Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Esa Jati Natyakalyana
"Sejak tahun 1944 pemerintah Belanda di London sudah membuat rencana untuk mengirim tentara ke Hindia Belanda untuk mengambil kembali Hindia Belanda dari Jepang. Pada 1 Oktober 1944, dikeluarkan Dekrit Kerajaan mengenai perekrutan sukarelawan perang (oorlogsvrijwilliger). Untuk memastikan adanya pendaftar yang cukup, pemerintah Belanda menerbitkan sejumlah buklet dan poster propaganda untuk menarik minat pemuda Belanda. Penelitian ini berfokus pada delapan poster propaganda oorlogsvrijwilliger untuk melihat bagaimana strategi Belanda dalam membangun motivasi ideologi pemuda Belanda. Metode analisis sumber visual sejarah oleh Marga Altena (2003) diterapkan pada penelitian ini. Di samping itu, konsep Cultural Studies juga diterapkan untuk memaknai teks dan gambar visual pada poster. Setelah menganalisis kedelapan poster, ditemukan bahwa Belanda berupaya untuk membangun motivasi ideologi dengan menggunakan gambar visual serta pesann singkat yang membentuk sebuah narasi. Narasi-narasi yang dibangun di antaranya adalah bahwa posisi Belanda sebagai yang superior; Jepang sebagai pihak antagonis dan lebih lemah; serta Hindia Belanda yang dilihat masih ‘milik’ Belanda dan
perlu diselamatkan.

Since 1944 the Dutch government in London had plans to send troops to the Dutch East Indies to take back the Dutch East Indies from Japan. On October 1, 1944, a Royal Decree was issued concerning the recruitment of war volunteers (oorlogsvrijwilliger). To ensure that there were sufficient registrants, the Dutch government published several booklets and propaganda posters to attract the interest of Dutch youth. This study focus on eight oorlogsvrijwilliger propaganda posters to see how the Dutch strategy builds the ideological motivation of Dutch youth. This research will apply the historical visual source analysis method by Marga Altena (2003). In addition, the interpretation of the text and visual images on posters will use the concept of Cultural Studies. After analyzing the eight posters, it was found that the Dutch government tried to build ideological motivation by using visual images and short messages that form narratives. The built narratives include that the Dutch position is superior; Japan as the antagonist and weaker; and the Dutch East Indies were still owned by the Dutch and needed to be saved."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erika Primasanti
"Artikel ini membahas tentang sosok wanita patriotik dalam poster propaganda Uni Soviet pada tahun 1920-1936 dengan pendekatan semiotik dan nilai patriotisme. Dari sekian banyak poster propaganda yang menjadikan wanita sebagai tokoh utama, penelitian ini mengambil empat poster yang diproduksi dalam kurun waktu 1920-1936 yang diteliti untuk memaknai tanda-tanda semiotik dengan menggunakan teori semiotik oleh Charles Sanders Pierce. Dengan menggunakan segitiga semiotik, pada tiap-tiap poster diteliti makna dari aspek-aspek ikon, indeks, dan simbol yang terdapat. Kemudian dilakukan juga penelitian atas kandungan nilai patriotisme di dalamnya. Dari hasil penelitian ini, fasilitas pemerintah yang mendukung, dihilangkannya pemikiran bahwa wanita itu budak, keinginan untuk memiliki kehidupan yang baru, dan dukungan pemerintah yang kuat menjadikan sosok wanita yang tergambar pada poster propaganda ini terlihat patriotik.

This article discusses about the patriotic figure of Soviet Union women featured on propaganda posters in the period of 1920-1936 with the approach of semiotic analysis and patriotism values. From a wide range of poster producted, this research took only four posters that are producted circa 1920-1936 to be researched to find the mean of semiotic signs using Charles Sanders Pierce's semiotic theory. With the usage of semiotic's triangle, means of the icon, index, and symbols from the posters are researched. Then, the patriotism value from the women's figure also being researched. From the research, government facilities, women is no longer pronounced as slaves, the needs of having a new life, and also a strong government's support forms patriotical impression on those women featured on the propaganda posters."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library