Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Aisyah Budi Hartati
"Preeklampsia masih menimpakan penyakit obstetrik peringkat atas di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Penatalaksanaan preeklampsia meliputi pemberian obat, diet dan istirahat. Prinsip diet preeklampsia antara lain tinggi energi dan tinggi protein. Telah dilaporkan bahwa asupan energi dan protein pasien preeklampsia masa antenatal yang dirawat adalah Kurang dari kebutuhan dan ternyata tidak berhubungan dengan perubahan albumin darah dan kejadian edema. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kehutuhan energi dan protein, serta mengetahui hubungan antara asupan energi dan protein dengan albumin darah dan kejadian edema.
Metoda: Jenis disain penelitian adalah cross sectional dengan populasi dan sampel adalah ibu hamil dengan preeklampsia yang dirawat dan besar sampel 90. Semua sampel mendapat diet preeklampsia sesuai standar RSCM. Asupan makanan sebelum dirawat menggunakan metoda Semi quantitative food frequency dan selama dirawat dengan metoda penimbangan. Analisa zat gizi menggunakan program Food Processor 2. Dilakukan pemeriksaan albumin darah, proteinuria dan kejadian edema Analisa data secara univariat.bivariat dan multivariat menggunakan program Epi info 6, dengan menggunakan uji perbedaan t dan regresi multiple.
Hasil dan pembahasan: Rerata kebutuhan energi responder adalah 1852 kalori dan kebutuhan protein 61.5 gram. Sebelum dirawat, rerata asupan energi dan protein masih dahlia batas normal yaitu 110.6% dan 94.5% .Ternyata tidak ada hubungan antara asupan energi dan protein dengan albumin darah sebelum dirawat yang kemungkinan disebabkan karena jumlah subyek terbatas dan homogen, serta perbedaan tingkat kerusakan endotel pembuluh darah Selma dirawat rerata asupan energi dalam batas normal (91.2% kebutuhan) dan protein termasuk defisit kurang (86.3%). Faktor gangguan fisik berhubungan dengan asupan energi dan protein tetapi faktor pengetahuan gizi tidak berhubungan. Kejadian edema dan tingkat proteinuria tidak berhubungan dengan asupan energi dan protein. Diperlukan standar diet preeklarnpsia berdasarkan tinggi badan yang dilengkapi dengan suatu pedoman untuk kemudahan pemesanan dan distribusinya. Parameter pre albumin dapat digunakan untuk melihat penibahan status protein selama perawatan 2 - 3 hari.
Saran: Preskepsi diet dapat dikelompokkan rnenjadi 1700 kalori, 1900 kalori dan 2100 kalori. Anggota tim kesehatan perlu meningkatkan motivasi kepada pasien, baik dalam penyuluhan maupun pemberian bantam saat makan. Sedangkan parameter prealbumin dapat digunakan untuk menentukan kasus dan control dalam penelitian lebih lanjut."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Sukarni
"Pre-eklamsi/eklamsi sebagai salah satu komplikasi persalinan yang dapat menyebabkan angka kematian ibu kasusnya masih tinggi di Sumatera Selatan khususnya Kabupaten OKU. Dan 376 persalinan patologis di RS Ibnu Sutowo Baturaja ditemukan 82 kasus Pre-eklamsileklamsi.
Kasus ini bila mendapat penanganan yang tepat diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu. Penanganan yang tepat membutuhkan penggalian informasi mengenai layanan informasi di rumah sakit, pengetahuan ibu, pembiayaan, kepercayaan pasien terhadap kualitas pelayanan Rumah Sakit, jangkauan pelayanan, sarana transportasi, peran SOP dan antenatal care sebagai dasar dalam penentuan kebijakan penanganan Pre-eklamsileklamsi di RS Ibnu Sutowo.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang peran layanan informasi, pengetahuan, pembiayaan, kepercayaan terhadap kualitas layanan, sarana transportasi, standar operasional prosedur dan antenatal care dalam penanganan Pre-eldamsileklamsi di RSUD H. Ibnu Sutowo di Baturaja.
Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda kualitatif dengan tehnik wawancara mendalam (indepth interview). Pemilihan sumber informasi pada penelitian ini dengan memperhatikan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adecuaty). Sumber informasi penelitian adalah dari Direktur, Kepala Ruangan Kebidanan, Bidan pelaksana, dan pasien Pre-eklamsileklamsi yang dirawat di RSUD dr. H. Ibnu Sutowo Baturaja.
