Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rovida Camalia Hartantrie
Abstrak :
ABSTRAK
Ketersediaan sumber energi terutama energi fosil semakin lama semakin berkurang. Sehingga, perlu adanya upaya efisiensi energi dengan mengembangkan Turbin Gas Mikro Bioenergi Proto X-3 dimana terdapat sistem turbin gas mikro dengan bahan bakar biogas untuk aplikasi pada zero energi green building. Bahan bakar biogas yang diperoleh dari limbah disimpan pada suatu bejana bertekanan. Penelitian ini dikhususkan pada analisa aliran biogas di dalam bejana bertekanan guna mendapatkan tebal dinding bejana optimal dari variasi perubahan suhu dan perubahan tekanan pada tabung gas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mensimulasikan aliran di dalam bejana bertekanan selama pengisian bahan bakar. Dari hasil simulasi didapatkan hasil perubahan tekanan selama pengisian adalah 117 Bar - 349 Bar, massa jenis bahan bakar 406.3 Kg/m3 - 689.2 Kg/m3 dan kecepatan bahan bakar selama pengisian 279m/s - 8.3 m/s.
ABSTRACT
Availability of energy resources, especially fossil energy increasingly reduced. Therefore need energy efficiency efforts by developing Micro Gas Turbines Bioenergy Proto X-3 where there system micro gas turbines with biogas fuel for applications in green building zero energy. Biogas fuel was derived from waste is stored in a pressurized vessel. This research is devoted to the analysis of the biogas stream in the pressure vessel in order to obtain optimal thickness of vessel based on variations of temperature change and pressure change in the gas cylinder. The method used in this research that simulates the flow inside the pressure vessels during refueling. From the simulation results showed changes in pressure during filling is 117 bar - 349 bar, the density of the fuel 406.3 Kg / m3 - 689.2 Kg / m3 and the speed of the fuel during filling 279m / s - 8.3 m / s.
2016
T45867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsudiyono
Abstrak :
Latar belakang dalam tesis ini adalah kegagalan peralatan scrubber di Kamojang unit 5 yang merupakan peralatan penting dalam produksi penunjang listrik dari panas bumi. Tujuannya untuk mencari penyebab kegagalan scrubber, dan memberikan rekomendasi agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Metode yang digunakan untuk evaluasi kegagalan ini adalah pengumpulan data, inspeksi visual, uji laboratorium, dan analisis. Penentuan root cause failure analysis (RCFA) dari patahnya bottom head bejana tekan scrubber dilakukan analisa kerusakan dengan menggunakan metode diagram tulang ikan. Faktor penyebab rusaknya scrubber pada bottom head didasarkan pada tahapan analisis kegagalan yaitu kandungan uap fluida yang menyebabkan korosi dan erosi. Beberapa senyawa kimia tersebut adalah kandungan Fe yang tinggi, yang digunakan dari sumur dengan jumlah di atas 0,1 ppm, kadar Cl- di atas 0,1 ppm, dan kadar H2S yang tinggi. Selanjutnya yang kedua adalah pengaruh vortex pada area bottom head scrubber yang mengalami erosi yang dibuktikan dengan berkurangnya ketebalan di sekitar bottom head, dan tumbukkan fluida yang dilihat dari asumsi CFD (Computational Fluid Dynamics) menyebabkan terjadinya stress corrosion cracking. Adanya daerah retak dibuktikan dengan adanya garis selip pada butir material, adanya rekahan intergranular, dan juga campuran rekahan getas dan daktail tarik. Selanjutnya, kemungkinan penyebab keretakan pada bottom head scrubber adalah terjadinya tegangan sisa akibat proses cold forming dimana tidak dilakukan perlakuan panas, misalnya normalisasi. Selain itu, juga tidak dilakukan Post Weld Heat Treatment (PWHT) bagian luar dinding scrubber secara sempurna setelah pengelasan pada penyangga scrubber yang dapat menimbulkan tegangan sisa yang mempengaruhi kekuatan material terutama pada Heat Affected Zone (HAZ). Direkomendasikan untuk menghindari kegagalan scrubber dengan melakukan normalisasi perlakuan panas setelah cold forming untuk menghilangkan