Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Ihsan Budi R
Abstrak :
Polipropilen merupakan polimer hidrokarbon linier yang dibuat dengan cara melakukan polimerisasi adisi pada gas propilen. PP terdiri atas rantai-rantai molekul dari sejumlah propilen. Polipropilen merupakan salah satu polimer yang paling banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dari pengujian ini akan dipelajari kondisi proses pembuatan plastic film polipropilen dan sifat mekanis PP yang penting terkait dengan aplikasinya sebagai kemasan. Pengujian sifat mekanis terhadap PP, yaitu kekuatan tarik, sobek dan impak terhadap PP A, B dan C dilakukan untuk membandingkan karakteristik mekanis ketiga PP ini. Penelitian yang dilakukan akan memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanis polipropilen. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain viskositas, kristalinitas, berat molekul PP. Kondisi operasi permesinan plastic film yang diterapkan adalah kondisi standar operasi permesinan PP A. Kondisi operasi yang diterapkan pada PP sangat berpengaruh terhadap kinerja PP. MFR yang terendah adalah PP C sebesar 6.7 + 0.38 gram/10 menit. PP C her ada pada kondisi operasi yang tidak tepat karena saat permesinan plastic filmnya menggunakan kondisi operasi standar PP A yang mempunyai MFR 9.97+0.05 gram/10 menit. Dari pengujian mekanis, PP B memiliki kuat tarik 240+20 kg/cm_ saat yield dan 544+45kg/cm_ saatputus dan kuat sobek 53.50 _ 5.12 gram/mil yang tertinggi dibandingkan PP A dan C. Kekuatan impak yang tinggi tidak selalu berkaitan dengan kristalinitasnya yang rendah tapi juga elongasi. PP B mempunyai kristalinitas yang tinggi tapi juga mempunyai kuat impak tinggi karena ketangguhannya yang disebabkan oleh elongasinya lebih dari 600 %. Nilai impak yang tinggi dari PP C dengan impact failure weight 35 gram disebabkan karena kristalinitas yang rendah. Aditifantiblocking danfriksi hanya mempengaruhi sifat lekatan lapisan film pada PP A, B dan C dan tidak berpengaruh terhadap sifat mekanis PP.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Adhi R.
Abstrak :
Polipropilen (PP) merupakan salah satu polimer yang paling banyak digunakan dalam aplikasi plastik kemasan. Ini karena sifat-sifat polipropilen memiliki banyak keunggulan yaitu dalam hal sifat optis dan mekanisnya. Perkembangan plastik kemasan yang pesat juga akan membutuhkan kualitas yang sesuai dengan aplikasinya. Oleh karena itu perlu diketahui sifat-sifat yang ada pada salah satu polipropilen (PP) yang ada di Indonesia. Penetitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat optis berupa keburaman (haze) dan sifat mekanis pada polipropilen (PP) A dan polipropilen (PP) B sehingga dapat dilihat hubungan yang didapatkan antara kedua sifat tersebut. Penelitian ini menggunakan PP dengan jenis dan komposisi aditif sama yaitu stabilator panas (AE) 4 %; stabilator panas (AJ) 4 %; pelumas (AH) 5 %; syntetic hydrotalcite (HD) 3 %; slip agent (SB) 14 %; antiblocking (SC) 8 %. Pembuatan plastik film juga dilakukan dengan kondisi operasi yang sama dengan menggunakan alat blown tubular film. Perbedaan antara PP A dan PP B hanyalah pada operasi pembuatan yang berbeda pada saat proses polimerisasi dan pencampuran dengan aditif hingga menjadi pellet. Dari hal tersebut, trnmyata didapatkan hasil pengujian yang berbeda-beda untuk PP A dan PP B. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa PP B memiliki keburaman yang lebih tinggi '(8%) dari PP A (2,7%) pada plastik film. Ini berarti PP B memiliki derajat kristalinitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan PP A dan membuat kekuatan tank (MD) PP B (199,14 kg/cm2) lebih tinggi dari PP A (173,5 kg/cm_) tetapi pertambahan panjang dan ketahanan impak PP B (456% dan 21,5 gr) lebih rendah dari PP A (539% dan 21,91 gr). Pada pengujian SEM, kondisi operasi mempengaruhi kelarutan aditif dalam matriks polimer. Kelarutan aditif yang rendah pada matriks atau tidak larut sempuma pada PP B membuat nilai kekuatan tank PP B lebih tinggi dibandingkan dengan PP A. Aditif yang tidak larut sempuma membentuk gumpalan yang menyebabkan sinar berhamburan ketika melewafi plastik film sehingga keburaman pada PP B lebih tinggi dari PP A. Aditif yang tidak larut sempuma menyebabkan plastik film pada PP B mempunyai nilai pengujian blocking dan koefisien friksi (TD : 0,01500 gr; MD: 0,01900 gr dan us: 0,4141; _k: 0,2618) yang lebih rendah dibandingkan dengan PP A (TD : 0,05030 gr; MD: 0,04900 gr dan _s: 0.6243; uk: 0,4212).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41654
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Lara Ollivia
Abstrak :
ABSTRAK
Penggunaan serat sintetis sebagai penguat pada komposit memiliki kekurangan yaitu tidak ramah lingkungan. Serat alam dapat digunakan sebagai alternatif penguat pada komposit. Polipropilena dan serat kenaf masing-masing digunakan sebagai matriks dan penguat pada komposit. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh sifat tarik dan suhu defleksi optimum dengan memvariasikan fraksi berat serat. Komposit polipropilena/serat kenaf difabrikasi dengan metode hot press. Serat kenaf diberi perlakuan alkali dalam larutan NaOH sebelum dijadikan penguat dan polipropilena diekstrusi sebelum digunakan sebagai matriks. Fraksi berat serat yang digunakan adalah 20 wt%, 30 wt%, 40 wt%, 60 wt% dan polipropilena murni sebagai pembanding. Pengujian yang dilakukan adalah uji tarik dan uji Heat Deflection Temperature (HDT) untuk mengetahui sifat mekanik dan sifat termal komposit. Nilai kuat tarik optimum berada pada komposit dengan komposisi serat 40 wt% dan mengalami kenaikan 80% dibandingkan dengan polipropilena murni yaitu sebesar (60,3 ± 4,3) MPa. Suhu defleksi optimum berada pada komposit dengan komposisi serat 40 wt% dan mengalami kenaikan hingga 170% dibandingkan dengan polipropilena murni yaitu sebesar (159,1 ± 1,8) ºC. Hasil pengamatan Scanning Electron Microscope pada komposit dengan fraksi berat 40 wt% menunjukkan ikatan antarmuka antara serat dan matriks yang relatif baik dan moda kegagalan berupa serat patah dan kegagalan matriks.
ABSTRACT
The use of synthetic fibers as reinforcement in composites has disadvantage which are not environmentally friendly. An alternative reinforcement for composites is natural fiber. Polypropylene and Sumberejo kenaf fibers are used respectively as the matrix and reinforcement. The aim of this research was to obtain the optimum tensile properties and deflection temperature with the variation of fiber fractions. Polypropylene/kenaf fiber composites fabricated by hot press method. The kenaf fiber was soaked in NaOH solution before being used as the reinforcement and polypropylene was extruded before being used as the matrix. The weight fractions of the fiber used were 20 wt%, 30 wt%, 40 wt% and 60 wt% to produce composites and pure polypropylene samples were also prepared for comparison. The optimum tensile strength and deflection temperature were found in the composites with the 40 wt% fiber fraction each with an increase up to 80% and 170% compared to the pure polypropylene with the result (60.3 ± 4,3) MPa and (159.1 ± 1,8) °C respectively. The result of Scanning Electron Microscope observation in a composite with the 40 wt% fiber fraction showed relatively good bonding interface between fibers and the matrix and the failure modes were fiber breakage and matrix failures.