Dari hasil penelitian diketahui layanan informasi sudah dilaksanakan oleh petugas rumah sakit, tetapi belum diberikan secara terjadwal dan terus-menerus. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala yang muncul seperti kurangnya SDM dan terbatasnya fasilitas layanan dalam bentuk media, sehingga pelaksanaan layanan informasi hanya bersifat kebutuhan mendadak.
Pengetahuan informan (pasien) masih rendah dan pasien tidak mengerti gejala Pre-eklamsileklamsi dan menganggap gejala pre-eklamsi/eklamsi sebagai sesuatu yang wajar untuk ibu hamil. Pasien tidak mampu untuk membayar biaya perawatan dan pasien mendapat kamudahan dalam membayar biaya pengobatan dad Rumah Sakit. Pasien sulit untuk menjangkau tempat layanan kesehatan, transportasi ada disediakan Rumah Sakit dengan dua model kendaraan yaitu mobil ambulans dan mobil jenazah. Sistim peminjaman oleh warga miskin diatur oleh rumah sakit, tetapi belum disosialisasikan sehingga pasien tidak tabu dan tidak bisa mengakses karena tidak ada sarana komunikasi, SOP telah dijalankan dengan benar oleh sebagian petugas dan antenatal care tidak dilaksanakan secara rutin oleh pasien.
Sehubungan dengan hal disarankan untuk mengadakan pelatihan-pelatihan tentang layanan informasi/komunikasi bagi petugas kesehatan, perlu meningkatkan sarana layanan informasi dengan media sound sistem, brosur dibagikan kepada pasien, sosialisasikan bahwa sarana transportasi disediakan rumah sakit, meningkatkan motivasi petugas dalam penggunaan SOP dan pelaksanaan antenatal care.

Analysis Of Pre-Eclamptia/Eclamptia Handling In RSUD Dr. H. Ibnu Sutowo, Baturaja, Ogan Komering Ulu, South Sumatera In 2004
Pre-eclamptialeclamptia as the one of birth complication which can cause the number of death mothers is still high in south Sumatra, especially in OKU. From 376 pathologic birth in RS. Ibnu Sutowo Baturaja, it is found 82 pre-eclmptialeclamptia cases.
If these cases get the right handling, expected those can reduce the number of death mothers the right handling needs information exploration about information services at hospital, knowledges, funding patient trust to hospital services quality, services reach, transportation, SOP role and antenatal care as the basic of next policy making of pre-eclamptialeclamptia handling in RS Ibnu Sutowo.
This research aims to get detailed information about services role. Informations know ledges, funding, services quality trust, transportation, the standard of procedure operational and antenatal care in pre-eclamptialeclamptia handling in RSUD H. Ibnu Sutowo in Baturaja.
The research method that used is qualitive method with indepth interview technis. Information, resources selecting in this research pay much attention on appropriateness principle and adequaty. Information resovices include director, the head of midwifery room, midwife, and pre-eclamptialeklamptia patients who get treatment in RSUD dr. Ibnu Sutowo in Baturaja.
The research output show, that information service given by hospital staff has been executed, there is only in adequate giving continuously. This is caused by some obstacles such as in adequate human resources and the significant of service facilities in form of media so executing of information service is only on sudden necessity.
Information service in hospital is not scheduled yet, informant knowledge is still sufficient and patients haven't know yet pre-eclamptialeclamptia syndromes and they still consider those syndromes as about something normal for pregnant mothers. The patient is not able to pay the treatment cost from hospital patient is difficult to reach health service place, transportation is served by hospital with two kinds of vehicle there are ambulance and corpse cart. Rental system by poor people is ruled by hospital, but it is not socialited to patient didn't know and can not accessed because there is not communication facilities, SOP has executed rightly by some staff and antenatal care is not executed continually.
