Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rendi Rezkita
Abstrak :
Pressure drop adalah salah satu aspek penting yang mempengaruhi konsumsi energi yang digunakan dalam suatu transportasi fluida (bersifat turbulen) menggunakan pipa. Drag Reduction Agent (DRA) merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi timbulnya pressure drop pada aliran fluida dalam pipa dengan menambahkan sejumlah zat aditif kedalam aliran. Zat aditif yang digunakan dalam penelitian ini berupa serat fiber bakteri selulosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karekteristik drag reduction dalam aliran minyak mentah (crude oil) dalam pipa spiral dengan rasio P/Di 7.6.Reynolds number dikondisikan dari nilai yang kecil sampai 55000.Dalam penelitian ini juga digunakan pipa bulat dengan diameter 17 mm sebagai pembanding. Penambahan serat fiber bakteri selulosa dengan konsentrasi 250 ppm, 500 ppm, dan 750 ppm pada aliran crude oil dapat mengurangi drag pada pipa spiral ataupun pipa bulat. Dari penelitian ini, drag reduction pada pipa bulat didapat sebesar 15 % dan pada pipa spiral 13 %. ...... Pressure drop is one of the important aspects that influence the energy consumption used in a transport fluid (turbulent nature) using a pipe. Drag Reduction Agent (DRA) is one alternative to reduce the incidence of pressure drop in the fluid flow in a pipe by adding additives into the flow. Additives used in this study is bacterial cellulose fiber suspension. This study aims to determine the characteristics of drag reduction in the flow of crude oil in a spiral pipe with the ratio P/Di 7.6. Reynolds number conditioned of little value until 55000.In this study also used a circular pipe with a diameter of 17 mm for comparison. The addition of bacterial cellulose with a concentration of 250 ppm, 500 ppm, and 750 ppm in the crude oil flow to reduce drag in spiral pipe or circular. From the research, the drag reduction on circular pipe by 15% and 13% in the spiral pipe.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Julianto
Abstrak :
ABSTRAK
Suatu sistem perpipaan mempunyai koefisien gesek yang dapat terjadi pada saat fluida mengalir. Pada saat fluida mengalir maka terjadi fenomena kerugian jatuh tekanan (Pressure Drop). Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien gesek dan merupakan hal penting dari sistem aliran fluida di dalam pipa karena berhubungan dengan penggunaan energi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mencari kondisi optimal pengoperasian dimana nilai kerugian jatuh tekanan dapat sekecil mungkin. Pada kecepatan tertentu diharapkan nilai kerugian jatuh tekanan paling optimal sehingga akan mengurangi konsumsi energi

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kerugian jatuh tekan yang terjadi pada aliran fluida di dalam pipa acrylic Ø 1 inch pada masing masing konsentrasi penambahan zat adiktif biopolimer lendir lele yakni 250 ppm, 300 ppm , 400 ppm dan 500 ppm. Dari pengujian ini didapatkan data debit aliran, perbedaan ketinggian air, kecepatan aliran dan viskositas fungsi temperatur. Spesifikasi dari alat pengujian yang diperlukan juga didapatkan untuk diolah menggunakan persamaan-persamaan empiris sehingga didapatkan hasil pengolahan, tampilan grafik hasil pengolahan yang akan dibandingkan dengan grafik secara teoritis. Di peroleh melalui percobaan ini hubungan antara friction factor dengan bilangan reynolds, grafik turbulent boundary layer dan drag reduction dalam masing masing konsentrasi lendir lele.
ABSTRACT
A pipeline system has a coefficient of friction that can occur when the fluid flows. At the time of the fluid flows down, the pressure loss phenomenon (Pressure Drop) occured. pressure loss (pressure drop) related to the coefficient of friction and is a highlight of the system of fluid flow in the pipes because they relate to energy use. The purpose of this research is to find optimal operating conditions where the pressure drop losses can be as small as possible. At a certain speed is expected to value the loss most optimal pressure drop that will reduce energy consumption.

