Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wagini A. Muljanto
"ABSTRAK
Pemeriksaan sitologi aspirasi (jarum halus) merupakan sarana diagnostik yang efisien, dan mempermudah deteksi dini kanker payudara. Salah satu sitoteknologi maju yang merupakan penunjang diagnosis ialah imunositokimia. Pemeriksaan imunositokimia dapat memeriksa kandungan zat di dalam sel, misalnya onkoprotein CerbB-2 yang merupakan produk neu onkogen, sebagai perwujudan mutasi genetic. Zat lain ialah PCNA (proliferating cell nuclear antigen) yang digunakan untuk mengukur kecepatan proliferasi atau pertumbuhan tumor. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui korelasi analisis struktural dengan evaluasi fungsional sel. Analisis multivariabel diharapkan meningkatkan ketepatan diagnostik dan penilaian prognostik.
Desain umum penelitian ialah pengamatan cross-sectional. Subyek penelitian ialah 24 pengidap tumor payudara, terdiri atas 12 kasus kanker dan 12 lesi jinak. Sediaan sitologi aspirasi dianalisis di Laboratorium Sitologi Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sejak Desember 1993 sampai dengan Mei 1994). Pewarnaan imunositokimia dilakukan dengan teknik imunoenzin (peroksidase -antiperoksidase). Antibodi primer anti- onkoprotein C-erbB-2 ialah antibodi nonoklonal dari clone CB11; sedangkan antibodi anti- PCNA ialah antibodi monoklonal dari clone 19A2 (Biogenex). Analisis sitomorfologik dilakukan dengan pewarnaan rutin Papanicolaou dan Giemsa.
Hasil penelitian menunjukkan positivitas onkoprotein C-erbB-2 pada 60Z kasus kanker payudara, berupa pola butir pewarnaan di membran sel/plasmalemma. Lesi jinak pada pasien berusia muda tidak menunjukkan ekspresi onkoprotein, sedangkan pada yang berusia > 40 tahun terdapat 2 kasus yang menunjukkan positivitas fokal. Positivitas PCNA pada, kanker payudara bervariasi, menunjukkan variabilitas kecepatan pertumbuhan tumor. Lesi jinak berusia muda juga menunjukkan proporsi positivitas PCNA yang tinggi.
Kesimpulan yang ditarik ialah : terdapat petunjuk peningkatan mutasi genetik sesuai dengan peningkatan usia, agaknya merupakan efek akumulatif. Perbedaan kecepatan pembelahan sel tidak dapat digunakan untuk membedakan keganasan tumor payudara, namun dapat digunakan sebagai variabel prognostik di antara kasus kanker.

ABSTRACT
(Fine-needle) Aspiration cytology examination is an efficient diagnostic tool, which will facilitate early detection of breast cancer. One of the advanced cytotechnology as diagnostic adjunct is immunocytochemistry. Inmunocytochenistry can detect cellular chemical contain, i.e_ C-erbB-2 oncoprotein, which is produced by neu oncogene as manifestation of genetic mutation. Another substance is PCNA (proliferating cell nuclear antigen), which can measure proliferation or growth of the tumor. This study aim is to evaluate correlation of structural and functional analysis of the cell. Multivariate analysis can enhance diagnostic accuracy and prognostic measure.
General design of the study is cross-sectional observation. Research subject are 24 patient with breast tumor, 12 were cancer, other were benign lesion. Cytology specimen was examined in Cytology Laboratorium, Department of Anatomic Pathology, Faculty of Medicine, University of Indonesia, during December 1993 until Hei 1994. Imnunostaining was done with immunoenzyme (peroxidase - antiperoxidase) technique. The primary antibody anti- C-erbB-2 oncoprotein is monoclonal antibody from clone CB11; source of primary antibody anti- PCNA is monoclonal antibody from clone 19A2 (Biogenex). Cytonorphologic analysis was done with Papanicolaou staining slide and Giemsa staining.