2016
S62966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Epson Ray Kinko
Abstrak :
Konsumsi polimer dalam jumlah besar, menekan industri polimer untuk menghemat bahan baku material dan mempercepat laju produksi. MFC berbasis serat alam telah dipelajari mampu memperbaiki sifat dan kecepatan laju proses dari polimer. Indonesia sebagai negara agraris memiliki banyak sumber serat alam, salah satunya serat ijuk. Melalui proses perlakuan, serat alam diproses hingga didapatkan MFC yang akan dipelajari sifatnya sebagai agen penukleasi didalam polimer polipropilena jenis kopolimer impak. Dengan penambahan MFC, dapat meningkatkan 2% kristalinitas dan kecepatan kristalinitas hingga 12 detik. Penelitian ini menitik beratkan pada kemampuan kristalinitas dari PP setelah ditambahakan MFC. ...... Polymer comsumption in large scale, pushing polymer industry to reduce consumption of base material and increasing production time. ?Ijuk? based MFC has been studied can improve quality and accelerate process on PP. Indonesia as a maritime nation had many kind land riches, the one is ?ijuk? fiber. By conditioning process, ?ijuk? fiber made into MFC than have good bonding and will be studied his properties as nucleating agent on polymer polypropylene copolymer impact. With addiction of
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S36319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toho Dustin Sutomo
Abstrak :
Komposit ramah lingkungan merupakan komposit dengan salah satu atau semua unsur penyusunnya merupakan bahan alam. Indonesia dengan keragaman hayati menghasilkan berbagai jenis serat alam sebagai penguat, salah satunya serat daun nanas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kandungan serat daun nanas Subang pada ketahanan impak dan kekerasan dari komposit polipropilena/serat daun nanas Subang. Perlakuan alkali dilakukan pada serat daun nanas Subang dan komposit difabrikasi dengan metode hot press. Hasil pengukuran densitas, papan komposit dikelompokkan dalam kategori Papan Serat Kerapatan Tinggi (PSKT) berdasarkan SNI 01-4449-2006. Hasil uji bakar, impak, dan kekerasan menunjukkan komposit dengan fraksi berat serat daun nanas Subang 40 wt.% adalah komposit terbaik dengan nilai masing masing 14 mm/menit, (31,6 ± 4,5) J/cm2, dan (60,5 ± 2,01) HD. Hasil pengamatan menunjukkan adanya hasil bakar dan fiber pull out.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentius Calvin
Abstrak :
Plastik merupakan material yang mengalami perkembangan pesat 30 tahun terakhir ini. Namun sifatnya yang kurang kuat untuk aplikasi tertentu mengharuskan plastik dibuat menjadi komposit. Berbagai penguat sintetis tersedia seperti serat kaca namun harga serat kaca yang mahal dan sifatnya yang tidak ramah lingkungan membuat penggunaan material yang lebih murah dan ramah lingkungan sangat digencarkan. Komposit matriks polimer dengan penguat serat alam atau natural fiber reinforced polymer composites (NFRPC), sering hanya disebut natural fiber composites (NFC) menjadi solusinya. Dalam penelitian ini digunakan serat alam sorgum yang berasal dari dalam negeri dan bagian yang digunakan merupakan produk sampingan dari tanaman sorgum. Proses preparasi serat sorgum diperlukan untuk meningkatkan kompatibilitasnya dengan matriks polipropilen (PP). Alkalinisasi-termal menjadi metode yang dipakai dalam melakukan preparasi serat dan hasilnya setelah dilakukan proses ini serat memiliki mekanisme mechanical bonding (interlocking) dengan PP. Kemudian pengaruh temperatur pencampuran PP dan sorgum dengan variasi 160°C, 170°C, 180°C, serta komposisi serat dengan variasi 5%, 10%, dan 15% dipelajari perilaku mekanis dan morfologinya. Hasil yang didapatkan variasi yang optimum yaitu pada temperatur pencampuran 170°C dan komposisi serat 15% memiliki kekuatan tarik mencapai 20,2 MPa dan modulus elastis 547 MPa serta temperatur pencampuran 170°C dan komposisi serat 5% memiliki elongasi 36,4 MPa.
