Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitti Ganefa
Abstrak :
Rabies merupakan suatu penyakit zoonosa terpenting di Indonesia, yang dapat menyebabkan kematian dengan Case Fatality Rate (CFR) 100% dan diperkirakan kematian karena rabies pada manusia diseluruh dunia mencapai 35.000 - 40.000 kasus setiap tahunnya. Di Kotip Cimahi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, rabies masih menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat karena cakupan vaksinasi rabies pada anjing peliharaan dan eliminasi anjing liar belum mencapai target 100% dari total populasi anjing setiap tahunnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pemilik anjing memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya di Kotip Cimahi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat tahun 2000. Studi ini menggunakan desain kasus kontrol dengan jumlah sampel 153 kasus yaitu pemilik anjing yang tidak memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya, dan 153 kontrol yaitu pemilik anjing yang memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner pada responden pemilik anjing dan kemudian dianalisa dengan analisa univariat, bivariat (Chi Square) dan multivariat (Logistic Regression). Hasil akhir uji multivariat menunjukkan adanya beberapa variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan ketidakpatuhan pemilik anjing memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya, yaitu variabel pendidikan (OR=2,73; p=0,001), pengetahuan (OR=3,19; p=0,x02), sikap (OR=2,84; p=0,005), keterpaparan terhadap media penyuluhan rabies (OR=2,77; p=0,016) dan anjuran petugas (OR=15,76; p=0,000). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada pemerintah baik di daerah maupun di pusat untuk meningkatkan pengetahuan pemilik anjing tentang pentingnya pemberian vaksinasi rabies pada anjing peliharaannya yang dapat dilakukan secara interpersonal melalui petugas vaksinasi dan secara massal melalui kegiatan penyuluhan terutama menggunakan media televisi dengan peningkatan kwantitas penayangan informasi tentang rabies. Selain itu perlu pula meningkatkan kwalitas petugas vaksinasi dengan memberikan pelatihan kepada petugas vaksinasi dalam hal pemberian informasi kepada pemilik anjing dan kwantitas petugas dengan menambah jumlah petugas. Selain itu juga memberikan imbalan/ penghargaan kepada petugas atas keberhasilan pekerjaan mereka untuk menambah semangat kerja petugas. ...... Factors Related with Incompliance Dog Owner to Give Rabies Vaccination for Their Dog in Cimahi Sub District, Bandung District, West Java in Year 2000. Rabies is the most important zoonotic disease in Indonesia, which can cause of death with Case Fatality Rate (CFR) 100% and mortality of human rabies in the world around 35.000 - 40.000 cases every year. In Cimahi Sub District, Bandung District, West Java, rabies is still a public health problem, because coverage of rabies vaccination in own dog and elimination in stray dog haven't reach yet 100% target from total dog population every year. This study was done to know the factors related with incompliance dog owner to give rabies vaccination for their dog in Cimahi Sub District, Bandung District, West Java in year 2000. It was carried out by Case Control design with 153 samples of case i.e. dog owner who didn't give rabies vaccination to their dog, and 153 control i.e. dog owner who gave rabies vaccination to their dog. The data has been gotten by interviewed the respondents using questioner, and then analyzed by univariate, bivariate (Chi Square) and multivariate (Logistic regression) analysis. Result of multivariate analysis indicated that there were some variables that have statistical significance relation with incompliance dog owner to give rabies vaccination for their dog, Le: education (OR=2,73; p=0,001), knowledge (OR=3,19; p=0,002), attitude (OR=2,84; p=0,005), exposed of information media (OR=2,77; p=0,01fi) and vaccinator suggestion (OR=15,76; p=0,000). Based on this study result can be suggestion to local and central government to improve the knowledge of dog owners about rabies vaccination to their dog by interpersonal through vaccinator and by mass information using television media. Also to improve quality of vaccinator by training especially about information given to dog owner, and to improve quantity of vaccinator. Beside that the vaccinators must be given award for their work to increase their spirit.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Aziz Ridwan
Abstrak :
