Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tris Eryando
Abstrak :
ABSTRAK
Penggunaan bahan berbahaya seperti obat-obatan, pestisida dan bahan kimia lainnya di Indonesia saat ini sudah mencapai tahap yang cukup mengkhawatirkan. Sejalan dengan hal itu, KLB (kejadian Luar Biasa) karena keracunan juga semakin meningkat.

Oleh karena itu penelitian ini mencoba meneliti gambaran/ karakteristik jumlah, pola dan kecenderungan kasus-kasus keracunan yang terjadi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk penyusunan program rehabilitasi dan pencegahan.

Penelitian ini dilakukan di Karesidenan Banten dengan meneliti kasus-kasus keracunan yang masuk di 4 Rumah Sakit di daerah tersebut. Karesidenan banten dipilih karena proses industrialisasi di daerah ini sedang berlangsung dengan cepatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keracunan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan obat-obatan menunjukkan angka tinggi.

Keracunan makanan karena tumbuh-tumbuhan diduga berhubungan dengan pola makan yang spesifik untuk masyarakat Jawa Barat.

Sedangkan keracunan obat-obatan diduga berhubungan dengan cara pemakaian yang masih banyak belum diketahui masyarakat.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Nitrate poisoning is a major problem of toxicity in ruminant because of fertilization effect in plant which can lead to nitrate accumulation....
JUPEPEP
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rossari Farmashinta
Abstrak :
Kejadian keracunan makanan di Kabupaten Bogor mengalami fluktuasi dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan adanya penelitian untuk mencari tahu faktor risiko keracunan makanan. Penelitian menggunakan studi deskriptif dengan menggunakan data sekunder dari bagian rekam medis RSUD Cibinong pada tahun 2008 hingga 2012. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa golongan umur dewasa yaitu 15 hingga 49 tahun mengalami keracunan makanan paling besar, yaitu sebanyak 64% Selain itu, tingkat pendidikan dasar berpotensi dalam kejadian keracunan makanan. Golongan tidak bekerja atau ibu rumah tangga juga memiliki risiko terhadap keracunan makanan dengan jumlah kasus sebanyak 60%. Jenis kelamin tidak berisiko untuk menimbulkan keracunan karena memiliki proporsi yang hampir sama. Wilayah pedesaan, khususnya di Kecamatan Babakan Madang menjadi lokasi yang berisiko karena di wilayah tersebut terjadi keracunan makanan akibat jamur sebanyak 20%. Penyebab keracunan yang menjadi faktor risiko adalah penyebab npon-bakteri. Jenis makanan yang berisiko adalah jamur. Waktu kejadian keracunan makanan paling banyak terjadi pada Januari hingga April dan musim hujan. Musim hujan berkaitan dengan masa tumbuh jamur. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor risiko keracunan makanan dari analisa kasus rawat inap di RSUD Cibinong adalah umur, pekerjaan, pendidikan, wilayah domisili, jenis makanan, dan waktu kejadian. ......Incidence of food poisoning in Bogor district experiencing fluctuations in the last five years. As such, the existence of the necessary research to find out the risk factors of food poisoning. Research using a descriptive study using secondary data from the medical record of RSUD Cibinong in 2008 to 2012. Based on the results of the analysis, obtained that the adult age of 15 to 49 years had the most food poisoning, that is as much as 64% in addition, the primary education is potentially in the event of food poisoning. The unemployed or the housewife also has a risk of food poisoning with the number of cases as much as 60%. Sex is not at risk to cause poisoning because it has almost the same proportion. Rural areas, especially in the Babakan Madang be risky due to the location in the area of food poisoning occurs due to mushrooms as much as 20%. The cause of the poisoning to be a risk factor was non-bacterial. The type of food that is at risk is a fungi. The incidence of food poisoning at the most happen in the January until April and the rainy season. The rainy season is related to the growing mushrooms. Based on this it can be concluded that the risk of food poisoning from analysis of inpatient cases in RSUD Cibinong is the age, occupation, education, region of domicile, type of food, and the time of the incident.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trickett, Jill
Cheltenham: Stanley Thornes, 1994
615.954 TRI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Damar Wibisono
Abstrak :
Penambahan air dalam umpan dapat menghambat deaktivasi katalis. Kandungan umpan 60% air memberikan deaktivasi katalis yang lebih lambat dibandingkan kandungan umpan 30% dan 15 % air. Selain itu, dengan laju umpan yang besar didapatkan konversi jauh lebih besar, namun akan terjadi penurunan konversi yang signifikan yang menyebabkan katalis terdeaktivasi. Penurunan aktivitas katalis (deactivation) tersebut dikarenakan penutupan inti aktif asam oleh kokas (coke). Hal ini dapat diketahui dengan uji keasaman katalis yang mengalami penurunan dan hasil FTIR didapatkan ikatan coke pada bilangan gelombang 1540-1600 cm-1.
