Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Siswi Hariyani
Abstrak :
Laporan ini dilatarbelakangi isu spasial perkotaan yang berhubungan dengan pengaruh keberadaan kampus terhadap ruang umum di sekitarnya. Kajian spasial dilakukan pada akses-akses masuk kawasan kampus yang berupa penggal jalan. Keberadaan kawasan kampus yang direncanakan terhadap perkembangan kawasan sekitamya, memunculkan proposisi yang berkaitan dengan pembentukan ruang urban di sekitar kawasan kampus. Perkembangan ruang-ruang umum pada penggal jalan di sekitar kawasan kampus diperkirakan terjadi karena tidak ada perencanaan sebelumnya. Dengan mengajukan rumusan permasalahan, metode penelitian yang diterapkan secara umum adalah kualitatif. Dari proses analisis, didapat hasil bahwa keberadaan Kampus UGM berpengaruh terbentuknya ruang urban oleh deretan bangunan yang mengapit akses-aksesnya, tetapi tidak menciptakan karakter enclosure. Rasio ruang yang terbentuk oleh lebar bangunan terhadap tinggi bangunan adalah 1,6:1 hingga 2,5:1. Selain itu karena tidak ada kansep pengembangan kawasan yang jelas terhadap kawasan di sekitar kampus UGM, maka proses pengembangan dan perubahan yang terjadi di ruang-ruang urban menghasilkan ruang urban dengan kualitas ruang yang rendah. Ruang urban yang terbentuk di sekitar kampus UGM memiliki grain halus/kecil. Hal ini dipengaruhi oleh lokasinya yang dekat dengan kawasan kampus sehingga pengguna ruang urban didominasi oleh mahasiswa yang memiliki keterbatasan pendapatan. Dengan demikian gugus bangunan yang terbentuk bukan bangunan besar yang mewadahi bisnis skala besar. Skala yang terbentuk masih memiliki skala yang manusiawi. Hal ini dibuktikan oleh lebar jarak antar bangunan dan tinggi bangunan yang rata-rata memiliki rasio 1,9:1 atau 23 m:12m. Pola ini ditemukan pada penggal jalan yang menjadi akses utama dan akses internal. Namun, ketika pengguna tidak didominasi lagi oleh mahasiswa dan bercampur dengan masyarakat umum, gugus bangunan menjadi bervariasi, besar dan kecil. Hal ini disebabkan karena masyarakat penggunanya memiliki tingkat ekonomi yang bervariasi. Dengan demikian, gugus bangunan yang mewadahi kegiatan komersial mengikuti variasi tersebut. Skala yang terbentuk pada beberapa tempat dengan gugus bangunan yang besar sudah bukan skala manusiawi lagi. Hal ini dibuktikan oleh lebar jarak antar bangunan dan tinggi bangunan yang bisa mencapai lebih dari 1:2. Pala ini ditemukan pads penggal jalan yang menjadi akses umum. ...... The study background is raised from urban spatial issues, that relates to a campus influence on urban space. The study is about urban space on streets, a street as an access to campus. Propotition of study is the result of urban spaces surround campus is caused by no planning that anticipates development process. Generally, problems solved by qualitative research methode. The findings is UGM campus shapes urban spaces, that surrounds it. Urban spaces is shaped by buildings, which lay between street. The layout of buildings does not create enclosure character, because urban space ratio result is 1,6:1 to 2,5:1. Urban space ratio is distance between buildings related to height of building. There is no concept for development area surround UGM campus, it makes urban space quality result is poor. Urban spaces surround UGM campus, have a fine grain. It is caused by its location near to campus and urban user. The urban user is dominated by students, who has limited income. Thus, urban grain is shaped by small bisnis scale and urban space results human scale. On this case, it is proved by urban space ratio, that result is 1,9:1 or 23 m:12m. This pattern is located on main access and internal access. But, when urban space is used by students and public, urban grain result more varied, big to small. It is caused by variation of income level. Thus, urban grain result is varying. On this case, urban space does not result human scale. It is proved by space scale, that result is more than 1:2. This pattern is located on public access.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16928
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Wulan Febrianto
Abstrak :
