Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurhasanah
Abstrak :
Jumlah curah hujan disuatu tempat sering dinyatakan dengan keadaan rata-ratanya dalam sekala waktu yang panjang. Pernyataan dengan rata-rata kenyataannya menyembunyikan variabilitas jumlah hujan dalam sekala waktu yang lebih pendek. Dengan menggunakan pendekatan statistik, yaitu membandingkan besarnya penyimpangan jumlah hujan pada suatu waktu terhadap rata-ratanya dalam sekala waktu yang pan jang. maka nilai variabilitas secara rata-rata dapat diketahui. Pola curah hujan di Propinsi Lampung sedikit berbeda dengan propinsi-propinsi lain di Sumatera. Propinsi Lampung yang mempunyai pantai Barat dan pantai Timur, curah hujan maksimum di pantai Barat tidak selalu jatuh pada bulan November. Jika berpegang pada dalil umum bahwa pantai Barat suatu pulau mempunyai curah hujan yang lebih besar dari pantai Timurnya, maka di Propinsi Lampung menunjukan sedikit heterogenita dalam pola. Adapun tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui distribusi curah hujan rata-rata bulanan dalam kaitannya dengan variabilitas curah hujan bulanan di Propinsi Lampung. Masai ah yang diajukan adalah: 1. Bagaimana distribusi curah hujan rata-rata di propinsi Lampung dan faktor apa yang mempengaruhinya? 2. Dimana dan kapan di Propinsi Lampung terjadi variabi litas jumlah hujan tertinggi dan terendah ? 3. Sejauh mana kaitan curah hujan rata-rata dengan variabilitasnya di wilayah penelitian ? Satuan analisis yang digunakan adalah satuan wilayah pengamat hujan yang mencakup 46 stasiun. Analisa yang dilakukan adalah korelasi peta diperkuat dengan uji statistik (korelasi r Pearson) untuk mengetahui hubungan antara curah hujan rata-rata dan variabi1itasnya dengan ketinggian dan hubungan antara curah hujan rata-rata dengan variabilitasnya. Kesimpulan yang diperoleh adalah : Distribusi curah hujan rata-rata tinggi sampai tertinggi terdapat di sekitar pantai Barat pada ketinggian 0 - 100 m dpi terjadi pada bulan September sampai Januari dan di wilayah pedalaman pada ketinggian dibawah 100 meter dpi, terjadi pada bulan Desember sampai Maret. Di bagian Selatan wilayah penelitian curah hujan tinggi terjadi pada bulan Januari. Untuk curah hujan rata-rata bulanan terendah terjadi pada bulan Juli dan Agustus. Faktor yang • mempengaruhi pola distribusi curah hujan i)ulanan adalah faktor arah lereng, arah angin dan letak DKAT. Nilai Variabilitas curah hujan bulanan tinggi terdapat pada region curah hujan rata-rata rendah, yaitu di bagian Sela tan wilayah penelitian dan terjadi pada bulan Juli dan Agustus, selain itu terdapat juga di sekitar pantai Timur yang terjadi pada bulan Maret dan April, sedangkan nilai variabilitas rendah terdapat di wilayah dengan jumlah curah hujan rata-rata tinggi, yaitu di pantai Barat dan wilayah pedalaman yang terjadi pada bulan Oktober sampai Maret. Dalam kaitannya dengan ketinggian , variabilitas curah hujan menghasilkan hubungan positif yang lemah, artinya variabilitas curah hujan di wilayah penelitian tidak' dipengaruhi oleh ketinggian. Hubungan antara curah hujan rata-rata dengan variabi1itasnya umumnya berbanding terbalik, artinya jika curah hujan rata-rata tinggi maka nilai variabi1itasnya akan rendah dan jika curah hujan rata-rata rendah maka variabi1itasnya akan tinggi. Hubungan terbalik antara curah hujan rata-rata dengan variabi1itasnya cenderung lebih nyata pada bulanbulan basah (Oktober - Maret
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selo Sukardi
Abstrak :
