Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sugiharto
Abstrak :
Bahan polimer, termasuk High Density Polyethylene- HDPE, telah digunakan secara intensif untuk berbagi penggunaan rekayasa seperti krat botol, tempat abu rokok dan dinding pipa. Sifat-sifat mekanik dari yang lunak sampai yang keras dan getas dapat dijumpai pada bahan-bahan plastik, Dibawah pengaruh beban konstan, bahan-bahan plastik akan memperlihatkan kinerja yang berbeda disebabkan oleh deformasi yang terjadi sesuai dengan waktu. Oleh sebab itu konsep bahwa bahan plasik mempunyai modulus konstan dan batas tegangan konstan tidak berlaku lagi. Tesis ini melaporkan karakteristik bahan polimer padat HDPE yang diperoleh dari uji tank dan uji indentasi. Uji indentasi berupa uji makroindentasi menggunakan indenter bola baja dan uji mikroindentasi menggunakan perlatan UMIS®. Uji tank dilakukan dengan mengacu pada standar ASTM dan RS sedangkan uji makroindentasi menggunakan bola baja dilakukan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan prosedur pelaksanaan peralatan UMIS®. Temperatur dipertahankan konstan selama pengujian berlangsung. Karakteristik spesimen HDPE dapat dikenali dengan mengamati respon mulur sampel tersebut selama pengujian berlangsung. Persamaan-persamaan konstitutif yang diperoleh dan model-model mekanik, berupa kombinasi pegas Hooke dan peredam Newton dalam berbagai konfigurasi, digunakan untuk memplotkan kurva model pada kurva mulur. Penerapan curve fitting menunjukkan bahwa model mekanik dengan empat elemen liner memberikan basil yang lebih baik dibandingkan model dengan tiga elemen linier. Pengamatan lebih lanjut memperlihatkan model-model mekanik tidak memberikan solusi eksak melainkan solusi pendekatan. Selama pengujian berlangsung sampel-sampel HDPE memperlihatkan sifat viskoelastik disebabkan oleh gerakan atom disekitar keadaan kesetimbangannya atau pergeseran rantai-rantai molekul diantara mereka, tergantung pada beban yang dibenkan. Pengujian mekanik juga menunjukkan respon mulur bahan polimer HDPE cenderung berkelakuan sebagai benda cair. Pengamatan pada sampel-sampel bekas segera setelah beban dihilangkan menunjukkan bahwa mereka mengalami proses pemulihan tetapi energi pemulihan yang dimilikinya tidak cukup untuk mengembalikan atom-atom HDPE ke kondisi awal. Bukti-bukti dapat dengan jelas dijumpai pada sampel-sampel bekas uji tank dan uji makroindentasi menggunakan bola baja dimana sempel-sampel tersebut meninggalkan deformasi permanen. ...... Polymeric materials, including High Density Polyethylene-HDPE, have been intensively implemented for many engineering purposes such as bottle crates, dustbin and wall pipes. Properties from soft to hard and brittle materials can be found in plastics materials. Under constant load, plastics materials will exhibit varying performance due to deformation with increasing time, therefore concepts constant modulus and constant limiting stress are not longer valid for plastics. This paper concerned with creep characterization of solid polymeric material of HDPE under tensile and indentation tests. The indentation tests were macroindentation use ball bearing and microindentation implement the UMIS® testing apparatus. Tensile testing has been conducted in accordance with the ASTM and 7IS standards whilst ball bearing indentation testing has been implemented in such manner similar with the UMIS® testing procedure. Temperature during these tests were keeping constant. Characteristic of the specimens of HOPE were recognized by observing their creep responses during the testing. Constitutive equations obtained from mechanical models, combination of Hookean spring and Newtonian dashpot in any configuration, have been implemented to fit the model curves on the creep ones. Implementing of curve fitting shows that the mechanical model with four linear elements gives better in fitting than that of the three elements linear. Further observation show that these mechanical models do not give exact solution rather they were as