Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ema Hikmah
"Tujuan penlitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh terapi sentuhan terhdadap suhu dan nadi bayi prematur yang dirawat di ruang perinatologi. DEsain penelitian menggunakan kuaasi eksperimen dengan pre dan post test. Data dianalisis dengan uji t-test. Cara pengambilan sampel dengan consecutive sampling, dengan jumlah sampel 30 responden. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan rerata suhu bayi prematur secara signifikan pada kelompok intervensi (p value=0,000). Kesimpulannya, terapi sentuhan dapat meningkatkan suhu bayi prematur. Disarankan agar terapi sentuhan untuk diterapkan sebagai standar operasional prosedur bayi prematur.

The purpose of this research to identify the influence of touch therapy on temperature and pulse rate of premature baby which taken care of preinatology room. The test to know difference of increase of temperature score mean and of pulse rate on intervention group and control group by using t-test. Number of sample was 230 respondent.
Result shows there were significant increase of temperature premature baby after the intervention group obtain touch therapy p (value=0,000). Conclusion, touch therapy can improve premature baby temperature. uggested that touch therapy can be applied for premature baby which taken care of perinatology room."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28399
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gregorius Tanamas
"Latar Belakang : WHO melaporkan angka persalinan preterm mencapai 15 juta persalinan dan menyumbang kematian neonataus hingga 1 juta kasus. Berbagai faktor yang berhubungan dengan kematian neonatus terkait ketuban pecah dini sudah banyak diteliti, namun hubungannya terhadap kematian neonatus belum konsisten di berbagai literature. Peneliti ingin meneliti hubungan faktor-faktor tersebut di RSCM.
Metode : Penelitian ini adalah kohort retrospektif menggunakan rekam medis ibu dan neonatus yang mengalami kasus ketuban pecah dini preterm (<37 minggu) dari tahun 2013-2017 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Luaran neonatus yang dinilai adalah nilai APGAR menit ke-1 dan ke-5, Respiratory Distress Syndrome, sepsis neonatorum, dan kematian neonatus. Data dianalisis secara univariat dan multivariat.
Hasil : Terdapat 1336 kasus ketuban pecah dini preterm dalam periode 5 tahun, namun hanya 891 kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Faktor utama yang terkait morbiditas dan mortalitas neonatus dengan kasus ketuban pecah dini adalah usia kehamilan, dimana usia <28 minggu memiliki RR 18.8, IK 95%12.9-27.3; p=<0.01 dan berat badan lahir <1000 gr memiliki RR 34.1, IK 95%11.1-104.5; p=<0.01. Sepsis secara klinis meningkat risiko kematian neonatus RR 8.1, IK 95%5.2-12.8; p=<0.01.
Kesimpulan : Usia kehamilan yang semakin muda dan berat badan lahir yang semakin rendah meningkatkan risiko morbiditas dan kematian neonatus

Background :  WHO reported the rate of preterm labor are 15 million cases and contributed to 1 million neonatal death. Factors contributed to neonatal death in preterm premature rupture of membrane has been reported in many literatures, however the results are inconsistent. The Authors want to analyze factors contributing to neonatal death in RSCM
Method : This is a retrospective cohort using medical records of both mother and neonatal of preterm premature rupture of membrane from 2013-2017 in RSCM. Neonatal outcome analyzed in this study are minute-1 and minute-5 APGAR, respiratory distress syndrome, neonatal sepsis, and neonatal death. Data was analyzed with univariate and multivariate analysis.
Result : There was 1336 cases of preterm premature rupture of membrane during 5 years period. However, only 891 cases analyzed in this study. Main factors contributed to morbidity and mortality in preterm premature rupture of membrane are gestational age and birth weight, which gestational age <28 weeks has RR 18.8, IK 95%12.9-27.3; p=<0.01 and birth body weight <1000 gr has RR 34.1, IK 95%11.1-104.5; p=<0.01. Clinically sepsis increases neonatal mortality RR 8.1, IK 95%5.2-12.8; p=<0.01.
