Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rafika Ariani
"Membaca merupakan salah satu kemampuan terpenting yang diperlukan anak usia sekolah dasar dan sasaran pendidikan bagi siswa sejak usia sekolah dasar (Kishore, 2014; Meisinger, Schwanenflugel, Bradley, & Stahl, 2004, dalam Mursitolaksmi, 2007). Sayangnya, kemampuan membaca masih menjadi fenomena yang bermasalah di Indonesia, yang menunjukkan kompetensi membaca yang rendah dari setiap level pendidikannya. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan pemahaman bacaan siswa Indonesia. Palincsar dan Brown (1984) mengajukan model intervensi bernama pendekatan resiprokal yang mengajarkan strategi metakognitif untuk meningkatkan pemahaman bacaan. Pendekatan resiprokal berhasil meningkatkan pemahaman bacaan pada siswa reguler maupun berkebutuhan khusus.
Dalam penelitian ini, N merupakan siswa slow learner di tingkat Sekolah Dasar. N diberikan program intervensi strategi metakognitif dengan pendekatan resiprokal untuk meningkatkan pemahaman bacaannya. Bacaan yang diberikan merupakan teks ekspositori. Tolak ukur keberhasilan dilihat berdasarkan jumlah skor benar dari bacaan yang diberikan serta rangkumannya. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan skor pada post-test N pada soal pemahaman bacaan, namun penurunan pada rangkuman N.

Reading has been one of the most important skills that is needed for school age and for the education for elementary students (Kishore, 2014; Meisinger, Schwanenflugel, Bradley, & Stahl, 2004, in Mursitolaksmi, 2007). Unfortunately, reading skills is still a troubled phenomenon in Indonesia, that shows a low reading skills in every school grades. It happens because Indonesia students have low reading comprehension skill. Palincsar and Brown (1984) offers an intervention model called reciprocal teaching that teaches metacognitive strategies to improve reading comprehension skill. Reciprocal teaching succeeded in improving reading comprehension on regular nor special needs students.
In this research, N is an elementary student and diagnosed as a slow learner. N is being given metacognitive strategies intervention through reciprocal teaching to improve her reading comprehension skill. The kind of text that is being used is the expository text. The measurement is based on the right amount of scores from the text and the summary. The research showed an improvement in N`s post-test on her reading comprehension, but a decline on N?s summary score.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T44924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasiha Muty Azzahra
"Fenomena Agoraphobia merupakan bentuk keterikatan manusia dengan ruang dalam wujud adanya rasa ketakutan yang hadir ketika mendiami suatu tempat. Keberadaan relasi tubuh dan ruang dalam peristiwa agoraphobia tersebut erat kaitannya dengan arsitektur yang menurut Tschumi (1979) tidak hanya berbicara tentang ruang dan bentuk, tetapi juga peristiwa, tindakan, dan apa yang terjadi di ruang. Hal ini menjadi gagasan dalam penulisan kajian untuk melihat keterikatan antara space, event, dan movement dalam fenomena agoraphobia melalui pendekatan ilmu arsitektur, lebih spesifik melalui sudut pandang interioritas. Interioritas sebagai sebuah konsep yang transformatif di berbagai konteks melihat fenomena agoraphobia sebagai pembentukan ruang subjektifitas dan bentuk pengendalian timbal balik antara manusia dan ruang. Berdasarkan kajian tersebut, ditemukan bahwa keterikatan antara space, event, dan movement dalam fenomena agoraphobia terbentuk melalui pelunturan batasan tubuh dan ruang di sepanjang perjalanan pelaku berhadapan dengan ruang ketakutannya. Hal ini berbanding lurus dengan keberadaan peristiwa yang hadir mendorong kelunturan batasan tersebut, seiring dengan adanya percepatan maupun perlambatan gerak tubuh. Keseluruhan narasi keterikatan antara space, event, dan movement dalam sudut pandang interioritas ini menunjukkan keberadaan elemen-elemen pembentuk interior dan tempat lebih berperan dalam mendorong penciptaan karakteristik interioritas, dibandingkan dengan keinginan penghuni atau kemampuan individu untuk bertindak.

Agoraphobia as a human and space relation, is a form of fear of place when inhabiting a space. The relation of body and space in agoraphobia is closely related to architecture, which according to Tschumi (1979) architecture is not simply about space and form, but also about event, action and what happens in space. Eventually, this ideas become the basic study to examine the relationship between space, event, and movement in agoraphobia through an architectural approach, specifically from interiority perspective. Interiority as a transformative concept in various contexts remark the agoraphobia as a formation of a subjective space and reciprocal control between space and human actions. Based on the study, the relation between space, event, and movement of agoraphobiais formed through the shorten of body and space boundaries throughout the individual courses to face his fear. It also straightly proportional to the presence of events that encourage the shorten of these limits, along with the acceleration or deceleration of the body movements. The whole narrativeof this study from the interiority perspective shows that the existence of these elements that establish interior and the place play more important role in shaping the nature of interiority, rather than the occupants' desire or individual ability to act."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library