Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusuf Setiabudi
Abstrak :
Pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Listrik mengakibatkan kenaikan harga- kedua komoditas tersebut dan berdampak pada meningkatnya biaya produksi di banyak proses produksi sehingga memicu kenaikan harga jual barang-barang lain yang mengarah terjadinya inflasi. Naiknya harga'. barang secara umum tersebut juga disebabkan oleh naiknya biaya produksi yang dipicu oleh kenaikan upah pekerja yang tercermin dari naiknya Upah Minimum Regional (UMR). KULA (1998) mengajukan metode untuk mengetahui perubahan tingkat harga yang rasional sesuai dengan kenaikan biaya input, yang disebut Input Output Costing Model. Penelitiannya di Turki berdasarkan data Statistical National Account (SNA) 1992 menunjukkan prediksi tingkat inflasi yang lebih rendah dibanding kondisi nil untuk tahun 1996 serta mengidentifikasi sektor-sektor yang memperoleh keuntungan ekstra atau sebaliknya. Penelitian ini juga menggunakan metode 1-0 Costing Model untuk diterapkan pada perekonomian Jawa Tengah berdasar data tabel input-output tahun 2000. Untuk mengetahui sektor-sektor yang memperoleh keuntungan ekstra atau sebaliknya pada tahun 2001, dilakukan dengan membandingan indeks harga antara hasil analisis dengan IHPB dan IHK rill yang terjadi. Dengan mengasumsikan dan mensimulasikan tingkat harga yang terjadi tahun 2003, maka inflasi 2003 akan dapat diprediksikan. Prediksi infliasi tersebut dibandingkan dengan target inflasi sesuai dokumen perencanaan (Repetada), sehingga diperoleh kesimpulan berupa asumsi perubahan harga yang membatasi pencapaian target inflasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa selama periode tahun 2000-2001 terjadi perubahan harga BBM (32,09%), TDL (18,71%), UMR (32,43%), dan harga Impor (2,0%). Perubahan harga tersebut mengakibatkan perubahan harga sektor lainnya. Sebanyak 29 sektor memperoleh keuntungan ekstra, dimana keuntungan terbesar diperoleh sektor Industri Gula (25,20%), Padi (17,86%), Industri ' Penggilingan - Padi (16,50%), Industri Rokok dan Pengolahan Tembakau (12,66%), dan Industri Alat Angkutan dan Perbaikannya sebesar 10,99%. Sebanyak 4 sektor yang memperoleh keuntungan ekstra merupakan sektor pertanian 'dengan harga output yang masih dikendalikan Pemerintah melalui kebijakan tata niaga. Sehingga sampai pada batas ini, pemerintah dianggap terlalu tinggi menetapkan harga tersebut. Namun disisi lain, keuntungan ekstra yang diperoleh sektor pertanian clan industri pertanian tersebut, tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan petani penghasil. Sehingga diduga masih ada mata rantai distribusi yang menikmati laba ekstra antara Pedagang Besar Pertama dengan petani penghasil. Sedang sektor lainnya, harga yang tinggi tersebut disebabkan tingginya mark up yang diraih pengusaha. Sebanyak 7 sektor menerima harga output dibawah harga yang wajar, dengan sektor Industri Mesin dan Perlengkapan Listrik menerima harga terendah sebesar 3,66% dibawah harga wajar. Namun dengan struktur produksi yang didominasi input produksi berasal clad out-put sektor perdagangan serta sepertiga total input berasal dari impor, maka selisih harga yang relatif tidak besar tersebut (dibanding rata-rata 36 sektor) dapat mengindikasikan perlunya pembenahan sektor perdagangan, khususnya pasar input industri tersebut. Semakin banyak sektor yang memiliki selisih dengan rata-rata perbedaan harga tersebut, akan memicu pergerakan perusahaan dari sektor yang menerima harga dibawah harga yang wajar ke arah sektor yang memperoleh laba ekstra, sehingga dapat mengancam stabilitas perekonomian. Akibat kenaikan harga tahun 2000 berupa BBM, TDL, Nilai Tukar, dan UMR, diperkirakan mengakibatkan inflasi 8,24% (berdasar Indeks Harga Perdagangan Besar/IHPB) yang lebih rendah 4,49% dari inflasi riil sebesar 12,73%. Sumbangan inflasi tahun 2001 yang terbesar adalah perubahan harga Upah Minimum Provinsi (UMP) yaitu sebesar 7,18%. Berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK), prediksi inflasi sebesar 7,89%, yang Iebih' rendah 