Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risayanti
Abstrak :
Telah dilakukan pengukuran PDD, faktor keluaran dan profil dosis pada lapangan kecil dengan teknik penyinaran setengah lapangan menggunakan Film Gafchromic EBT3, bilik ionisasi Exradin A16, dan detektor matriks PTW 2D-Array 729. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik berkas foton lapangan kecil menggunakan teknik penyinaran setengah lapangan, dan membandingkan hasil pengukuran dengan data referensi yang menggunakan teknik penyinaran lapangan penuh full-beam . Evaluasi pengukuran PDD dilakukan dengan menentukan nilai dmax dan menghitung nilai TPR20,10. Profil dosis dianalisa berdasarkan nilai FWHM dan penumbra. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai dmax, TPR20,10, FWHM, penumbra, dan faktor keluaran menghasilkan pola yang sama dengan hasil pengukuran teknik penyinaran lapangan penuh full-beam . Deviasi FWHM terbesar menggunakana Film Gafchromic EBT3 dan Exradin A16 adalah -10.99 dan -33.14 terjadi saat pengukuran pada luas lapangan 0.8 0.8 cm2 dan kedalaman 1.5 cm, sedangkan deviasi FWHM terbesar menggunakan detektor matriks PTW 2D-Array 729 adalah -46.25 terjadi saat pengukuran pada luas lapangan 1.6 1.6 cm2 dan kedalaman 1.5 cm. Persentase deviasi faktor keluaran terbesar adalah -54.22 yaitu saat pengukuran menggunakan detektor matriks PTW 2D-Array 729 pada kondisi pengukuran luas lapangan 0.8 0.8 cm2 dan kedalaman 10 cm. ...... PDD measurements, output factor, and dose profile have been conducted in small field with half beam irradiation technique using Gafchromic EBT3 Film, Exradin A16 ionization chamber, and PTW 2D Array 729 matrix detector. This study was aimed to determine the characteristic of small field photon beam using half beam irradiation technique and compare the measurement results with reference data that performed full beam irradiation technique. PDD measurements evaluation has been done by determining the value of dmax and calculate the TPR20,10 value. Dose profile was analyzed based on the value of FWHM and penumbra. The measurement results showed that the value of dmax, TPR20,10, FWHM, penumbra, and output factor have similar pattern with the measurement results of full beam irradiation technique. The highest FWHM deviation value that can be obtained using Gafchromic EBT3 Film and Exradin A16 are 10.99 and 33.14 occurred when measurements were conducted in the field size of 0.8 0.8 cm2 and depth of 1.5 cm. The highest deviation percentage of output factor that can be obtained using PTW 2D Array 729 matrix detector is 54.22 occured in the field size of 0.8 0.8 cm2 and depth of 10 cm.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Vernanda
Abstrak :

Salah satu kekurangan teknik Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT) adalah dosis serap di jaringan sehat yang cukup tinggi. Berkas proton memiliki karakteristik yang mampu mengkompensasi kekurangan tersebut. Karakteristik bragg peak yang dimiliki berkas proton memungkinkan dosis tinggi hanya pada target. Kasus Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC) terletak di sekitar banyak organ vital, sehingga deposisi dosis yang melebihi batas akan berdampak signifikan. Proton juga merupakan partikel bermassa yang menunjukkan pola interaksi dengan heterogenitas jaringan yang berbeda dengan foton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dosis perencanaan berkas proton pada kasus NSCLC dengan teknik IMPT serta membandingkan efektivitasnya dengan teknik IMRT. Perencanaan dilakukan menggunakan TPS Eclipse pada fantom air dan citra fantom in-house thorax dynamic. Perencanaan pada fantom air menggunakan 1 lapangan pada 0o dan 3 lapangan pada 45o, 135o, dan 225o. Perencanaan pada fantom in-house thorax dynamic dilakukan menggunakan single field, sum-field, dan multiple field. Nilai Conformity Index (CI) dan Homogeneity Index (HI) antara perencanaan IMPT dan IMRT tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Gradient Index (GI) perencanaan IMPT berkisar antara 4,15-4,53, sedangkan nilai GI perencanan IMRT sebesar 7,89. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara keduanya. Histogram distribusi dosis planar menunjukkan bahwa hasil perencanaan IMPT memberikan dosis rendah di luar target lebih sedikit dibandingkan hasil perencanaan IMRT. Selain itu dilakukan juga pengukuran dosis hasil perencanaan IMPT pada lima posisi target, serta empat posisi OAR. Hasilnya dibandingkan dengan data pengukuran IMRT. Nilai dosis titik pada target tidak berbeda secara signifikan, namun nilai dosis empat posisi OAR adalah nol, yang menunjukkan reduksi signifikan dibandingkan teknik IMRT.


One deficiency of the Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT) technique is that the absorbed dose in healthy tissue is quite high. Proton beams has characteristics that can compensate for these deficiencies. The bragg peak characteristic of a proton beam allows high doses only to the target. Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC) cases are located around many vital organs, so the doses that exceed the limit will has a significant impact. Protons are also heavy particles that show patterns of interaction with tissue heterogeneity, which is different with photons. This study aims to determine the dose distribution of proton beam planning in the NSCLC case with the IMPT technique and to compare its effectiveness with the IMRT technique. Planning was done by using TPS Eclipse on the water phantom and in-house thorax dynamic phantom. Planning parameter on the water phantom used 1 field at 0o and 3 fields at 45o, 135o, and 225o. Moreover, we used single field, sum-field, and multiple fields techniques on the in-house thorax dynamic phantom. Conformity Index (CI) and Homogeneity Index (HI) showed a bit differences between IMPT and IMRT planning. The Gradient Index (GI) of IMPT planning ranges between 4.15-4.53, while the GI value of IMRT is 7.89. The planar dose distribution histogram showed that the results of IMPT planning gave fewer out of target doses than IMRT planning results. In addition, evaluation was also made on the target of IMPT planning at five area of interest, as well as four OAR positions. The results are compared with IMRT measurement data. The point dose value at the target did not differ significantly, however the absorbed dose of the four OAR positions are zero which had a large deviation compared to the IMRT technique.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library