The result of this study is positivity oncoprotein c-erbB-2 in 60% of breast cancer cases, with membranous staining granule in the plasmalemma. Benign lesions do not overexpression oncoprotein, except 2 cases of the old patient with focal staining. PCNA positivity of breast cancer were variable amount, which are consistent with variability of the tumor growth. But the benign lesions were also expression PCNA, especially the young patient.
Conclusion of this study is the overexpression of oncoprotein indicate of increase mutagenesis consistent with the age, as accumulative effect. Proliferation rate can not distinguish malignant or benign neoplasm of the breast, but this contribution is to prognostic factor among the cancer cases."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Pratama Aji
"Artikel ini membahas sepak terjang dari kelompok masyarakat sistematis yang menginginkan terjadinya pemekaran wilayah di Indonesia. Salah satu daerah sebagai hasil dari praktik pemekaran wilayah adalah Kabupaten Bandung Barat. Dalam sejarahnya, pihak yang sangat vokal memperjuangkan usaha tersebut adalah Komite Pembentukan Kabupaten Bandung Barat atau KPKBB. Meninjau kembali perjuangan KPKBB penting karena komite tersebut adalah “legalisasi” dari semua aspirasi dan pergerakan masyarakat yang menuntut pemekaran wilayah ketika itu. Dalam rangka merekonstruksi gejala yang dimaksud, digunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dalam tahapan heuristik, selain studi pustaka yang mengandalkan buku teks terbitan pemerintah setempat serta tinjauan terhadap artikel jurnal dari berbagai situs, juga digunakan sumber-sumber primer, antara lain arsip dan dokumen yang tersimpan di Depo Arsip Kabupaten Bandung, Depo Arsip Kabupaten Bandung Barat, serta surat kabar sezaman dari Pikiran Rakyat koleksi Perpustakaan Nasional RI. Selain itu, karena tulisan ini bersifat sejarah lokal dan kontemporer, peneliti juga mengandalkan sumber lisan sebagai bahan penelitian dengan mewawancarai beberapa tokoh KPKBB yang masih hidup. Hasilnya, artikel ini menemukan bahwa peranan dari KPKBB signifikan dalam proses percepatan kelahiran Kabupaten Bandung Barat. Maka, tulisan ini akan berfokus pada analisis peran yang dilakukan KPKBB dalam berbagai usahanya untuk mempercepat terjadinya pemekaran wilayah.

This article discuss the actions of systematic community groups who want regional expansion in Indonesia. One of the areas as a result of the practice of proliferation of (administrative) regions is West Bandung Regency. Historically, the actor who has been very vocal in fighting for the formation of the area is the West Bandung Regency Establishment Committee or KPKBB. Reviewing the KPKBB's struggle is important because the committee was the “legalization” of all community movements that demanded proliferation at that time. In order to reconstruct the phenomenon, historical research methods are used which consist of four stages, namely heuristics, verification, interpretation, and historiography. In the heuristic stage, apart from a literature study that relied on textbooks published by the local government and a review of journal articles from various sites, other sources were used such as archives and documents stored at the Bandung Regency Archives Depot, West Bandung Regency Archives Depot, as well as the Pikiran Rakyat newspaper which is the collection of the National Library of the Republic of Indonesia. In addition, because this paper is a local and contemporary history, the researcher also relies on oral sources as research material by interviewing several KPKBB figures who are still alive. As a result, this article finds that the role of the KPKBB is significant in the process of accelerating the birth of West Bandung Regency. Thus, this paper will focus on analyzing the role played by the KPKBB in its various efforts to accelerate the proliferation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Erica Kholinne
"Pendahuluan. Sel punca mesenkimal yang dilaporkan mengaugmentasi penyembuhan fraktur umumnya diperoleh dari sumsum tulang. Donor sel punca dari sumsum tulang terbatas pada volume aspirat dan menimbulkan morbiditas donor sehingga diperlukan sumber alternatif. Darah perifer menutupi kekurangan tersebut walaupun memiliki kandungan sel punca yang lebih sedikit. Pemberian Granulocyte Colony Stimulating Factor (GCSF) dapat meningkatkan mobilisasi sel mononuklear pada teknik afaresis untuk sel punca hematopoetik. Bila pemberian GCSF diikuti dengan teknik kultur kearah sel punca mesenkimal maka dapat meningkatkan jumlah sel punca darah perifer sehingga memungkinkan penggunaan darah perifer sebagai donor alternatif sel punca. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengevaluasi penggunaan darah perifer sebagai donor sel punca pasca pemberian GCSF dengan menilai kemampuan mobilisasi, proliferasi dan diferensiasi.