mikrostruktur yang tidak homogen dan mengurangi tegangan sisa, atau alternatif lain adalah penggunaan bahan yang lebih tahan korosi. Melakukan pemantauan Post Weld Heat Treatment (PWHT) secara sempurna selama proses pengelasan terkait temperatur dan waktu. Pelepasan vortex breaker akan lebih baik, menyediakan windows inspection untuk memantau ketebalan dari scrubber yang bisa dijangkau dan akses yang mudah. ......The background in this thesis is the failure of the scrubber equipment in Kamojang unit 5 which is an important piece of equipment in the production of electricity support from geothermal. The aim is to find the cause of the failure of the scrubber, and provide recommendations so that similar incidents will not happen again. The methods used for this failure evaluation are data collection, visual inspection, laboratory tests, and analysis. The determination of the root cause failure analysis (RCFA) of the bottom head break of the vessel pressure scrubber is presented using fish bone diagram techniques. The factors causing the scrubber to break at the bottom head are based on the stages of failure analysis, namely the content of fluid vapor that causes corrosion and erosion. Some of those chemical compounds are the high Fe content of the well-used, which is above 0.1 ppm, levels of Cl- above 0.1 ppm, and high levels of H2S. The second is the effect of the vortex at the bottom head scrubber area undergoing erosion as evidenced by the thickness reduction around the bottom head, and fluid collision seen from the CFD (Computational Fluid Dynamics) assumption leading to stress corrosion cracking. The presence of a cracked area is evidenced by the presence of slip lines on the material grains, the presence of intergranular fractures, and also a mixture of brittle and tensile ductile fractures. Furthermore, the possible cause of cracks in the bottom head scrubber is the built-up of residual stress due to the cold forming process where no heat treatment was carried out, for example normalizing, then the Post Weld Heat Treatment (PWHT) was not carried out after welding on the skirt scrubber which can cause residual stress that affects the strength of the material, particularly in the Heat Affected Zone (HAZ). It is recommended to avoid the failure of the scrubber by conducting normalizing heat treatment after cold forming to remove unhomogen microstructure and reduce residual stress, or another alternative is the use of more corrosion-resistant materials. Perfectly monitor Post Weld Heat Treatment (PWHT) during the welding process regarding temperature and time. Vortex breaker discharge is improved, providing windows inspection to monitor the thickness of the scrubber within reach and easy access.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Muhammad
Abstrak :
ABSTRAK
Bejana tekan adalah wadah yang berfungsi untuk menyimpan fluida pada tekanan yang berbeda dari tekanan ambien. Dalam pengoperasiannya, bejana tekan mengalami beban tekanan internal yang menimbulkan tegangan pada dinding bejana tekan. Salah satu tegangan yang terjadi pada dinding bejana tekan adalah tegangan diskontinuitas. Tegangan ini muncul akibat perbedaan arah perbesaran dinding bejana tekan ketika terkena tekanan internal. Perbedaan arah perbesaran terjadi salah satunya akibat perubahan geometri dinding bejana tekan, contohnya pada dinding di sekitar sambungan shell dan head. Penelitian ini menghitung nilai tegangan diskontinuitas pada dinding di sekitar sambungan shell dan head bejana tekan horizontal V-1004 fasilitas pengolahan Minyak dan Gas Pondok Makmur. Metode yang digunakan adalah perhitungan numerik dengan metode elemen hingga menggunakan software ANSYS dan perhitungan analitik dengan teori tegangan membran. Perhitungan menunjukkan terdapat tegangan akibat diskontinuitas pada dinding di sekitar sambungan shell dan head bejana tekan V-1004 sehingga parameter ini harus dipertimbangkan dalam konstruksi bejana tekan.