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia tetapi kebutuhan akan rumah tinggal tidak sebanding dengan kemampuan masyarakat untuk mendapatkan rumah layak huni sehingga menyebabkan penurunan kualitas lingkungan dan peningkatan kawasan kumuh khususnya di kota-kota besar. Untuk memeratakan pemenuhan kebutuhan pokok akan perumahan yang layak dengan harga terjangkau oleh daya beli masyarakat sekaligus meremajakan permukiman, pemerintah mendorong pembangunan rumah susun-rumah susun murah. Pemindahan penghuni, dari rumah horizontal yang lebih individu ke rumah susun tentu diikuti permasalahan baru sehingga penghuni harus melakukan penanggulangan (coping) terhadap kondisi baru tersebut. Dalam disiplin ilmu Psikologi Lingkungan dikenal dua jenis coping, yaitu adaptasi (penyesuaian diri terhadap lingkungan) dan adjustment (penyesuaian keadaan lingkungan terhadap kondisi individu). Adjusment perlu dilakukan oleh penghuni terhadap keterbatasan ruang hunian karena melalui adaptasi saja tidak mungkin dapat menyelaraskan keterbatasan dimensi satuan rumah susun (unit) dengan kebutuhan ideal penghuninya, berupa tuntutan privacy, ruang pribadi dan teritorialitas. Tetapi ternyata adjustment yang dilakukan penghuni, membuat lingkungan menjadi tidak teratur dan kumuh kembali. Karena dilakukan dengan mengambil ruang publik, yang mengakibatkan rusak dan hilangnya ruang-ruang hijau permukiman dan ruang publik lainnya sehingga tidak dapat diakses oleh publik. Karena itu perlu diketahui karakteristik penghuni dan karakteristik hunian yang ada hubungannya dengan adjustment penghuni terhadap ruang publik. Karakteristik penghuni yang dimaksud adalah jumlah penghuni, usia penghuni. struktur keluarga, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengeluaran keluarga. Sedangkan yang dimaksud dengan karakteristik hunian adaiah tipe unit, posisi lantai dan posisi unit pada bangunan. Selain itu juga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola adjustment terhadap ruang publik yang berlangsung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data, dan metode kualitatif dengan wawancara mendalam dan observasi untuk melengkapi data-data tersebut. Desain penelitian adalah deskriptif, dengan teknik pengambilan sampel Stratified Random Sampling. Populasi penelitian adaiah penghuni yang bukan penyewa sehingga jumlah sampel seluruhnya adalah 70 responden atau 20% dari populasi, dan disebarkan pada seluruh blok yang ada di RSKK (8 blok). Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapat hasil penelitian berupa karakteristik penghuni yang ada hubungannya dengan adjustment penghuni terhadap ruang publik adalah jumlah penghuni dan struktur keluarga. Sedangkan karakteristik hunian, seluruh sub variabelnya ada hubungan dengan adjustment terhadap ruang publik, yaitu tipe unit, posisi lantai dan posisi unit pada bangunan. Jadi adjustment terhadap ruang publik lebih didorong oleh kesempatan dan potensi tata letak hunian terhadap blok RSKK. Penelitian ini juga menghasilkan gambaran pola adjustment yang ada terentang antara bentuk melakukan adjustment terhadap ruang publik dan mampu beradaptasi (maladjustment -- well adaptive), tidak melakukan adjustment tetapi mampu beradaptasi (well adjustment - well adaptive), dan melakukan adjustment terhadap ruang publik tetapi tidak beradaptasi (maladjustment-maladaptive). Jika adjustment tidak diredam dapat mendorong terjadinya konflik sosial berupa perebutan lahan dan terjadinya kekumuhan kembali di wilayah tersebut karena itu perlu diatur mengenai jumlah anggota keluarga dan struktur keluarga yang disesuaikan dengan luas unit, penegakan peraturan mengenai pemanfaatan ruang publik untuk kepentingan bersama jika perlu meremajakan kembali RSKK. Usulan bagi pihak yang terkait dengan rumah susun adalah, sebaiknya unit rumah susun tidak diperjualbelikan melainkan disewakan, sosialisasi kepada para calon penghuni mengenai seluk beluk kehidupan di rumah susun. Usulan dalam mendesain rumah susun selanjutnya adalah, sirkulasi vertikal (tangga) sebaiknya diletakkan di ujung bangunan, hal ini untuk mencegah pengambilan ruang publik di area tersebut, dan lantai dasar digunakan seluruhnya untuk kepentingan umum. Sebagai bahan diskusi, perlu adanya penelitian lanjutan mengenai persepsi penghuni terhadap ruang publik yang dikaitkan dengan kondisi hunian mereka sebelum tinggal di rumah susun. Hal ini untuk mempelajari lebih dalam lagi hal-hal yang mendorong mereka mengambil ruang publik. Sehingga diperoleh gambaran yang lebih akurat tentang pengalaman ruang penghuni sebelum menghuni rumah susun.