Metode Penelitian. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang memakai hewan coba 14 ekor kelinci New Zealand White jantan, berat badan 2 kg di Pusat Studi Satwa Primata, Institut Pertanian Bogor. Sampel dibagi secara acak menjadi 4 kelompok yaitu kontrol dan perlakuan (injeksi GCSF dosis 10mcg/kg berat badan, subkutan, selama 7 hari) dimana pada masing-masing kelompok diambil aspirat darah perifer dan sumsum tulang (kelompok 1: kontrol sumsum tulang, kelompok 2: kontrol darah perifer, kelompok 3: perlakuan sumsum tulang, kelompok 4: perlakuan darah perifer). Pada tiap kelompok dilakukan isolasi, ekspansi dan diferensiasi menjadi osteoblas. Analisis statistik menggunakan uji one way Anova dan dilanjutkan uji posthoc untuk jumlah sel inisial, waktu konfluensi, jumlah sel konfluensi dan waktu diferensiasi.
Temuan dan Diskusi Penelitian. Sel punca mesenkimal pada seluruh kelompok penelitian mampu diisolasi, berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi osteoblas. Rerata jumlah sel inisial kelompok 1: 3.07 x 106/mL, kelompok 2: 2.11 x 106/mL, kelompok 3: 2.89 x 106/mL dan kelompok 4: 7.35 x 106/mL (p< 0.001). Rerata waktu konfluensi kelompok 1: 25.8 hari, kelompok 2: 35.7 hari, kelompok 3: 26 hari, kelompok 4: 19.7 hari (p< 0.001). Rerata jumlah sel konfluensi kelompok 1: 6.54 x 106/mL, kelompok 2: 4.61 x 106/mL, kelompok 3: 5.94 x 106/mL, kelompok 4: 11.14 x 106/mL (p< 0.001). Rerata waktu diferensiasi kelompok 1: 15.5 hari, kelompok 2: 25.4 hari, kelompok 3: 15.4 hari, kelompok 4: 11.2 hari (p< 0.001). Uji posthoc jumlah sel inisial ditemukan perbedaan pada kelompok 1 dan 4 (p= 0.000), 2 dan 4 (p< 0.001), serta 3 dan 4 (p< 0.001). Uji posthoc waktu konfluensi, jumlah sel konfluensi dan waktu diferensiasi didapatkan perbedaan diantara semua kelompok kecuali kelompok 1 dan 3 (p= 1.000, 0.670, 1.000).
Simpulan. Sel punca mesenkimal darah perifer pasca induksi GCSF mampu diisolasi, berproliferasi dan berdiferensiasi. Pemberian GCSF meningkatkan jumlah sel punca mesenkimal dan mempersingkat durasi kultur. Darah perifer memberikan harapan baru sebagai donor alternatif sel punca mesenkimal.

