Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agusdini Banun Saptaningsih
Abstrak :
Telah dilakukan penellUan aktivitas antibakteri dari getah tumbuhan EtLphorba ant iquorvin. Linn terhadap kuman Pseticloraon.as aer-ugnosa ATCC 27853 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan antijamur terhadap jamur Tr?Lcophyton rubrvJrL. dan Cand?Lda aLbtcans, yaitu dengan menentukari aktivitas anti bakteri dan antijamur dengan metoda cakram serta menentukan kadar hambat minimal dengan metoda pengenceran tabung. Dalam penelitian mi diunakan getah segar dan getah yang di k er I ngk an. Penyar I an dli ak uk an dengan menggunak an sothl et dengan pelarut petroleum benzefi, kloroform, etanol dan air. Hasil penelitlan menunjukkan báhwa getah segar, sari etanol 95°% dan sari air menunjukkan aktivitas antibakteni terhadap kuman Pseudoraonas aeruetnosa ATCC 27853 dan StaphyLococcvs avreus ATCC 26923 dan aritijamur terhadap jamur Tricophyton rubrwn, sedangkan sari petroleum benzen dan sari kloroform tidak mempunyai aktivitas antlbakteri dan antijamur terhadap kuman dan jamur uji. Dari seiuruh sari dan getah segar E'uphorbiLa ant iquoruin Linn yang diuji, kadar hambat minimal yang terendah adalah 488,28 g,/cc., yaltu dari sari etanol dan getah segar terhadap Staphylococcus aureus dan getah segar terhadap TriLcophyton rubrum.. Kadar hambat minimal yang ten ti nggi adal ah 31,25 mgVcc yaltu kadar hambat minimal getah segar, sari ètanol 95°% dan sari air dari getah EuphorbiLa ant Lquorvia Linn terhadap Psezidomonas aerunosa ATCC 27853.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Andika
Abstrak :
Teknologi Bioremediasi merupakan teknologi yang belakangan ini digunakan sebagai cara altematif penanggulangan limbah I-lidrokarbon. Metode ini menggunakan mikroorganisme bakteri pemecah minyak seperti Rveudomanus aeruginosa untuk mendegradasi senyawa hidrokarbon sehingga dapat mcmulihkan lingkungan, tanah dan air yang tercemar. Penelitian pengujian ketahanan dari bakteri Pseudomonas aeruginosa ini merupakan bagian dari penelitian Bioremediasi yang dilakukan di Departemen Teknik Gas dan Petrokimia. Penelitian ini dilakukan dalam kultur medium Nutrien Broth (NB) dengan menggunakan teknik pengguncangan. Proses tcrsebut berlangsung pada kondisi temperatur 35"C, kecepatan shaker 30 rpm dan tekanan I atm dengan variasi konsentrasi substrat iso-oktana yang cligunakan sebesar 800 ppm, 1600 ppm, 3200 ppm, 6400 ppm, dan 10000 ppm volum. Secara umum hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan semakin tingginya konsentrasi kontaminan yang diberi kan pada sei (pada rentang substrat 800 ppm - 10000 ppm), maka semakin berkurangjumlah massa se! akhir yang dihasilkan dan laju pcrmmbuhan spesifik sel Pseudomonas aeruginosa berada pada laju yang hampir sama. Pertumbuhan terbaik sel dicapai pada konsentrasi 800 ppm dengan jurniah massa sel akhir sebesar 0.007079 gr/dmg-pada akhimya model pendekatan secara empiris terhadap laju pertumbuhan sel mcngikuti persamaan Ierusalimsky.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanya Utami Tedhy
Abstrak :
Pseudomonas aeruginosa infection on wounds, especially burn wounds can cause prolonged healing and may lead to sepsis. Framycetin, an aminoglycoside, can be impregnated into paraffin based-dressing used in wound management to prevent wound infection. Inhibitory potential of framycetin dressing against Pseudomonas aeruginosa needs to be evaluated in order to find out whether this dressing can prevent pseudomonas wound infection or not. This research aims to determine inhibitory potential of framycetin dressing against Pseudomonas aeruginosa compared to paraffin dressing. In vitro test was conducted by exposing suspension of Pseudomonas aeruginosa to framycetin dressing and paraffin dressing. The suspension was diluted in ten time serial dilution. Plating on agar plates was done in duplo at exposure time of 0, 30 minutes, 2, 4, 6, and 24 hours. Growth of colonies on medium was evaluated and colonies