Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vitriani Sumarlis
Abstrak :
Beberapa data di luar maupun dalam negeri, menunjukkan terdapat prevalensi yang cukup besar (5-20%) mengenai siswa-siswa sekolah dasar yang mengalami kesulitan belajar. Mereka memiliki kecerdasan umum yang tergolong rata-rata atau di atas rata-rata namun tidak tertampilkan dalam prestasi belajar di sekolah. Prevalensi tersebut menandakan perlunya identifikasi dan penance nan bagi siswa berkesulitan belajar agar potensi dasar mereka dapat dioptimalkan. Identifikasi risiko kesulitan belajar sejak dini dapat dilakukan sebelum memasuki sekolah dasar, yaitu pada tingkat prasekolah. Identifikasi yang dapat dilakukan adalah dengan melihat tanda-tanda awal dari kesulitan belajar seperti perkembangan motorik, persepsi, bahasa atau atensi (Lerner, 2000). Sangat disayangkan, umumnya kesulitan belajar baru terdeteksi ketika siswa menginjak bangku sekolah dasar. Permasalahan-permasalahan belajar yang mereka alami pun seringkali telah bercampur dengan permasalahan perilaku dan keterampilan sosial. Masih terdapat perbedaan pendapat di antara para ahli mengenai aspek-aspek yang memberikan kontribusi terhadap risiko kesulitan belajar. Sebagian ahli ada yang mempercayai hubungan antara aspek motorik dan persepsi terhadap risiko kesulitan belajar (Lewandowski, dalam Blumsack dick, 1997; Trout, 1996). Sebagian ahli yang lain menolak peranan aspek motorik dan persepsi, dan mengutamakan peranan aspek bahasa pada risiko kesulitan belajar (Scarborough, 1990; Vellutino dkk, 2004). Ada pula yang berpendapat bahwa risiko kesulitan belajar berhubungan dengan ketiga aspek tersebut, di mana perkembangan anak-anak yang mengalami risiko kesulitan belajar pada ketiga aspek perkembangan motorik, persepsi dan bahasa terlambat bila dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Penelitian ini bertajuan untuk mengetahui kontribusi aspek motorik, persepsi dan bahasa secara bersama-sama terhadap risiko kesulitan belajar. Dari hasil yang diperoleh ingin diketahui pula aspek perkembangan apakah yang memiliki kontribusi paling besar terhadap risiko kesulitan belajar di tingkat prasekolah. Penelitian dilakukan pads 76 orang siswa TK Pembangunan Jaya dan TK Tumbur Ria, yang berusia antara tiga hingga tujuh tahun. Mereka duduk di bangku kelompok bermain hingga TK B. Para siswa tersebut diberikan serangkaian tugas yang mengukur kemampuan mereka pada aspek motorik, persepsi dan bahasa. Para guru yang mengajar para siswa tersebut pun diminta memberikan penilaian mengenai tingkat penguasaan siswa-siswa yang terlibat dalam penelitian ini terhadap keterampilan pra akademik membaca, menulis, dan berhitung. Penilaian guru digunakan sebagai instrumen untuk mengukur risiko kesulitan belajar karena dari beberapa hasil penelitian diketahui bahwa penilaian guru di tingkat taman kanak-kanak dapat meramalkan keberhasilan belajar di tahun-tahun pertama sekolah dasar (Mercer, 1997; Taylor dick, 2000) . Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kontribusi bersama antara aspek, motorik, persepsi dan bahasa terhadap risiko kesulitan belajar. Kontribusi yang terbesar adalah dari aspek persepsi terhadap risiko kesulitan belajar. Beberapa hasil tambahan juga diperoleh dari hasil penelitian ini. Saran yang diperoleh dari penelitian ini menyebutkan perlunya dilakukan penelitian longitudinal lanjutan untuk memantau perkembangan siswa di tingkat sekolah dasar. Mengingat instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan instrumen baru maka perlu dilakukan pembakuan instrumen. Saran praktis bagi guru dan orangtua juga diberikan guna meminimalkan risiko kesulitan belajar, maupun memberikan stimulasi yang berkaitan dengan pengembangan aspek motorik, persepsi, dan bahasa.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T17941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail Soleh
Abstrak :