Introduction. Mesenchymal stem cells, which had been reported to augment fracture healing, were routinely harvested from bone marrow. Bone marrow had several drawbacks regarding its limited aspiration volume and donor site morbidity, therefore alternative donor is needed. Peripheral blood may cover those disadvantages despite the fewer stem cells number. Granulocyte colony stimulating factor (GCSF) administration in aphaeresis technique could mobilized mononuclear cells to hematopoietic stem cells. If it is followed by culture for mesenchymal stem cells expansion, thus will increase peripheral mesenchymal stem cells number therefore might facilitate peripheral blood as an alternative donor. For that reason, further research is needed to evaluate the effect of GCSF induction to peripheral blood as stem cells alternative donor by assessing its capability on mobilization, proliferation and differentiation.
Methods. This is an experimental study using 14 male New Zealand White rabbit, weighted 2-3 kg in Primate Research Centre, Bogor Agricultural Institute. Sample was randomized into 4 groups as follow, control and treatment group (GCSF administration, 10mcg/kg body weight, subcutaneous, 7 days) in which peripheral blood and bone marrow aspiration was collected (group 1: control bone marrow, group 2: control peripheral blood, group 3: treatment bone marrow, group 4: treatment peripheral blood). Isolation, expansion and osteoblast differentiation were followed subsequently. Statistical analysis used one-way Anova and posthoc for initial cell number, confluency time, confluency cell number, and differentiation time.
Result and Discussion. Mesenchymal stem cells in all groups were able to be isolated, proliferate and differentiate to osteoblast. Initial cell number (mean) group 1: 3.07 x 106/mL, group 2: 2.11 x 106/mL, group 3: 2.89 x 106/mL and group 4: 7.35 x 106/mL (p< 0.001). Confluency time (mean) group 1: 25.8 days, group 2: 35.7 days, group 3: 26 days, group 4: 19.7 days (p< 0.001). Confluency cell number (mean) group 1: 6.54 x 106/mL, group 2: 4.61 x 106/mL, group 3: 5.94 x 106/mL, group 4: 11.14 x 106/mL (p< 0.001). Differentiation time group 1: 15.5 days, group 2: 25.4 days, group 3: 15.4 days, group 4: 11.2 days (p< 0.001). Posthoc analysis for initial cell number was found significantly different for group 1 and 4 (p= 0.000), group 2 and 4 (p< 0.001) and group 3 and 4 (p< 0.001). Posthoc analysis for confluency time, confluency cell number and differentiation time was found significantly different for all groups except group 1 and 3 (p= 1.000, 0.670, 1.000).
Conclusion. Peripheral blood mesenchymal stem cells after GCSF induction are able to be isolated, proliferate and differentiate. GCSF administration increase mesenchymal stem cells number and shorten culture duration. Peripheral blood is a promising alternative donor for mesenchymal stem cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhi Indrajati
"Tesis ini merupakan pembahasan mengenai tindakan PBB dalam mengatasi proliferasi peredaran senjata kecil dan ringan di negara Liberia, Sierra Leone dan Cote d'Ivoire pada tahun 2000-2005. Isu senjata kecil dan ringan mulai menjadi perhatian dunia internasional pasca Perang Dingin. Senjata-senjata tersebut sudah menimbulkan krisis kemanusiaan karena sering digunakan di dalam konflik maupun tindakan kriminal di berbagai negara di dunia ini. Pada daerah konflik, senjata kecil dan ringan digunakan untuk mencapai tujuan politik pihak-pihak yang bertikai. Senjata ini juga digunakan oleh mereka untuk melakukan aksi kriminal yang dapat merugikan orang banyak.
Begitu pula yang terjadi di benua Afrika. Di benua ini banyak konflik seperti pemberontakan, konflik etnis, konflik agama dan lain sebagainya. Ada tiga negara di benua Afrika bagian barat yang dapat diteliti proliferasi senjata kecil dan ringannya. Negara tersebut adalah Liberia, Sierra Leone dan Cote d'Ivoire.
