Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yorita L.S. Bernadetta
"Pasca Reformasi 1998 stasiun-stasiun televisi bermunculan di Indonesia. Mereka bersaing untuk dapat tetap eksis. Maraknya program-program bertema kriminalitas di sejumlah besar stasiun televisi swasta nasional telah menciptakan suatu keadaan yang memprihatinkan bagi dinamika perkembangan pertelevisian Indonesia itu sendiri. Kritikan demi kritikan dilontarkan berbagai kalangan terhadap maraknya tayangan kriminalitas yang selalu hadir di ruang-ruang keluarga. Ironisnya, walaupun banyak pandangan yang tidak setuju dengan hadirnya berbagai bentuk tayangan kriminalitas, pada kenyataannya tayangan seperti itu terus berkembang dengan berbagai bentuknya. TV7 sebagai pendatang baru dalam industri televisi swasta tidak mau ketinggalan dalam memproduksi dan mendistribusikan (praktek komodifikasi) program sejenis, yang disebut dengan Tajuk Kriminal dan Perkotaan (TKP) yang saat ini dihadirkan setiap hari dua kali sehari dalam satu minggu (kecuali hari Sabtu hanya satu kali, yaitu pada siang hari).
Fokus tesis ini adalah berusaha menjelaskan bagaimana TV7 mengemas berita kriminalitas dalam program TKP, menggambarkan banyaknya pendapatan yang diperoleh stasiun televisi TV7 melalui tayangan TKP, menggambarkan audience profile tayangan TKP Siang, TKP Sore maupun TKP Malam dan mengevaluasi atau mengkritisi tanggungjawab sosial TV7 terhadap khalayaknya melalui tayangan kriminalitas TKP.
Dalam mengkritisi fenomena program bertema kriminalitas, tesis ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan paradigma kritis
dan bersifat deskriptif. Sementara metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui studi literatur (kepustakaan), wawancara mendalam terhadap sejumlah narasumber yang berkompeten di TV7, serta melakukan observasi langsung terhadap tayangan program TKP tersebut.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dengan semakin ketatnya persaingan antar industri televisi swasta di Indonesia saat ini, dimana seluruh stasiun televisi swasta nasional yang ada menayangkan program kriminalitas, mendorong para pengelola stasiun televisi untuk menciptakan peluang bisnis tertentu dengan menciptakan strategi programming yang disukai khalayak. Industri televisi adalah sebuah industri yang modalnya sangat besar, otomatis juga membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit, oleh sebab itu para pengelola stasiun televisi berusaha untuk mendapatkan keuntungan dengan menjual program yang "disukai" penonton dan seolah "memaksa? mereka untuk berargumentasi bahwa selama pemirsa dan. pengikian menyukai tayangan bertema kriminalitas ini, maka selama itu pula mereka akan memproduksi dan menayangkan (mendistribusikan) ke layar kaca pemirsa.
Bukti yang ditemukan juga menunjukkan bahwa membanjirnya iklan ke progam TKP mendorong managemen TV7 untuk terus menambah frekuensi penayangannya, dari yang semula sekali dalam satu hari menjadi dua kali dalam satu hari dalam seminggu. Ironisnya, program yang semula diklaim memiliki ciri khas karena ada segmentasi untuk iklan layanan masyarakat dalam program sore/malam hari ternyata dalam perjalanannya tak lebih dari sekedar bagian dari tekno kapitalis.
Implikasi hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa studi terhadap masalah-masalah isi program televisi bagi pemirsanya, khususnya studi ekonomi-politik yang terkait dengan komodifikasi program kriminalitas di televisi swasta, pada dasarnya perlu dikaji lebih lanjut secara kritis dan holistik dengan menyertakan dua entry point lainnya, yaitu spasialisasi dan strukturasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kartikawati
"Selaras dengan maraknya perkembangan acara-acara televisi untuk menjaring para bintang baru telah menjadi suatu fenomena yang menarik didunia hiburan tidak hanya dari banyaknya peminat dan konsumen yang menikmati tetapi juga telah membuat suatu tambang emas bagi media-media yang mempopulerkannya termasuk disini adalah media cetak. Fenomena AFI yang awalnya diproduksi Indosiar akhirnya menarik minat Tabloid Gaul sebagai anak perusahaan Indosiar untuk memberitakan berbagai berita tentang para bintang AFI beserta gaya hidupnya.
Menyikapi kemunculan fenomena pemilihan para bintang AFI tersebut yang ternyata sebagai pengerukan keuntungan bagi media yang meliputnya maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang mengapa Tabloid Gaul melakukan komodifikasi atas gaya hidup para bintang AFI tersebut dan ada tidaknya eksploitasi atas mereka dan juga pertimbangan-pertimbangan ekonomi politik serta landasan ideologis yang menjadi latar belakang komodifikasi tersebut.
Merujuk ke-concern-an tesis ini yaitu berusaha membongkar praktik-praktik komodifikasi dalam perspektif ekonomi politik media komunikasi media dan mencoba mengungkap motiftersembunyi dibalik itu semua.