4,74% dari inflasi Kota Semarang sebesar 12,63%. Hasil simulasi model untuk tahun 2003 menunjukkan bahwa target inflasi sesuai dengan dokumen Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada) ]awa Tengah 2003 sebesar 9,90% akan tercapai dengan asumsi : harga BBM sama dengan harga tahun 2002, nilai tukar US $ 1 sebesar Rp 8.500, TEL Iayak ekonomi sebesar US$ 7 sen/KWh (dengan asumsi nilai tukar US$ 1 = Rp 8.500, dan tercapai pada tahun 2003), UMR sebesar Rp. 400.000/bulan/pekerja, dan peningkatan perolehan pajak tidak Iangsung rata-rata 10%/tahun. Namun apabila mempertimbangkan hasil analisis tahun 2001 yang menunjukkan hasil prediksi lebih rendah dari inflasi riil dan selisihnya digunakan sebagai angka koreksi, maka tingkat inflasi yang terjadi berdasar harga konsumen akan melampaui target inflasi sebesar 0,32% (tingkat inflasi mencapai 10,42%), walaupun dengan pendekatan HPB masih tetap dibawah 2 digit. Berdasarkan pertimbangan data yang digunakan dalam analisis, maka perhitungan dengan menggunakan HPB lebih kecil biasnya. HPB hanya menggunakan sebagian data HPB Nasionai, sementara Harga Konsumen menggunakan pola pengeluaran RT sesuai SNSE Indonesia 1999.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T12575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amroussy Djaja Teruna Marsis
Abstrak :
ABSTRAK Didapatkan informasi dari hasil penelitian ini inflasi harga rata-rata bahan makanan di RSU Al-Kamal baru mencapai 9,97 % setelah 2 tahun 3 bulan. Sedangkan dampak inflasi harga rata-rata tersebut memberikan kontribusi kenaikan total biaya pada periode akhir penelitian ini besarnya 11,33 % total biaya periode basis . Sementara kewajaran harga dengan substitusi harga survai RS Benchmarking - nya RSU Al-Kamal yaitu RSUD PR, ternyata harga RSU Al-Kamal lebih menghemat total biaya sebesar 6.57 % total biaya basis dibandingkan dengan menggunakan substitusi harga RSUD PR. Sayangnya pada peneltian ini tidak dilakukan substitusi harga dengan RS Benchmarking dari swasta dengan kriteria terbaik berdasarkan Neraca dan Laporan Sisa Hasil Usaha / Rugi Laba. Dengan substitusi harga berbagai sumber pasar ternyata harga " Makro " memang lebih hemat dari harga RSLT Al-Lanni dengan perbedaan senilai - 18.63 % total biaya basis, pasar tradisional lebih hemat dengan perbedaan senilai - 15.76 % total biaya basis, dengan " Tip Top " lebih hemat dengan perbedaan senilai -9.17 %, dengan "Ramayana" lebih hemat senilai -8.46 %. Sayangnya pada penelitian dengan substitusi harga survai Pasar ini tidak memperhitungkan perbedaan biaya pemesanan satu sama lainnya. Bervariasinya nilai efisiensi kontribusi penggunaan terhadap total biaya belanja bahan, terhadap produksi pelayanan makanan dan sasaran pelayanan makanan pada tiap periode : Pada Juli Agustus September 1996 nilai efisiensi penggunaan bahan makanan untuk produksi inefisien dengan nilai 0.64 % total biaya basis sementara sasaran keseluruhan naik 2.67 % sasaran periode basis. Sedangkan pada periode Juli Agustus September 1996 lebih efisien dengan nilai - 8.1 % total biaya sementara sasaran pelayanan makanan keseluruhan turun - 4.09 %. Sedangkan pada periode April Mei Juni 1997 lebih efisien namun nilainya cuma - 0.06 % sementara sasaran pada waktu itu naik 0.06 %. Dapat diinterpretasikan adanya kecenderungan dalam penggunaan bahan makanan Instalasi Gizi RSU Al-Kamal lebih cost efissien dalam situasi penurunan jumlah sasaran pelayanan. Sebagai saran penggunaan metode indeks harga ini dilanjutkan dan dilakukan pada keseluruhan bahan belanja operasional lainnya seraya melengkapi keterbatasan pada penelitian ini. Hasil pengukuran hendaknya didiskusikan dengan segenap karyawan untuk meningkatkan Cost Awareness segenap karyawan rumah sakit untuk meningkatkan efisiensi rumah sakit termasuk efisiensi belanja bahan operasional rumah sakit dengan tanpa mengurangi mutu dan penerimaan pelayanan rumah sakit oleh karyawan rumah sakit. Agar kelak rumah sakit dapat meraih keunggulan kompetitif dengan dukungan segenap karyawannya bagi kemajuan rumah sakit dan kemajuan mereka.