Negara Liberia, Sierra Leone dan Cote d'Ivoire juga terkena dampak dari proliferasi senjata kecil dan ringan, ini dapat dilihat dari semakin berlarutnya konflik serta memperpanjang pertikaian yang telah ada. Senjata yang beredar secara luas di ketiga negara ini digunakan oleh pihak-pihak yang bertikai untuk saling menyerang satu dengan yang lain. Dampaknya adalah jatuhnya korban sipil dalam jumlah yang sangat besar. Selain itu juga menimbulkan berbagai masalah, seperti meningkatnya kemiskinan dan pengangguran, meningkatnya jumlah pengungsi, meningkatnya wabah penyakit dan kelaparan dan lain sebagainya.
Karena tidak dapat diatasi secara baik oleh Pemerintahnya masing-masing, sehingga PBB sebagai badan organisasi internasional mempunyai tanggung jawab moral untuk ikut campur dalam menangani isu tersebut. Di negara Liberia dan Sierra Leone, PBB dapat mengatasi proliferasi senjata kecil dan ringan dengan baik tetapi tidak di Cote d'Ivoire.

This Thesis discuss about UN action against small arms and light weapons proliferation in Liberia, Sierra Leone and Cote d'Ivoire between 2000 to 2005. Small arms and light weapons issues concerned were in post cold war. Those weapons most widely used in conflict and criminality in all over the world. In conflict area, small arms and light weapons used for political purposes. This weapon also used for criminal action whose damaging many people.
In Africa these cases also cause serious problems. This continent has many conflicts such as rebel, ethnic conflict, religious conflict, and others. There are three countries in West Africa that can be examined dealing with the small arms and light weapons proliferation. These countries are Liberia, Sierra Leone and Cote d'Ivoire.
In Liberia, Sierra Leone and Cote d'Ivoire severely got an impact due to this issues. The weapons that spread out all over those countries, most probably use for war. So many people who died caused by this weapon. And so many problems caused by this weapon as well, such as poverty, un employee, refugees, disease, starving, and others.
The government of those countries unable to cope the illegal weapons, therefore the UN take over those issues. In Liberia and Sierra Leone the problem can be overcome by UN, but cannot in Cote d'Ivoire.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T22753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beckman, Robert L.
Boulder: Westview Press, 1985
327.174 BEC n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sophie Yolanda
"Latar belakang: Studi ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemberian ekstrak akar Acalypha indica Linn terhadap viabilitas relatif dan proliferasi sel sebagai parameter neurogenesis pada kultur jaringan hipokampus tikus pascahipoksia.
Metode: Studi eksperimental in vitro pada 24 kultur primer jaringan sel saraf tikus Sprague Dowley dewasa yang dipajankan terhadap hipoksia dengan gas 5% O2/5% CO2/N2 seimbang selama 24 jam. Pascahipoksia, ekstrak Acalypha indica Linn ditambahkan pada 3 kelompok perlakuan, masing-masing dengan dosis 10, 15, dan 20 mg/mL, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ditambahkan apapun. Setiap kelompok terdiri atas 6 sampel. Setelah inkubasi selama 90 jam, viabilitas relatif sel diukur dengan 3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide (MTT), proliferasi sel diukur dengan 5-bromo2â??-deoxy-uridine (BrdU). Data dianalisis dengan menggunakan tes parametrik one way ANOVA yang dilanjutkan dengan analisis post-hoc.
Hasil: Viabilitas relatif sel pada kultur jaringan hipokampus tikus pascahipoksia dengan pemberian ekstrak akar kucing pada dosis 10, 15, dan 20 mg/mL lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kontrol (176,95%, 220,62%, 386,02% vs. 100%). Proliferasi sel pada kultur jaringan hipokampus tikus pascahipoksia dengan pemberian ekstrak akar kucing pada dosis 10, 15, dan 20 mg/mL lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kontrol (0,132; 0,117; 0,114 vs. 0,096).