According to those things we give some advices, that is necessary to arrange some trainings about information services facilities with sound system media, brochure given to patient, socialiting that transportation is available, increase staff motivation in SOP using and antenatal are executing.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ika Wardhani
"Salah satu zat yang berhubungan dengan disfungsi endotel pada preeklampsia adalah vascular endothelial growth factor (VEGF). Penelitian ini menyelidiki bagaimana kadar VEGF pada kultur sel endotel vena umbilikalis bila dipajankan dengan serum wanita hamil dengan preeklampsia. Kultur sel endotel vena umbilikalis primer dari 12 tali pusat wanita bersalin normal dengan bayi aterm dipajankan dengan 14 serum wanita hamil dengan preeklampsia dan 13 serum wanita hamil normal selama 24 jam. Kadar VEGF diukur dengan metode ELISA. Didapatkan rerata kadar VEGF setelah pemajanan serum selama 24 jam cenderung lebih kecil pada kelompok wanita hamil dengan preeklampsia (3,7 ± 1,74 pg110.000 set) dibandingkan dengan hamil normal (3,99 + 1,79 pg110.000, sel) namun perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0,939, p>O,O5). Sabelum pemajanan, kadar VEGF pada 20% serum preeklampsia (33,31 + 0,89 pglml) lebih besar daripada kehamilan normal (32,81 _+ 0,76 pglml) namun tidak berbeda bermakna (p=0,132). Juga didapatkan rerata jumlah sel endotel yang hidup setelah pemajanan cenderung lebih besar pada kelompok wanita hamil dengan preeklampsia (11,00 ± 5,91 x 104 sel/ml) dibandingkan dengan hamil normal (9,85- + 3,96 x 104 sel/ml) namun perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0,550, p>0,05). Rerata viabilitas sel endotel lebili besar pada kelompok wanita hamil dengan preeklampsia (70,33 + 24,26 %) dibandingkan dengan hamil normal (68,02 + 16,05 °A) namun perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0,981, p>0,05). Kecenderungan ini memperlihatkan adanya peran VEGF pada sel endotel, namun bukan sebagai satu-satunya faktor yang terlibat pada patogenesis preeklampsia. Apakah VEGF yang meningkat pada serum penyandang preeklampsia diakibatkan oleh faktor-faktor dalam serum penyandang dan dihasilkan oleh sel endotel pada penelitian ini belum dapat dibuktikan.

It has been suggested that VEGF is involved in endothelial dysfunction which observed preeclampsia. This study investigate the production of VEGF during exposure of sera of preeclamptic women for 24 hours in the human umbilical vein endothelial cells culture (HUVEC). Primary HUVEC made from 12 aterm umbilical cords were exposed by 14 sera of preeclamptic women and 13 sera of normotensive pregnant women for 24 hours. Enzyme-linked immunoassay of VEGF was established The results showed VEGF in supernatan HUVEC exposed by preclamptic women sera were lower than normotensive pregnant women sera, with no significantly differences. VEGF level in 20% preeclamptic sera was likely be higher than normotensive pregnant women sera. The number and viability of endothelial cells after the 24 hours exposure of preeclamptic women sera seem to be more higher than normotensive pregnant women. These results suggest that VEGF may have an important role in the endothelial cells, but that they are not the primary factors involved in the pathogenesis of preeclampsia is the increasing level of VEGF in preeclamptic women sera due to factors on the sera and produced by the endothelial cells itself could have not been proved."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13666
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramita Iriana
"TUJUAN: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kadar tromboksan B2 pada kultur jaringan plasenta penderita preeklampsia dengan plasenta wanita hamil normal sebagai pembanding.
RANCANGAN PENELITIAN: Penelitian ini merupakan studi cross-sectional. Kultur jaringan plasenta penderita preeklampsia (n=13) dan plasenta wanita hamil normal (n=12) dengan usia dan umur kehamilan tidak berbeda bermakna secara statistic. Kultur plasenta menggunakan medium M199 dari sigma dengan 20 % serum menggunakan metode tabung menurut Rand dan dikultur selama 72 jam. Kadar tromboksan B2 diukur dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 405 nm. Sebagai petanda bahwa plasenta yang dikultur masih memilik viabilitas set yang baik diukur melalui pemeriksaan human chorionic gonadotropin (hCG).
HASIL: Kedua sel baik dari jaringan plasenta penderita preeklampsia maupun dari jaringan plasenta hamil normal memiliki viabilitas sel yang baik. Kadar tromboksan B2 yang terlarut dalam supematan kultur jaringan plasenta penderita preklampsia (887.88± 26.07 pglml) lebih tinggi secara bermakna (P<0.05) dibanding wanita hamil normal (849.82± 24.61 pglml)
KESIMPULAN: Kadar Tromboksan B2 pada penderita preeklampsia lebih tinggi dibandingkan pada wanita hamil normal, peningkatan ini bertanggung jawab terhadap terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah pada plasenta dan maternal.