Penyakit rabies atau anjing gila adalah suatu penyakit yang sangat ditakuti dan dapat menimbulkan kematian. Penyakit ini ditularkan dari hewan yang sudah terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan lyssa virus. Lyssa virus dapat menularkan dengan secara cepat dari Hewan pada penderita lain melalui saliva (air liur). Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui kejadian rabies di provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan data Laporan Kasus Rabies tahun 2008 hingga tahun 2011 dan data Kecamatan di Provinsi dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian rabies di Provinsi Bali dapat terjadi di semua wilayah baik di wilayah padat penduduk, di wilayah persawahan, dan di wilayah selain sawah seperti perkarangan, perkebunan, dan hutan. ......Rabies or hydrophobia is a disease that is feared and can cause death. The disease is transmitted from animals that have been exposed to rabies virus to humans is called lyssa virus. Lyssa virus can quickly spread to other sufferers of Animals on through saliva. This study was made in order to determine the incidence of rabies in the province of Bali. This study uses data Rabies Case Reports 2008 to 2011 and District in the Province of data with univariate and bivariate analyzes. The results showed that the incidence of rabies in Bali province can occur in all areas both in densely populated areas, in the rice-fields, and in Land use such as besides rice, plantations, and forest.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulasri Suwarno
Abstrak :
Rabies adalah penyakit infeksi akut yang menyerang susunan saraf pusat dan disebabkan oleh virus rabies. Kasus rabies di Kecamatan Makale dari tahun 2010-2011 terjadi peningkatan kasus yang disebabkan oleh perilaku kontak dengan anjing, keterbatasan pengetahuan dan cara memelihara anjing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mayarakat dan hubungannya dengan perilaku pencegahan rabies di Kecamatan Makale tahun 2013. Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif, menggunakan desain studi cross sectional dengan cara menyebarkan kuesioner dan wawancara. Pengambilan sampel dilakukan secara systematic Random Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 171 responden yaitu pada masyarakat yang datang berkunjung di Puskesmas Makale dan berdomisili di Kecamatan Makale. Penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam pada ketiga instansi yaitu camat makale, petugas peternakan dan petugas puskesmas yang menangani rabies. Analisa dengan menggunakan Chi Square pada 7 variabel dalam penelitian ini yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, pencarian pengobatan dan keterpaparan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pencarian pengobatan (OR=5,80) dan keterpaparan informasi (OR=1,99) terhadap perilaku pencegahan rabies.Variabel karakteristik (umur, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan) dan pengetahuan tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan rabies. ...... Rabies is the acute infection disease which assault central nerves system and it is caused by rabies virus. The case of rabies at sub district of Makale from 2010-2012 has increase caused by contact with dog behavior, limitation of knowledge and the way of raising the dog. The observe of research is to determine the people’s knowledge and its relationship to rabies prevention at Sub District of Makale District of Tana Toraja South Sulawesi Province in 2013. Research design is quantitative and qualitative. In quantitative, cross sectional design is conducted by questionnaire and interview. Sampling used is Systematic Random Sampling. Sample taken is 171 respondents of the people visit Makale Public Health Center and live in Sub District of Makale. In qualitative, comprehensive interview is conducted in three departments which are Head of Makale Sub Distirct, livestock officer, and Public Health Center officer who deal with rabies. The analysis is using Chi Square with seven variables which are age, gender, education, occupation, knowledge, treatment, and information exposure. Research result showed that there is a meaningful relationship between treatment (OR= 5,80) and information exposure (OR=1,99) to rabies prevention action. Characteristics variable (age, gender, education and occupation) and knowledge do not have any relationship to rabies prevention action.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luton: White Crescent Press , 1976
614.563 OFF r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Novie Ariani
Abstrak :
Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit zoonosa yang disebabkan oleh Lyssa virus (virus rabies) dan ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan penular rabies. Rabies ini mempunyai masa kesakitan yang relatif pendek, Case Fatality Rate (CFR) 100%, menyerang semua umur dan jenis kelamin, sekali gejala klinis muncul selalu berakhir dengan kematian. Bali menjadi daerah endemis tahun 2008 dengan kasus GHPR dan lyssa yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah memgetahui gambaran kasus rabies di provinsi Bali dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi masa inkubasi rabies di Bali. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional dengan jumlah sampel 72 kasus. Rata rata masa inkubasi kasus rabies di provinsi Bali adalah 113 hari, dengan rata rata masa inkubasi paling pendek yaitu 20 hari adalah kasus dengan lokasi luka di kepala. Faktor umur, jenis kelamin dan jumlah luka gigitan terbukti tidak mempengaruhi masa inkubasi rabies di provinsi Bali. Faktor yang mempengaruhi masa inkubasi rabies di Bali adalah lokasi luka. Lokasi luka yang dekat dengan saraf memiliki risiko 81,8% untuk mengalami masa inkubasi  90 hari.