Game online menjadi permainan yang sangat marak dan sangat digemari. Game online memungkinkan pemain untuk bertemu dengan berbagi orang dari berbagai wilayah dan dari berbagai kategori usia. Pada situasi ini anak posisi anak akan rentan menjadi korban cyber bulying maupun traditional bulying. Kegemaran anak bermain game online yang sudah mencapai tahap kecanduan juga akan mempengaruhi agresifitas, mempengaruhi kehidupan mereka di dunia nyata. Hingga melibatkan mereka pada tindak-tindak kenakalan seperti membolos sekolah, merokok, membohongi orang tua, mencuri, menggunakan kata-kata-kata kasar, serta memperburuk kondisi kesehatan mereka. Permasalahan tersebut kemudian dibahas dengan menggunakan kerangka pemikiran kenakalan anak, status offenses, disorganisasi sosial, perlindungan anak, dan hak-hak anak. Kemudian penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Peneliti menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data. Hasil penelitian ini menemukan adanya suatu kondisi dimana anak ketika pengawasan yang kurang serta control yang lemah dari orangtua dan pengaruh dari teman sebaya group mengakibatkan anak cenderung akan bermain dalam durasi yang lama dan mengakibatkan kecanduan game online dan efek tersebut membuat anak melakukan bolos sekolah,berbohong,mencuri,melakukan penipuan serta kesehatan tubuh yang tidak terjaga dan terbiasa menggunakan kata-kata kasar ketika terjadi interaksi sesama gamer.
Online games have become an emerging and well-liked kind of game. Online games allow players to meet and share with a lot of people from different regions and age categories. In this situation, children will be vulnerable of become the victim in both cyber and traditional bullying. Children‟s obsession in playing online games which have reached the stage of addiction also affects their aggression in the real world; skipping school, smoking, lying to parents, stealing, using offensive words, and resulting in their worsen health condition. This problem then discussed using children delinquency framework, offence status, social disorganization, child protection, and children rights. Then research is conducted with qualitative descriptive approach. Researcher used observation and in-depth interview techniques for data collecting. This research found that there is a condition in which children with less supervision, weak control from the parents, and peer group influence, have caused them to play online games in extensive duration; making them skipping school, lying, stealing, doing scam, bad health condition, and using crude words in the interaction among gamers.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Problematikan dan peningkatan kualitas mutu bagi perguruan tinggi merupakan dua hal penting yang perlu di perhatikan. Kanyataan menunjukkan bahwa selama ini perguruan tinggi tidak terlepas dari persoalan (problematika) yang berkenaan dengan tiga hal , yaitu: (1) masih rendahnya pemerataan dalam memperoleh pendidikan (2) masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penelitian berjudul hubungan antara Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku anak bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara pola asuh orangtua dengan perilaku anak. Lokasi penelitian di kabupaten Sleman. Teknik pengambilan sampel dengan mempergunakan purposive sampling, melalui teknik tersebut di tetapkan 30 responden Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan panduan wawancara. Adapun teknik analisis data dengan deskriptip kualitatif....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bakwin, Harry
Philadelphia: Saunders, 1972
618.928.9 BAK b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rogers, Bill
Jakarta: Grasindo, 2004
616.891 42 BIL b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Sopita
Abstrak :
ABSTRAK Skripsi ini membahas tentang sistem student conduct management dalam mengurangi pelanggaran peraturan sekolah yang dilakukan oleh siswa SMA Sugar Group. Tujuan dari penelitian ini diantaranya untuk menggambarkan persepsi siswa terhadap pelanggaran peraturan di SMA Sugar Group, menerangkan beberapa alasan siswa masih melakukan pelanggaran peraturan sekolah, menjelaskan peran student conduct management dalam mengurangi pelanggaran peraturan oleh siswa, menggambarkan makna peraturan bagi siswa SMA Sugar Group, menggambarkan makna student conduct management bagi siswa SMA Sugar Group serta menggambarkan pemahaman guru-guru SMA Sugar Group mengenai peran student conduct management. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem student conduct management belum dianggap efektif dalam menjalankan perannya yakni menekan jumlah pelanggaran peraturan yang dilakukan oleh siswa. Dikatakan belum efektif karena masih terdapat pelanggaran peraturan yang dilakukan oleh siswa yakni khususnya siswa kelas 10 dan kelas 11, alasan kedua sistem tersebut belum dianggap efektif karena pelanggaran berulang masih terjadi, selanjutnya adalah karena konsekuensi yang diberikan tidak dapat merubah nilai negatif menjadi positif, serta peran guru sebagai model bagi para siswa kurang maksimal.