Housing is the very basic need of people's living necessity; although such need does not necessarily on the same wavelength with their purchasing power, and because of this reason, there has been diminishing quality on public space an ever-increasing worrying growth of slums on almost every corner of the city. To provide and accommodate this particular need of affordable housing and to rejuvenate public residences, the government has set in motion the concept of vertical housing. The allocation of tenants from a more individual horizontal housing will probably generate new problems as well, which requires new tenants to perform coping to new living conditions. Environmental Psychology recognize 2 categories of coping, which is adapting (individual to environment); and adjustment (modification of environment to individual condition). Adjustment is required to be acted upon by the tenants towards their living space, since adapting alone will not be suffice to harmonize the space limitation in the architectural design of the Vertical Housing Unit to match their ideal living space (such as privacy and territory). The physical alterations done by the tenants prove to have significant consequence to the disorganizing of the environment mentioned above. This occurred due to the adapting and adjusting process usually claims the public space. Therefore, this has cause the loss and diminishing of green area and makes some public space inaccessible. Therefore, the characters of tenant and housing play major role in the tenants' adjustment on public space. Tenant's characters comprises: the number of family member, age, family structure, genders, education level, expenses. In contrast, housing characters are: unit type, floor position and unit position in the building. The research is conducted to explore the pattern of ongoing adjustment on public space. The method used in this research is: the quantitative and qualitative method, and also descriptive research design. Data collection is acquired from the utilization of 70 questionnaires, interviews and observation. In which the data obtained is processed using the SPSS 14 analysis program for windows. Base on analysis results and discussions, the research provide evidence that the number of family members and family structure are the tenant's characters which have direct correlation to tenant's adjustment on public space. While the housing character with all its sub variables that provide direct correlation to the adjustment on public space are: unit type, floor position and unit position in the building. Accordingly, adjustment on public space is driven by the opportunity on the housing design potentials on RSKK block. This research also provide a clear picture on adjustment pattern that stretched into form of maladjustment - well adaptive, well adjustment - well adaptive, and maladjustment maladaptive. If these adjustments are not restrained, it will generate social conflict such as space dispute and the forming of slums on the area. Therefore, reorganization on the number of family members and family structure is required, which will adjust to the unit size and regulation enforcement on the utilization of public space based on common interest, and also to rejuvenate RSKK. The application of this idea is: to rent the unit instead of selling it. Impose the living rules and customs to new tenants. Next is the proposed ideas on design are: vertical circulation (stairs) are better to be positioned on every corner of the building, hopefully this will help prevent public space invasion on the area, and that ground floor are to be put to better use for public affairs. For discussion matters, it is necessary to have further research on tenant's perception on public space relevantly to their pre-living conditions. This way, we will be able to delve deep on the things that encourage them to invade public spaces. Therefore, we will have clearer understanding and more accurate picture on the tenant's space experience before living in RSKK.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husin
Abstrak :
Untuk menunjang keberlangsungan kehidupan di kota metropolitan, Pemerintah Daerah Khusus lbukota (DKI) Jakarta telah melaksanakan pembangunan di berbagai sektor. Mengingat kondisi dan kawasan yang dimiliki DKI Jakarta maka pembangunan yang dilaksanakan sangatlah kompleks. Pesatnya pertumbuhan penduduk selain menyebabkan kebutuhan akan ruang sangat tinggi juga menjadikan pembangunan fisik kota tidak terstruktur secara baik sehingga pemanfaatan lahan sebagai sumber daya alam yang terbatas menjadi tidak efisien. Hal ini juga terjadi pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota Jakarta, tercermin dari banyaknya RTH yang berubah fungsi .menjadi kawasan bentuk lain. RTH mempunyai fungsi yang penting baik bagi lingkungan alam maupun lingkungan buatan dan lingkungan sosial. Pertimbangan dalam penataan dan pengelolaan RTH di kota-kota besar sering kali mempunyai konflik yang tinggi antara upaya pemanfaatan dan kelestarian lingkungannya sehingga diperlukan penataan ruang yang jelas dan terpadu. Dalam pengelolaan RTH sering terjadi tumpang tindih atau konflik antara wewenang dan kepentingan. Konflik wewenang meliputi: perencanaan, pembangunan, pelaksanaan, dan pemeliharaan.