Rabies (hydrophobia) is a zoonosis disease caused by Lyssa virus (rabies virus) and is transmitted to humans through the bite of infected animal. Rabies has short duration of illness, Case Fatality Rate (CFR) 100%, attacks all ages and genders, once clinical symptoms occured it will ends with death. Bali has been infected since 2008 with a high number of animal bite cases and lyssa cases. The purpose of this study was to describe rabies cases in the province of Bali and to know the factors affecting rabies incubation period in Bali province. The research was conducted with cross sectional design with 72 sample cases. Average incubation period of rabies cases in the province of Bali is 113 days, and the shorter average incubation period is 20 days for the case with wound location at head. Factors age, sex and number of bite wounds proved not to affect the incubation period of rabies in the province of Bali. Factors affecting the incubation period of rabies in Bali is the location of the wound. Location close to the nerve injury had 81.8% risk for having an incubation period < 90 days.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Study in attempt to substituse commercial imported strychine for elimination wild dogs in rabies disease program with Kimalakian (Croton tiglium) seeds has been conducted....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mustamar
Abstrak :
Rabies merupakan zoonosis penting yang dapat menular dari hewan kepada manusia, disamping case fatality rate-nya 100% juga mengurangi pemasukan devisa negara di bidang pariwisata sebab rabies merupakan penyakit yang ditakuti oleh wisatawan mancanegara setelah malaria. Sampai akhir tahun 1999, kasus rabies pada manusia tertinggi di Indonesia adalah di Pulau Sulawesi kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera dengan kasus rabies yang tertinggi terjadi di Propinsi Sumatera Barat. Di Sumatera Barat kasus rabies pada manusia sampai akhir tahun 1999,yang tertinggi terdapat di Kabupaten Tanah Datar dimana terdapat 7 kematian akibat rabies di kabupaten ini atau 39 % dari seluruh kematian akibat rabies di Propinsi Sumatera Barat. Program pemberantasan rabies bertujuan untuk menurunkan kasus rabies baik pada manusia maupun pada hewan sehingga seluruh Indonesia pada tahun 2005 terbebas rabies, dimana salah satu kegiatan utama program pemberantasan rabies adalah memberikan vaksin anti rabies kepada anjing. Di Kabupaten Tanah Datar pencapaian vaksinasi rabies bagi anjing tersebut masih rendah yang sampai pada akhir tahun 1999 rata-rata hanya 26,8% dari target 70% populasi anjing di kabupaten ini. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi penyebab rendahnya perilaku pemberian vaksin anti rabies bagi anjing oleh masyarakat pemiliknya di Kabupaten Tanah Datar yang dihubungkan dengan pengetahuan, persepsi dari sikap masyarakat terhadap cara-cara memelihara anjing, rabies serta terhadap manfaat vaksin anti rabies bagi anjing. Juga untuk memperoleh informasi tentang nilai-nilai yang terkandung dalam memelihara anjing pemburu oleh masyarakat pemburu di daerah ini,serta mendapatkan informasi baik tentang faktor pemungkin maupun faktor penguat yang dapat mempengaruhi untuk tetap berlangsungnya pemberian vaksinasi anti rabies bagi anjing oleh pemiliknya di daerah ini. Penelitian dilakukan di Kecamatan Tanjung Emas, Lintau Buo dan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat. Pengumpulan data dimulai bulan November 2000 sampai Pebruari 2001. Desain penelitian adalah metode kualitatif dengan teknik diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih rendahnya perilaku masyarakat dalam pemberian vaksin anti rabies bagi anjing terutama oleh masyarakat pemburu pemilik anjing, hal ini disebabkan karena rendahnya pengetahuan masyarakat tentang cara-cara memelihara anjing dan pengetahuan tentang penyebab rabies serta