ABSTRACT
Average of inflation rate of food supply purchasing price in this research to Al-Kamal Hospital below 9.97 % as long as two years three months since the base period or the first quarter of 1995. The contribution of the current inflation of total cost in the same period are 10.19 % of total cost in the base period. Meanwhile the level price in the current period with the substitution of survey benchmarking Al-Kamal Hospital with Pasar Rebo Jakarta Public Hospital (Pasar Rebo Hospital), actually Al-Kamal Hospital food supply price more efficient around of 6.57 % of the total cost Al-Kamal Hospital for dietary purchasing supply in the base period if compared with the substitution price of Pasar Rebo Hospital in the same current period. Unfortunately in this research did not applied price substitution with benchmarking private hospital with the best criteria that shown in the financial statement (balance sheet and profit or loss statement). It is recommended for the next time survey to the other surveyor. Substitution price of several market showed that "Makro" price more efficient than the Al-Kamal Hospital food supply price, the difference around .-18,63 % of total cost in the base period. The Traditional Market price more efficient than the Al-Kamal food supply purchasing price, the difference around ? 15,76 % of the total cost price in the base period. The `Tip Top' market price more efficient than the Al-Kamal food supply price, the difference around -9.17 % of the total cost price in the base period. The "Ramayana" market price more efficient than the Al-Kamal food supply price, the difference around - 8.46 % of the total cost price in the base period. Unfortunately, no order cost were included in substitution price in the market survey. It is recommended for the next survey to compare order cost too. The contribution of efficiency value are variance upon the total cost price for each period , such as : in July, August and September 1996 efficiency value of usage food compare with total value of production food were inefficiency around 0.64 % of total cost in the base period, meanwhile the objective of total consumer daily increased 2.67 % in the same period. Than in July, August and September 1996 efficiency value of usage food compare with total value of production food were efficiency around - 8.1 % total cost price in the base period, meanwhile the objective of total consumer daily decreased - 4.09 %. Than in April, May and June 1997 efficiency value of usage food compare with total value of production food were efficiency only - 0.06 % of total cost price in the base period, meanwhile the objective of total consumer daily increased 0.06 %. It could be interpreted that the use of total cost price in usage food supply for production food more cost efficiency in the decrease of total consumer daily than the increased of total consumer daily. The recommendation of the price index method in this survey could be continued not limited hut to all of the hospital purchasing material supply. The result of total cost, price, usage, production and consumer daily measurement with price index method have to be discussed to all employee involved in the hospital, to increase their Cost Awareness to the development of the hospital efficiency included efficiency in purchasing material supply without decrease in quality and delivery of hospital services by them self; to reach the best competitive advantage for them and their hospital, etc. References : 19 (1977 - 1996)
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liestyowati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan pertama mengetahui dan menganalisa pengaruh faktor BETA, DER, EPR, L.N.ME dan PBV terhadap R saham di BEJ periode sebelum krisis dan selama krisis.

Kedua mengetahui dan menganalisa ada tidaknya perbedaan pengaruh faktor BETA, DER, EPR, L.N.ME, dan PBV terhadap R antara dua periode tersebut.

Berdasarkan CAPM pengaruh BETA terhadap return adalah positif. Sementara studi empiris ditemukan adanya kontradiksi pada model CAPM : Basu (1977) menemukan pengaruh EPR terhadap return adalah positif. Stattman (1980) ; Rosenberg(1985) dan Fama & French (1992) menemukan pengaruh BE/ME terhadap return adalah positif ( pengaruh negatif PBV terhadap return ), Benz (1981); Reinganum (1981); Brown dkk.(1983) dan Fama & French (1992) menemukan bahwa leverage punya pengaruh positif terhadap return.

Sementara Fama & French (1992) dalam penelitian yang sama tanpa ada uji pembedaan menemukan ada perbedaan pengaruh faktor Beta, Size dan Be/Me terhadap return secara individual antara periode 1963-1976 dan periode 1977-1990, begitupun penemuan Davis periode observasi antara Januari 1941)-1962 dan Pebruari-Desember 1940-1962. Penelitian di Indonesia dilakukan Suiastri, 1999 yang menguji perbedaan pengaruh beta (risiko) terhadap return antara periode sebelum dan selama krisis, hasilnya adalah ada perbedaan yang signifikan pada pemodal domistik.