on plates that are 10-150 in number were counted. The test was done in triplicate. Inhibitory potential of dressing is defined as its ability to inhibit bacterial growth, indicated by lower colony number in dressing exposed groups compared to positive control. The result of this experiment showed that framycetin dressing exhibited inhibitory potential at exposure time of 4, 6, and 24 hours. Optimal inhibitory potential of framycetin dressing was exhibited after 4 hours of exposure, when the only decrease in colony number throughout the incubation occured. Paraffin dressing exhibited its potential at 4 and 24 hours. The colony number of framycetin dressing exposed suspension was signifficantly lower than that of paraffin dressing after exposure time of 4 and 6 hours. In conclusion, framycetin dressing has better inhibitory potential compared to paraffin dressing especially within 4 to 6 hours of exposure. This result implicates that framycetin dressing may have the ability to prevent Pseudomonas aeruginosa infection.
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanik Sugiharni
Abstrak :
Aplikasi lipase telah digunakan secara luas sebagai katalis pada bidang bioteknologi. Akan tetapi harga enzim lipase murni sangat mahal. Untuk menekan tingginya biaya tersebut, maka lipase bisa didapatkan dari mikroba lokal yang secara spesifik mampu mensekresikan enzim tersebut. Penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa produksi lipase dapat diperoleh dari Pseudomonas fluorescens dalam media Nutrient Broth, dengan nilai aktivitas tertinggi, yaitu sebesar 0,092 U/mL pada waktu fermentasi 30 jam. Tujuan penelitian kali ini adalah mengisolasi enzim lipase ekstrak kasar dari P. fluorescens dan untuk mengetahui efektivitas reaksi esterifikasi enzimatik antara asam lemak minyak kelapa dan sukrosa. Isolasi enzim lipase ekstrak kasar dari P. fluorescens dilakukan dengan metode sentrifugasi dimana cairan supernatannya diambil sebagai crude extract (enzim kasar) lipase. Aktivitas lipolitik enzim lipase ekstrak kasar yang terbesar diperoleh pada waktu fermentasi 48 jam yaitu sebesar 7,58 (U/mL). Kondisi optimum aktivitas lipolitik enzim lipase ekstrak kasar pada waktu fermentasi 48 jam, terjadi pada suhu 30oC dan pH 7. Kondisi reaksi esterifikasi enzimatik antara asam lemak minyak kelapa dan sukrosa untuk menghasilkan ester sukrosa, dilakukan pada suhu 30oC dan pH 7. Namun, hingga reaksi esterifikasi pada hari keempat, produk ester asam lemak sukrosa belum terbentuk. Tidak terbentuknya produk ester asam lemak sukrosa ini mungkin disebabkan oleh rendahnya aktivitas lipase yang digunakan serta penggunaan n-heksana dalam medium reaksi esterifikasi tersebut ......Application of lipase has been used widely in field of biotechnology, however, the price of pure lipase is very expensive. To reduce the high cost, the lipase can be obtained from the local microbes that are specifically able to secrete the enzyme. A previous study showed that lipase production can be obtained from Pseudomonas fluorescens in nutrient Broth medium, with the highest activity value, amounting to 0.092 U / mL in 30 hours of fermentation. The purpose of this research is to isolate the crude extract of lipase from P. fluorescens and to examine the effectiveness of the enzymatic esterification reaction between fatty acids of coconut oil and sucrose. Isolation of crude extract lipase from Pseudomonas fluorescens was done by centrifugation method which its supernatant as lipase crude extract (crude enzyme). Lipase lipolytic activity of the largest crude extract obtained at 48 hours of fermentation is equal to 7.58 (U / mL). Optimum conditions of lipase lipolytic activity of crude extract in 48 hours of fermentation, occurred at 30oC and pH 7. The condition between the enzymatic esterification of fatty acids from coconut oil and sugar to produce sucrose esters, carried out at 30oC and pH 7. However, up to the fourth day of esterification reaction, sucrose fatty acid ester product has not been formed. This may be caused by the low activity of lipase used and the use of n-hexane as an organic solvent in the esterification medium.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29773