kegunaan vaksin anti rabies bagi anjing, yang menyebabkan timbulnya persepsi yang salah baik terhadap penyebab rabies maupun terhadap manfaat vaksin anti rabies untuk anjing, Persepsi yang salah ini ternyata menimbulkan sikap negatif terhadap pemberian vaksin anti rabies untuk anjing oleh masyarakat pemiliknya di daerah ini. Dalam penelitian ini juga terungkap anjing pemburu mempunyai nilai tinggi bagi pemburu di daerah ini, namun tidak ditemui hubungan antara nilai tersebut dengan rendahnya pemberian vaksin anti rabies untuk anjing oleh masyarakat pemilik anjing pemburu di daerah ini. Selanjutnya dalam penelitian ini juga terungkap bahwa target pemberian vaksin anti rabies untuk anjing ditentukan berdasarkan ketersediaan vaksin, bukan berdasarkan jumlah anjing yang harus di vaksinasi per tahun, serta waktu pelaksanaan pemberian vaksinasi tersebut hanya sekali setahun dan ketua kelompok pemburu belum memberi dorongan kepada pemburu untuk selalu memberikan vaksin anti rabies bagi anjingnya. Semuanya itu berkemungkinan juga menjadi penyebab rendahnya perilaku masyarakat untuk memberi vaksin anti rabies kepada anjing. Daftar Bacaan : 33 (1974-2000)
Analysis to the Respond of People Having Dogs to Anti Rabies Vaccination in Tanah Datar District Year 2000 Rabies is an important zoonotic disease transmissible from animal to human, with case fatality rate of 100% and has a potency to reduce the Country Foreign Exchange from tourism. Rabies is the most frightening disease to tourist after malaria. By the end of 1999, the highest member of rabies to human in Indonesia is in Sulawesi followed by Sumatera. West Sumatera has the highest record where Tanah Datar District has the most significant with 7 deaths over 39% of Rabies Deaths within West Sumatera. Rabies Elimination program is aimed to reduce rabies case on human as well as animals until Indonesia is deemed free from rabies by the year 2005. The main activity of the program is to vaccinatie pet dogs. In Tanah Datar by the year 1999, the vaccination coverage is very low with oney 26.8% from 70% of target dogs in the community. This research is to collect information of why people are reluctant to give anti rabies vaccination to their dogs in Tanah Datar in relation to their knowledge, perception and their good care of dogs, of rabies and anti rabies vaccination as well as its worth. It is furthermore aimed to know the norms of how hunters take care of their hunting dogs and to analyze enabling and reinforcing factors which could possibly encourage people within the district to vaccinate their dogs with anti rabies vaccination. The research took place in Tanjung Mas Sub District, Lintau Buo and X.Koto Tang' Datar District, West Sumatera Province. Data collection started in November 2000 up to February 2001. The research is done using a qualitative method with focus group discussion techniques and in depth interview. Result indicates that the reluctance in giving anti rabies vaccination were due to insufficient knowledge about good care of dogs and rabies and about the anti rabies vaccination is worth to dogs. The insufficient knowledge lead to misunderstanding on rabies and the effect of vaccination that causes negative respond to the vaccination program. The research also revealed that hunters esteem their dogs highly, but there is no correlation between the value and the low respond to vaccination. The research result indicates that the target of vaccination depends on the vaccination availability and not on the number of dogs to be vaccinated per year. The vaccination only conducted once a year. The Chief Hunter did not encourage the hunting members to vaccinate their dogs. Currently there is District Regulation to control dogs entering form other regions. All these cause the low respond of the community to vaccinate their dogs. Reference: 33 (1974-2000).