approximation. During creep testing the samples of HOPE show viscoelastic properties due to either atomic motion around their equilibrium state or molecular chains slippage amongst them, depend on the load applied. Higher load higher motion. The tests also show that creep responses prefer to be a liquid flow in character rather than elastic solid at all. Observation on the used samples indicated that they have been recovering just after the load removed but their restoring energy were not enough to return the molecular motion into their original state. The evidence of these can be clearly found on the tensile and ball bearing indentation tests used samples which show permanent deformation.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Pamuji
Abstrak :
High Density Polyethylene (HDPE) dapat digunakan sebagai geogrid pada konstruksi sipil yaitu untuk dinding penahan tanah dan penahan tebing jembatan supaya tidak longsor. Mengingat penggunaannya ini maka sifat yang diperlukan untuk geogrid adalah kuat tarik yang tinggi dalam waktu yang diperlukan dan regangan yang masih dapat diterima. Sifat-sifat fisis HDPE yaitu melt flow index, densitas, berat molekul dan distribusinya, serta derajat kristalinitas sangat berpengaruh pads sifat kuat tarik produk geogrid. Kuat tarik material HDPE ini dapat ditingkatkan melalui proses penarikan (orientasi) yang dikenal sebagai 'cold drawing'. Proses ini dilakukan pada waktu pembuatan geogrid. Variasi proses penarikan meliputi temperatur yang terkontrol dan laju penarikan sedangkan rasio penarikan (draw ratio) dianggap konstan sesuai dimensi geogrid komersial yang dipilih. Penelitian ini, menunjukkan bahwa dengan bertambahnya suhu penarikan maka kuat tarik semakin meningkat, namun sebaliknya dengan bertambahnya laju penarikan justru kuat tarik menjadi turun. Kondisi optimum yang menghasilkan strength antara 61 - 67 kN/m dan regangan (strain) antara 9,49 - 10,28% dicapai pada suhu 110°C dan laju penarikan 160mm/menit. Bila suhu dan laju penarikan ditingkatkan maka spesimen akan putus. Kuat tarik produk yang diuji ini masih lebih rendah dibandingkan terhadap geogrid komersial, dimana kuat tarik geogrid komersial antara 76 - 78 kN/m pada uji strain rate yang sama yakni 5Omm/menit.
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Johannes P.
Abstrak :
Pada extrusion coating, polietilen dipergunakan sebagai perekat, dengan cara degradasi termal yang dilanjutkan oksidasi oleh oksigen. Dalam penelitian ini dipelajari pengaruh jenis rantai polietilen (antara LDPE, Low Density Polyethylene dan LLDPE, Linear Low Density Polyethylene) terhadap degradasi termal, pengaruh lama waktu tinggal polietilen di dalam extruder terhadap degradasi rantainya, dan pengaruh dari input gas nitrogen ke hopper extruder. Pengaruh dari ketiga kondisi tersebut di atas dipelajari dengan alat Infra Red, Differensial Scanning Calorimetry, dan uji tarik. Semakin lama LDPE berada di dalam extruder maka konsentrasi gugus alkohol dan karbonil juga semakin meningkat. Berbeda dengan LLDPE yang terlihat hanya peningkatan konsentrasi gugus alkohol. Ini terjadi karena LDPE memiliki lebih banyak percabangan dibandingkan LLDPE. Pengaruh dari input gas nitrogen ke hopper extruder tidak memperlihatkan perubahan konsentrasi gugus alkohol dan karbonil. Dengan Differensial Scanning Calorimetry dapat diketahui bahwa degradasi termal memberikan kesempatan bagian amorfus dari polietilen untuk tersusun lebih teratur (kristalinitas bertambah). Dari uji tarik dapat dipelajari perubahan sifat mekanik yang terjadi. Baik pada LDPE maupun LLDPE dapat dilihat penurunan persen perpanjangan, stress at break, dan stress at yield, dengan nilai masing-masing yang lebih tinggi untuk LLDPE. ......In extrusion coating, polyethylene was used as adhesive, by thermal degradation and followed by oxygen oxidation. In this research, we studied the effect of polyethylene chain (between LDPE, Low Density Polyethylene and LLDPE, Linear Low Density Polyethylene) to thermal degradation, the