Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Immaculata Astrid Budiman
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Nyeri pascaoperasi evakuasi minyak silikon intravitreal masih menjadi hal yang mengganggu bagi sebagian besar pasien. Nyeri pascaoperasi ini dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan penggunaan anestetik lokal. Obat anestetik lokal yang sering digunakan sebagai analgesia pascaoperasi mata adalah bupivakain 0,5 . Teknik penggunaan anestetik lokal sebagai analgesia pascaoperasi mata pun beragam, salah satunya adalah subkonjungtiva. Minimnya resiko dan komplikasi teknik ini bisa menjadi pilihan yang baik dibandingkan teknik lainnya. Penelitian ini secara umum ingin mengetahui efektivitas bupivakain 0,5 subkonjungtiva sebagai analgesia pascaoperasi minyak silikon intravitreal.Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis pada pasien yang akan menjalani operasi evakuasi minyak silikon intravitreal terencana di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Setelah mendapatkan izin komite etik dan informed consent sebanyak 30 subjek didapatkan dengan consecutive sampling pada bulan Oktober 2016 ndash; Februari 2017. Pasien langsung dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok bupivakain B dan kelompok NaCl 0,9 NS , sesuai hasil randomisasi. Kelompok B akan diberikan bupivakain 0,5 subkonjungtiva pada akhir operasi, sedangkan kelompok NS mendapatkan NaCl 0,9 subkonjungtiva pada akhir operasi. Kedua kelompok juga mendapatkan parasetamol 20 mg/kgBB intravena pada akhir operasi. Data yang diperoleh adalah nilai Visual Analgoue Scale VAS , saat pertama kebutuhan analgesia dan angka kejadian mual-muntah selama 24 jam pertama pascaoperasi. Dengan menggunakan SPSS 21 dilakukan uji Anova for repeated measure untuk membandingkan rerata derajat nyeri 24 jam pascaoperasi antara kedua kelompok. Uji Fischer digunakan untuk mengetahui perbandingan saat pertama kebutuhan analgesia tambahan antara kedua kelompok. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna rerata derajat nyeri 24 jam pascaoperasi evakuasi minyak silikon intravitreal antara kelompok B dan kelompok NS dengan nilai p=0,001. Terdapat perbedaan bermakna antara saat pertama kebutuhan analgesia tambahan antara kedua kelompok dengan p=0,042. Insiden mual-muntah hanya terjadi pada kelompok NS dengan proporsi mual 6 dan proporsi muntah 3 .Simpulan: Bupivakain 0,5 subkonjungtiva efektif sebagai analgesia pascaoperasi evakuasi minyak silikon intravitreal. Kata Kunci: analgesia pascaoperasi evakuasi minyak silikon intravitreal, bupivakain 0,5 subkonjungtiva
ABSTRACT
Background Intravitreal silicon oil removal surgery can cause mild moderate postoperative pain and discomfort in most patients. Postoperative pain can be managed by using many methods, including local anesthetic drug. One of the common local anesthetic drugs is bupivacaine 0,5 . The application techniques also vary, such as subconjungtival application.It was a good alternative for postoperative analgesia in the ophtalmic surgery because its minimal risks and complications. The purpose of this research was to measure the effectiveness of subconjunctival bupivacaine 0,5 as postoperative analgesia in silicon oil removal surgery.Method This was a double blind randomized clinical study in patients undergoing elective intravitreal silicon oil removal surgery at Cipto Mangunkusumo Hospital. Thirty consecutive patients, enrolled from October 2016 ndash February 2017, were randomized to receive subconjunctival bupivacaine 0,5 or subconjunctival placebo NaCl 0,9 at the end of the surgery. The primary outcome was the pain score 24 hours after surgery, using a 100 mm Visual Analogue Scale VAS . Intraveous injection of tramadol 50 mg were given if the VAS 4. Secondary outcomes were the time to first analgesic requirement and the incidence of nausea vomiting. Statistical analysis was conducted to measure the difference between 24h pain score in the bupivacaine group compare to placebo group group NS .Result The overall 24 hours postoperative pain score was significantly different between the bupivacaine group compare to placebo group, p 0,001. In 24 hours postoperative there were only five samples need additional analgesia in the placebo group. The time to first analgesic requirement was significantly different between the two group, p 0,042. Nausea ndash vomiting only happened in the placebo group with proportion 6 and 3 respectively.Conclusion Subconjunctival bupivacaine 0,5 was effective as postoperative analgesia in intravitreal silicon oil removal surgery. Keywords postoperative analgesia, intravitreal silicon oil removal surgey, subconjunctival bupivacaine
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Lasmida Ruth A.