2001
T4627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caecilia Windiyaningsih
Abstrak :
Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung telah melaksanakan berbagai kegiatan dalam upaya pemberantasan rabies pada manusia, tetapi masih belum berhasil menurunkan kasus rabies pada manusia menjadi nol. Selain itu kasus gigitan hewan penular rabies masih tinggi yaitu 330 kasus. Kecamatan tertular rabies ada tiga kecamatan adalah Kecamatan Pengalengan, BaIeendah, dan Bojongsoang. Belum disusun perencanaan strategi pemberantasan rabies pada manusia tahun 1999 -2004. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung perlu membuat perencanaan strategi pemberantasan rabies pada manusia untuk tahun 2000. Rancangan penelitian adalah riset operasional atau terapan dengan analisa kualitatif dan kuantitatif untuk mendeskripsikan hasil kesepakatan dan analisa perencanaan strategi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Dari analisa faktor eksternal dan internal Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut : Analisa faktor eksternal nilainya 2,78 yang artinya adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung sudah memanfaatkan peluang tetapi belum optimal dan masih banyak faktor ancaman dalam pemberantasan rabies pada manusia. Analisa faktor internal nilainya 2,23 yang artinya adalah organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung masih lemah dalam melaksanakan pemberantasan rabies pada manusia. Menurut analisa faktor internal dan eksternal Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung terletak pada posisi sel V yang artinya adalah pada posisi Hold dan Maintain. Strategi yang hams dilakukan adalah market penetration dan product development. Menurut analisa SWOT untuk strategi Market Penetration dan Product Development adalah sebagai berikut: Strategy Market Penetration terdiri dari faktor kekuatan, kelemahan , peluang, dan ancaman adalah sebagai berikut: Faktor Kekuatan yang harus dimanfaatkan secara optimal adalah sbb : Desiminasi informasi dan Kemitraan dengan Biofarma, Dinas Kesehatan dan Kanwil Depkes Propinsi dan Dinas Peternakan Kabupaten Bandung. Faktor Kelemahan yang hares dihiiangkanl diminimalisasikan adalah sebagai Belum adanya nisi, misi,dan tujuan yang jelas dalam pemberantasan rabies pada manusia serta koordinasi lintas program I lintas sektor terkait belum mantap. Faktor Peluang yang hams lebih dimanfaatkan adalah sebagai berikut : Meningkatkan program dengan lintas sektor terkait, penyuluhan kepada masyarakat, Optimalisasi Political Will dari Pengambil Keputusan Pemerintah Daerah I Dinas Peternakan Kabupaten Bandung. Faktor Ancaman yang hams diminimalisasikan : Dukungan politis dari lintas program I lintas sektor terkait kurang Strategy Product Development : Faktor Kekuatan yang hams ditingkatkan adalah sebagai berikut : Sumber daya manusia jumlah cukup dan kinerja bagus. Faktor kelemahan Belum menunjuk "Rabies Center", SOP pemberantasan rabies pada manusia kurang diimplementasikan, koordinas lintas program kurang Faktor peluang : Penelitian tentang rabies pada manusia, pelatihan petugas, dan adanya kebijaksanaan Desentralisasi! Otonomi Daerah segera harus dilaksanakan. Ancaman : Kerjasama Lintas Sektor Terkait kurang memadai. Bentut Perencanaan Strategi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Untuk tahun 1999 -- 2004 adalah sebagai berikut : Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung adalah bebas rabies pads manusia pada pertengahan tahun 2000. Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung adalah melakukan koordinasi dengan lintas program terkait dan lintas sektor terkait dengan mengadakan penjadwalan kegiatan bebas rabies pada manusia pada pertengahan tahun 2000. Tuj uan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung adalah : Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM terkait dalam pengendalian program rabies pada manusia. Nilai market penetration berdasarkan Quantitative Strategic Planning Matrix untuk tahun 1999 -- 2004 sesuai dengan kesepakatan para pengambil keputusan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung nilai Market Penetration adalah 3,62 . Kegiatan utamanya desiminasi informasi tentang pemberantasan rabies pada manusia, Kemitraan dengan Biofarma, Dinas dan Kantor Wilayah Kesehatan Propinsi serta Dinas Peternakan Kabupaten Bandung, dan penyuluhan kepada masyarakat tentang penanganan kasus gigitan hewan penular rabies. Nilai Product development 2,80, kegiatan utamanya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia dalam pemberantasan rabies pada manusia, menunjuk "Rabies Center" dan mengimplementasikan SOP pemberantasan rabies pada manusia. Saran untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut : - Sumber daya manusia di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung pengetahuan dan ketrampilan dalam pengendalian rabies perlu ditingkatkan melalui pelatihan , pertemuan lintas program dan lintas sektor terkait, serta tukar- menukar informasi melalui segala media. - Kebijaksanaan , pedoman pelaksanaan dan pedoman teknis pengendalain rabies pada manusia perlu diimplementasikan secara optimal. - Segera menunjuk Puskesmas ! Rumah Sakit sebagai "Rabies Center" serta melengkapi tenaga yang terampil dalam penanganan kasus gigitan , peralatan dan obat untuk kasus gigitan hewan penular rabies. - Desiminasi informasi tentang pengendalian rabies pada manusia kepada lintas program dan lintas sektor terkait. - Diadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang penanganan luka apabila digigit anjing dan tata cara memelihara anjing yang benar . - Melakukan penelitian tentang faktor -faktor yang beperan terhadap tingginya kasus gigitan oleh anjing liar.
Bandung District of Health Services has carried out of some other activities on human rabies control programme, but at present human rabies still there and number of animal bite by stray dog is high that is 330 cases. The sub District has rabies infected such as : Pengalengan, Baleendah, and Bojongsoang Sub Districts. According above problem, researcher would to design of strategic planning for human rabies eradication. The design of research use Qualitative and Quantitative to discrption of agreement from the analysis of planning strategic from Bandung District of Health Services. The value of external factors is 2,78, it's mean Bandung District of Health Services has applied of opportunity, but they have some threats to rabies control programme. The value of internal factors is 2.23, it's mean Bandung District of Health Services not strong , because there are some weakness to rabies control programme. The position of Internal - external Matrix is 5 sel , that is mean Bandung District of Health Services Hold and Maintain position and will be succes must use strategic Market Penetration and Product Development. The Strategic of Market Penetration base on SWOT analysis as follows : Market Penetration Strategic : Strength Factors : Desimination of information of human control programme and patnership with Biofarma, Provincial Health Services and Regional Office of Health in Prance also Bandung District of Livestock Services. Weakness Factors : Vision, Mission, and Goal not clearence yet about human rabies control programme and cooperation with others program me and others sector that concerned to rabies eradication programme not available yet. Opportunity Factors : To improve the human rabies control programme with other sector that concerned to rabies eradication programme, health education to community about tackling of animal bite case and optimalization of political will to decision makers. Threat Factors : Cooperation with others sector that concerned to rabies eradication not available yet. Product Development : Strength Factors : Human Resources is avaible. Weakness Factors : "Rabies Center not determined yet and coordination with others programme not available yet. Opportunity Factors : To propose of research animal bite cases by stray dog, training to health officer for human