Kesimpulan: Ekstrak Acalypha indica Linn dapat meningkatkan viabilitas relatif dan proliferasi sel pascahipoksia in vitro pada dosis 10, 15, dan 20 mg/mL. (Med J Indones 2011; 20:94-9)

Abstract
Background: This research was done to study the infl uence of Acalypha indica Linn root extract towards relative cell viability and proliferation as parameters of neurogenesis in post-hypoxic hippocampal tissue culture.
Methods Experimental in vitro study using 24 primary neuronal cell cultures obtained from adult Sprague Dawley rat exposed to hypoxia with 5% O2/5% CO2/N2 balance gas for 24 hours. Post-hypoxia, Acalypha indica Linn root extract was added at doses of 10, 15, and 20 mg/mL to 3 treatment groups. No treatment was given to the control group. Each group consists of 6 samples. After 90 hours of incubation, relative cell viability was measured by using 3-(4,5- dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide (MTT) examination, and cell proliferation was measured by using 5-bromo2â??-deoxy-uridine (BrdU) for cell proliferation. Data was analyzed using one way ANOVA parametric tests, then further analyzed with post-hoc analysis.
Results: The relative cell viability of rat hippocampal tissue culture treated with Acalypha indica Linn root extract with dose of 10, 15, and 20 mg/mL was signifi cantly higher than control (176.95%, 220.62%, and 386.02% vs. 100%). Cell proliferation of rat hippocampal tissue culture treated with Acalypha indica Linn root extract with dose of 10, 15, and 20 mg/mL was signifi cantly higher than control (0.132, 0.117, 0.114 vs 0.096).
Conclusion: Acalypha indica Linn root extract with doses of 10, 15, and 20 mg/mL can increase relative cell viability and proliferation in post-hypoxic hippocampal tissue culture. (Med J Indones 2011; 20:94-9)"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Theodorus Suwendi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efek pajanan suhu lingkungan terhadap proliferasi sel dan derajat nekrosis dari adenokarsinoma mammae Pada penelitian true experimental parallel design ini mencit mencit yang telah ditransplantasikan dengan adenokarsinoma mammae dibagi menjadi empat grup dengan masing masing grup dipajankan temperatur lingkungan dengan satu dari beberapa rentang suhu tertentu 20 220C 25 270C 32 340C dan 37 390C selama enam jam hari selama dua minggu Grup temperatur 37 390C dieksklusi karena semua subjek pada grup ini mati Analisis sampel berdasarkan metode AgNOR HE Dari hasil analisis AgNOR ditemukan terdapat perbedaan signifikan dalam hal respon proliferasi sel antara ketiga grup temperatur ANOVA p mAgNOR 0 000 p pAgNOR 0 000 Grup temperatur 32 340C menunjukkan respon proliferasi sel yang lebih besar dibandingkan dengan grup temperatur 20 220C Namun analisis HE gagal menunjukkan perbedaan signifikansi dalam hal respon derajat nekrosis antara ketiga grup temperatur nilai tes Mann Whitne Asymp Sig 2 tailed antara grup temperatur 20 220C dan kontrol 25 270C 0 241 dan nilai tes Mann Whitney Asymp Sig 2 tailed antara grup temperatur 32 340C dan kontrol 0 575 Studi AgNOR menunjukkan bahwa respon proliferasi sel adenokarsinoma mammae memiliki korelasi positif terhadap rentang temperatur Di lain pihak studi HE tidak menunjukkan adanya pengaruh temperatur terhadap derajat nekrosis adenokarsinoma mammae pada mencit

