Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lukman Handoyo
"Pendahuluan: Kehidupan paska stroke yang dialami pria dewasa menimbulkan banyak dilema bagi keluarga yang merawat. Sosok sentral yang diharapkan berperan vital mengalami ketidakberdayaan, terlebih jika afasia menjadi salah satu disabilitas yang menyertainya. Di Indonesia, nilai budaya menjadi aspek yang cukup memengaruhi kehidupan keluarga dalam merawat dan menerima kondisi pria post-stroke afasia, termasuk nilai budaya dari Suku Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman keluarga Suku Jawa dalam menghadapi/merawat pria post-stroke afasia. Metode: Studi kualitatif fenomenologi menjadi pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini. Sebanyak lima belas partisipan yang berstatus sebagai anggota keluarga yang merawat pria post-stroke afasia dengan latar belakang Suku Jawa diwawancarai dengan teknik wawancara mendalam semi terstruktur. Analisis tematik dari Colaizzi dilakukan setelah data terkumpul. Hasil: Terdapat enam tema yang terumuskan, yaitu: (1) Bentuk Komunikasi dalam Keluarga; (2) Sulit Bicara Memicu Emosi Negatif; (3) Peran yang Terganggu; (4) Dinamika Psikososial Keluarga; (5) Nilai dan Wujud Budaya Jawa dalam Perawatan; dan (6) Harapan pada Pelayanan Kesehatan Primer. Kesimpulan: Keluarga yang merawat pria post-stroke afasia dihadapkan pada banyak dilema psikologis, sosial, dan budaya dalam proses perawatannya. Disfungsi komunikasi yang terjadi membuat keluarga perlu upaya lebih untuk menerima kondisi di tengah dilema tersebut. Ada indikasi bahwa dukungan dari anggota keluarga lain dan nilai sosial budaya dalam keluarga dapat mendorong penerimaan keluarga.

Introduction: The life of a man after a stroke poses many dilemmas for the family providing care. The central figure who is expected to play a vital role is powerless. Especially if aphasia is one of the accompanying disabilities. In Indonesia, cultural values ​​are an aspect that is quite influential in family life in caring for and accepting the condition of men with post-stroke aphasia, including the cultural values ​​of the Javanese. This study aims to explore the meaning of Javanese family experiences in dealing with men with aphasic post-stroke men. Methods: A qualitative study of phenomenology was the approach conducted in this research. Fifteen participants from Javanese families who cared for men with post-stroke aphasia were interviewed using a semi-structured in-depth interview technique. Colaizzi's thematic analysis was carried out after the data were collected. Results: Six themes emerged: (1) forms of communication in the family; (2) difficulty speaking triggers negative emotions; (3) men’s role impairment; (4) family psychosocial dynamics; (5) values and forms of Javanese Culture in Caring; and (6) expectations on Primary Health Care. Conclusion: Families caring for aphasic post-stroke men are faced with many psychological, social, and cultural dilemmas in the process of their care. The dysfunction of the communication that occurs makes the family need more efforts to accept the conditions in the dilemma. There are indications that support from other family members and socio-cultural values in the family can encourage family acceptance. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Anderson
"ABSTRAK
Motivasi adalah komponen penting dalam kepatuhan untuk mengikuti program rehabilitasi paska stroke. Penelitian ini bertujuan untuk menggali perspektif klien paska stroke terhadap motivasinya dalam mengikuti program rehabilitasi setelah keluar dari rumah sakit. Metode penelitian ini adalah studi fenomenologi melalui wawancara mendalam semi berstruktur terhadap enam partisipan yang didapat dengan teknik purpossive sampling. Lima tema yang dihasilkan adalah terbentuknya komponen dasar motivasi rehabilitasi, konsistensi motivasi rehabilitasi, faktor-faktor yang menguatkan dan melemahkan motivasi rehabilitasi, serta upaya untuk mempertahankannya. Klien paska stroke yang sedang mengikuti program rehabilitasi memiliki motivasi walaupun konsistensinya dapat berubah karena dipengaruhi faktor-faktor internal dan eksternal, dan dibutuhkan upaya untuk mempertahankan kualitasnya. Motivasi rehabilitasi hendaknya selalu dievaluasi karena faktor spiritual, fisik, psikologi, sosial, dan lingkungan dapat mempengaruhi kualitasnya. Penambahan partisipan yang lebih variatif dan penggunaan studi kuantitatif atau mixed method perlu dilakukan pada penelitian selanjutnya untuk menguatkan hasil penelitian ini serta mengembangkanya menjadi model motivasi efektif terhadap kepatuhan rehabilitasi.

ABSTRACT
Motivation is an essential component in adherence to post stroke rehabilitation program. This study aimed to explore the client 39 s perspective on motivation in a post stroke rehabilitation program after discharge from hospital. This qualitative study used phenomenological method with 6 participants participated in individual in depth semi structured interview. Purposive sampling method was carried out in this study. Five themes were formed the formation of the basic components of rehabilitation motivation, the consistency of rehabilitation motivation, strengthening and weakening factors of rehabilitation motivation, and the attempt to preserve it. Although motivation was found in the post stroke client during rehabilitation program, it is possible to change due to both internal and external factors and attempt of preserving quality. Rehabilitation motivation should always be evaluated since some factors such as spiritual, physical, psychological, social, and environment factors could affect its quality. In order to support this result, further study is recommended with more varied participants and alternative method such as quantitative or mix method. Additionally, this future work would be beneficial to develop an effective motivation model to rehabilitation adherence."
2016
T47451
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library