rabies control programme, and there is desentralization 1 otonomy. Threat factors: Cooperation with others sector that concerned to rabies eradication not available yet. The design of strategy planning to eradication human rabies by Bandung District of Health Services in 1999-2004 as follows : Vission : human rabies eradication in middle 2000 year. Mission : coordination with other sectors programme and sector that concerned to human rabies eradication activities in 1999-2004 years. Goal : to improve knowledge and skill of human resources that concerned of human rabies control program. The value of number quantitative strategic planning by market penetration to 1999 - 2004 is 3.62, and the main of activities as follows : desimination information about human rabies control programme,patnership with Biofarma, Provincial of Health Services and Regional Office of Health also Bandung District of Livestock Services, health education to community about to tackling of animal bite case. The value of number quantitative strategic planning by product development to 1999-2004 is 2.80, and the main of activities as follows : to improve of knowledge and skill of human resources that concerned of human rabies control programme and to determined of "Rabies Center" also to optimalized of SOP. The sugestion to Bandung District of Health Services for rabies control programme as follows : - To improve quality and frequention of the resource person at Bandung District of Health Services of the human rabies control programme. - To apply of the rabies policy, operational and technical guidelines of human rabies control programme. - To determined of "Rabies Center" as soon as possible from Health Center/Hospital is strategy location in rabies endemic areas , and Equipment also Human Rabies Vaccine must available. - Desimination about vision,mission, and goal of other sectors that concerned of rabies control programme. - To improve quality and frequention of health education to community about case management of animal bite case and to care of animal (dog) - To propose of animal bite case research by stray dog.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
D1 Indonesia. Rab1es masih dianggap sebaga1 penyaklt zoonosis yang palmg umum. Hal mi bukan karena JUmla/J kasus kemallan tetap1 jumlah kasus manus1a yang digig1t oleh hewan yang tennfeks1 virus rabies a tau yang d1cunga1. Sebag1an besar kasus rabies manusia yang disebabkan oleh gigitan anjing, selain g1g1tan kucing dan kera. Jika rab1es dapat d1h1/angkan dan anjlng, rabies pada kucmg dan kera juga bisa dihilangkan sebagai rabies spontan di dua binatang langka Rabies d1sebabkan oleh v1rus RNA dari spesies Rhabdovmdae, dan menyerang sistem saraf pusat. Hal ini /Jampir selalu fatal }ika profilaks1s pasca paparan tidak d1berikan sebelum timbulnya ge]ala parah pada orang tidak divaksinasi. Diagnosis didasarkan pada se)arah kontak dekat dengan air liur yang terinfeks1 (melalui g1gitan atau goresan) dan pengembangan tanda-tanda dan ge)ala Geja/a tahap awal adalah demam, malaise, diikut1 oleh agitas1. perilaku nonnal, kecemasan halusmas1 meluas ke de/mum, hipersal1vas1, penyakit anjing gila, aerophobia, gejala neuro/ogis seperli kejang fanng, kelumpuhan. keJang. dan akhimya kematian U)llaboratorium untuk mendeteksi virus rabies dalam air liur dapat dilakukan oleh Reverse transknps1 dukuli oleh Polymerase Chain Reaction (RTIPCR) dan iso/asi v1rus dalam kultur jaringan. Biopsi kulit akar ram but d1 tengkuk dipe1 iksa untuk antigen rabies di saraf kulit di dasar folikel ram but o/eh immunofluoresence pewamaan. Perlakuan setelah terkena adalah pembersihan lesi, pemilahan intradennal anti-rabies imunisasi untuk mempercepat respons imun. anti-rab1es serum, menghentikan proses infeksi, intravena ribavirin, dan interferon a/fa intraventricular, konsentrasi tingg1 pada mfus ketamm untuk menghambat replikasi virus rabies. Akhimya, vaksinasi adalah pencegahan terba1k
610 BULHSR 13:3 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>