Penelitian ini dilakukan dengan analisis wacana dari Norman Fairclough untuk melihat mengapa Tabloid Gaul melakukan komodifikasi gaya hidup para bintang AFI (Akademi Fantasi Indosiar) ini. Bagi Fairclough suatu teks yang diproduksi dan dikonsumsi tidak terlepas dari faktor praktek-praktek wacana ( discourse practice) yang menjadi mediasi antara teks itu sendiri dengan praktek sosiokultural(sociocultural practice). Pendekatan framing analysis dari Gamson dan Modigliani, pada level teks dipilih mengingat penulis yakin bahwa dengan adanya representasi makna dalam teks di Tabloid Gaul dapat menimbulkan wacana menarik tentang munculnya komodifikasi gaya hidup pars bintang API tersebut apabila dikaji dari sudut komunikasi.
Berdasarkan temuan data penelitian antara lain berisi bahwa, Pertama komodifikasi yang dilakukan Tabloid Gaul terhadap para bintang terutama para bintang AFI (Akademi Fantasi Indosiar sesungguhnya merupakan fenomena industri media sebagai industri bisnis yang berorientasi pada keuntungan. Kedua, upaya keras dari para bintang AFI sendiri dalam mempertahankan kepopuleran atas nama identitas yang telah diperoleh untuk dapat terus digunakan ataupun laku dipasar tetap saja melanggengkan adanya eksploitasi atas diri mereka untuk terus bertahan dalam dunia hiburan yang terus bergerak dengan penuh persaingan. Apa yang ditampilkan media juga telah melanggengkan banalitas media dimana para artis dan para bintang dikupas demi keuntungan semata. Ada kepentingan ekonomi politik yang dilakukan oleh para pemilik modal yang mendominasi yang notabene adalah sebuah kekuatan bisnis besar yang kuat di bidang media yaitu dari kelompok Salim Group sebagai pemilik Indosiar dengan anak perusahaan Tabloid Gaul ini, Ketiga, landasan ideologis yang mendasarinya tentu saja adalah landasan ideologi pasar yang mendasarkan pada logika M-C-M (Money-Commodities-Mare Money) sebagai kepentingan utama. sehingga Tabloid Gaul apabila dipandang dari sudut pandangan kritis dapat dilihat sebagai suatu yang lahir dari adanya dominasi atas kelompok yang satu terhadap kelompok yang lain yaitu adanya kekontrolan demi keuntungan dan menjadi agen kapitalis.
Implikasi hasil penelitian ini nantinya dapat memperkaya studi-studi kajian kritikal dengan ekonomi politik media yaitu komodifikasi dengan menyertakan secara lengkap dua enlrypoint Masco yaitu strukturasi dan spasialisasi untuk membedah sejumlah fenomena yang berkaitan dengan bintang dan gaya hidupnya. Sehingga untuk masa mendatang media dapat dirnanfaatkan secara maksimal tidak hanya sisi komersialisasi belaka dengan star fetihism dapat dikurangi dan para khalayak akan lebih merasakan manfaatnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noverio Cesar
"Kawasan Ekonomi Khusus KEK dipandang sebagai sebuah instrumen yang efektif untuk menarik investasi asing langsung. Implementasi KEK di Indonesia menghadapi berbagai macam permasalahan. Untuk memastikan bahwa KEK yang dimilikinya kompetitif, Indonesia harus belajar dari negara tetangga yang juga merupakan kompetitor, seperti Vietnam dan Thailand. Vietnam sudah berhasil menarik investasi asing langsung melalui implementasi KEK. Vietnam mencatatkan pertumbuhan investasi asing lansung tahunan tertinggi di antara negara-negara Asia Timur pada 1980-2013 dan menjadi penerima investasi asing langsung terbesar di Asia. Di sisi lain, Thailand berhasil menjadi pusat dari manufaktur kelas dunia melalui implementasi KEK. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui bagaimana Vietnam dan Thailand mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus ditinjau dari beberapa faktor, yaitu kondisi ekonomi politik, kebijakan industrialisasi, pelayanan investasi, pertumbuhan Kawasan Ekonomi Khusus, partisipasi dalam rantai nilai global, dan industri hijau.

Special Economic Zone SEZ is perceived as an effective instrument in attracting FDI. The development of SEZs in Indonesia has been facing a wide range of problems. To ensure its SEZs rsquo competitiveness, it is important for Indonesia to learn from its competitive neighboring countries, such as Vietnam and Thailand in developing SEZs. Vietnam has been successfully attracting foreign direct investment through the implementation of SEZs. It recorded the highest annual growth rate of net inflows of FDI, as percentage to GDP among other East Asia countries in 1980 2013 and being the largest FDI recipient in Asia. On the other hand, Thailand is becoming the center of world class manufacturing through the development of SEZs. This qualitative study aims to discover how Vietnam and Thailand develops its SEZs by looking at several factors, such as political economy landscape, industrial policy, investment services, growth of SEZs, global value chain participation, and green industrialization.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library