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky
Abstrak :
Penelitian ini mernbahas pengaruh sonikasi pada dua frekuensi gelombang suara audiosonik, yaitu 7 kHz dan 17 kHz, terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa yang dikultur dalam medium Bovine Heart Infusion (BHI) dan Plate Count Agar (PCA). Bakteri yang sudah terpapar gelombang suara dikultur dalam agar nutrisi dan diinkubasi selarna 24 jam. Kemudian pertumbuhan koloni dihitung menggunakan colony counter. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan koloni P.aeruginosa dipengaruhi gelombang suara pada frekuensi berbeda setelah dibandingkan dengan kontrol. Semakin tinggi frekuensi suara, semakin kuat efek inhibisi terhadap pertumbuhan, dengan efek inhibisi frekuensi 17 kHz sebesar 24,16% dan frekuensi 7 kHz sebesar 11,52%. ......This research discusses the effect of sonication using two different frequencies, 7 and 17 kHz, on the growth of Pseudomonas aeruginosa which was cultured in Bovine Heart Infusion (BHI) medium and Plate Count Agar (PCA). After exposure, bacteria was recultured in nutrient agar and incubated for 24 hours. Then the growth of bacteria colonies was measured using colony counter. The result showed that different sound frequencies have effects on the growth of P. aeruginosa. Higher sound frequency at 17 kHz had stronger growth inhibition by 24.16% as compared to control group, while sound frequency at 7 kHz only showed 11.52% growth inhibition.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Ang Jaya
Abstrak :
Perkembangan resistensi bakteri yang cepat menyebabkan diperlukan juga pengembangan terapi pengobatan baru agar mampu mengatasi penyakit yang telah berkembang. Imipenem merupakan antibakteri golongan karbapenem yang merupakan obat pilihan dalam mengatasi infeksi Pseudomonas aeruginosa. Seiring penggunaan Imipenem sebagai terapi menyebabkan munculnya Pseudomonas aeruginosa yang resisten terhadap Iimipenem. Liposom sebagai sistem penghantaran obat terbukti dapat meningkatkan aktivitas beberapa antibiotik terhadap bakteri Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh enkapsulasi liposom pada aktivitas Imipenem terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa. Liposom diformulasi dengan metode hidrasi lapis tipis kemudian dilanjutkan dengan sonikasi dan ekstrusi bertingkat dengan membran polikarbonat berpori 0,4 μm dan 0,1 μm steril untuk mengecilkan ukuran liposom dan juga mensterilkan liposom. Penentuan aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode dilusi cair. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum (KHM) larutan Imipenem terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dan Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 1,49 ppm. Konsentrasi bunuh minimum (KBM) larutan Imipenem terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dan Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 2,97 ppm. Sedangkan konsentrasi bunuh minimum suspensi liposom Imipenem terhadap Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dan Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa adalah 5,95 ppm. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa enkapsulasi liposom menghambat aktivitas antibakteri Imipenem terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 dan Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa. ...... Rapid escalation of bacterial resistance lead to the necessity of new drug developments to overcome it. Imipenem is an antibiotic in carbapenem class which is used as drug of choice to treat Pseudomonas aeruginosa infection. Concominant use of Imipenem as therapeutic drug led to the resistance of Pseudomonas aeruginosa towards Imipenem. Liposom as drug delivery system has been proven to increase the activity of some antibiotics