Hujan merupakan unsur iklim yang sangat penting. Menurut Sandy (1985) faktorfaktor yang mempengaruhi turunnya hujan di suatu tempat adalah - letak Daerah Konevergensi Antar Tropik (DKAT) - bentuk medan - arah hadapan lereng (eksposure) - arah angin sejajar garis pantai, dan - jarak perjalanan angin diatas medan datar if—J Adanya keragaman faktor-faktor tersebut menyebabkan besarnya curah hujan yang jatuh di muka bumi bervadasi menurut ruang dan waktu. Selain bervariasi menurut ruang dan waktu,curah hujan juga bervadasi dengan nilai rata-ratanya.Perbedaan antara jumlah curah hujan dengan nilai rata-ratanya disebut Variabilita Daerah Aliran Ci Sadane terletak di Propinsi Jawa Barat. Keadaan topografi yang bervadasi tentunya juga mempengaruhi banyak sedikitnya hujan yang jatuh di wilayah ini. Bertitik tolak dari hal tersebut, 'maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabilita jumlah curah hujan bulanan di DA Ci Sadane serta kaitannya dengan ketinggian di DAS tersebut. Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana distribusi curah hujan berdasarkan periode bulanan di DA Ci Sadane ? 2. Bagaimana variabilita curah hujan bulanan dan kaitannya dengan ketinggian wilayah di DA Ci Sadane ? Data yang digunakan adalah data curah hujan tahun 1917-1941 (Publikasi Regenwaamemingen 1917-1941). Metode analisis yang digunakan adalah analisa korelasi peta dibantu dengan grafik, yaitu antara peta-peta : 1. Peta Ketinggian dengan Peta Curah Hujan Rata-rata Bulanan 2. Peta Ketinggian dengan Peta Variabilita Curah Flujan Bulanan 3. Peta Curah Hujan Rata-rata Bulanan dengan Peta Variabilita Curah Hujan Bulanan. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa : Wilayah curah hujan tinggi terdapat pada wilayah ketinggian diatas 100 meter. Wilayah curah hujan rendah terdapat wilayah ketinggian dibawah 100 meter. Jumlah curah hujan rata-rata bulanan maksimum umumnya jatuh pada bulan Desember dan Januari dan jumlah curah hujan rata-rata bulanan minimum umumnya jatuh pada bulan Juli dan Agustus. Nilai variabilita curah hujan bulanan tinggi umumnya terdapat pada ketinggian di bawah 100 meter, dan sebaliknya. Pada bulan Juli - Agustus, wilayah penelitian didominasi oleh distribusi koefisien variasi sedang atau tinggi, dan sebaliknya pada bulan Desember - Januari, wilayah penelitian didominasi oleh distribusi koefisien variasi rendah atau sedang. Wilayah dengan nilai variabilita curah hujan bulanan rendah umumnya memiliki jumlah curah hujan rata-rata tinggi, dan sebaliknya.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Wirawan
Abstrak :
Fenomena iklim skala global seperti ENSO (El Nino South Oscilation), yang berpusat di Lautan Pasifik bagian tengah dan timur sekitar ekuator (daerah pusat ENSO), dapat mempengaruhi fenomena cuaca lain seperti skala regional dan skala lokal di Indonesia, karena letak Indonesia yang berdekatan dengan daerah pusat ENSO. Selain El Nino yang membawa pengaruh terhadap iktim kering di sebagian besar wilayah Indonesia, maka La Nina cenderung membawa pengaruh tertiadap kenaikan jumlah curah hujan di Indonesia terutama Sumatera, Jawa dan Kalimantan. La Nina yang ditandai dengan turunnya temperatur muka perairan di daerah pusat ENSO hingga 60Celcius dari normalnya, menyebabkan perubahan sirkulasi atmosfer di sekitarnya, untuk wilayah Indonesia akan menyebabkan meningkatnya aktifitas awan hujan. Penelitian mi bermaksud untuk mengetahul kenaikan curah hujan akibat pengaruh La Nina periode April- September di pantai Utara Jawa bagian barat pada tahun 1961 —1990, dimana periode La Nina diidentifikasi dengan menggunakan parameter Indeks Osilasi Se!atan (lOS) clan Suhu muka Laut (SML), yang disesuaikan untuk melihat selisih kenaikan curah hujan pada 6 bulan tersebut. Hash penelitian menunjukkan adanya indikasi perubahan curah hujan buanan pada saat La Nina, dibandingkan kondisi normalnya. Dimana kenaikan tertinggi terjadi di bagian timur wilayah penelitian, selanjutnya ke arah barat menunjukkan pola unrnhJtnang.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Winarni