Enhanced Tromboxane B2 (TXB2) Production In Placental Culture In Preeclampsia
OBJECTIVE: To determine tromboxane B2 production in placental culture in preeclampsia
STUDY DESIGN: The study was a crosssectional study. Placentas were obtained from having woman with normal (n=12) and woman with preeclampsia (n=13) with the same age and gestational age. Placenta tissues were incubated in M199 sigma medium with 20 % serum for 72 hour using the with tube method from Rand. Samples were analyzed spectrophotometrically and with absorbtion at 405 nm for tromboxane B2. hCG was also determined as a marker for cell viability.
RESULT : The placentas of women will preeclampsia and from normal pregnanly were viable. The concentration of tromboxane B2 from placental of preeclampsia cultured for 72 hour (887.88±26.07 pg/ml) was significantly higher (p<0.05) than from placental of normal pregnanly (849.83±24.60 pg/ml).
CONCLUSION : The concentration of tromboxane B2 from cultures of placental preeclampsia was significantly higher than from cultures of placental of normal pregnanly. The increased tromboxane B2 production in placental culture could be responsible for increased placental and maternal blood vessel vasoconstriction."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13652
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustadi Sosrosumihardjo
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Pada percobaan binatang kadar prolaktin serum yang tinggi dihubungkan dengan terjadinya edema. Dari penelitian pada hewan dan manusia dengan hipertensi ditemukan perubahan kadar ion kalsium serum. Percobaan in vitro membuktikan bahwa kadar magnesium yang rendah dalam cairan ekstraseluler meningkatkan tonus dan kepekaan pembuluh darah untuk berkontraksi. Gejala edema, hipertensi, dan spasmus pembuluh darah dijumpai pada kehamilan dengan sindroma preeklampsi. Pada manusia kadar prolaktin serum belum pernah dihubungkan dengan terjadinya edema, perubahan kadar ion kalsium serum pada hipertensi masih kontroversial, dan kaitan antara kadar magnesium serum dan spasmus pembuluh darah pada preeklampsi belum diketahui secara jelas. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kadar prolaktin, ion kalsium, dan magnesium serum pada preeklampsi, yang mungkin dapat dimanfaatkan dalam menjelaskan permasalahan tadi. Kadar prolaktin ditetapkan dengan cara tera imunoradiometrik, kadar ion kalsium dengan cara elektroda selektif ion, dan kadar magnesium dengan spektrofotometri berdasarkan pembentukan kompleks dengan xylidil blue. Serum diperoleh dari 30 penderita preeklampsi dan 30 orang hamil normal dengan usia hamil antara 32 sampai dengan 43 minggu.
Hasil dan Kesimpulan: Dari analisa terhadap serum tersebut di atas, ternyata 1/ tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara kadar prolaktin serum dan derajat edema, 2/ dijumpai korelasi bermakna antara kadar ion kalsium serum dan hipertensi, dan 3/ tidak ada perbedaan bermakna antara kadar magnesium serum pada preeklampsi dan kehamilan normal. Pada preeklampsi didapatkan 1/ kadar prolaktin serum antara 61,7 - 376,7 ng/ml; 2/ kadar ion kalsium 0,99 - 1,19 mmol/L; dan 3/ kadar magnesium serum 1,5-2,4 mg/dL.

ABSTRACT
Scope and Method of Study: In animal, an increase of serum prolactin was related td the development of edema. In animal as well as in hypertensive humans the serum level of ionic calcium was altered. In vitro studies showed that at low level of extra cellular magnesium the tone and contractibility of the smooth muscle of blood vessels was increased. The syndrome of edema, hypertension, and spasm of blood vessels were found in preeclamptic women. The role of prolactin in the development of edema in human was unknown, the changes of ionic serum calcium in hypertension are still controversial, and the relation between serum level of magnesium and the spasm of blood vessels in preeclampsia was unclear. This study was carried out to measure the serum level of prolactin, ionic calcium, and magnesium in preeclampsia, which may be used to clarify the problem. Prolactin was determined by immunoradiometric assay (Abbott), ionic calcium by ion selective electrode (AVL-980), and magnesium by spectrophotometry using xylidil blue. The determination was carried out in 30 subjects with preeclampsia and 30 normal pregnancies, both at 32 - 43 weeks of pregnancy.