To support the life sustainability in metropolitan city, regional government (pemda) of DKI Jakarta has conducted the development in various sectors. Considering the condition and the area of DKI Jakarta, the development of this region is very complex. The rapid population growth, besides causing the need of spaces increasing also resulting development of the city is spahaly. So, the land-use as a limited nature resource becomes inefficient. This is also happened in public space/open space area in Jakarta, which reflected from its functional change which becomes the other form area. The open space area has important functions, for natural environment, urban green space man made environment or cultural environment. Consideration in settlement and management of open space area in big cities frequently has high conflict from the effort of the utility and continuity of the environment. So it is need to have the right and integrated of space management. in management of open space area often happened conflict or overlap between authority and conflict of interest which is caused by the weak of coordination between related institution. Conflict of authority cover: planning, development, and conservancy.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15247
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Achmad
Abstrak :
Perkembangan kota dan kemajuan teknologi telah mengembangkan penggunaan alat angkut yang bersifat kolektif. Sebuah kota metropolitan mensyaratkan ketersediaan sistem transportasi umum yang baik. Sistem ini harus pula didukung infrastruktur yang terencana baik moda transportasi maupun sarana pendukungnya, termasuk terminal dan halte. Terminal harus dapat menjalankan fungsinya dengan efektif dan memudahkan semua kalangan pengguna secara umum. Dalam hal ini, Tanda Informasi sebagai kebutuhan elementer di terminal terkadang terlupakan fungsinya. Bagaimana sebuah bahasa visual dan atau gambar tertulis yang sistematis dapat menavigasi, memandu, memudahkan, mengamankan dan melindungi manusia yang berlalu lalang dengan berbagai tujuan yang berbeda daiarn sebuah ruang publik. Terminal bus Blok M sebagai terminal yang paling representatif di DKI, saat ini memang masih berfungsi sebagai terminal, pertemuan bus dengan penumpang naik-turun penumpang. Tetapi aspek pelayanan terhadap kemudahan informasi, kenyamanan, dan keselamatan para penumpangnya sudah terkubur bersama mati fungsinya sistem tanda informasi yang ada. Kesemrawutan pun terjadi dan masih terus berlangsung. Penelitian ini bermaksud mengurai permasalahan dan hubungan kesemrawutan dengan keberfungsian tanda informasi yang ada. Dilakukan secara kualitatif melalui observasi dan survei lapangan, kajian teori hingga pengamatan ke beberapa kota di negara lain dengan harapan akan ditemukan titik-titik permasalahan yang dapat diuraikan dan dibenahi nantinya. Dari hasil pengamatan dan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terminal BIokM sebagai terminal transit masih dapat berfungsi semata sebagai alat distribusi penumpang. Tetapi sistem tanda Informasi yang mendukungnya, walaupun masih cukup disadari keberadaanya, sudah tidak berfungsi sesuai tujuannya. Ribuan pengguna terminal yang berinteraksi tanpa panduan dan kejelasan informasi merupakan pangkal kesemrawutan yang terjadi. Penulis berasumsi bahwa pembenahan tanda informasi akan berperan penting .dalam memperbaiki kualitas terminal, tetapi dengan menyadari sepenuhnya terhadap sayap persoalan secara makro. DiperIukan penelitian lanjutan yang menyoroti masalah besar lain yang saling berkaitan di terminal BlokM, diantaranya : masalah efisiensi arsitektural ruang publik, masalah manajemen dan swastanisasi terminal, masalah kualitas alat transportasi yang melalui terminal, masalah sosial (kaki lima) di terminal, masalah prilaku dan disiplin masyarakat dan masalah aturan dan hukum yang dapat diberlakukan dalam mendukung kelancaran transportasi perkotaan.