Abstrak :
Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat variabel, balk dalam sekala ruang dan waktu. Selain berdasarkan ruang dan waktu, curah hujan juga bervariasi dengan nilai rata-ratanya. Seiisih antara jumiah curah hujan atau frekuensi hari hujan dengan niiai rata-ratanya disebut variabilita. Maksud dari penulisan mi ada].ah untuk mengungkapkan gainbaran variabilita curah hujan dan frekuensi hari hujan dan kaitarinya dengan nilai rata-rata, serta untuk mengetahui perbandingan antara kedua variabilita mi di Daerah Aliran Kali Serayu, Jawa Tengah. Permasalahan dalani penelitian mi adalah: 1. Bagaitnana distribusi juinlah curah hujan dan frekuensi hari hujan berdasarkan periode bulanan dan tahunan ? 2. Bagaimana kaitan antara variabilita curah huj frekuensi hari hujan dengan nhlal rata-rata pada bulanan dan tahunan ? 3. Bagaimana perbandingan antara variabilita curah dengan variabiiita frekuensi hari hujan di Daerah Kali Serayu ? Metode analisis yang digunakan adaiah anaiisa korelasi peta dibantu dengan graf 1k, yaitu korelasi peta-peta curah hujan dan frekuensi hari hujan dengan ketinggian dan variabiiitanya. Pembuatan graf 1k untuk melihat perbandingan antara variabilita curah hujan dengan vaniabilita frekuensi han hujan. Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui bahwa Wiiayah curah hujan tertinggi dan frekuensi hari hujan tertinggi terdapat pada ketinggian di atas 100 meter dpi. Wiiayah curah hujan terendah terdapat pada ketinggian kurang dari 1000 meter dpi dan pada ketinggian lebih dari 2000 meter dpi di lereng Gunung Prahu-Gunung Sundoro. Sedangkan wilayah frekuensi hari hujan terendah terdapat pada ketinggian kurang dari 100 meter dpi. Jumiah curah hujan dan frekuensi hari hujan tertinggi umunrnya jatuh pada bulan Desember, sebagian pada bulan Januari. Sedangkan jumlah terendah uinumnya pada bulan Agustus. Kaitan variabilita curah hujan dan frekuensi hari hujan dengan nilai rata-rata umumnya berbanding terbalik. Tetapi ada juga yang berbandthg lurus, seperti di wilayah Titnur DAS untuk curah hujan tahunan. Dan di wilayah Barat Laut DAS untuk frekuensi hari hujan bulan Agustus, dan di wilayah tengah DAS untuk frekuerisi hari hujan tahunan. Variabilita frekuensi hari hujan umuxnnya lebih rendah dibandingkan dengart variabilita curáh hujan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pascalis Dwi Rosario Deno
Abstrak :
Curah hujan merupakan salah satu input data yang memiliki peranan penting dalam permodelan hidrologi. Data curah hujan biasanya diperoleh dari stasiun pencatat curah hujan yang tersebar menurut koordinatnya. Data curah hujan yang tersedia sering kali mengalami kekurangan yang disebabkan oleh terbatasnya sebaran dan jumlah stasiun pencatat hujan yang ada. Medan, bentuk topografi serta biaya besar juga mempengaruhi ketersediaan dari stasiun pencatat curah hujan itu sendiri. Alternatif lain untuk memperoleh data curah hujan salah satunya adalah satelit hujan. Dalam hal ini satelit hujan yang tersedia ada berbagai macam jenisnya dan memiliki kemampuan memperoleh gambaran spasial dengan resolusi yang berbeda-beda. Salah satu data curah hujan harian yang akan digunakanan pada penelitian ini bersumber dari CHIRPS. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah melakukan analisis perbandingan curah hujan satelit CHIRPS dengan data hujan yang terdapat pada stasiun hujan di DAS Ciliwung Hulu dan DAS Garang Hulu pada rentang waktu tertentu sesuai dengan ketersediaan data curah hujan harian pada stasiun hujan di lokasi kedua DAS tersebut. Data yang dianalisis akan menentukan reliabilitas dari CHIRPS terhadap data hujan pada stasiun pencatat hujan. Data CHIRPS ini akan dianalisis lebih lanjut terkait persamaan dan perbedaannya dengan data stasiun hujan. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa data CHIRPS tidak reliabel atau berkorelasi rendah terhadap data curah hujan harian stasiun pencatat hujan pada kedua DAS. Selisih antara hujan harian atau delta data dari kedua sumber data juga menunjukan bahwa data curah hujan harian cenderung berbeda antar kedua sumber data. Perbedaan-perbedaan ini dianalisis lebih lanjut untuk memperoleh jumlah data yang reliabel dengan melakuakan filter data menggunakan kriteria error berkisar antara nol hingga 0,4 persen. Hasil filter data menunjukan bahwa rata-rata data yang reliabel hanya sebesar 0,9 persen dari total data yang tersedia untuk masing-masing stasiun hujan pada DAS Ciliwung Hulu dan Garang Hulu. Perbedaan dan persamaan data ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti letak serta topografi lokasi kedua DAS dan cara kerja satelit hujan dalam memperoleh data melalui gelombang elektromagnetik yang sangat dipengaruhi oleh kondisi dari objek atau awan. ......Rainfall is one of the input data that has an important role in hydrological modelling. Rainfall data is usually obtained from rainfall recording stations which are scattered according to their coordinates. Available rainfall data often suffers from deficiencies caused by the limited distribution and number of existing rain recording stations. Terrain, topography and high cost also affect the availability of the rainfall recording station itself. Another alternative to obtain rainfall data, one of which is a rain satellite. In this case there are various types of rain satellites available and have the ability to obtain spatial images with different resolutions. One of the daily rainfall data that will be used in this study comes from CHIRPS. The purpose of writing this thesis is to carry out a comparative analysis of CHIRPS satellite rainfall with rain data contained in rain stations in the Ciliwung Hulu watershed and Garang Hulu watershed at certain time intervals according to the availability of daily rainfall data at rain stations in the two watershed locations. The data analyzed will determine the reliability of CHIRPS against rain data at rain recording stations. The CHIRPS data will be analyzed further regarding the similarities and differences with the rain station data. The results obtained show that the CHIRPS data is not reliable or has a low correlation with the daily rainfall data of rain-recording stations in both watersheds. The difference between the daily rainfall or delta data from the two data sources also shows that the daily rainfall data tends to differ between the two data sources. These differences were further analyzed to obtain a reliable amount of data by filtering the data using error criteria ranging from zero to 0.4 percent. The results of the data filter show that the average reliable data is only 0.9 percent of the total available data for each rain station in the Upper Ciliwung and Garang Hulu watersheds. The differences and similarities in this data can be caused by several factors such as the location and topography of the two watersheds and the way the rain satellite works in obtaining data through electromagnetic waves which are strongly influenced by the conditions of objects or clouds.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library