Conclusion : Younger gestational age and lower birth weight increase the risk of neonatal morbidity and mortality."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Handayani
"Persalinan prematur diartikan sebagai kelahiran yang lebih awal terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan kurang dari 37 minggu dengan perkiraan berat badan janin kurang <2500gram. Banyaknya kelahiran bayi prematur, menjadi salah satu penyebab kematian pada neonatal. Penelitian ini meneliti hubungan antara kualitas pelayanan antenatal care (ANC) dengan kelahiran bayi prematur di Jabodetabek menggunakan metode case-control. Kelompok kasus adalah ibu dengan bayi prematur, sementara kelompok kontrol adalah ibu dengan bayi aterm. Data dikumpulkan melalui google form dengan purposive sampling. Analisis data dilakukan melalui editing, coding, entry data, dan cleaning data menggunakan komputer. Hasil menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara kualitas pelayanan antenatal care dengan kelahiran bayi prematur, tetapi ada korelasi signifikan antara tingkat pendidikan ibu (SMP dan SMA) dengan kejadian ini. Rekomendasi termasuk peningkatan informasi tentang ANC dan kelahiran prematur di institusi pendidikan serta penelitian lanjutan dengan variabel tambahan dan sampel yang lebih besar.

Premature birth is defined as birth that occurs earlier at a gestational age of more than 20 weeks and less than 37 weeks with an estimated fetal weight of less than 2500 grams. The large number of premature births is one of the causes of neonatal death. This study examines the relationship between the quality of antenatal care (ANC) services and the birth of premature babies in Jabodetabek using the case-control method. The case group was mothers with premature babies, while the control group was mothers with term babies. Data was collected via Google form with purposive sampling. Data analysis is carried out through editing, coding, data entry, and data cleaning using a computer. The results show that there is no significant relationship between the quality of ANC services and the birth of premature babies, but there is a significant correlation between the mother's education level (junior high school and high school) and this incident. Recommendations include increased information about ANC and preterm birth in educational institutions as well as further research with additional variables and larger samples."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ema Hikmah
"Terapi sentuhan merupakan salah satu terapi nonfarmakologis yang dapat diberikan pada bayi prematur. Tujuan penelitian
mengidentifikasi pengaruh terapi sentuhan terhadap suhu dan nadi bayi prematur di ruang perinatologi RS X Tangerang. Desain
penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan pre dan post test. Teknik pengambilan sampel dengan cara consecutive
sampling. Responden berjumlah 30 bayi prematur, dengan 15 bayi pada kelompok intervensi dan 15 bayi pada kelompok
kontrol. Pengujian rata-rata suhu dan nadi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi menggunakan uji t-test. Hasil
penelitian menunjukkan peningkatan rata-rata suhu bayi prematur secara signifikan pada kelompok intervensi (p= 0,000, α=
0,05). Kesimpulannya, terapi sentuhan dapat meningkatkan suhu bayi prematur. Disarankan agar terapi sentuhan dapat diterapkan
dalam asuhan keperawatan pada bayi prematur.
Therapeutic touch is one of non pharmacologic therapy that can be given to premature babies. The purpose of study was to
identify the effects of therapeutic touch on the temperature and pulse of premature babies at Perinatal Unit, X Hospital in
Tangerang. Quasi-experimental research design was used with pre and post test. Sampling technique was by consecutive
sampling. Respondents were 30 premature infants, with 15 infants in the intervention group and 15 infants in the control
group. The average temperature and pulse in the control group and intervention group was measured by t-test. The results
showed an increase in the average temperature of premature infants in the intervention group were significant (p= 0,000, α=
0,05). In conclusion, therapeutic touch can increase the temperature of premature infants. It is recommended that therapeutic
touch can be applied in nursing care in preterm infants."
Poltekkes Kemenkes Bandung ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
610 JKI 14:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Maulinda
"Berada dalam lingkungan perawatan yang terang benderang, suara yang berisik, suhu yang dingin dan berbagai aktivitas memiliki dampak terhadap istirahat bayi. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi pengaruh penggunaan penutup telinga earmuffs dan earplugs terhadap respon fisiologis dan perilaku bayi prematur. Penelitian ini menggunakan desain crossover pada 15 orang responden bayi prematur stabil yang dirawat dalam inkubator tertutup secara consecutive sampling. Observasi respon fisiologis dan perilaku menggunakan ABSS diamati 30 detik setiap 15 menit selama 2 jam pemasangan alat penutup telinga. Hasil repeated anova menyatakan bahwa rerata frekuensi nadi bayi prematur menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara sebelum, selama, dan setelah pemasangan penutup telinga baik menggunakan earmuffs maupun menggunakan earplugs. Rerata saturasi oksigen menunjukkan perbedaan bermakna antara selama dengan setelah pemasangan earplugs. Rerata perilaku bayi menggunakan ABSS memiliki fase tidur dari rentang skor tidur tenang dan tidur gelisah dengan rerata tingkat kebisingan 56,31 dB. Penelitian ini merekomendasikan penggunaan earplugs pada bayi prematur lebih muda, penggunaan pelindung telinga mampu membantu dan mendukung bayi prematur dalam mempertahankan kondisi tidur terjaganya.