Berdasarkan studi empiris tersebut maka hipotesa pertama dalam penelitian ini adalah ada pengaruh positif yang signifikan faktor BETA, DER dan EPR terhadap R, ada pengaruh yang negatif yang signifikan faktor ME dan PBV terhadap R, dan hipotesa kedua, adalah ada perbedaan pengaruh faktor BETA, DER, EPR, LN. ME dan PBV terhadap R antara periode sebelum dan selama krisis.

Metode penelitian melalui beberapa tahap pertama seleksi sampel yaitu saham teraktif dan mempunyai market equity besar selama periode observasi sebelum krisis dan selama krisis (Januari 1995 - Juli 1999). Tahap kedua merupakan analisis pengaruh faktor BETA, DER, EPR, LN. ME, dan PBV terhadap R periode sebelum, selama krisis dan gabungan. Dan tahap ketiga adalah analisis uji perbedaan pengaruh faktor BETA, DER, EPR, LN. ME, dan PBV terhadap R - antara periode sebelum dan selama krisis. Ketiga tahap ini dilakukan terhadap data observasi sebelum dan setelah dikeluarkan data yang tidak normal (outlier). Pada analisa setelah outlier dikeluarkan juga dilakukan analisa terhadap variabel Leverage dan BE/ME.

Hasil penelitian sebelum outlier dikeluarkan adalah pertama dari analisis pengaruh secara individual ditemukan faktor paling signifikan berpengaruh terhadap return pada periode sebelum krisis, selama krisis dan periode gabungan masing-masing EPR(0.0008,**), PBV(-0.032,***) dan BETA (0.058,***). Variabel DER merupakan faktor paling tidak berpengaruh dan tidak signifikan selama periode observasi. Sedang dari analisis pengaruh pada regresi cross section berganda ditemukan bahwa diantara faktor lainnya variabel DER paling tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap R. Ditemukan ada indikasi multikolinier antara variabel EPR dan Ln. ME. Maka dibentuk model regresi dengan mengeluarkan variabel DER dan Ln. ME hasilnya adalah terjadi model regresi yang signifikan secara partial dan keseluruhan pada periode sebelum, selama dan gabungan dengan nilai Finasing -masing 2.323T, 23.65*** dan 11.088***.

Uji perbedaan pengaruh dengan variabel dummy secara individual ditemukan faktor-faktor yang signifikan mempunyai pengaruh yang berbeda antara periode sebelum dan selama krisis yaitu EPR (***}, LN.ME (*) dan PBV(*). Uji perbedaan pengaruh dengan uji dummy secara berganda ditemukan faktor - faktor yang signifikan mempunyai pengaruh yang berbeda antara periode sebelum dan selama krisis yaitu EPR (***) dan PBV(**).

Hasil penelitian setelah outlier dikeluarkan adalah pertama dari analisis pengaruh secara individual ditemukan diantara faktor BETA, DER, EPR, LN. ME, dan PBV LEV. dan BE/ME, faktor yang paling signifikan berpengaruh terhadap R pada periode sebelum krisis adalah BETA (*) dan EPR(*). Sedang dari analisis pengaruh pada regresi cross section berganda ditemukan tidak satupun variabel tersebut berpengaruh dan tidak signifikan terhada R.

Uji perbedaan pengaruh dengan variabel dummy secara individual ditemukan hanya faktor BETA yang signifikan mempunyai pengaruh yang berbeda antara periode sebelum dan selama krisis. Dan secara berganda ketika model regresi dibentuk dengan variabel independen BETA, DER, EPR, LN. ME, dan PBV ditemukan semua variabel punya pengaruh yang berbeda antara periode sebelum dan selama krisis, kecuali PBV. Sedang ketika model regresi dibentuk dengan variabel independen BETA, EPR, LN. ME, LEV. dan BEIME hasilnya adalah hanya variabel EPR signifikan mempunyai pengaruh yang berbeda antara periode sebelum dan selama krisis terhadap R.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada faktor lain selain BETA yang selalu konsisten dan signifikan mempengaruhi return saham di BED yaitu EPR. Pengaruh kedua faktor terhadap return ini adalah signifikan berbeda antara periode sebelum dan selama krisis.
Depok: 2000
T3939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syarif Munawi
Abstrak :
Transaction costs are important in determining investment performance and can substantially reduce or possibly outweigh the expected value created by an investment strategy. Despite the increasingly prominent role of transaction costs in both practice and research, estimates of transaction costs are not always available or, where available, subject to considerable expense and error.

This research proposes a new method of obtaining estimates of transaction costs using Limited Dependent Variable (LDV) Model in Jakarta Stock Exchange (JSX) over the time period 1995-1996. The primary advantage of this model is that it requires only the time series of daily security return, market index return and foreign exchange return, making it relatively easy and inexpensive to obtain estimates of transaction cost for all firms for which daily security return are available.