against Multidrug resistant Pseudomonas aeruginosa. This study was aimed to determine the effect of liposomal encapsulation on antibacterial activity of Imipenem against Pseudomonas aeruginosa and Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa. Liposomes were prepared with thin-film hydration method and then followed by sonication and extrusion using sterile polycarbonate membrane with pore size 0,4 μm and 0,1 μm to reduce the size and sterilize the liposomes. Liquid dilution method is used to determine the antibacterial activity. The result of this research showed that the minimum inhibitory concentrasion (MIC) of Imipenem solution against Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 and Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa are both 1,49 ppm. Minimum bactericidal concentration (MBC) of meropenem solution against Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 and Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa are both 2,97 ppm. Minimum bactericidal concentration of Imipenem liposome against Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 and Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa are both 5,95 ppm. Thus it can be concluded that liposome encapsulation inhibits antibacterial activity of Imipenem against Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 and Multidrug Resistant Pseudomonas aeruginosa.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56842
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avianaura Hanani
Abstrak :
Bakteri pendegradasi naftalena dapat diisolasi dari lumpur vulkanik yang kaya akan organik bahan seperti hidrokarbon aromatik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi isolat bakteri yang mampu menurunkan naftalena dan mengkarakterisasi penggunaan isolat metode fenotipik dan molekuler. Isolasi isolat bakteri dilakukan dengan menggunakan a metode penyebaran setelah melalui teknik pengayaan di Bushnell-Haas (BH) sedang ditambah dengan bahan bakar diesel 1% (w / v). Bakteri isolat DRK 9.1 diperoleh dari sampel lumpur di Desa Renokenongo, Sidoarjo. Isolat ditanam di Bushnell- Haas medium dengan penambahan ekstrak ragi 0,5% (b / v) dan naphthalene 0,02% (b / v). Penambahan ekstrak ragi diyakini mampu meningkatkan pertumbuhan hidrokarbon mendegradasi bakteri dan degradasi hidrokarbon. Pencacahan dilakukan dengan menggunakan Metode Jumlah Lempeng Total dan degradasi naftalena ditentukan kuantitatif dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). Hasilnya terungkap isolat DRK 9.1 mampu tumbuh dalam medium dengan penambahan ekstrak ragi 0,5% (b / v) dan 0,02% naftalena (b / v), dengan jumlah sel total meningkat setelah 24 jam dari 2,71 x 109 menjadi 5,61 x 1010 CFU / mL dan menurun setelah 96 jam menjadi 2,83 x1010 CFU / mL. Hasil analisis HPLC mengungkapkan bahwa isolat bakteri DRK 9.1 bisa menurunkan naphthalene hingga 70,42% setelah 24 inkubasi dan 99,59% setelah 96 jam inkubasi. Karakterisasi bakteri dilakukan dengan pengamatan fenotipik, uji biokimia, dan metode molekuler menggunakan gen 16S-rRNA. Hasil dari fenotipik dan karakterisasi biokimia menunjukkan bahwa isolat DRK 9.1 memiliki karakteristik dari bakteri yang menjadi anggota genus Pseudomonas. Isolat menunjukkan Kemiripan 99,64% dengan Pseudomonas aeruginosa JCM5962. ......Naphthalene degrading bacteria can be isolated from volcanic mud that is rich in organic materials such as aromatic hydrocarbons. The purpose of this study was to isolate bacterial isolates capable of reducing naphthalene and characterize the use of phenotypic and molecular isolates. Isolation of bacterial isolates was carried out using the spread method after the enrichment technique in Bushnell-Haas (BH) was being added with 1% (w / v) diesel fuel. DRK 9.1 isolate bacteria were obtained from mud samples in Renokenongo Village, Sidoarjo. Isolates were grown in Bushnell-Haas medium with yeast extract 0.5% (w / v) and naphthalene 0.02% (w / v). The addition of yeast extract is needed to increase