ABSTRAK
Pressure vessel is a container that serves to keep the fluid at different pressure than ambient pressure. In operation, a pressure vessel suffered internal pressure loads that cause stress on the wall of the pressure vessel. One of the stress that occur in the wall of the pressure vessel is discontinuity stress. This stress arises due to the different directions of growth on the pressure vessel wall when subjected to internal pressure. This difference occurs due to the changes in the geometry of the pressure vessel wall, for example on the wall around the joint of shell and head. This study calculates the value of the discontinuity stress on the wall around joint of shell and head of horizontal vessel V-1004, located at oil and gas processing facilities Pondok Makmur. The method used is a numerical calculation by finite element method using ANSYS software and analytical calculations with the theory of membrane stress. Calculations show there is stress due to discontinuity in the wall around the joint of V-1004 pressure vessel shell and head so that these parameters should be considered in the construction of pressure vessel.
2016
S65055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deva Wirianugraha
Abstrak :
Pressure vessel atau bejana tekan yang dianalisa merupakan amine regenerator yang merupakan salah satu bagian penting pada unit purifikasi untuk meregenerasi rich activated MDEA atau rich aMDEA (mengandung banyak CO2) dan menghasilkan lean aMDEA (tanpa kandungan CO2) yang kemudian siap untuk menyerap CO2 pada feed gas. Bejana tekan beroperasi pada suhu dan tekanan tinggi, serta memproses media korosif. Oleh karena itu, terdapat beberapa potensi bahaya dan risiko keselamatan seperti ledakan, kebocoran, kebakaran, pencemaran lingkungan yang mungkin terjadi di kemudian hari. Penilaian yang digunakan adalah metode kuantitatif inspeksi berbasis risiko (RBI). Metode tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menjadwalkan inspeksi berdasarkan probabilitas kegagalan (POF) dan konsekuensi kegagalan (COF) yang terjadi dalam pengoperasian, baik dari sisi manusia maupun lingkungan. Hasil penilaian menunjukkan bahwa peralatan tersebut memiliki tingkat risiko yang tinggi, dengan nilai POF sebesar 0,03285, nilai COF (area-based) sebesar 1.684.287,9 m2, dan nilai COF (financial-based) sebesar 2.891.050.051,03 $/tahun. Tanggal pemeriksaan selanjutnya kemudian dihitung, yang memberikan hasil yaitu 10 tahun dari tanggal pemeriksaan saat ini. Pembahasan mengenai perbandingan dengan penelitian serupa juga dilakukan, yang mengungkapkan bahwa hasil perhitungan risiko ini terdapat kemungkinan dipengaruhi oleh faktor lain di luar fokus penilaian risiko dari bejana tekan itu sendiri. Beberapa rekomendasi diberikan berdasarkan hasil penilaian dan pembahasan penelitian ini. ......The analyzed pressure vessel is an amine regenerator, which is one of the important part in the purification unit to regenerate rich activated MDEA or aMDEA (contain a lot of CO2) and produce lean aMDEA (without CO2 content) and ready for absorbing CO2 in feed gas. The pressure vessel operates at high temperatures and pressures, and it processes corrosive media. Therefore, there are several potential hazards and safety risks such as explosions, leaks, fires, environmental pollution that could possibly occurs in the future. An assessment using a quantitative method of risk based inspection (RBI) is being used. It is a method that can be used as a tool for designing inspection schedules based on the probability of failures (POF) and the consequences of failures (COF) that occur in operation, both for humans and the environment. The result of the assessment shows that the equipment has a high risk level, with the POF value of 0,03285, COF (area-based) value of 1.684.287,9 m2, and the COF (financial-based) value of 2.891.050.051,03 $/year. The next inspection date is being calculated, which results in 10 years from the current inspection date. A discussion regarding a comparison with other similar research is also being carried out, which reveals that the result of the risk assessment of this research might have been affected by other factors outside the focus of the risk assessment of the equipment by itself. Several recommendations are being made according to the result of the assessment and the discussion of this research.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Abadi