The premise of this model is that if the value of information signal is insufficient to exceed the costs of trading, then marginal investor will either reduce trading or not trade, causing zero return. This model of transaction costs is based on the number of zero returns. A security with high transaction costs will have less frequent price movements and more zero returns than a security with low transaction cost.

This research finds that zero returns are very frequent. As much as 79,216% of the smallest market capitalization-based firm's daily security returns are zero during a year, and for the largest market capitalization-based firms, 17,682% of the daily security returns are zero. The proportions of zero returns are inversely related to market capitalization at 0,01 level of significance. These proportions are highly correlated (-0,9878) with market capitalization.

The estimates of effective round-trip transaction costs obtained from the LDV model range from 1,1038% for smallest market capitalization-based firms to 12,317% for the Iargest market capitalization-based firms. The transaction costs are inversely related to market capitalization at 0,01 level of significance. These estimates have an -1 correlation coefficient with market capitalization. Based on these findings, I am assured that LDV model can be employed in estimating transaction costs in Jakarta Stock Exchange over the time period 1995-1996.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Novita
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan timbal balik antara nilai tukar rupiah terhadap dolar dengan indeks harga saham baik secara agregat maupun sektoral. Dengan tujuan ini maka dilakukan analisis dengan metode Vector Autoregressive (VAR) menggunakan data harian untuk periode waktu 24 Januari 2001 - 18 Suni 2004. Terdapat tiga model yang akan dianalisis yaitu model 1 yang melibatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar dengan indeks harga saham gabungan (IHSG), model 2 yang melibatkan nilai tukar rupiah dengan indeks harga saham sektor pertambangan dan model 3 yang melibatkan nilai tukar rupiah dengan indeks harga saham sektor aneka industri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel yang diamati tidak stasioner pada level dan mencapai stasioner pada level first difference atau 1(1). Walaupun mempunyai orde integrasi yang sama ternyata kedua variabel untuk masing-masing model tidak berkointegrasi baik menurut metode Augmented Engle Granger maupun Johansen's Cointegration Test. Dengan demikian pemodelan yang digunakan adalah VAR untuk first difference. Dan ketiga model VAR diketahui bahwa untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar selain dipengaruhi oleh pergerakan dari nilai tukar hari-hari sebelumnya juga dipengaruhi oleh pergerakan indeks harga saham (ceteris paribus). Sebaliknya untuk indeks harga saham yang berpengaruh secara signifikan hanya pergerakan dari indeks hari-hari sebelumnya. Hasil ini diperkuat oleh innovation accounting baik untuk Variance Decompositions (VIX's) maupun Impulse Re.sponse !''unction (IRE). Deegan demikian untuk periode data pada penelitian ini, indeks bisa menjadi leading indicator bagi nilai tukar sesuai dengan Por(f olio Balance Approach.
The aim of this research is to test whether there are the causal relation and dynamic interactions between stock indices and exchange rate for composite and sector indices. To achieve that goal, we employ Vector Autoregressive (VAR) method for daily lime series data from January 240, 1997 until June 180, 2004. We analyze three models, those are between composite indices and exchange rate, mining indices and exchange rate and the rest between miscellaneous indices and exchange rate. In this research, we find that both of variables are stationary for the first difference or 1(1). Although the two of variables have the same of order integration but they don't integrated each other based on Augmented Engle Granger method and Johansen's Cointegration Test. VAR models show that movement of exchange rate is significantly influenced by the movement of exchange rate previously and the movement of stock indices. The other way shows that movement of stock indices is significantly influenced only by the movement stock indices. Those result are supported by Variance Decompositions (VDCs) and Impulse Response function (IRF). For the sample period, we find that stock indices can be leading indicator for exchange rate (ceteris paribus), which appropriate with Portfolio Balance Approach.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20438
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Pamungkas
Abstrak :