effect of polyethylene resident time in the extruder, and the effect of input nitrogen gas to hopper extruder. The effects of that conditions were studied with Infra Red Spectroscopy (IR), Differential Scanning Calorimetry (DSC), and tensile strength. As long as LDPE in the extruder, then the alcohol and carbonyl groups also increased. But it was different with LLDPE, it can only increased the carbonyl groups, since LDPE has many chain branching. Input nitrogen gas did not make different to alcohol and carbonyl groups concentration. From DSC known that thermal degradation give chance to amorphus region of polyethylene to be ordered. From tensile test we studied that thermal degradation decreased the mechanical properties of polyethylene.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21431
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Safari
Abstrak :
Pada penelitian ini, sintesis TiO2 mesopori dilakukan dengan metode nidrotermal dan metode dip-coating. Fotokatalis TiO2 mesopori dapat ciisintesis dengan mereaksikan titanium tetraisopropoksida (TTIP), dietanolamin (DEA), etanol, dan polietilen glikol (PEG) sebagai temp/ate. Produk yang didapat dikalsinasi pada sunu 450°C selama 4 jam untuk mengnilangkan PEG temp/ate. Fotokatalis TiO2 mesopori nasil sintesis dikarakterisasi ciengan alat XRD, SEIVI, FTIR, BET, dan UV-Vis. Hasil karakterisasi XRD dan BET menunjukkan struktur TiO2 anatase dan mempunyai Iuas permukaan sebesar 55,33 m2/g. Aktivitas fotokata|isTiO2 mesopori ini digunakan untuk mendegradasi gas forma|c|enic|a_ Degradasi fotokatalitik ini dilakukan dalam fotoreaktor yang ciilengkapi ciengan Iampu UV dan kolom berisi TiO2 mesopori nasil sintesis. Hasil degradasi senyavva formaldenida secara fotokatalisis dalam vvaktu 26 menit mengnasilkan % degradasi sebesar 5,3204% Iebin tinggi ciaripacia kondisi degradasi formalcienida tanpa TiO2 (fotolisis). Hasil ini memperlinatkan banvva TiO2 mesopori nasil sintesis dapat mendegradasi gas formaldenida secara fotokatalisis.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arzil Harsya
Abstrak :
Proses pemisahan gas dengan membran merupakan teknologi altematif selain distilasi kriogenik dan proses adsorpsi dalam proses pemisahan gas CO2 dari campurannya dengan udara. Keunggulan utama proses ini dibandingkan proses yang lainnya adalah energi yang digunakan relarif rendah sehingga biaya operasinya rendah dan tidak menimbulkan limbah tambahan. Proses pemisahan campuran gas pada membran terjadi karena adanya perbedaan permeabilitas setiap komponen gas dari campuran tersebut. Gas yang permeabilitasnya lebih tinggi akan menembus membran lebih cepat dari gas yang permeabilitasnya lebih rendah, sehingga gas yang lebih permeabel akan menembus membran dan kurang permeabel akan tertolak. Pada penelitian kali ini digunakan membran poli-etilen tereptalat produksi Bakrie Kasei, Co. Pengujian dilakukan dalam dua tahap yaitu pada kondisi ideal dengan gas-gas murni (kemurnian 99.9%) dan pada kondisi aktual menggunakan campuran gas dengan komposisi masing-masing CO2 9.1544%, O2 18.5145% dan N2 72.3351%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permeabilitas 02 dan N2 relatif konstan sedangkan permeabilitas CO2 cenderung naik terhadap tekanan. Hal ini disebabkan efek plastisisasi CO2 nada membran sehingga membran yang semula glassy menjadi rubbery. Dari perhitungan, baik permodelan maupun aktual, didapatkan bahwa fraksi udara yang tertolak akan semakin besar seiring dengan bertambahnya fraksi gas yang permeat (srage cur) sebaliknya Eaksi CO2 yang permeat akan semakin kecil dengan semakin besarnya stage cut. Hal ini dapat terjadi karena gas yang laju permeasinya lebih lambat (02 dan Nz) menghalangi gas yang laju permeasinya lebih besar. Selektivitas aktual tertinggi yang didapat dari percobaan ini adalah sebesar 23.3 pada tekanan 1601.325 kPa dan 2101.325 kPa. Dan dad perhitungan kondisi optimum untuk pemisahan gas didapatkan bahwa pada dua tekanan umpan yang berbeda stage cut optimum adalah 0.09 pada