This research focuses on identifying the effect of environmental temperature exposure on cell proliferation & degree of necrosis of adenocarcinoma mammae. True experimental design (parallel) research was conducted in which the subjects (mice that have been transplanted with adenocarcinoma mammae) were divided into 4 groups with each group was exposed for 2 weeks (6 hours/day) to a environmental temperature of certain range; 20-220C, 25-270C, 32-340C, & 37-390C. In the process, the last group was excluded since all of the subjects in this group died. Sample analysis based on AgNOR & HE method was then done. From the AgNOR study, it was found that there is a significant difference in cell proliferation response between the remaining three temperature groups (ANOVA: p mAgNOR = 0.000; p pAgNOR = 0.000). The high temperature group (32-340C) shows greater cell proliferation compared to the low temperature group (20-220C). However, HE study failed to show significance in the necrosis response between the three temperature groups (Mann Whitney Test: Asymp. Sig (2-tailed) value between low & control group = 0.241; Asymp. Sig (2-tailed) value between control & high temp group = 0.575). In summary, AgNOR study shows that cell proliferation response in adenocarcinoma mammae shows a positive correlation with the temperature ranges. In contrast, HE study shows that temperature of any range has no effect on the degree of necrosis in mice with adenocarcinoma mammae.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Billy Septian Arinditya
"ABSTRAK
Amerika Serikat dalam mempertahankan hegemoninya menyebarkan
kekuatannya dengan cara membangun pangkalan militer di tempat-tempat
strategis di seluruh dunia termasuk di kawasan Timur Tengah. Keberadaan
pangkalan-pangkalan militer AS tersebut menimbulkan dilema keamanan bagi
negara-negara di sekitar pangkalan militer tersebut, khususnya Iran. Upaya Iran
berupa peningkatan kekuatan militer serta pengembangan nuklir. Untuk menjamin
rasa aman dari keberadaan Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah, Iran
melakukan peningkatan kekuatan secara agresif di masa pemerintahan Presiden
Ahmadinejad, termasuk dengan pengembangan teknologi nuklir. Tesis ini
bertujuan untuk menjelaskan hubungan Iran-Amerika Serikat pada masa
pemerintahan Ahmadinejad dan sebelum pemerintahan Ahmadinejad,
menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan Amerika Serikat mengancam untuk
menyerang Iran, dan menjelaskan mengenai strategi keamanan yang diterapkan
Iran untuk menghadapi ancaman serangan Amerika Serikat. Adapun metode
penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus yang merupakan pengujian
secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat
penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Security dilemma dalam
kebijakan yang diambil pemerintah Iran sangat jelas, seperti pada umumnya
pemerintahan negara lain di dunia yang menambah anggaran untuk pertahanan
mereka setiap tahunnya. Adapun strategi Iran dalam menghadapi kehadiran
Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah adalah dengan cara Iran melakukan
berbagai macam latihan militer, serta menambah jumlah pasukannya. Selain itu
juga menambah sistem angkatan persenjataan yang telah ada dan menjadi semakin
berkembang. Salah satu contoh persenjataan yang dikembangkan oleh Iran yaitu
dengan adanya nuklir yang dimana memicu semakin menegangnya hubungan
Amerika Serikat dan Iran. Konsep deterrence terkandung dalam strategi yang
digunakan Iran untuk menghadapi Amerika Serikat karena apabila ada pilihan
untuk memulai perang atau tidak memulai perang. Iran akan memilih untuk tidak
berperang selama Amerika Serikat tidak mewujudkan ancaman serangannya
menjadi tindakan nyata. Iran merancang strategi menghadapi ancaman serangan
Amerika Serikat dengan semua sumber kekuatan yang dimiliki Iran, seperti
pengembangan nuklir dan kekuatan militernya yang telah berkembang menuju
kekuatan terbesar di Timur Tengah.