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah model persamaan hubungan antara faktor-faktor EVA dalam pengelompokan indeks saham pada Jakarta Islamic Index (III) di Bursa Efek Jakarta (BED adalah signifikan dan dapat diterima. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor EVA apa yang paling dominan mempengaruhi pengelompokan indeks saham, serta untuk mengetahui keakuratan model persamaan regresi logistik dalam memprediksi kelompok indeks saham. Hasil penilitian terhadap 23 sampel perusaaan publik yang terdaftar di BET, masing-masing diambil 14 perusahaan dari kelompok saham III (60,87%) dan 9 perusaaan dari kelompok Non-JII (39,13%). Data untuk uji estimasi adalah 67 data (Desember 2002 - Desember 2004), yaitu terdiri dari 42 data dari indeks saham kelompok saham HE (63%) dan 25 data dari indeks saham kelompok Non-RI (37%). Sedang data untuk untuk uji validasi, data yang digunakan berjumlah 22 data (Desember 2005) terdiri dari 13 data dari indeks saham kelompok saham HI (59%) dan 9 data dari indeks saham kelompok Non-MI (41%). Variabel tidak bebas adalah kelompok indeks saham TII dan Non-TII, sedang variabel bebas adalah NOPAT (XI) adalah merupakan Iaba operasi bersih setelah pajak, WACC_Liability (X2) yaitu biaya hutang, WACC_Equity (X3) yaitu biaya ekuitas. Hasil penelitian analisis model regresi menunjukkan bahwa uji G didapatkan nilai chi-square x2a,P = 13,026 dengan (P) df = 8 dan a = 0,111, bila dibandingkan dengan nilai statistik dengan a = 0,05 (x2a,P = 15,507) didapat bahwa nilai x2a,P penelitian < x2a,P statistik, maka model persamaan menjadi tidak signifikan. Dad uji valid diperoleh tingkat signifikansi masing-masing ; NOPAT (Xi) 1,10%, WACC_Liability (X2) 54,9% dan WACC_Equity (X3) 16,4%, fator NOPAT merupakan variabel yang signifikan berpengaruh terhadap model. Dan uji odd ratio didapat bahwa variabel bebas WACC_Equity (X3) dengan nilai exp(B) sebesar 8,151 dan nilai koefisien slope(B) sebesar 2,098 merupakan prediktor peringkat pertama yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap pengelompokan indeks saham. Pala predict of power, hasil keakuratan model persamaan (estimasi), pada cut offpoint = 0,63 (rasio) ternyata ditemukan "cukup akurat", yaitu dengan correct estimates sebesar 74,60%. Dilanjutkan pada tataran uji keakuratan sampel validasi dengan cut off point = 0,60 (rasio) dengan nilai correct estimates meningkat menjadi 77,30 % "sangat akurat", sehingga secara statistik pendekatan model analisis regresi logistik yang terbentuk mampu memprediksi secar akurat pengelompokan indeks saham HI dan Non-]II pada BET.
ABSTRACT The objective of this study is to prove whether or not the model of equation of relation between EVA factors in grouping capital index on Jakarta Islamic Index (JII) in Jakarta Stock Exchange (BE]) is very significant and acceptable. The other objective is to know which EVA Factors are the most dominant in influencing capital index grouping, and to know the accuracy of logistic regression equation model in predicting capital index group. The study was carried out twenty three samples of public companies registered in BEJ which are taken from fourteen companies from JII capital group (60,87 %) and nine companies from Non-JII (39,13%). For the estimation test we took 67 data (December 2002 - December 2004) consisting of 42 from capital index of JII capital (63 %) and 24 data from capital index of Non-HI (37 %). Meanwhile the data for validation test namely data used, is 22 data (December 2005) consisting of 13 data from capital index of DI capital (59 %) and 9 data from capital index of Non-1H (41 %). The dependent variable is III and Non-JII capital index, whereas independent variable is NOPAT (XI) which constitutes net operation profit after tax, WACC Liability (X2) is loan expense, WACC_Equity (X3) is equity expense. The result of regression model analysis shows that G test has the value of chi-square x2a,P = 13,026 where (P) df = 8 and a = 0,111, compared with statistic value of a = 0,05 (x2a,P = 15,507) resulting that x2a,P value of the study < x2a.,P statistic, so the equation model is not significant. The wald test shows that each significant level are NOPAT (xi) 1,10%, WACC Liability (X2) 54,9% and WACC_Equity (X3) 16,4%, the NOPAT factor is significant variable which is influential to the model. From the odd ratio test, it is apparent that independent variable WACC_Equity (X3) with exp(B) value of 8,151 and co-efficient value of slope(B) as much as 2,098 constitutes the first level predictor which has the most dominant influence to capital index grouping. In the predict ofpower, the result of the accuracy of equation model (estimation), on cut off point = 0,63 (ratio) is "quite accurate", that is with correct estimation of 74,60%. On the level of validation sample accuracy test with cut off point = 0,60 (ratio) with correct estimation value increasing to 77,30% "very accurate", statistically logistic regression analysis model established can predict accurately JIl and Non-n capital index classification in BEJ.