tekanan 1601.325 kPa dengan udara yang berhasil direcovery sebesar 93.62% dan stage cut 0.095 pada tekanan 2101.325 kPa dengan udara yang berhasil direcovery sebesar 93.33%. Berarti ada peningkatan kemurnian dari kemurnian udara umpan sebesar 90.85%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Reaktor unggun terfluidisasi cenderung berperilaku tidak stabil dan suhunya berosilasi (Choi and Ray, 1985). McAuly melakukan pemodelan campuran sempurna yang disederhanakan terhadap reaktor polietilen fasa gas yang hasilnya tidak berbeda jauh dengan hasil pemodelan Choi dan Ray, dengan demikian pemodelannya dapat digunakan dengan tepat untuk memodelkan reaktor polietilen unggun terfluidisasi fasa gas dalam skala industri. Dengan memakai model McAuley, dalam studi ini, perilaku keadaan tunak untuk model pencampuran sempurna mengindikasikan bahwa ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi untuk laju umpan katalis antara 0.80 dan 5.5 Kg/jam. Untuk laju alir katalis dibawah 0.80 kg/jam hanya ada satu keadaan tunak pada suhu rendah dan diatas 5.5 kg/jam keadaan tunak hanya bisa terjadi pada suhu tinggi. Stabilitas reaktor hanya terjadi pada suhu rendah dan suhu tinggi saja, sedangkan pada suhu menengah kondisi reaktor tidak stabil. Ketidakstabilan berawal dari titik Hopf-bifurcation yaitu pada Iaju alir katalis, Fc sebesar 4.35 kg/jam. Pengaruh kondisi operasi berupa Iaju alir umpan tidak terlalu sensitif terhadap stabilitas dan pola kondisi tunak reaktor kecuali pada suhu rendah, samakin besar Iaju alir umpan semakin besar interval Iaju alir katalis yang masih mungkin untuk reaktor beroperasi stabil. Sedangkan besamya energi aktivasi katalis memberikan pengaruh yang cukup besar terutama pada suhu sedang dan suhu tinggi. Untuk Ea ≤ 5000 hanya ada kondisi tunak tunggal. Distribusi triangular konstanta deaktivasi kd memberikan titik Hopf-bifurcation, untuk kd antara 0.008709375 dan 0.089996875, terjadi pada Fc antara 4.31 dan 6.52 kg/jam atau sekitar 98.34 % sedangkan untuk distribusi uniform dengan interval kd yang sama memberikan peluang 85.09 %.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49076
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahdi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S50818
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Gama Subarkah
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu komponen penting dalam pelaksanaan konstruksi adalah pekerjaan beton. Oleh karena itu, diperlukan suatu cetakan untuk membentuk elemen struktur yang direncanakan dalam suatu proses konstruksi, yakni biasa disebut dengan bekisting atau formwork. Dalam pengerjaannya, harus diambil keputusan yang ekonomis terhadap pemilihan material bekisting agar dapat menguntungkan baik dari segi biaya, maupun waktu. Fabric formwork bisa menjadi alternatif solusi untuk material pada bekisting. Salah satu jenis fabric formwork yang bisa digunakan sebagai alternatif bekisting adalah bekisting berbahan dasar woven polyethylene. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung nilai kinerja bekisting berbahan dasar woven polyethylene dan membandingkannya dengan bekisting konvensional, mengidentifikasi dan menganalisa kefektifan penggunaan bekisting bekisting berbahan dasar woven polyethylene jika dibandingkan dengan material kayu, batako, dan precast berdasarkan parameter-parameter yang ditentukan, serta menganalisa kelebihan dan kekurangan kinerja bekisting berbahan dasar woven polyethylene jika dibandingkan dengan material kayu, batako, dan precast. Dilakukan observasi lapangan dan eksperimen di laboratorium untuk menjawab tujuan tersebut. Maka didapatkan rata-rata waktu pemasangan nya adalah 214,65 s/m2. Biaya investasi sebesar Rp75.000. Rata-rata sisa material yang dihasilkan oleh bekisting berbahan dasar woven polyethylene adalah sekitar 5% dari luas pekerjaannya. Serta, semakin tinggi bekisting yang diuji, maka akan semakin besar kehilangan volume saat dilakukan pemadatan dan semakin besar kelebihan volume pengecorannya.