ABSTRACT
United States in maintaining its hegemony spread its power in a way to build
military bases in strategic places around the world including in the Middle East
region. The existence of U.S. military bases that pose a security dilemma for
countries around the military base, especially Iran. Iran's efforts include
increased military power and nuclear development. To ensure the safety of the
U.S. presence in the Middle East, Iran has aggressively increased its strength in
the government of President Ahmadinejad, including the development of nuclear
technology. This thesis aims to explain the Iran-United States relations during the
reign of Ahmadinejad and before Ahmadinejad's government, explaining the
factors that led the United States threatened to attack Iran, and explained the
security strategies are implemented to deal with the threat of Iranian attack the
United States. The research method used is the case study method is a detailed
examination of one setting or one person or one place where the subject of the
document or the specific event. Security dilemma in which captured Iranian
government policy is very clear, like most other governments in the world which
adds to their defense budget every year. The Iranian strategy in the face of the
U.S. presence in the Middle East is the Iranian way of doing various kinds of
military exercises, as well as increasing the number of troops. It also increased
the force weapons systems that already exist and are becoming increasingly
growing. One example of weapons developed by Iran that is the presence of
nuclear triggers increasingly strained relations which the United States and Iran.
The concept of deterrence is contained in the strategies used to deal with Iran if
the United States because there is an option to start a war or start a war. Iran
would prefer not to fight for the United States do not realize the threat of attack
into action. Iran devise strategies for coping with the threat of a U.S. attack with
all the sources of power that Iran, like nuclear development and military power
that has grown to the greatest power in the Middle East."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41963
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"It is well known that nifedipine administration in hypertensive patients results in gingival hyperplasia. The aim of this study was to study the pattern of nifedipine-induced gingival hyperplasia, based on morphometric and histological changes as well as on PCNA (Poliferating Cell Nuclear Antigen) expression in the gingival epithelium. In total, 36 male Sprague Dawley rats at the age of 6 - 8 weeks were divided into nine experimental groups and three control groups. Each animal received daily DMSO (dimethyl sulfoxide) via oral intubation at a dosage of 0 (for control groups), 15, 30 or 60 mg/kg (experimental group) of body weight for 7, 21 or 42 days. After the animals were sacrificed, impression of the lower gingival tissue was taken to measure mesio-distal distance, lanio-lingual distance and papilla height. The number of blood vessels and the thickness of gingival epithelium were assessed from hematoxylin and eosin stained sections. Proliferative activity of the epithelial cells was determined by immunohistochemical analysis using PCNA monoclonal antibody. Significant increase in the mesio-distal and labio-lingual distance of the lower gingival tissue was detected morphometrically (p< 0.05). There were more blood vessels in the experimental groups than in the control groups, however there was no specific pattern based on the dosage or duration of nifedipine administration. On the other hand, significant differences were found in the gingival epithelial thickness and proliferative activity between the experimental and the control groups. PCNA-positive cells were observed in basal and suprabasal layers, but nearly none in lamina propria."
Journal of Dentistry Indonesia, 2004
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardo Ernesto Puimara
"ABSTRAK
Tesis ini membahas Kebijakan Korea Selatan terhadap krisis nuklir di semananjung Korea. Krisis nuklir yang terjadi, melibatkan dua negara yang berkonflik Amerika Serikat dan Korea Utara. Kemauan Korea Selatan untuk turut serta dalam penyelesaian konflik antara Korea
Utara dan Amerika Serikat adalah sangat beralasan, karena Korea Selatan sedang dalam upaya menciptakan reunifikasi Korea, sementara Amerika Serikat tetap menjadi sekutu tradisional Seoul. Walaupun Korea Selatan menyadari bahwa sejatinya krisis nuklir tersebut hanya dapat diselesaikan di Washington dan bukannya di Seoul. Dengan tetap
menjaga hubungan diplomatiknya dengan kedua negara yang berkonflik, Korea Selatan merespon konflik yang terjadi ini dengan kebijakan-kebijakan yang dapat dibahas dalam tesis ini.
Kerangka teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah konsep politik luar negri Korea Selatan yang terkandung dalam kebijakan kebijakan luar negeri yang mencerminkan tujuan negara ini dalam keputusan politik luar negerinya. Jenis penelitian penulisan ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil studi ini diharapkan tersedianya gambaran lengkap tentang kebijakan politik, ekonomi, dan
pertahanan keamanan Korea Selatan terhadap kedua negara yang berkonflik. "
2008
T 25108
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>