Findings and Conclusions: Analysis of the subjects above revealed that: 1/ there was no correlation between serum prolactin and the degree of edema in preeclampsia, 2/ serum ionic calcium showed a good correlation with hypertension, and 3/ there was no difference in serum magnesium in preeclampsia and normal pregnancy. In preeclampsia, the concentration of 1/ serum prolactin is 61.7 376.7 ng/mL; 2/ ionic calcium is 0.99-1.19 nmol/L; and 3/ serum magnesium is 1.5-2.4 mg/dL. In normal pregnancy, the concentrations are: 1/ serum prolactin 92.7-357.3 ng/mL 2/ serum ionic calcium 0.87-1.13 mmol/L, and 3/ serum magnesium 1.6-2.4 mg/dL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wardaya
"Tujuan : Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui kadar MDA dan GSH pada kultur jaringan dan homogenate sel plasenta penderita preeklampsia yang diberikan kurkumin dosis rendah (0,01 mM) dan dosis tinggi (0,1 mM) dibandingkan dengan tanpa pemberian kurkumin sebagai kontrol.
Rancangan Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental in vitro kultur jaringan plasenta penderita preeklampsia dengan sampel sebanyak 10. Kultur plasenta menggunakan medium RPM1 + FBS 20 % dan kurkumin dengan metode tabung menurut Rand dan dikultur selama 72 jam. Kultur dibagi dalam 3 kelompok yaitu ; Kelompok kontrol, kelompok pemberian kurkumin dosis rendah (0,01 mM) dan kelompok pemberian kurkumin dosis tinggi (0,1 mM). Kadar MDA diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm. Pemeriksaan kadar GSH dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 412 nm. Data dianalisis dengan uji t berpasangan dengan batas kemaknaan 0,05.
Hasil : Kadar MDA yang terlarut pada medium kultur jaringan yang diberikan kurkumin dosis rendah (0.01 mM) 12,01 ± 4,55 nmol/mL dan yang terlarut dalam homogenat sel 5,18 ± 3,07 nmol/mg protein. Kadar MDA yang terlarut dalam supematan kultur dan homogenat sel plasenta dengan pemberian kurkumin dosis tinggi (0,1 mM) 10,19± 3,91 nmol/mL dan 4,30 ± 2,40 nmol/mg protein. Kadar MDA lebih rendah secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05). Kadar GSH yang terlarut pada medium kultur jaringan dan homogenat sel plasenta yang diberikan kurkumin dosis rendah (0.01 mM) 11,40 ± 2,51 .tg/ml dan 5,99 ± 3,68 pg/mg protein, sedangkan kadar GSH yang diberikan kurkumin dosis tinggi (0,1 mM) 11,84 ± 2,39 µg/mL and 6,20 ± 3,64 .tg/mg protein. Kadar GSH lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05). Tetapi pemberian kurkumin dosis rendah pada homogenat sel tidak dapat meningkatkan kadar GSH secara bermakna.
Kesimpulan : Pemberian kurkumin dosis rendah dan dosis tinggi dapat menurunkan kadar MDA dan meningkatkan kadar GSH secara bermakna pada medium kultur jaringan plasenta penderita preeklampsia.

OBJECTIVE: To determine the effect of curcumin supplementation on MDA and GSH production in placental culture and homogenate in preeclampsia.
STUDY DESIGN: The study was an in vitro experimental study. Placentae were obtained from women with preeclampsia (n = 10). The tissue was cultured in RPMI + FBS 20% + antibiotic for 72 hours using the Rand method. The cultures were divided into 3 groups. The first was control, to the second group 0.01 mM (low dose) curcumin was added and the third with 0.1 mM (high dose) curcumin. Supernatant and homogenate of the cultures were analyzed spectrophotometrically for MDA (with absorbtion read at 530 nm) and GSH (with absorbtion read at 412 nm).
RESULTS: The concentration of soluble MDA in the supernatant of the placental culture given low dose curcumin (0.01 mM) was 12.01 ± 4.55 nmol/mL, while the concentration in the homogenate was 5.18 ± 3.07-nmol/mg proteins. The concentration of MDA in the supernatant and homogenate of placental culture given high dose of curcumin (0.1 mM) was 10.19± 3.91 nmol/mL and 4.30 ± 2.40 nmollmg protein. These concentrations were significantly lower than in the control group (p < 0.05). The concentration of GSH in the supernatant and homogenate in low dose curcumin supplementation were 11.40 ± 2.51 µglml and 5.99 ± 3.68-pg/mg proteins, respectively. In the high dose curcumin supplementation group, the soluble and homogenate GSH concentrations were 11.84± 2.39 µg/mL and 6.20 ± 3.64-pg/mg protein. These results were significantly higher than the results of the control group (p < 0.05), but in the homogenate of group given low dose curcumin supplementation the increase were not significant.