The progression of the city and the advancement of technology has created the need and use for collective transportation. A metropolitan city's regulation neccesities are for a good system of transportation. This system has to be able to support the well planned infrastructure of transportation and all the supporting aids that go along with it; this includes its terminals and stations. A terminal's usage is targeted to be accessible and easy for all persons in the general public. In correlation to this point, the sign guide's function as the elementary need of a terminal is often forgotten. Focusing on this point however, a visual language and or picture written systematically is able to navigate, guide, facillitate easily, protect and safe-guard an individual that is busy going about their daily lives with different purposes within a public space. The bus terminal, BlokM Terminal, as the most represented terminal in DKI at the present moment still functions as a terminal, a bus station with commuters entering and departing. But the service aspect towards the accessibility of information, comfort, and the safety of its commuters have become buried along with the dead dysfunctions of the information signs system that is existing today. Much chaos still occurs and still continues to continue. This research is focused towards tackling the problems and relationships of the chaos that occurs within the functioning of information signs that exists today. This is done qualitatively through observation and field surveys, theoretical reviews until exchange studies; with the hope that the main points of the problems are able to arise to the surface and be explained and fixed at a latter time. From observation results and research that was completed, it is possible to conclude that the Blok M terminal as a transit terminal is still able to function as a transport distribution tool for the commuters. But the information signage that is supposed to support the terminal although still in the awareness of the public, is not currently functioning as it is purposed to be. Thousands of commuters interact without any clear guide or information clarity which is the center or reason behind the chaos that occurs in public transit terminals. The writer assumes that with fixing the information signs, its role is significant to improving the quality of the terminal. Realizing the macro affects of the problem at hand, further research is needed to assess the other major problems which accompany and interrelate with the Blok M terminal. Such problems are : architectural efficiency of a public space, management problems (terminal privatization), quality aspects of the transport that enters and departs from the terminal, social problems (side-road) at the terminal, problems of social behavior and conduct, public discipline, and the regulations and laws that are applicable in supporting the ease of metropolitan transportation.
2005
T20562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Isnaini
Abstrak :
Disertasi ini merupakan sebuah studi mengenai representasi relasi kekuasaan yang bertitik tolak dari telaah tata ruang publik kota dalam membentuk identitas sebuah kota. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif eksplanatif dengan menggunakan metode penelitian semiotika sosial. Dengan mengacu pada konsep Representasi dari Stuart Hall dan Episteme dari Foucault, secara umum dapat disimpulkan dua hal penting dalam penelitian ini. Pertama, Alun-alun Kota Tuban adalah sebuah representasi identitas Kota Tuban sebagai kota yang religius dan multikultural. Kedua, perubahan bentuk arsitektur serta lokasi bangunan menandakan bergesernya rezim kepenguasaan yang terjadi dalam konteks wilayah Alun-alun Kota Tuban Kontemporer. Transformasi episteme berupa relasi kuasa tergambar jelas pada kompleks Alun-alun Kota Tuban kontemporer yang menunjukkan dominasi kontrol yang dimiliki oleh diskursus-diskursus tertentu yang dalam konteks penelitian ini berwujud diskursus Islam, Globalisasi, Kapitalisme dan Postkolonialisme, dengan ideologi dominan yang muncul adalah kapitalisme dan postkolonialisme. Implikasi teoritis penelitian ini menunjukkan, khususnya dalam kaitannya dengan pilihan identitas Kota Tuban, Hall tidak menjelaskan bahwa sebetulnya faktor ekonomi pun berperan terhadap konstruksi akan identitas sekaligus pilihan identitas pada suatu kota baik langsung atau tidak langsung, sama seperti Theodore Adorno yang tidak menyinggung faktor komodifikasi dapat berperan terhadap konstruksi akan identitas. Selain itu, ketika budaya menjadi basis dalam perekonomian kota, maka dalam perekonomian simbolis terjadi reduksi dalam pemaknaan budaya. Budaya yang didefinisikan sebagai shared of meaning dibatasi maknanya sebagai semua image dan simbol yang marketable yang mampu untuk mendorong konsumsi. ......This dissertation explores how power relations represented in urban planning of public spaces form the identity of a city. This is a qualitative research study using an explanatory