uni Eropa, dan laporan inspeksi dari biro klasifikasi untuk mengidentifikasi kondisi ship recycling di Indonesia saat ini serta memberikan saran untuk melaksanakan prosedur yang baik dan benar. Dengan menggunakan gap analysis untuk mengidentifikasi kondisi ship recycling di Indonesia, dapat ditentukan fasilitas galangan yang dibutuhkan. Galangan ship recycling akan menggunakan marine airbag untuk menggerakan kapal ke slipway dan kapal akan dipotong di darat. ......According to Hong Kong Convention, ships older than 25 years old must be recycled because it could bring harm to environment and cannot be operated economically. However, there is a lack of attention about ship recycling in Indonesia. This study aims to design a green ship recycling yard that follows IMO procedure and have a maximum capacity of 30.000 DWT. The study conducts literature on rules and regulations such as Hong Kong Convention, EU Ship Recycling Regulations, and inspection reports from classification societies to identify the current condition of ship recycling in Indonesia and suggest recommendation acts to conduct ship recycling process. By identifying the conditions of ship recycling in Indonesia with gap analysis, the yard’s facilities could be determined. The ship recycling yard will use marine airbag to move ships into slipway and ship will be cut on land.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S35580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>