2007
T20487
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Mujahadah
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai integrasi pasar saham negara kawasan Uni Eropa, NAFTA dan Asia. Pasar saham yang menjadi objek penelitian adalah Inggris, Perancis, Jerman, Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Hongkong, China, Jepang dan Korea Selatan. Periode penelitian dari Januari 2008 sampai Desember 2016. Metode yang digunakan adalah uji akar unit, uji kointegrasi, Vector Autoregressive (VAR), Impulse Responses Function dan uji kausalitas Granger. Hasilnya menunjukkan bahwa pasar saham Amerika Serikat dan China memiliki pengaruh yang besar dibandingkan dengan pasar saham lain. ......This study examines the integration of European Union, Nafta and Asia stock markets. These countries include, England, France, German, USA, Canada, Mexico, Indonesia, Malaysia, Singapore, Phillipines, Thailand, Hongkong, China, Japan and South of Korea peiod starting from January 2008 to December 2016. Unit root, Co-integration test, Vector Autoregressive (VAR), Impulse Responses Function and Granger Causality Test are employed. The results showed that USA and China stock markets have significant impact with others stock market.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T49825
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Shauqi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kebijakan perubahan satuan perdagangan terhadap minat investor domestik ritel. Pengujian dilakukan dengan menggunakan regresi berganda dan panel data dengan sampel sebanyak 308 perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia yang dibagi menjadi dua kelompok harga, yaitu di atas dan di bawah Rp 200. Penelitian dilakukan selama periode 3 bulan sebelum dan 3 bulan sesudah kebijakan. Pengujian ini didukung dengan harga, volatilitas dan likuiditas sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perubahan lot saham memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepemilikan saham oleh investor domestik ritel pada harga saham di bawah Rp 200. Harga saham menjadi faktor yang dominan dalam menentukan kepemilikan saham. Sementara volatilitas dan likuiditas tidak dapat dijadikan dasar bagi para investor domestik ritel dalam memilih saham. ...... The objective of this research is to analyze the implementation of lot size changes policy for domestic retail investor. This research uses multiple regressions and panel data from 308 companies listed in Indonesia Stock Exchange take as a sample which divided into two prices group, below and over Rp 200. The research is using data 3 months before and after the policy. Price, volatility and liquidity are taken as control variables. The result shows that the policy has a significant effect for domestic retail investor in stocks price below Rp 200. Price become a dominant factor for investor choosing their stocks. Meanwhile volatility and liquidity cannot be used as a basis of why domestic retail investors choose to invest in those stocks.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnins Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martino Harjono
Abstrak :
Model bisnis yang unik, aset tangible yang relatif kecil, dan aset intangible yang besar membuat perusahaan media sosial sulit untuk dinilai. Aset intangible perusahaan media sosial mencakup jumlah pengguna gratis yang secara tidak langsung akan menambah pendapatan mereka melalui partner-partner yang ingin menyerap pasar dalam dunia internet. Baru-baru ini perusahaan media sosial yang masih muda Twitter Inc. melakukan IPO dalam kondisi keuangan yang masih merah dan historikal keuangan yang tidak stabil. Penelitian ini berupa studi kasus untuk melakukan valuasi harga saham pada Twitter Inc. Valuasi dilakukan dengan metode Discounted Cash Flow dengan melakukan beberapa penyesuaian dan asumsi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada skenario pertumbuhan yang lambat harga saham Twitter adalah $19.46, skenario pertumbuhan normal harga saham Twitter adalah $30.34, dan skenario pertumbuhan cepat harga saham Twitter adalah $46.53. ......Unique business model, relative small tangible assets, and large intangible assets make social media companies difficult to assess. Intangible assets cover free users that will indirectly add to their revenue through partners who want to tap into the internet market in the world. Recently, Twitter Inc. as a young social media company perform an IPO in still red financial condition and unstable financial history. This research is a case study to conduct valuation at Twitter Inc. Valuation carried out by the Discounted Cash Flow method with some adjustments and assumptions. The results revealed that in slow growth scenario Twitter stock price is $ 19.46, normal growth scenario Twitter stock price is $ 30.34, and rapid growth scenario Twitter stock price is $ 46.53
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estie Nurina
Abstrak :
[ABSTRAK