Being in a brightly lit environment, loud noise, cold temperatures and activities have an impact on infant sleep. The aim of the study was to identify the effect of using earplugs on earmuffs and earplugs on the physiological and behavioral responses of premature infants. This is a crossover study design with 15 clinically stable preterm infants cared in closed incubator was conducted by using consecutive sampling technique. The preterm infants rsquo physiologic responses and Anderson Behavioral State Scoring System ABSS scores were assessed over 30 s every 15 minute during 2 h using earmuffs and earplugs. The results of repeated anova analysis revealed no significant differences of pulse frequency preterm infant before, during, and after using earmuffs or earplugs. Statistically significant difference means of oxygen saturation was note between during and after using earplugs. The means of ABSS scores was report preterm infants were more frequently observed in a quiet sleep in average of 56,31 dB noise level. This study recommends using earplugs for preterm baby appropriate chronological age. We suggest that noise reduction in preterm infants with earmuffs or earplugs is helpful by improving sleep efficiency and increasing time of quiet sleep. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T49249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmatillah Razak
"ABSTRAK
Asfiksia Neonatorum Menurut Berat Badan Lahir Bayi BerdasarkanUsia Kehamilan Di RSIA Budi Kemuliaan Tahun 2017Pembimbing : dr. Asri Adisasmita MPH., M.Phil., Ph.DAsfiksia kelahiran adalah penyebab 23 dari semua kematian neonatal di seluruh dunia. Tiga perempat darisemua kematian bayi baru lahir disebabkan dari kondisi yang dapat dicegah dan diobati termasuk kejadianasfiksia. BBLR mempunyai risiko mengalami kegagalan nafas yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorumnamun tidak semua bayi BBLR adalah prematuritas, sehubungan dengan hal tersebut diperkirakan sekitarsepertiga bayi berat lahir rendah sebenarnya adalah bayi aterm. Penelitian ini dikukan di RSIA Budi Kemuliaan,merupakan salah satu rumah sakit ibu dan anak swasta rujukan untuk proses kelahiran yang ada di Jakarta. Designpenelitian ini adalah kasus kontrol dengan menggunakan data rekam medik, jumlah kasus sanyak 120 dan kontrolsebanyak 240. Hasil analisis menunjukkan asfiksia neonatorum pada bayi BBLR cukup bulan memperlihatkannilai OR 2.17 0.88-5.37 dan risikonya meningkat pada bayi premature normal dan BBLR OR 4.69 CI 95 2.68-8.18 , ini berarti bahwa bayi prematur normal dan BBLR berisiko 4.69 kali untuk mengalami asfiksiadibanding dengan bayi yang beratnya normal.Kata kunci: Asfiksia Neonatorum, BBLR, Prematur.

ABSTRACT
Asphyxia Neonatorum of Neonates Weight Base on Gestational Age in Mother andChild Hospital Budi Kemuliaan Jakarta 2017Asphyxia neonatorum is the cause of 23 of all neonatal mortality in the world. Three quarters from the mortalityare caused by conditions that can be prevented and treated, including the incident of asphyxia. Low Birth Weight LBW has the risk of having a respiratory failure that can cause asphyxia neonatorum, however not all LBWinfants is prematurity, due to this problem, it can be estimated that approximately one third of LBW is aterminfants. This research was conducted in Budi kemuliaan hospital, which was one of the private mother and childhospital that reference to the birth process in Jakarta. The design of this research was case control by using medicalrecord data, with 120 cases and 240 controls. The multivariate analysis showed that asphyxia neonatorum on theLBW had OR 2.17 CI 95 088 5.37 and the risk increase on the premature normal and low birth weight OR4.69 CI 95 2.68 8.18 . Premature normal and low birth weight had 4.69 more at risk of asphyxia neonatorumthan the normal weight neonatal.Keyword Asphyxia, Low Birth Weight, Prematurity"
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49847
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defi Efendi
"ABSTRAK