hydrocarbon growth degrade bacteria and degradation of hydrocarbons. Enumeration was carried out using the Quantity Plate Method and the degradation was determined quantitatively by High Performance Liquid Chromatography (HPLC). It was revealed that DRK 9.1 isolate was able to grow in the medium by requiring yeast extract 0.5% (w / v) and 0.02% naphthalene (w / v), with the total cell count increasing after 24 hours from 2.71 x 109 to 5 .61 x 1010 CFU / mL and decreases after 96 hours to 2.83 x1010 CFU / mL. The HPLC analysis results revealed 9.1 DRK bacterial isolates can reduce naphthalene to 70.42% after 24 incubations and 99.59% after 96 hours of incubation. Bacterial characterization was carried out by phenotypic experiments, biochemical tests, and molecular methods using the 16S-rRNA gene. The results of phenotypic and biochemical characterization showed that DRK 9.1 isolate had characteristics of bacteria that belong to the genus Pseudomonas. Isolates showed 99.64% Similarity with Pseudomonas aeruginosa JCM5962.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma
Abstrak :
Bioremediasi merupakan bagian dari bioteknologi lingjcungan yang memaufaatkan proses alami biodegradasi dengan menggunakan aktivitas mikroba yang dapat memulihkan lahan tanah, air, dan sedimen dad kontaminasi senyawa organik. Toluena merupakan salah satu hidrokarbon monoaromatik yang mencemari lingkungan,berSifatt0kSik dan sukar terdegradasi. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan uji proses biodegradasi dengan menggunakan bakteri Pseudomonas aeruginosa. Penelitian ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan oleh laboratoriurn bioproses Departemen Teknik Gas dan Petrokimia. Proses degradasi toluena dilakukan pada kondisi temperatur tetap (29°C) dan kecepatan pengocokan sebesar 20 rpm. Medium yang digunakan adalah medium cair Locklzead and Chase (LC) dengan volume dan komposisi tetap. Variabel yang divariasikan adalah konscntrasi awal toluena yaitu pada 50 ppm, |00 ppm, 200 ppm, 500 ppm, 1000 ppm. Proses degradasi dilakukan selama 216 jam. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada rentang konsentrasi toluena hingga 1000 ppm masih mampu didegradasi oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa. Keta.ha.na.n terbaik bakteri Pseudomonas aeruginosa dalam rnendegradasi toluena pada kondisi tersebut adalah pada konsenlrasi 1000 ppm yang memiliki persentase degradasi lebih besar dari konsentrasi lainnya.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49462
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chinta Pratama Saputra
Abstrak :
Pencemaran yang diakibatkan oleh limbah minyak bumi telah mencapai tingkat yang memprihatinkan, ditambah lagi teknologi pengolahannya masih belum efektif dan efisien. Hal ini disebabkan karena limbah minyak bumi merupakan limbah yang sulit untuk didegradasi oleh bakteri karena banyaknya kandungan senyawa ikatan kompleks di dalamnya. Karena itu, pada penelitian ini digunakan proses ozonasi sebagai pretreatment dengan tujuan untuk meningkatkan proses biodegradasi. Adapun variasi kondisi operasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah dosis ozon dan nilai pH serta bakteri yang digunakan sebagai agen pendegradasi adalah bakteri Pseudomonas aeruginosa. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan proses ozonasi dapat meningkatkan biodegradasi yang ditunjukkan dengan peningkatan persentase degradasi dan pertumbuhan populasi bakteri. Selain itu, kemampuan bakteri Pseudomonas aeruginosa dalam mendegradasi limbah minyak bumi berbeda-beda untuk masing-masing nilai pH. Persentase degradasi tertinggi untuk variasi dosis ozon didapatkan sebesar 79,32% dicapai saat dosis ozon 0,53 g/jam, sedangkan untuk variasi pH dicapai saat pH bernilai 7 sebesar 75,21%. ......Contamination caused by petroleum waste has reached alarming levels, plus its processing technology is not yet effective and efficient. This is caused by petroleum waste is difficult to be degraded by bacteria