Plastic is a material that has experienced rapid development in the last 30 years. But its nature is less strong for certain applications, requiring plastic to be made into composites. Various synthetic reinforcements are available such as glass fiber but the expensive price of glass fiber and its environmentally unfriendly nature making the usage of cheaper and environmentally friendly materials highly intensified. Polymer matrix composites with natural fiber reinforced polymer composites (NFRPC), often just called natural fiber composites (NFC), are the solution. In this study, natural sorghum fibers originating from within the country were used and the used parts were by-products of sorghum plants. The preparation process of sorghum fibers is needed to improve its compatibility with the polypropylene (PP) matrix. Thermal-alkalinization is the method used in conducting fiber preparation and the results after this process the fibers have mechanical bonding (interlocking) mechanism with PP. Then the effect of PP and sorghum mixing temperature with variations of 160°C, 170°C, 180°C, and fiber composition with variations of 5%, 10%, and 15% on mechanical and morphological behavior were studied. The optimum result is obtained at mixing temperature of 170°C and 15% fiber composition that have tensile strength reaching 20,2 MPa and elastic modulus of 547 MPa also at mixing temperature of 170°C and 5% fiber composition have elongation of 36,4%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Maya Rosa
Abstrak :
Peningkatan perhatian global mengenai masalah lingkungan dan sustainability terkait dengan pelestarian sumber daya alam tak terbarukan telah mendorong upaya untuk mengembangkan bahan dan produk ramah lingkungan baru berdasarkan sumber daya alam yang terbarukan. Serat sorgum memiliki potensi untuk dijadikan penguat komposit karena memiliki sifat mekanis yang baik, ramah lingkungan, murah. Pada studi ini komposit polipropilen-sorgum dibuat dengan rheomix pada temperatur 160Oc, kecepatan 50 rpm dengan variasi komposisi serat 5%, 10%, 15% serta variasi waktu pencampuran 5 menit, 7.5 menit, dan 10 menit. Sifat mekanis komposit polipropilen-sorgum dipengaruhi mechanical interlockpada interfaceserat dengan matriks polipropilen. Modifikasi alkalinasi-termal dengan NaOH 5% dan waktu kukus bertekanan selama 3 menit dilakukan untuk mengubah hidrofobisitas serat sorgum dan memperbaiki ikatan antara matriks polipropilen dengan serat sorgum. Diperoleh bahwa modulus young komposit polipropilen-sorgum menaik dengan penambahan serat dan penambahan waktu pencampuran, Ultimate Tensile Strength komposit polipropilen-sorgum menurun setelah melewati batas optimum komposisi serat dan menaik dengan penambahan waktu pencampuran. Sifat elastisitas komposit polipropilen-sorgum berkurang seiring penambahan komposisi serat dan penambahan waktu pencampuran. Hubungan antara variasi komposisi serat dan waktu pencampuran dianalisa untuk mengevaluasi pengaruhnya pada performa penguatan komposit polipropilen oleh serat sorgum. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan variabel komposisiserat dan waktu pencampuran yang optimum untuk memperoleh sifat mekanis terbaik.
Increasing global concern to environmental issues and sustainability related to preservation of non-renewable natural resources has encouraged research to development environmentally friendly materials and products based on renewable natural resources. Sorghum fiber has the potential to be a composite reinforcement because it has good mechanical properties, is environmentally friendly, inexpensive. In this study polypropylene-sorghum composites were made with Rheomix at a temperature of 160Oc, speed of 50 rpm with variations in fiber fraction of 5%, 10%, 15% and variations in mixing time of 5 minutes, 7.5 minutes, and 10 minutes. The mechanical properties of polypropylene-sorghum composites are determined by mechanical interlocks on fiber interfaces with the polypropylene matrix. Alkalination-thermal modification with 5% NaOH and pressurized steam for 3 minutes was carried out to change the hydrophobicity of sorghum fibers and improve the bond between the polypropylene matrix and sorghum fiber. It was found that the young modulus of polypropylene-sorghum composite increased with the addition of fiber and the addition of mixing time, the Ultimate Tensile Strength polypropylene-sorghum composite decreased after crossing the optimum fiber fraction boundary and increasing with the addition of mixing time. The elasticity of polypropylene-sorghum composites decreases with the addition of fiber fraction and the addition of mixing time. The relationship between variations in fiber fraction and mixing time was analyzed to evaluate their effect on the performance of composite reinforcement of polypropylene by sorghum fibers. The aim of the study was to obtain the optimal fiber fraction and mixing time to obtain the best mechanical properties.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariza Fathia Rizal
Abstrak :
Peralihan penggunaan serat sintetis menjadi serat alam sebagai penguat pada material komposit sudah banyak dilakukan. Serat alam sebagai penguat pada komposit dapat mengurangi polusi lingkungan dan ketergantungan penggunaan serat sintetis sehingga material komposit memiliki sifat yang ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh nilai sifat mekanik berupa regangan, kuat tarik dan modulus elastisitas menggunakan Rule of Mixture dan teori specially orthotropic lamina dari model komposit polipropilena diperkuat serat daun nanas Subang unidirectional. Serat yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat kenaf, serat tebu, serat alfa, dan serat rami dengan fraksi volume serat 22 %. Hasil perhitungan memperlihatkan nilai regangan longitudinal terkecil didapat model komposit polipropilena/ serat rami sebesar 0,89 %. Untuk regangan transversal dan geser terkecil dimilliki oleh model komposit polipropilena berpenguat serat alfa sebesar 1,2 % dan 1,3 %. Kelima komposit polipropilena berpenguat 22 vol% serat alam digolongkan sebagai papan serat kerapatan tinggi berdasarkan SNI 01-4449-2006 mengenai papan serat.