Pemberian posisi yang salah dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. Artikel ini bertujuan untuk menggali pemberian posisi (positioning) dan nesting pada bayi prematur di NICU. Penelitian ini berupa studi literatur tahun 2007-2017, serta pengalaman penulis dalam aplikasi pemberian posisi dan nest di dua rumah sakit rujukan nasional dalam lima tahun terakhir. Hasil studi ini menunjukkan beberapa posisi yang dapat diberikan pada bayi prematur di antaranya adalah posisi supinasi, lateral kiri, lateral kanan, pronasi, dan quarter/semi pronasi. Posisi pronasi dan kuarter/semi pronasi direkomendasikan untuk bayi prematur dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS). Posisi lateral kanan direkomendasikan untuk bayi prematur dengan Gastroesofageal reflux (GER). Posisi supinasi merupakan alternatif terakhir pemberian posisi pada bayi prematur dengan kontraindikasi posisi pronasi, kuarter/semi pronasi, dan lateral. Pembuatan nest dapat dimodifikasi dari potongan beberapa kain yang digulung. Perawat hendaknya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar mampu memberikan variasi posisi sesuai kondisi dan indikasi bayi yang dirawat di NICU."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
610 JKI 22:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Angie Prabhata Putri
"Bayi prematur merupakan bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu (WHO, 2021). Bayi yang lahir prematur juga memiliki risiko yang tinggi terkait masalah kesehatan (Hockenberry & Wilson, 2015). Bayi prematur memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan belum matangnya janin ketika dilahirkan. Organ-organ yang berperan sebagai oromotor pada bayi prematur belum berkembang secara sempurna, sehingga sebagian besar bayi prematur mengalami gangguan fungsi menghisap dan mekanisme menelan. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan stimulasi oromotor secara rutin. Tujuan dilakukan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulasi oromotor dengan peningkatan refleks hisap bayi premature. Pemberian stimulasi oromotr dinilai memberikan pengaruh yang positif dalam peningkatan refleks hisap bayi premature. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah case report. Case report ini sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada pasien dengan masalah yang sama

Premature babies are babies born before 37 weeks of gestation (WHO, 2021). Babies born prematurely also have a high risk of health problems (Hockenberry & Wilson, 2015). Premature babies have a higher risk of developing health problems. This is because the fetus is immature when it is born. The organs that act as oromotor in premature babies are not fully developed, so that most premature babies have impaired sucking and swallowing functions. One of the interventions that can be done to overcome this problem is to carry out regular oromotor stimulation. The purpose of this paper is to determine the effect of giving oromotor stimulation with an increase in the suction reflex of premature babies. Giving oromotr stimulation is considered to have a positive effect in increasing the suction reflex of premature babies. The method used in this paper is a case report. This case report serves as the basis for conducting further research on patients with the same problem."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agita Arintiany, autho
"Salah satu penyebab utama kematian neonatal di Indonesia adalah prematur. Selain kematian, komplikasi dari kelahiran prematur merupakan penyebab lamanya rawat inap di rumah sakit yang berdampak pada meningkatkan biaya kesehatan. Salah satu upaya untuk mencegah bayi lahir prematur dengan melakukan deteksi dini selama kehamilan melalui kunjungan antenatal care (ANC). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keberlanjutan kunjungan ANC dengan kejadian kelahiran prematur di Indonesia. Data berasal dari hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menggunakan desain studi cross sectional. Sampel terdiri dari 63.279 perempuan berusia 10-54 tahun yang pernah melahirkan bayi hidup dalam periode 2018-2023. Analisis statistik menggunakan   uji chi square. Hasil penelitian ini menemukan prevalensi kelahiran prematur di Indonesia sebesar 12,4%.  Terdapat hubungan signifikan antara keberlanjutan kunjungan ANC dengan kejadian kelahiran prematur (PR: 1,52; 95% CI: 1,46-1,59). Beberapa faktor lain yang berhubungan dengan kejadian kelahiran prematur di Indonesia diantaranya faktor risiko kehamilan (PR: 1,71; 95% CI: 1,64-1,78), kehamilan kembar (PR: 2,49; 95% CI: 2,19-2,84), kelengkapan pemeriksaan ANC (PR: 1,58; 95% CI:1,49-1,66), kepatuhan minum TTD (PR: 1,28; 95% CI:1,22-1,33), dan komplikasi kehamilan (PR: 1,27; 95% CI: 1,2-1,33). Kesimpulan: keberlanjutan kunjungan ANC memiliki hubungan signifikan dengan kelahiran prematur, dimana keberlanjutan ANC yang sesuai program menurunkan risiko lahir premature, sehingga diharapkan ibu hamil dapat melakukan kunjungan ANC sesuai program yaitu minimal 6 kali selama kehamilan.