because of the many complex bonding compound content in it. Therefore, this study used ozonation as pretreatment process with the aim to enhance the biodegradation process. The variations in operating conditions performed in this study was a dose of ozone and pH. The bacterial isolates were used as a degrading agent is the bacteria Pseudomonas aeruginosa. The results obtained showed that ozonation processes can enhance biodegradability as indicated by the increase in the percentage of degradation and population growth of bacteria. In addition, the ability of the bacteria Pseudomonas aeruginosa in degrading petroleum waste vary each pH value. The highest percentage of biodegradation for ozone dose variation obtained 79.32% achieved at doses of 0.53 g ozone / h, while for the variation of pH value obtained 75.21% achieved at pH 7.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zoraya Rachmi Pratiwi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan dispersan jenis solvent-based dan water-based dalam fungsinya untuk meningkatkan efisiensi kinerja Pseudomonas aeruginosa. Penelitian dilaksanakan pada skala laboratorium, dengan variasi penggunaan dispersant-oil ratio 3 taraf (1:8, 1:20, 1:25) dan variasi adaptasi bakteri 3 taraf (0%, 1%, 2%). Dilakukan replikasi 3 kali untuk setiap perlakuan dengan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 21 sampel untuk uji efektifitas dispersan dan 63 sampel untuk uji terhadap kemampuan biodegradasi Pseudomonas aeruginosa. Parameter yang dilihat pada penelitian ini ialah kandungan total minyak bumi (Total Petroleum Hydrocarbon/TPH) yang diukur secara gravimetri dan pH. Diukur pula biodegradabilitas dispersan dan COD pada penggunaan dispersan dalam mendispersi minyak bumi. Analisis data menggunakan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pseudomonas aeruginosa memiliki kinerja yang cukup baik dalam mendegradasi minyak bumi yang terdispersi oleh dispersan, dengan kemampuan yang lebih baik ditunjukkan pada penggunaan dispersan water-based. Dari hasil penelitian diperoleh efektivitas dispersan solvent-based dan water- based sebesar 33% dengan nilai tegangan permukaan terkecil sebesar 30,71 mN/m untuk dispersan solvent-based dan 30,44 mN/m untuk dispersan water- based, dan kemampuan biodegradasi Pseudomonas aeruginosa terhadap droplets hasil dispersi oleh dispersan mencapai 25% dalam kurun waktu 72 jam, dimana nilai biodegradabilitias dispersan lebih besar dari 60% untuk kedua jenis dispersan.
The objective of this study is to investigate the effect of dispersant utilization (solvent-based and water-based) related to its purpose in increasing performance efficiency of Pseudomonas aeruginosa. The research was carried out in laboratorium scale varying the dispersant-oil ratio into 3 levels (1:8, 1:20, 1:25) and carbon source adaptation into 3 levels (0%, 1%, 2%). 3 replication was conducted for each factors. Number of samples prepared was 21 samples for dispersant effectiveness test and 63 samples for biodegradation by Pseudomonas aeruginosa test towards the use of dispersant. The measured parameters are Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) by gravimetric method and pH. Dispersant biodegradability and COD of the dispersant utilization samples were also measured. Data analysis using ANOVA. Test results showed Pseudomonas aeruginosa has the ability to degrades crude oil despite the presence of dispersant, whereas the use of water-based dispersant showed better biodegradation percentage than solvent-based dispersant usage. The effectiveness of solvent- based and water-based dispersant is 33%; the most narrow surface tension is 30,71 mN/m and 30,44 mN/m consecutively. Chemically dispersed crude oil biodegradation by Pseudomonas aeruginosa achieved 25% in 72 hours periode; dispersant biodegradability is more than 60% both solvent-based and water-based.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S44776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>