social semiotics method. With reference to the concept of representation by Stuart Hall and Foucault's perspectives on episteme, there are two important things can be concluded from this study. First, Alun-alun Kota Tuban (Tuban's City Square) is a representation of the city's religious and multicultural identities. Second, the changes on architectural landscapes and building sites signify the shift of the regime that has take a place within the context of Contemporary Tuban's City Square. The transformation of power relations episteme is clearly illustrated in the Tuban's Contemporary City Square complex which shows the dominance of control possessed by certain discourses such as Islamic Globalization, Capitalism and Post colonialism discourses, whereas the dominant ideologies that emerge in those discourses are capitalism and post colonialism. The theoretical implication of this study suggests that, particularly in relation to the selected Tuban's identity, Stuart Hall and Theodore Adorno did not explain that in fact, economic factors also contribute to the construction of identity. In other words, in order to understand the way in which the city's identity is formed we should consider commoditization as a contributing factor to the construction of identity. Furthermore, when culture becomes merely a part of the city's economy or a form of symbolic economy, it reduces the profound meaning of culture making. Culture, which is defined as shared of meaning, has limited meaning as all images and marketable symbols that support people's mode of consumption.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milka Vincentiya
Abstrak :
Skripsi ini mengenai hubungan antara aktor, dalam konteks ini antara stranger dengan stranger, dan aktor dengan lingkungan sekitarnya.  Dengan adanya perubahan makna dari stranger yang awalnya stranger adalah, orang yang tidak termasuk dalam lingkungan tempat seseorang tinggal, menjadi orang lain yang memiliki kesamaan umum dengan seseorang tersebut. Karena, sekarang kita berada pada tahap appearance dari spectacle, yang mana kita akan menilai sesuatu berdasarkan apa yang kita lihat atau tampak, skripsi ini menggunakan teori coding appearance, yang mana aktor akan beraktivitas berdasarkan tiga hal, yaitu: lokasi (location), appearance, dan sikap (behavior). Para aktor ini akan bersikap dan membawa properti menyesuaikan dengan ruang publik (lokasi), sebaliknya ruang publik juga dapat memengaruhi aktor dalam bersikap dan properti yang dibawa. Lalu, interaksi yang terjadi antar-stranger dalam ruang publik ini dapat terlihat dari keberadaan shield of privacy yang tidak bisa dilihat secara fisik namun, dapat diukur secara keruangan. ......This study focusing in the relationship between actor, in this context stranger with stranger, and actor with the surrounding. Stranger then was categorized by those who did not live in someons living territory, and now stranger categorized as the people who have the same commonness with someone. With the state of appearance in spectacle, where we judge based on what we see (what appear in front of us), this study mainly use the theory about coding appearance, where actor will act based on three things: location, appearance, and behavior. They behave (behavior) and bring property (appearance) as what supposed in that public space (location), also the public space may affect the behavior and appearance of the actor. In the same location, interaction between stranger could be seen in the existence of shield of privacy, that is not physical but it is there with a measurement in space.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nadia Fauzana
Abstrak :
Penulisan ini ditujukan untuk melihat dampak dari penggunaan gadget di ruang publik dilihat dari sisi ranah publik. Pengkajian akan difokuskan pada dampak penggunaan gadget tersebut terhadap dimensi ranah publik yaitu dimensi fisik dan dimensi sosial (interaksi sosial). Ruang publik yang akan menjadi objek studi adalah Student Internet Corner di Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Student Internet Corner ini merupakan ruang publik yang memberikan fasilitas akses internet untuk penggunanya. Sehingga tercipta suatu fenomena dimana ruang cyber bergabung dengan ruang publik dalam satu tempat. Ruang publik seperti ini mungkin akan semakin menjamur di masa depan. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu studi awal yang dapat digunakan sebagai referensi perancangan ruang publik di masa yang akan datang. ......This writing is intended to look at the impact of the use of gadgets in public spaces seen from the public realm’s term. The assessment will focus on the impact of the use of these gadgets to the dimensions of the public realm that is the physical dimension and the social dimension (social interaction). Public space which will be the object of study is the Student Internet Corner in the Faculty of Engineering, University of Indonesia. Student Corner Internet is a public space that provides internet access facility to its users. So that would be created a phenomenon in which a cyber space merged with public space in one place. Public spaces such as these may be more flourishing in the future. Therefore, the results of this study are expected to be a preliminary study which can be used as a reference for the design of public space in the future.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47284