One of the main causes of neonatal death in Indonesia is prematurity.  Apart from death, complications from premature birth are a cause of long hospital stays which have an impact on increasing health costs. One effort to prevent premature births is by carrying out early detection during pregnancy through antenatal care (ANC) visits. The aim of this research is to determine the relationship between the continuity of ANC visits and the incidence of premature birth in Indonesia. Data comes from the results of the 2023 Indonesian Health Survey (IHS) using a cross-sectional study design. The sample consisted of 63,279 women aged 10-54 years who had given birth to a live baby in the 2018-2023 period. Statistical analysis uses the chi square test. The results of this study found that the prevalence of premature birth in Indonesia was 12.4%.  There is a significant relationship between continuity of ANC visits and the incidence of premature birth (PR: 1.52; 95% CI: 1.46-1.59). Several other factors associated with the incidence of premature birth in Indonesia include pregnancy risk factors (PR: 1.71; 95% CI: 1.64-1.78), multiple pregnancies (PR: 2.49; 95% CI: 2, 19-2.84), completeness of ANC examination (PR: 1.58; 95% CI: 1.49-1.66), compliance with taking TTD (PR: 1.28; 95% CI: 1.22-1, 33), and pregnancy complications (PR: 1.27; 95% CI: 1.2-1.33). Conclusion: continuity of ANC visits has a significant relationship with premature birth, where continuity of ANC according to the program reduces the risk of premature birth, so it is hoped that pregnant women can make ANC visits according to the program, namely a minimum of 6 times during pregnancy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indinesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farrel Mahardhika Fajar
"Kelahiran prematur merupakan masalah berkepanjangan yang berhubungan dengan risiko morbiditas dan mortalitas bayi. Sistem inkubator dikemukakan untuk meminimalkan risiko kelahiran prematur. Salah satu sistem otomasi yang digunakan pada inkubator adalah regulasi panas dan kelembaban. Regulasi panas dan kelembaban umumnya dikendalikan menggunakan sistem kendali feedback seperti PID dan fuzzy-logic PID. Material PTC adalah material yang biasa digunakan sebagai pemanas ruangan. Sistem kendali digunakan untuk mengendalikan pemanas PTC agar mencapai suhu yang diinginkan. Pada penelitian ini dilakukan empat jenis eksperimen untuk mengevaluasi performa PTC sebagai pemanas inkubator dengan PID dan fuzzy logic-PID sebagai sistem kendali. Pertama, dilakukan uji karakteristik hambatan PTC terhadap suhu. Selanjutnya, PTC dihubungkan dengan kipas dan digunakan sebagai pemanas inkubator untuk diuji performa material sebagai pemanas. Eksperimen ini meliputi uji step response untuk mengetahui parameter yang diperlukan untuk tuning PID. Parameter ini kemudian digunakan pada kendali PID. Ditambah itu, diberikan implementasi fuzzy-logic pada PID untuk mengevaluasi perbandingan performa pengendali dengan performa inkubator yang sudah ada. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pemanas PTC dapat memanaskan udara pada inkubator dan dapat dikendalikan menggunakan sistem kendali PID dan fuzzy-logic PID. Meski performa lebih buruk dibandingkan sebagian besar inkubator yang sudah ada, konsumsi daya PTC yang hanya membutuhkan 120 Watt bersifat lebih hemat dibandingkan inkubator eksisting yang menghabiskan daya 350 – 400 Watt.

Premature birth is an everlasting problem that relates to the risk of morbidity and mortality of prematurely-birth infants. Incubator system was invented to minimize the risk. One of the automation systems that are used in incubator is heat and humidity regulation. This particular regulation system commonly uses feedback control system such as PID and fuzzy-logic PID. PTC material is the material commonly used as a room heater. In order to meet the desired temperature, control system is implemented to the PTC. This research evaluates the performance of PTC as incubator heater with PID and fuzzy logic-PID as the control system of choice. First, characteristic test is performed at the material to evaluate its heating performance. This test costists of step response test to determine parameters required to perform PID tuning. The obtained parameter is then calculated to determine the tuned PID parameter gains. After that, fuzzy logic is implemented to the system which controls those parameters based on the measured error and change of error. The result of both experiments are compared to existing incubators used in publications. The result of this comparison shows that PTC is capable of warming incubator to desired temperature and can be controlled with PID and fuzzy-logic PID. While the performance is inferior to majority of existing incubators, this tradeoff of more efficient power (120 Watt versus 350 – 400 Watt) can be considered as an alternative."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>