The replacement of synthetic fibers into natural fibers as reinforcements in composite materials has been carried out. Natural fiber as a reinforcement in composites can reduce environmental pollution and the dependence on the use of synthetic fibers, so that composite materials can be environmentally friendly materials. The purpose of this study is to predict the value of mechanical properties in the form of strain, tensile strength and modulus of elasticity using the Rule of Mixture and the specially orthotropic lamina theory of the polypropylene composite model reinforced by unidirectional Subang pineapple leaf fiber. The fiber used in this research is kenaf fiber, sugar cane fiber, alfa fiber, and ramie fiber with 22% fiber volume fraction. The calculation results show the smallest longitudinal strain value obtained by polypropylene/hemp fiber composite models of 0.89%. For the smallest transversal and shear strain have an alfa fiber reinforced polypropylene composite model of 1.2% and 1.3%. The five polypropylene composites containing 22 vol% natural fibers are classified as high density fiberboard based on SNI 01-4449-2006 concerning fiberboard.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mikan Tristan Gumilang
Abstrak :
Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah hasil pertanian setelah pemanenan kelapa sawit, yang sedang mengalami perkembangan selama lima tahun terakhir. Dilakukan sebuah penelitian untuk mengetahui potensi penggunaan serat TKKS sebagai penguat polimer polipropilena. Distribusi dari serat alam pada polimer sering diteliti karena memiliki hubungan dengan aplikasi hasil komposit yang dihasilkan. Perlakuan kimia menjadi salah satu metode yang paling populer untuk mengubah hasil distribusi serat pada matriks komposit polimer. Namun, parameter compounding seperti temperatur atau kecepatan pencampuran masih belum diketahui pengaruhnya terhadap distribusi ataupun layak pakai dari hasil komposit. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu pengaruh kedua parameter compounding tersebut; temperatur dan kecepatan pencampuran, terhadap hasil komposit yang terbentuk. Pada penelitian ini, serat TKKS dilakukan perlakuan kimia yang konstan pada setiap sampel, yaitu perlakuan pencucian dan pemutihan (bleaching) dengan menggunakan H2O2 untuk mengurangi kadar lignin dan pengotor lain pada serat yang digunakan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi sifat hidrofilik antar serat dan meningkatkan interaksi antarmuka seratmatriks agar mendapatkan hasil komposit dengan kekuatan mekanik dan distribusi yang lebih baik. Dilanjutkan dengan dilakukannya proses compounding dengan memvariasikan temperatur dan kecepatan pencampurannya. Pengujian Scanning Electron Microscope (SEM) dilakukan untuk melihat hasil morfologi serat pada hasil komposit dan dilakukan kuantifikasi data untuk mengukur tingkat distribusi serat. Tingkat distribusi dari serat telah diteliti dengan menggunakan metode Nearest Neighboring Distance (NND) dengan cara mengolah hasil gambar SEM menggunakan perangkat lunak Image-J untuk mendapatkan data kuantitatif berupa jumlah partikel, ukuran partikel, dan nilai Neighbor Distance (ND) tiap partikel. Data kuantitatif diolah kembali untuk menentukan nilai indeks sampel dan dibandingkan dengan sebuah dummy sebagai titik optimal distribusi serat. Dari nilai perbandingan indeks, didapatkan bahwa perubahan temperatur dan kecepatan pencampuran memiliki efek minimal, dengan titik optimal pada parameter temperatur 180 oC dan kecepatan pencampuran 100 RPM. Hasil ini juga didukung oleh pengamatan morfologi serat pada gambar SEM dan hasil pengujian menggunakan Melt Flow Index (MFI), dimana teramati bahwa nilai MFI sangat bergantung terhadap distribusi serat TKKS yang memiliki hubungan berbanding lurus. ......Oil Palm Fiber is classified as the byproduct of the harvest of palm oil. Due to the growth in the palm oil industry in Indonesia is experiencing an increase for the last 5 years, a research on the potential application of oil palm fiber in the automotive industry was performed. The research aimed to understand the feasibility of the usage of oil palm fiber as an additive to polypropylene. The distribution of oil palm fiber in the polymer matrix was often researched due to its effect to the composite’s mechanic strength, which relates to the application of the said composite. Chemical treatment seems to be one of the most used method to control the distribution of the fibers on the polymer matrix. However, the effect of its compounding parameter, which includes temperature and mixing speed, has yet to be researched in detail. This research was done for this reason, aiming to understand the effect of the