Abstrak :
Risk Based Inspection atau disingkat RBI merupakan sebuah metode untuk merencakan pemeriksaan peralatan statis yang berdasarkan risiko yang dimiliki oleh suatu peralatan produksi. Kegiatan inspeksi, pengamatan dan pemeriksaan diperlukan untuk memastikan kesiapan kondisi operasi. Hal ini adalah untuk memastikan keselamatan kerja, produktivitas dan keuntungan operasi menjadi tujuan perusahaan. Penelitian kali ini di titik beratkan pada peralatan bejana tekan (Absorber, Separator dan Filter) pada fasilitas pra-pemrosesan gas. Hasil inspeksi dan perhitungan menunjukkan bahwa ketebalan sisa material masih cukup dan mengindikasikan korosi merata. Hasil perhitungan PoF dan CoF diperoleh bahwa Gas Absorber, Separator dan Filter memiliki risiko menengah ? tinggi yang memerlukan perhatian. Sedangkan Absorber memiliki tingkat resiko tertinggi disebabkan konsekuensi finansial. Dari penilaian FFS API 579 ditemukan bahwa absorber masih dapat beroperasi hingga 55 tahun kedepan dihitung dari waktu studi. PV elite adalah alat bantu perencaan yg dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan sekarang dan sisa umur bejana tekan. Pada studi ini, Absorber memiliki sisa umur yang cukup panjang dan juga MAWP (Maximum Allowable Working Pressure) melibihi MAWP yang dibutuhkan. ......Risk Based Ispection or known as RBI is one methodes to plan inspection on static equipment based on own risk in production facilities. Inspection activity, monitoring and assesmemt are required to ensuring operation readiness. This is also to ensure Safety, Productivity and Operational advantage are the Company Objectives. This research focused on three pressure vessel at the Gas pre-treatment facilities named Absorber, Separator and Filter. These facilities are expoxed with high CO2 from raw gas. Inspection and calculation result show that the remaining thickness of these pressure vessel is still adequate and indicate uniform corrosion. The result calculation of PoF and CoF of the equipment was found that the Absorber, Separator and Filter have a medium-high level of risk that required special attention. While the Absorber has highest operation risk due to higher financial consequency. From Fitness for Service API 579 assessment it is found that the absorber could be in service for next 55 year from day of study. PV elite is the design software that utilized to study pressure vessel design and also has capability to perform evaluating the current state and remaining life of existing vessels. In this study, the absorber has a good remaining life and also the MAWP (Maximum Allowable Working Pressure) exceeds required MAWP.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virna Agustriani
Abstrak :
Kekuatan otot pernapasan bertanggung jawab terhadap perbedaan tekanan dalam proses ventilasi yang diukur dengan Maximum Inspiratory Pressure (MIP) yang menggambarkan kekuatan otot diafragma dan otot inspirasi lain, dan Maximum Expiratory Pressure (MEP) untuk otot abdomen dan otot ekspirasi lain. Pemeriksaan ini sensitif menggambarkan kelemahan otot pernapasan, mudah dilakukan dan tidak invasif, namun belum menjadi prosedur rutin. Beberapa negara telah melakukan penelitian sebelumnya dan mendapatkan nilai standar yang berbeda-beda. Di Indonesia sendiri belum ada penelitian yang mengukur kekuatan otot pernapasan pada anak sehat,sehingga penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai standar Maximum Inspiratory Pressure dan Maximum Expiratory Pressure pada anak usia delapan sampai dua belas tahun di Jakarta. Studi ini merupakan studi potong lintang yang melibatkan 267 subjek. Subjek adalah anak sekolah dasar usia 8-12 tahun di Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diperiksa spirometri untuk memastikan sehat respirasi, diberikan kuesioner aktivitas fisik, dan setelahnya dilakukan pemeriksaan MIP dan MEP dengan alat digital manometer. Data MIP dan MEP yang didapat dinilai korelasinya dengan jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan aktivitas fisik. Nilai MIP dan MEP pada anak usia 