Abstrak :
Latar Belakang: Refleks okulokardiak dengan manifestasi bradikardia, aritmia hingga asistol masih sangat potensial terjadi pada operasi strabismus. Operasi dalam anestesi umum saja belum dapat mencegah kejadian tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah injeksi ropivakain 0,75% subtenon dengan kombinasi anestesi umum menunjukkan hasil yang lebih baik dalam menurunkan angka kejadian refleks okulokardiak dan nyeri pasca operasi. Metode: Uji klinis acak terkontrol tersamar ganda dilakukan pada 15 subjek usia 7-60 tahun yang menjalani reseksi rektus medial/lateral dan status fisik sesuai American Society of Anesthesiologists adalah ASA I-II. Randomisasi membagi subjek menjadi dua kelompok yaitu ropivakain dan plasebo. Perubahan laju nadi dan kejadian refleks okulokardiak diukur saat insisi konjungtiva, traksi dan reseksi otot. Nyeri pasca operasi dinilai pada jam ke-1,2,4 dan 6 dengan Visual Analog Score (VAS). Hasil: Penelitian ini menunjukkan rerata laju nadi pada kelompok intervensi pasca induksi, insisi konjungtiva, traksi dan reseksi otot adalah 70.4, 66.8, 65.4, dan 65.4 secara berurutan, sedangkan plasebo 78, 74.5, 68.8, dan 74.8 kali per menit. Insidens kejadian refleks okulokardiak pada kelompok intervensi adalah 28.5% sedangkan plasebo 50% (p>0.05). Median skor nyeri kelompok intervensi lebih rendah pada jam pertama pasca operasi. Kesimpulan: Walaupun tidak bermakna secara statistik, namun secara klinis, dengan power penelitian 75%, kombinasi anestesi umum dan injeksi subtenon memberi hasil yang lebih baik. ......Background: Squint surgery is associated with oculocardiac reflex with bradycardia, arrhythmia and even asystole case. Surgery in general anesthesia alone could not prevent this reflex. Objective: The aim of this study was to investigate the effects of a sub- Tenon’s block combined with general anesthesia on oculocardiac reflex and postoperative pain. Method: This double blind randomized controlled trial included 15 patients aged 7-60 years scheduled for medial/lateral rectus resection and American Society of Anesthesiologists status were ASA I-II. Patients were randomly allocated to receive either sub-Tenon ropivacaine 0,75% or placebo prior to surgery. Changes in heart rate and incidence of oculocardiac reflex were measured during several stages. Result: The mean heart rate measured at post induction, conjunctival incision, muscle traction and resection in ropivacaine group were 70.4, 66.8, 65.4, and 65.4 bpm, respectively and in placebo group were 78, 74.5, 68.8, and 74.8 bpm. Incidence of oculocardiac reflex in ropivacaine and placebo group were 28,5% and 50% respectively (p>0.05). Median pain scores were lower in ropivacaine group at the first hour postoperative. Conclusion: We conclude that eventhough statistically there was no difference between two groups (power 75%), clinically, combination of ropivacaine 0,75% sub-Tenon block with general anesthesia showed lower incidence of oculocardiac reflex and lower pain score at the first hour after surgery.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Anwar
Abstrak :
Latar belakang: Proses pembedahan seperti kraniotomi mengakibatkan inflamasi, dimulai sejak awal insisi dan berdampak pada kejadian nyeri pascabedah yang memengaruhi lama rawat pasien. Lidokain intravena intraoperatif memiliki efek analgesik dan antiinflamasi yang terbukti efektif sebagai terapi ajuvan dalam manajemen nyeri pasca pembedahan abdominal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek pemberian lidokain intravena kontinyu intraoperatif pada kraniotomi, terhadap nyeri pascabedah, kadar TNF-alfa, dan lama rawat. Metode: Randomized controlled trial ini menggunakan pengambilan sampel secara consecutive sampling. Sebanyak 50 subjek penelitian dengan tumor otak yang menjalani kraniotomi. Kelompok intervensi diberikan bolus intravena lidokain 2% dosis 1,5 mg/kgBB saat induksi, dilanjutkan rumatan 2 mg/kgBB/jam. Kelompok kontrol dengan pemberian NaCl 0,9% dengan volume sama. Luaran penelitian adalah skala nyeri pascabedah berdasarkan nilai NPS, kadar TNF-alfa dan lama rawat. Hasil: Skor nyeri sesuai nilai NPS pada 1 jam pascabedah, 6 jam pascabedah, dan 24 jam pascabedah antara kelompok intervensi dengan kontrol (p < 0,001). Terdapat perbedaan bermakna antar dua kelompok mengenai selisih kadar TNF-alfa prainduksi dengan 1 jam pascabedah (p = 0,001). Sedangkan selisih kadar TNF-alfa prainduksi dengan 24 jam antar dua kelompok tidak menunjukkan perbedaan signifikan (p = 0,334). Luaran lama rawat tidak berbeda bermakna. Simpulan: Pemberian lidokain intravena kontinyu intraoperatif dibandingkan plasebo pada kraniotomi berpengaruh terhadap nyeri pascabedah dan kadar TNF-alfa, namun tidak berpengaruh pada lama rawat. ......Background: Surgery such as craniotomy causes inflammation which affects the incidence of postoperative pain and then affect hospitalization duration. Lidocaine has analgesic and anti-inflammatory effects which effective as an adjuvant in the management of postoperative pain in abdominal surgery. This study aims are to investigate the effects of the intraoperative continuous intravenous lidocaine during craniotomy on postoperative pain, TNF-α levels, and hospitalization duration. Methods: This randomized controlled trial uses consecutive sampling method. A total of 50 subjects with brain tumors underwent craniotomy. The therapy group was given lidocaine 2% intravenous bolus 1.5 mg/kg at induction followed by maintenance at 2 mg/kg/hour, the control group was given NaCl 0.9% with the same volume. The outcomes assessed were postoperative pain, TNF-α levels, and hospitalization duration. Results: There was a significant difference in NPS 1-hour postoperative, 6-hour postoperative NPS, and 24-hour postoperative NPS scores between the treatment group and the control group (p < 0.001). There was a significant difference between pre-induction TNF-α levels and 1 hour postoperatively (p = 0.001) however pre-induction TNF-α levels with 24 hours was not significantly different (p = 0.334). There was no significant difference in hospitalization duration between those groups. Conclusions: Intraoperative continuous intravenous lidocaine administration compared to placebo at craniotomy had an effect on postoperative pain and TNF-α levels but had no effect on hospitalization duration.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library