Perkembangan IHSG yang masih fluktuatif semenjak terjadinya krisis keuangan dan ekonomi pada tahun 2008 membuat para investor pun mulai memperhatikan instrumen investasi yang akan mereka pilih dan investasi yang akan memberikan keuntungan paling optimum. Oleh karena itu, investor perlu memperhatikan metode yang digunakan untuk memilih saham dan bagaimana membangun portofolio investasinya secara optimal untuk mengoptimalkan tingkat imbal hasil investasi dan mengurangi sekecil mungkin risiko yang dihadapi. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berusaha untuk menggambarkan dan membandingkan kinerja portofolio pada saham indeks LQ45 dengan Model Black-Litterman Pada PT Mandiri Sekuritas Tbk dan PT Bahana Securities Tbk sebagai perusahaan sekuritas yang sangat aktif di Indonesia selama periode Agustus 2009 ? Juli 2014. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan obyek penelitiannya adalah enam belas saham yang selama periode penelitian secara berturut-turut selalu masuk ke dalam daftar indeks LQ45 dan memiliki data yang lengkap selama periode penelitian. Dalam menganalisis kinerja portofolio optimal pada saham indeks LQ45, penelitian ini melakukan seleksi saham dengan metode Single-Index Model metode Cut-Off Rate. Saham-saham hasil seleksi ini kemudian dioptimasi dengan Black-Litterman Model dimana return equilibrium yang dipakai berasal dari hasil perhitungan model tiga faktor Fama dan French dan menggunakan target/fair price PT Mandiri Sekuritas Tbk dan PT Bahana Securities Tbk sebagai private views-nya, yang kemudian hasil kinerja portofolio kedua perusahaan tersebut dibandingkan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa portofolio optimal pada PT Mandiri Sekuritas Tbk memiliki kinerja dan return yang lebih baik dibandingkan portofolio PT Bahana Securities Tbk namun secara statistik dengan menggunakan uji t berpasangan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja portofolio kedua perusahaan sekuritas tersebut. Meskipun kinerja portofolio PT Mandiri Sekuritas Tbk lebih tinggi, ternyata risiko yang dimiliki portofolio ini pun juga besar karena menunjukkan dari hasil perhitungan Black-Litterman Model, nilai standard deviasi, beta dan risikonya lebih besar dibandingkan portofolio pada PT Bahana Securities Tbk.;
ABSTRACT
The Jakarta Composite Index is still have flluctuative movement sincethe financial and economic crisis in 2008. Hence, the investor need to recognize the method used to select the stock s and how to build optimal portfolio to optimize the return on investment and reduce the risk faced by the smallest possible. In addition, this research was conducted to describe and compare the optimum portofolio performance in index shares of LQ45 between PT Mandiri Sekuritas Tbk and PT Bahana Securities Tbk with Black-Litterman Model for period August 2009 until July 2014. This research was conducted by using quantitative research method and the object of this research was sixteen stocks that during the research period in a row was always entered into the list of LQ45 index. In analyzing the optimum portofolio performance in index shares of LQ45, this research was selected the stocks by using Single-Index Model with cut-off rate. Stocks of the selection results are then optimized by using Black-Litterman method. In addition to comparing the performance of both methods, this research also compared the performance between these two securities companies. The results of this research showed that optimal portfolio from PT Mandiri Securities Tbk had better performance and return than the portfolio from PT Bahana Securities Tbk but there was no significant difference statistically using paired t test was between the portofolio performance of these two securities companies. Although the portfolio performance of PT Mandiri Securities Tbk was higher, it turns out the risk of the portfolio was also great because it showed from the calculation of the Black-Litterman model, the value of the standard deviation, beta and the risk was greater than the portfolio at Bahana Securities Tbk. , The Jakarta Composite Index is still have flluctuative movement sincethe financial and economic crisis in 2008. Hence, the investor need to recognize the method used to select the stock s and how to build optimal portfolio to optimize the return on investment and reduce the risk faced by the smallest possible. In addition, this research was conducted to describe and compare the optimum portofolio performance in index shares of LQ45 between PT Mandiri Sekuritas Tbk and PT Bahana Securities Tbk with Black-Litterman Model for period August 2009 until July 2014. This research was conducted by using quantitative research method and the object of this research was sixteen stocks that during the research period in a row was always entered into the list of LQ45 index. In analyzing the optimum portofolio performance in index shares of LQ45, this research was selected the stocks by using Single-Index Model with cut-off rate. Stocks of the selection results are then optimized by using Black-Litterman method. In addition to comparing the performance of both methods, this research also compared the performance between these two securities companies. The results of this research showed that optimal portfolio from PT Mandiri Securities Tbk had better performance and return than the portfolio from PT Bahana Securities Tbk but there was no significant difference statistically using paired t test was between the portofolio performance of these two securities companies. Although the portfolio performance of PT Mandiri Securities Tbk was higher, it turns out the risk of the portfolio was also great because it showed from the calculation of the Black-Litterman model, the value of the standard deviation, beta and the risk was greater than the portfolio at Bahana Securities Tbk. ]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>