8- 12tahun mendapatkan nilai tengah 58 dan 59mmHg. Subjek laki-laki mendapatkan nilai tengah yang lebih tinggi daripada perempuan dengan nilai MIP 60 mmHg dan 55mmHg, nilai MEP 63 mmHg dan 56mmHg. Dengan uji korelasi spearman terdapat korelasi signifikan antara MIP dengan berat badan dan tinggi badan, dengan nilai korelasi lemah, namun tidak dengan nilai MEP. Tidak terdapat hubungan antara nilai MIP dan MEP dengan aktivitas fisik. ......Respiratory muscle strength is responsible for the pressure difference in the ventilation process measured by Maximum Inspiratory Pressure (MIP) which represents the strength of the diaphragm muscles and other inspiratory muscles, and Maximum Expiratory Pressure (MEP) for abdominal muscles and other expiratory muscles. This measurement is sensitive in representing respiratory muscle weakness, easy to use and non-invasive. However, it is not a routine procedure. Several countries have conducted previous studies and obtained different standard results. In Indonesia, no study measures respiratory muscle strength in healthy children. Therefore, this study aims to obtain standard values for Maximum Inspiratory Pressure and Maximum Expiratory Pressure in eight to twelve years old children in Jakarta. This is a cross-sectional study that involved 267 subjects. The subjects were 8-12 years old elementary school students in Jakarta who fulfilled the inclusion and exclusion criteria. They were examined for respiratory health using spirometry, given a physical activity questionnaire, and examined for MIP and MEP using a digital manometer. Correlations were obtained between MIP and MEP data and gender, weight, height, and physical activity. The MIP and MEP values in 8-12 years old children showed a median of 58 and 59 mmHg, respectively. Male students showed higher median value compared to female students with MIP value of 60 mmHg and 55 mmHg, and MEP value of 63 mmHg and 56 mmHg. Spearmans correlation test showed a significant correlation between MIP and weight and height with weak correlation strength. However, the MEP value showed otherwise. There was no correlation between MIP and MEP values and physical activity.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S36384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Harvey, John F.
New York: Chapman & Hall, 1991
681.076 HAR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Adi Kumbara
Abstrak :
Kapal penangkap cumi (kapal lampu) dengan alat tangkap jaring yang digunakan oleh beberapa nelayan skala kecil di kabupaten Cirebon membutuhkan stabilitas kapal yang baik. Maka muncul suatu ide perancangan system moveable cadik sebagai pembantu stabilitas kapal yang dapat difungsikan pada saat melakukan aktivitas penangkapan ikan. Pada kapal ikan penagkap cumi pelat datar 10 m ini dilengkapi moveable cadik dikedua sisi kapal dengan system moveable yaitu dapat tidak difungsikan pada saat kapal sedang berjalan dan berlabuh. Tujuan adanya moveable cadik ini adalah agar stabilitas kapal menjadi lebih baik sehingga dapat memperluas daerah jangkauan pelayaran dan meningkatkan hasil tangkapan ikan khususnya cumi. Hasil dari perhitungan stabilitas awal kapal ikan penangkap cumi menunjukkan penggunaan moveable cadik memberikan pengaruh yang baik terhadap stabilitas kapal berdasarkan kriteria IMO. ......Squid vessel (light ship) with net fishing gear used by some small-scale fishermen in the district Cirebon requires good stability of the vessel. Then came the idea of designing a moveable system as an auxiliary outrigger boat stability that can be enabled at the time of fishing activity. In the squid fishing vessel 10 m flat plate is equipped with moveable outrigger on both sides of the ship with a moveable system that can not be enabled when the ship is underway and anchored. The purpose of the portable outrigger is for better stability so as to expand the service area of shipping and increased catches of fish, especially squid. The results of calculation of the initial stability of fishing vessels catching squid showed the use of portable outrigger provides good leverage toward vessel stability.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42489
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>