ABSTRACT
One of the most important component in construction execution is concrete works. Therefore, formworks are important to form the structural elements planned in a construction process. Therefore, an economical alternative needs to be taken in regarding of choosing formwork material in order to benefit both in terms of cost and time. Fabric formwork can be the alternative solution for formwork material. An example of a feasible formwork material alternative is woven polyethylene - based formwork. The purpose of this research is to calculate the performance value of woven polyethylene formworks and compare it with conventional formwork, identify and analyze the efficiency of woven polyethlene performance if compared with wood and brick materials based on determined parameters, and analyze the advantages and disadvantages of woven polyethylene-based formwork performance if compared with wood and brick materials. Field observations and laboratorium experiments have been done to answer these questions. The average installation time is 214,65 s/m2. The investment cost of the installation is IDR 75,000/m2. The average remaining material produced by woven polyethylene is about 5% of the total work area.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hardiyanti Nizmah
Abstrak :
Komposit yang terbuat dari linear low density polyethylene diperkuat serat nanas dan organoclay Pacitan telah berhasil difabrikasi. Clay Pacitan dimodiikasi menggunakan cetyltriinethylammonium bromide dan asam sulfat menghasilkan peningkatan basal spacing sebesar 0,65 nm. Material komposit difabrikasi menggunakan metode compression molding. Modulus lentur dan tarik tertinggi, 3,7 GPa dan 1,42 GPa, didapatkan pada komposit dengan kandungan organoclay 7 Wt%. Penambahan organoclay 1 wt% meningkatkan kekuatan lentur sebesar 15,9 %. Sedangkan, nilai kekuatan tarik tertinggi diperoleh untuk bahan tanpa kandungan clay dan cenderung menurun saat terdapat organoclay. Kemudian, hasil pengujian heat deflection temperature menunjukkan suhu defleksi panas teltinggi didapatkan untuk komposit dengan penambahan organoclay 1wt%. ......Composite materials made from linear low density polyethylene reinforced pineapple fiber and organoclay Pacitan were successfully fabricated. Clay Pacitan Was modiied by cetyltrimethylammonium bromide and sulfuric acid creating an increase in the basal spacing Width of 0.65 nm. The composite materials Were faricated using a compression molding technique. The highest values of flexural and tensile moduli Were 3.7 GPa and 1.42 GPa, respectively obtained in the composites with the organoclay content of 7 wt% content. The addition of l Wt% organoclay increased the flexural strength of 15.9 %. Meanwhile, the highest tensile strength values obtained in the pristine polymer materials and tended to decrease When organoclay content increased. In addition, the heat deflection temperature test result showed that the highest value was obtained for the composite with the addition of 1 wt% organoclay.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29469
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Hadi Retnowati
Abstrak :
High Density Polyethylene (HDPE) merupakan salah satu jenis termoplastik dimana rantai panjang yang disusun secara berulang dari struktur [ CH2 CH2 ]n . HDPE banyak diproses dengan menggunakan teknologi Ekstrusi, Injection Molding dan lain-lain. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian dengan proses Extrusion single screw dengan menggunakan material HDPE murni dengan penambahan blowing agent yang bervariasi yaitu 0,00%; 0,05%; 0,10%; 0,15%; 0,20%; 0,25% dengan variasi temperatur die 150º, 155°, 160º, 165°, 170º, 175°. Selanjutnya pada sampel dilakukan pengujian dengan mengukur densitas, tensile strength dan elongation. Karakterisisasi pada sampel dilakukan dengan SEM (Scanning Electron Microscope) dan TGA (Thermal Gravimetry Analysis). Penelitian ini menghasilkan suatu penambahan blowing agent yang sesuai dengan parameter proses optimum dan sifat mekanik yang terbaik yaitu komposisi blowing agent 0,25% dengan temperatur die 155 °C yang meghasilkan sampel dengan densitas sebesar 0,9460 g/cc, tensile strength sebesar 10,085 Mpa ( ASTM D638–98 ) dan Elongation 232.62% ( ASTM D638-98 ). Dibandingkan dengan HDPE murni, maka penambahan blowing agent 0,25% menghasilkan penurunan densitas sebesar 0.9420%. ...... High Density Polyethylene (HDPE) is one of thermoplastic consist of long repeated [CH2 CH2 ]n branch on its molecule structure. HDPE is already worldwide produced in many process such as extrusion; injection molding, and many other. During this experiment material pure HDPE with various blowing agent from 0,00%; 0,05%; 0,101%; 0,20%; 0,25% and various die temperature from 150°; 160°; 165°; 170°; 175o were extruded by extrusion single screw. Each sampel had been tested to determine its density; tensile strength and elongation. Sampel characterization was defined by SEM (Scanning Electron Microscope) and TGA (Thermal Gravimetry Analysis). The optimum condition was be achieved at die temperature 155°C and blowing agent additional 0.25% where density is 0,9460 g /cc; tensile strength 10,.085Mpa and elongation 232,62%. Compare to pure HDPE using blowing agent 0.25% can reduced density 0,9420%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20458
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>