The research was conducted to determine the losses that occurred in the fluid flow inside the acrylic pipe Ø 1 inch at each concentration of the addition of addictive substances catfish slime biopolymers with concentrations of 250 ppm, 300 ppm, 400 ppm and 500 ppm. Data obtained from this test flow rate, the difference in water level, flow rate and viscosity function of temperature. Specification of the necessary testing equipment is also available to be processed using the empirical equations to obtain the results of processing, graphic display processing results will be compared with the theoretical graphs. Obtained through this experiment are the relationship between the friction factor with reynolds numbers, graphs and turbulent boundary layer and drag reduction in the each concentrations of catfish slime.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42274
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riananto Nugroho
Abstrak :
Performa dari kolektor surya (sollar collector) tergantung pada jumlah kolektor surya dan konfigurasi rangkaiannya. Ketika area yang digunakan besar atau luas maka semakin banyak kolektor surya yang diperlukan. Konfigurasi rangkaian seri-paralel digunakan untuk mendapatkan temperatur air panas yang diinginkan. Selain itu ada faktor eksternal yang harus diperhatikan, yaitu temperatur lingkungan, ketersediaan sinar matahari (solar radiation), dan laju aliran fluida (mass flow rate). Temperatur lingkungan dan sinar matahari merupakan faktor yang tidak dapat diatur karena tergantung pada cuaca. Sedangan laju aliran fluida merupakan faktor eksternal yang dapat kita sesuaikan dengan kebutuhan. Penelitian ini menggunakan software MATLAB untuk melakukan simulasi. Rangkaian kolektor pada penelitian ini merupakan rangkaian baru dari penelitian sebelumnya. Nilai laju aliran fluida dibuat bervariasi kemudian diuji dengan radiasi matahari yang berbeda-beda. Variasi laju aliran yaitu 1,6 kg/s, 2,38 kg/s, 3,16 kg/s, 3,94 kg/s, dan 4,72 kg/s. Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, perubahan laju aliran dapat berpengaruh pada performa rangkaian kolektor. Variasi pertama 1,6 kg/s mampu menghasilkan outlet temperature 75,2-87,5 C dengan effisiensi maksimum 66,84 %. Sedangkan variasi kedua 2,38 kg/s mampu menghasilkan outlet temperature 71,0-80,3 C dengan effisiensi maksimum 67,74 %. Variasi ketiga 3,16 kg/s mampu menghasukan outlet temperature 70,1-76,5 C dengan effisiensi maksimum 68,2 %. Lalu variasi keempat 3,94 kg/s mampu menghasilkan outlet temperature 69,1-74,3 C dengan effisiensi maksimum 68,47 %. Variasi kelima 4,72 kg/s mampu menghasilkan outlet temperature 68,4-72,7 C dengan effisiensi maksimum 68,65 %. Pada akhirnya penentuan nilai laju aliran yang tepat dapat diatur sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Dalam rangkaian baru ini, jika ingin mendapatkan effisiensi yang relatif sama dengan rangkaian lama, namun dengan outlet temperature yang lebih tinggi maka dapat memilih untuk menggunakan laju aliran 4,72 kg/s.
The solar collector's performance depends on the number of solar collectors and the configuration of the circuit. When the area used is large, more solar collectors are needed. The parallel-series configuration used to obtain the desired hot water temperature. Besides, there are external factors considered, namely the environment's temperature, solar radiation, and distribution of flow rates. Ambient temperature and solar radiation are factors that cannot be regulated because they depend on the weather. The flow rate is an external factor that we can adjust. This research uses MATLAB software to conduct simulations. The collector circuit in this study is a new series from previous studies. Variations of fluid flow rates are tested with different solar radiation. The flow rate variations are 1,6 kg/s, 2,38 kg/s, 3,16 kg/s, 3,94 kg/s, and 4,72 kg/s. Based on the simulation, changes in fluid flow rate (mass flow rate) can affect the performance of the collector circuit. The first variation of 1,6 kg/s can produce outlet temperature of 75,2-87,5 C with maximum effisiency of 66,84 %. While the second variation, 2,38 kg/s, can produce outlet temperature of 71,9-80,3 C with maximum efficiency of 67,74 %. The third variation can produce outlet temperature of 70,1-76,5 C. The fourth variation of 3,94 kg/s can produce outlet temperature 69,1-74,3 C with 68,47 % efficiency. The fifth variation of 4,72 kg/s can produce outlet temperature of 68,4-72,7 C with maximum efficiency of 68,65 %. In the end, determining the right mass flow rate can be adjusted according to the needs. In this new circuit, if we want to get the same value of efficiency as the old circuit, with a higher outlet temperature, we can use a mass flow rate of 4,72 kg/s.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Wildhan Naro Putra
Abstrak :

Gasifikasi biomassa adalah teknologi mengubah limbah menjadi energi yang telah sukses dan sangat menarik untuk dipelajari. Meskipun telah berjalan dengan efektif masih ada beberapa masalah yang sering terjadi, seperti tar. Untuk pengaplikasian lanjut gas harus cukup bersih dari tar, sebab tar dapat membahayakan system karena dapat merusak peralatan serta merusak mesin pembakaran dalam. Saat ini banyak digunakan metode sekunder untuk mengurangi kadar tar yang terkandung dalam syngas, salah satu tekniknya adalah menggunakan filter biomassa sebagai media untuk menyerap tar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui medium biomassa dengan variasi ketinggian yang paling tepat untuk digunakan dalam penyerapan tar. Dengan menggunakan analisis simulasi dan eksperimental didapatkan biochar sebagai medium dengan efisiensi penyerapan tar yang paling baik, jika dibandingkan dengan sekam padi dan jerami yaitu sebesar 59% dengan penurunan tekanan yang paling besar yaitu sebesar 67 Pa.

 


Biomass gasification is an attractive and successful technology that transform waste into energy. Even though it has been performing effectively. Many problem are still occuring, such as tar. For the advanced applications, gas needs to be clean enough and tar should be removed, because tar can harm the system and it can damage equipment and damage internal combustion engines as well. For now, many secondary method used to reduce the tar levels that contained in syngas, such as using biomass filter as a medium to adsorp tar. This study aims to determine the best biomass medium with height varations to use in tar adsorption. Using simulation and experimental analysis, biochar known as a medium with the best tar removal efficiency, if compared with rice husk and rice straw, with 59% removal efficiency and 67 Pa of pressure drop.

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library