CONCLUSION: Low dose and high dose curcumin supplementation decreased MDA levels and increased GSH levels significantly in the supernatant of placental tissue culture in preeclampsia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada preeklampsia terjadi peningkatan kadar VEGF (vascular endothelial growth factor). Selain mempunyai aktivitas mitotik dan meningkatkan permeabilitas membran sel endotel, VEGF dilaporkan dapat menginduksi produksi molekul sel adhesi oleh sel endotel. Molekul sel adhesi mempunyai fungsi merangsang perlekatan sel makrofag ke dinding pembuluh darah dalam proses inflamasi. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh VEGF dalam serum preeklampsia pada produksi sVCAM-1 (soluble vascular cell adhesion molecule) oleh sel endotel dalam kultur. Duabelas sampel serum preeklampsia dan 11 serum kehamilan normal (kontrol) dengan konsentrasi 20% dipajankan pada kultur sel endotel normal (HUVEC) selama 24 jam Semua subjek setuju berpartisipasi dalam penelitian ini dan menanda-tangani informed consent. Pengukuran kadar sVCAM-1 pada supernatan dilakukan dengan ELISA. Hasil menunjukkan kadar VEGF dalam serum preeklampsia cenderung lebih tinggi dari serum ibu dengan kehamilan normal. Kadar produksi VCAM-1 oleh sel endotel yang dipajankan pada serum preeklampsia lebih tinggi secara bermakna dari yang dipajankan oleh serum kontrol (p<0,05). Tidak ada korelasi antara kadar VEGF dalam serum preeklampsia dan kontrol terhadap produksi sVCAM-1 oleh kultur sel endotel. (Med J Indones 2004; 14: 3-6)

Serum concentrations of VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) are elevated in preeclampsia. In addition to inducing mitosis and increase permeability of endothelial cells, VEGF was reported to activate endothelial cells to produce cell adhesion molecules. Cell adhesion molecules play an important role in the inflammation process by inducing adherence of leukocytes in blood stream to the endothelial cells. The aim of this study is to investigate the effect of VEGF in serum from preeclamptic patients on sVCAM-1 (soluble vascular adhesion molecules-1) production in endothelial cell culture. Twelve sera from women with preeclampsia and 11 from women with normal pregnancy (controls) in 20% concentration were added to human umbilical vein endothelial cell culture (HUVEC) and incubated for 24 hours. All subjects have agreed to participate in this study and signed the informed consent form. sVCAM-1 concentration in the supernatant was measured by ELISA. VEGF concentration tends to be higher in preeclamptic serum than control, but the difference is not stastitically significant. The production of sVCAM-1 by endothelial cells exposed to preeclamptic serum was significantly higher than the production by endothelial cells exposed to serum from control (p<0.05). No correlation was found between the difference in VEGF concentrations in preeclamptic and control sera, and sVCAM-1 production by endothelial cell culture. (Med J Indones 2004; 14: 3-6)"
Medical Journal of Indonesia, 14 (1) January March 2005: 3-6, 2005
MJIN-14-1-JanMar2005-3
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayuningsih Dharma Setiabudy
"Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang ditandai dengan hipertensi, edema dan proteinuria. Berdasarkan tanda-tanda tersebut, diduga disfungsi endotel memegang peranan dalam patogenesis kedua penyakit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pada preeklampsia terjadi disfungsi endotel dengan memeriksa kadar sVCAM-1, vWF dan fibrin monomer sebagai petanda aktivasi koagulasi. Juga ingin diketahui apakah terdapat hubungan antara disfungsi endotel dengan beratnya penyakit. Desain penelitian potong lintang. Subyek penelitian adalah 30 orang wanita hamil 24 - 42 minggu dengan diagnosis preeklampsia yang bersedia ikut dalam penelitian dan kelompok kontrol terdiri atas wanita hamil aterm. Pemeriksaan kadar sVCAM-1 dikerjakan dengan cara ELISA dengan reagen dari R&D system. Kadar vWF ditentukan dengan cara enzyme linked fluorescent assay (ELFA) dengan reagen dari VIDAS bioMerieux. Fibrin monomer diperiksa dengan cara ethanol gelation test. Rerata dan simpang baku kadar sVCAM-1 pada preeklampsia dan kontrol berturut-turut adalah 576,4 ng/mL dan 58,3 ng/mL serta 375,7 ng/mL dan 43 ng/mL (p<0,05). Sedang rerata dan simpang baku kadar vWF pada preeklampsia dan kontrol berturut turut 305,3% dan 107,4% serta 162,4% dan 33% (p,0,05). Didapatkan korelasi sedang antara kadar sVCAM-1 dengan tekanan sistolik maupun diastolik (r=0,71) dan (r=0,65). Demikian pula antara kadar vWF dengan tekanan sistolik dan diastolik didapatkan korelasi sedang (r=0,67) dan (r=0,77). Fibrin monomer positif didapatkan pada 28 dari 30 penderita preeklampsia sedang pada kelompok kontrol hanya 1 orang yang positif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada preeklampsia terjadi disfungsi endotel. Pada preeklampsia terdapat korelasi antara petanda disfungsi endotel dengan tingginya tekanan darah.