ABSTRACT This thesis discusses the management system of student conduct in violation of school rules to reduce the high school students conducted by the Sugar Group. The purpose of this research to describe the perception among students of high school rule violations in the Sugar Group, explains some of the reasons students still violating school rules, clarify the role of management in reducing the student conduct policy violations by students, describing the meaning of the rules for high school students Sugar Group, describes the meaning of student conduct management for high school students understanding of the Sugar Group and describes the high school teachers Sugar Group on the role of student conduct management. This research uses a qualitative method of data collection techniques through in-depth interviews and observation. These results indicate that the student conduct system management is not considered effective in carrying out its role the press that the number of violations committed by students. Is not yet effective because there are still violations committed by the students, especially students in grade 10 and grade 11, the second reason the system is not considered effective because of repeated violations still occur, because the consequences that followed was rendered unable to change the negative into a positive value, and the role teacher as a model for students less than the maximum.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Saraswati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah menggambar dapat berperan sebagai strategi regulasi emosi anak Papua yang bersekolah di luar daerah, dengan melihat pengaruh menggambar sebagai distraksi dalam mengubah valensi emosi mereka, mempertimbangkan kelompok usia (middle childhood dan adolescence) dan preferensi menggambar. Sejumlah 45 anak Papua usia 10-15 tahun yang secara acak dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kondisi menggambar, yakni kelompok menggambar bebas (n = 23) dan mencontoh bentuk (n = 22), sebelumnya diberikan induksi emosi negatif dengan meminta mereka mengingat pengalaman negatif sebelum melakukan kegiatan menggambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan valensi emosi lebih besar secara signifikan pada kelompok menggambar bebas dibandingkan dengan kelompok mencontoh bentuk (F(1,43) = 6,237; p < 0,05; one-tailed). Kelompok usia ditemukan tidak memiliki efek pada perubahan valensi emosi (F(1,41) = 0,741; p > 0,05), begitu juga dengan preferensi menggambar (F(2,42) = 3,805; p > 0,05; R2 = 0,005). Dibandingkan dengan kelompok mencontoh bentuk, partisipan yang menggambar bebas mengalami peningkatan emosi positif lebih tinggi dan lebih menikmati kegiatan, karena kebebasan untuk berkarya mampu membuat emosi individu menjadi lebih positif, tanpa melihat kelompok usia maupun preferensi. Kemudian berdasarkan data yang terkumpul, didiskusikan pula pengelompokan tahap perkembangan artistik anak Papua dan tema yang muncul dalam cerita mereka.
ABSTRAK
This study aims to know whether drawing acts as emotion regulation strategy for Papuan children who are attending school away from home, by looking at the effect of drawing to distract in changing their emotional valence, considering their respective age groups and drawing preference. Forty children aged 10-15 randomly assigned to two groups, free-hand drawing (n=23) and copying shapes (n=22), were first given negative mood induction by asking them to recall a negative experience before completing drawing task. Results showed that emotional valence was changed significantly in the free-hand drawing group more than the copying shapes group (F(1,43) = 6,237; p < 0,05; one-tailed). Age group did not have an effect on the change (F(1,41) = 0,741; p > 0,05), so was drawing preference (F(2,42) = 3,805; p > 0,05; R2 = 0,005). Compared to the copying shapes group, emotional valence of the free-hand drawing group increased more and they also found more enjoyment in the task, for freedom to create is able to elevate individual?s emotional valence positively, without any differences found between age groups and level of drawing preference. Subsequently, based upon the collected data, the grouping of Papuan children?s artistic development and the themes found in their stories are discussed.
2016
S64256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Begg, Neil C.
New Zealand: Whitcombe & Tombs, 1972
155.422 BEG n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Altwaijri, Abdulaziz Othman
[Place of publication not identified]: ISESCO , 1997
364.36 Atl c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>