two-compounding parameter, temperature and mixing speed, towards its final product. First, the oil palm fibers are exposed to pretreatment of washing and bleaching using H2O2 in hopes to reduce the percentage of lignin and other impurities inside the oil palm fibers. The goal for this process is to reduce its hydrophilic properties and promote the interaction between the fiber and the polymer matrix to obtain a composite with better distribution and mechanical properties. An observation using SEM was performed to observe the composite’s morphology and further used as a mean to quantify the observation into data and calculate its distribution level. The method used to achieve this is the Nearest Neighboring Distance (NND). Complimented by the software, Image-J, it is able to process the images to a calculatable data. The main use of this method is to compare the distribution level of the sample using its index number towards a dummy sample, created to have an optimal value of distribution level. The result of the analysis shows that both compounding parameter, temperature and mixing speed, has a minimal effect towards the distribution of oil palm fiber in the polypropylene polymer matrix, where the optimal distribution was observed during the temperatur of 180 oC and the mixing speed of 100 RPM. This result is further supported by the morphology observation of the fiber using the image from SEM and the result of the analysis using Melt Flow Index (MFI). In the study, a fluctuation of the average value of Melt Flow Rate (MFR) was observed, which is suspected to be the result of an agglomerated fiber. The observation shows that the effect of fiber distribution shows a parallel relationship to the result of the composite’s MFR value.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enrico Susanto
Abstrak :
Masalah lingkungan khususnya tentang non degradable telah menjadi masalah serius, oleh karena itu diperlukan suatu solusi seperti menggunakan bahan alam sebagai penganti bahan bakar atau polimer ramah lingkungan. Serat tanaman sorgum atau Sorgum bicolor menjadi salah satu sumber yang sangat potensial untuk diolah menjadi bahan baku komposit. Tantangan utama menggunakan serat alam sebagai penguat adalah mudah menyerap air atau bersifat hidrofilik. Akibatnya ikatan antarmuka antara serat dan matriks menjadi lemah. Dengan menghilangkan kandungan lignin dan hemiselulosa yang menyelimuti serat sehingga dihasilkan serat nanokristalin selulosa yang memiliki kompatibilitas yang baik dengan matriks. Untuk mengatasinya dilakukan berbagai perlakuan salah satunya perlakuan hidrothermal, jenis perlakuan ini lebih ramah lingkungan dari proses lainya karena hanya air yang digunakan sebagai reagen, relatif murah, mudah dan sedikit by produk. Metode yang digunakan meliputi perebusan selama 5 menit dan dilakukan masak bertekanan selama 10 menit dan 15 menit. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian SEM untuk melihat kompatibilitas antara serat dan polimer. Pengujian thermal dilakukan untuk melihat suhu kristalinitas dan suhu leleh dari komposit. Pengujian tarik dilakukan untuk melihat kekuatan mekanik dari komposit. Kondisi komposit paling optimum dari pengujian adalah pada proses pressure cooking pada 10 menit dan fiber load 5%.
Environmental problems especially about non degradable, have become a serious problem, therefore a solution such as using natural materials as fuel or ecofriendly polymers is required. Sorghum fiber or Sorghum bicolor become one of the most potential sources to be processed into composite raw materials. The main challenge of using natural fibers as reinforcement is the easy to absorb water or hydrophilic. Consequently the interface bond between the fiber and the matrix becomes weak. Removing the lignin and hemicellulose contents that envelop the fibers to produce nanocrystalline cellulose that have good compatibility with the matrix. To overcome this a variety of treatment was done, one of those was the hydrothermal treatment, this treatment is more environmentally friendly than other processes because only water is used as reagents, relatively cheap, easy and little by product. The method used includes boiling for 5 minutes and pressure cooking for 10 minutes and 15 minutes. The SEM is done to see compatibility between fiber and polymer. Thermal test is performed to see the temperature of crystallinity and the melting temperature of the composite. Tensile test is performed to see the mechanical strength of the composite. The optimum conditions composite at the pressure cooking process at 10 minutes and fiber load 5%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50362
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>