Endothelial Dysfunction In Preeclampsia. Preeclampsia is a complication of pregnancy characterized by hypertension, edema, and proteinuria. Based on these signs, it is suggested that endothelial dysfunction plays a role in the pathogenesis of preeclampsia. The aims of this study were to know whether endothelial dysfunction occur in preeclampsia by measuring the level of sVCAM-1, von Willebrand factor, and fibrin monomer. The relationship between markers of endothelial dysfunction and blood pressure would also be sought. In this cross-sectional study, 30 women at the 24-42 weeks of pregnancy with preeklampsia, were enrolled and control group comprised of fullterm pregnant women. The level of sVCAM-1 was determined by ELISA method using reagents from R&D system, while vWF level was measured by enzyme linked fluorescent assay (ELFA) using reagent from VIDAS bioMerieux, and fibrin monomer was detected by ethanol gelation test. The mean of sVCAM-1 level in the preeklampsia group and in the control group were 576.4 ng/mL, and 375.7 ng/mL, respectively while the standard deviation were 58.3 ng/mL, and 43 ng/mL, respectively. The mean of vWF level in the preeklampsia group and in the control group were 305.3% and 162.4%, respectively while the standard deviation were 107.4% and 33%, respectively. Moderate correlation were found between sVCAM-1 as well as vWF level with both systolic and diastolic pressure. Fibrin monomer was found in 28 out of 30 subjects of preeclampsia group, but only 1 out of 31 subjects in the control group. The results of this study indicated that endothelial dysfunction occurred in preeclampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Marsudidjaja
"Latar Belakang: Pre-eklampsia adalah suatu sindrom yang berhubungan dengan kehamilan yang disebabkan oleh kecacatan dalam pembaharuan arteri spiral dalam pembentukan jaringan plasenta. Sebagai hipotesis utama, telah diusulkan bahwa pre-eklampsia terjadi akibat iskemia seluler di placenta. Dimana, hal itu mengarah ke produksi spesies oksigen reaktif (ROS) yang dapat menganggu fungsi jaringan plasenta. Superoksida dismutase (SOD) merupakan salah satu mekanisme pertahanan yang melindung sistem vaskular placenta terhadap ROS.
Metode: Sebanyak 28 sampel jaringan plasenta (terdiri dari kehamilan normal, pre-eklampsia awal dan pre- eklampsia lambat) telah dihomogenisasi dan dipelajari untuk menguji aktivitas enzim SOD. Aktivitas spesifik SOD diukur dengan xanthine, xanthine oksidase (XOD) dan INT dimana aktivitas SOD dihitung melalui tingkat penghambatan atas reaksi superoksida (dihasilkan oleh substrat xanthine) dengan INT untuk membentuk warna formazan merah. Lalu, jumlah zat warna yang dihasilkan tersebut dihitung dengan spektrofotometri UV (505 nm).
Hasil: Rata-rata log aktivitas spesifik SOD untuk kehamilan normal, pre-eklampsia lambat dan pre-eklampsia awal masing-masing adalah 6.43 U/mg, 3.46 U/mg dan -0.18 U/mg. Analisis statistik juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara aktivitas SOD dalam onset pre-eklampsia (dini dan akhir) dan juga antara kedua onset pre-eklampsia dengan kehamilan normal.