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tandhika Excellentio Yochanan
Abstrak :
Third place adalah bagian penting dalam pembentukan suatu komunitas dan juga sebagai tempat untuk melepas penat dari kegiatan rutin. Third place memberikan kesejajaran dan keselarasan, dimana orang-orang yang di kenal dapat di temukan dan juga memberikan tempat yang netral dimana orang bisa datang dan pergi sesuka hati (Oldenburg, 1989). Bagian terpenting dari third place, adalah menuntun ke bahagiaan, dimana orang dapat merasakan kehadiran sesame, tempat untuk berinteraksi yang di penuhi kegembiraan. Apartment Margonda Residence Satu dipilih sebagai contoh studi kasus karena dapat menunjukan keberagaman di dalam hunian vertikal. Kebanyakan dari penghuni adalah pelajar yang dimana mereka membutuhkan ruang publik untuk berkumpul dan beraktifitas. Ada juga unsur eksternal dan internal yang dapat mencegah terbentuknya third place. Skripsi ini tertuju kepada kehadiran third place di Apartment Margonda Residence Satu. Tertuju kepada penghuni, fasilitas umum, unsur-unsur penunjang, kenyamanan, dan halangan yang mencegah terbentuknya third place. Unsur-unsur tersebut sangatlah penting untuk mencakup pengertian tentang keberadaanya third place di hunian bertingkat.
Third place become an important factor in the forming of community it also become a place of escape from the daily routines. Third place provide equality and leveler, where the regulars with familiar faces could be found and it provide neutral ground where people are able to come and go as they please (Oldenburg, 1989). The importance of third place it leads to happiness, where people are able to enjoy each other company, a place where the interaction is filled with playful mood. The Apartment of Margonda Residence One is picked for the study case because it is able to represent the mix used vertical housing. Most of the residents are students where the need of public place to contain their activities is in high demand. There are some external and internal factors that prevent the third place from forming. This thesis focuses on the existence of the third place in the Apartment of Margonda Residence One. Focusing on the residents, the public facility, supporting factor, comfort, and what obstacle that prevent the third place to form. These factors are important in order to acknowledge the existence of the third place in the vertical housing.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55025
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Assy Saffa Lazuardiani Sakinah
Abstrak :
ABSTRACT
Often time public spaces are treated as a melting pot where everyone from various background meet within the city. In the other hand, no matter how public a space might be, individuals would naturally appropriate this public space to be the way they personally prefer. It is a human nature for human to domesticate the space they inhabit, especially in a public space where everyone regardless their background meet and flock together. This thesis studies how flocking can be a form of domestication in urban spaces. Flocking provides spatial mechanism that fulfills the necessities of domestication itself. Based on the theoretical analysis and case study conducted in one public space in Central Jakarta, flocking works as a form of domestication when the urban space provides supportive elements to initiate domestication and the users behaviors are able to appropriate the urban space through flocking itself.
ABSTRAK
Seringkali ruang publik diperlakukan sebagai melting pot dimana semua orang dari berbagai latar belakang bertemu di tengah kehidupan di kota. Di sisi lain, tak peduli sepublik apa sebuah ruang, individual akan secara natural menyesuaikan ruang publik tersebut sesuai dengan preferensi personal. Adalah sebuah sifat manusiawi untuk manusia mendomestikasi ruang yang ia tempati, terutama ruang public dimana semua orang tanpa pandang bulu bertemu dan berkerumun bersama. Skripsi ini mempelajari bagaimana berkerumun adalah sebuah bentuk domestikasi ruang publik. Berkerumun menyediakan mekanisme ruang yang memenuhi keperluan domestikasi itu sendiri. Berdasarkan analisis teori dan studi kasus yang dilakukan di salah satu ruang kota di Jakarta Pusat, berkerumun dapat bekerja sebagai bentuk domestikasi ketika ruang publik yang berkesangkutan menyediakan elemen-elemen yang menyokong untuk memulai domestikasi tersebut dan ketika pengguna ruang public mampu menyesuaikan ruang publik tersebut dengan preferensi personal melalui berkerumun itu sendiri.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>