Kesimpulan: Aktivitas SOD pada pre-eklampsia awal mempunyai nilai terendah diikuti oleh nilai aktivitas SOD pada pre-eklampsia lambat. Dengan demikian, jaringan plasenta dalam pre-eklampsia awal memiliki stres oksidatif tertinggi dibanding dengan dalam kehamilan normal dan pre-eklampsia lambat.

Background: Pre-eclampsia is a pregnant-related syndrome caused by a defect in spiral arterial remodeling in placenta formation. It has been proposed as central hypothesis that pre-eclampsia is a product of cellular ischemia in the placenta. Therefore, leading to production of Reactive Oxygen Species (ROS) which began the disruption of the placental function. Superoxide dismutase (SOD) is one of the defense mechanism that protect the placental vascular system against ROS.
Method: A total of 28 placenta tissue samples (consist of normal pregnancy, early pre-eclampsia and late pre- eclampsia) were homogenized and studied for SOD enzyme activity assay. The specific activity of SOD was measured by xanthine, xanthine oxidase (XOD) and INT as the SOD activity is calculated by degree of inhibition of reaction of generated superoxide (produced by xanthine substrate) with INT to form red formazan dye. In which, the amount of dye is calculated by spectrophotometry UV (505 nm).
Result: The average log of specific activity of SOD is 6.43 U/mg, 3.46 U/mg and -0.18 U/mg for normotensive pregnancy, late pre-eclampsia and early pre-eclampsia respectively. The statistical analysis also revealed that there is significant difference between SOD activities of onset of pre-eclampsia (early and late) and also between both onset of pre-eclampsia with normal pregnancy (p<0,05).
Conclusion: SOD activity in early pre-eclampsia has the lowest value, seconded by late pre-eclampsia. Thus, placenta of early pre-eclampsia has the highest oxidative stress compare to in normal pregnancy and in late pre- eclampsia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessy Hardjo
"Untuk mencapai kehamilan sehat dibutuhkan interaksi dalam kandungan yang baik antara ibu hamil dengan janin. Apabila terjadi gangguan, maka masalah pada kehamilan yang bersifat fatal seperti preeklamsia dapat terjadi. Banyak studi telah menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara rusaknya proses aktivasi invasi trofoblas dan masalah pada maternal vascular endothelium. Peranan penting sebuah faktor transkripsi bernama Hif-1⍺ penting untuk regulasi oksigen khususnya dalam kondisi hipoksia, dan dipercaya juga berperan penting pada terjadinya preeklamsia di kehamilan. Pada studi ini, 20 sampel jaringan plasenta terdiri dari 10 sampel dari kehamilan preeklamsi dan 10 sampel dari kehamilan normal dianalisis menggunakan ELISA untuk melihat peranan protein HIF-1⍺ dan diinterpretasikan untuk menunjukkan hipoksia pada kehamilan preeklamsi. Hasil dalam studi ini menemukan bahwa tidak ada hasil yang signifikan ketika dianalisa secara statistic (p>0,05), namun ada kecenderungan bahwa kadar HIF-1⍺ lebih tinggi dibanding kadar HIF-1⍺ yang ditemukan dalam plasenta kehamilan normal.

Healthy pregnancy requires successful appropriate interaction established between mother and the fetus. When this fails to occur, problems in pregnancy such as a life- threatening disorder called preeclampsia may occur. Many studies have shown high correlation between the development of preeclampsia with faulty trophoblast invasion and spiral artery remodelling at early weeks of gestation, that consequently led to placental ischemia. Hypoxia-inducible factor-1a (HIF-1⍺), an essential transcription factor for oxygen regulation induced in hypoxic environment, is believed to be important in the course of this disease. However, the exact mechanism of the pathogenesis of preeclampsia is still elusive. In this study, 20 tissue samples composed of 10 preeclamptic placenta and 10 normal pregnancy placenta were examined using ELISA Kit, with the aim to assess the HIF-1⍺ protein level and determine whether it could be used to demonstrate presence of persistent hypoxia in preeclampsia. The results demonstrated that there is no statistically significant difference between the HIF-1⍺ level in preeclamptic and normal placenta (p>0.05), but there is an evident tendency of the level in preeclampsia placenta to be elevated."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>