Adding water to feed may inhibit deactivation of the catalyst. Sixty percent of water content in feed giving catalyst's deactivation which is slower than the feed with 30% and 15% water content. Besides that, the more faster of feed flowrate given, the more bigger conversion that earned, but there will be a significant decrease of the conversion that caused deactivation of catalyst. Deactivation of catalyst is due to the closure of the active core acid by the coke. This can be identified by testing catalyst's acidity value which has decreased and the FTIR test that contains a bond coke at a wave numbers of 1540-1600 cm-1.
2011
S186
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wirsal Hasan
Abstrak :
Timbal dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia walaupun dalam kadar yang lebih rendah dari kadar maksimum dalam darah yang diperbolehkan. Karena itu, perlu dicari suatu cara yang dapat menurunkan kadar timbal dalam darah, khususnya pada orang dewasa. Kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi terhadap keracunan timbal kronis dari udara ambien adalah pekerja yang bekerja di pinggir jalan raya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek suplemen kalsium terhadap kadar timbal dalam darah pada pekerja dewasa. Penelitian ini menggunakan rancangan kuasi eksperimen dengan community trial design dimana subyek penelitian sebanyak 150 orang, terdiri atas 75 orang kelompok kontrol dan 75 orang kelompok perlakuan dengan memberikan suplemen kalsium dengan dosis 3 kali 500 mg per hari selama tiga bulan. Pengukuran kadar timbal dalam darah dilakukan dengan mempergunakan Spectrofotometer oleh petugas Laboratorium Klinik sebelum pemberian kalsium dan tiga bulan sesudahnya. Partisipan yang mengikuti penelitian secara teratur sebanyak 87 orang, terbagi atas kelompok kontrol sebanyak 46 orang dan kelompok perlakuan sebanyak 41 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kadar timbal dalam darah (KTD) awal pada kelompok perlakuan 10,35 μg/dL dan KTD akhir 3,2 μg/dL; (2) pemberian kalsium dengan dosis 3 x 500 mg sehari selama 3 bulan dapat menurunkan KTD secara bermakna. Penelitian ini menemukan bahwa tablet kalsium dapat dipergunakan untuk menurunkan kadar timbal dalam darah pekerja dewasa.
Lead can cause health disorders in humans, albeit at a lower level than the permitted maximum blood lead level. Therefore, a treatment should be sought that will reduce lead in the blood, especially in adults. Communities who have a high risk for chronic lead poisoning from the ambient air are employees who work on the road. This study aims to analyze the effects of calcium supplementation on blood lead levels in adult workers. This research uses quasi-experimental design with a community trial design for as many as 150 people, the group consisted of 75 control and 75 treated groups which were given calcium supplements at a dose of 500 mg 3 times daily for three months. Measurements of blood lead levels were taken before consuming calcium and three months afterwards by using Spectrofotometer at Clinical Laboratory. Subjects who completed the study on a regular basis totaled 87 people, divided into a control group of 46 people and the treated group of 41 people. The results showed that: (1) the initial blood lead levels in the control group 6.11 μg/dL and 4.16 μg/dL after treatment. Initial blood lead levels in the treated group 10.35 μg/dL and 3.2 8 μg/dL after treatment; (2) calcium treatment with a dose of 3 x 500 mg a day orally for 3 months can reduce blood lead levels significantly. This study found that calcium tablets can be used to reduce blood lead levels in adult workers.
Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Singapore: Jones and Bartlett Publishers LLC , 2001
614.13 CRI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Nurfallah
Abstrak :
Hasil cholinesterase serta survey tentang persepsi, pengetahuan, personal hygiene, penggunaan APD yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi tahun 2005 terhadap 200 petani didapatkan hasil rata rata 40,50 % petani dengan keracunan berat, rata rata 75,50 % pelani memiliki persepsi buruk, rata rata 76,00 % petani memiliki pengetahuan buruk rata rata 83,00 % petani dengan personal hygiene buruk, rata rata 71,00 % petani berperilaku buruk dalam menggunakan APD.Tesis ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara faktor - faktor yang mempengaruhi persepsi risiko dalam mengelola pestisida dengan tingkat keracunan pestisida pada petani sayunan yang meliputi : faktor internal (pengetahuan, perilaku penggunaan alat pelindung diri, perilaku higiene perorangan, masa kerja ), faktor eksternal (penyuluhan/pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, budaya keselamatan dan kesehatan kerja dan frekuensi kontak dengan pestisida), tingkat keracunan pada petani dan persepsi risiko.Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif (descriptive research) adaiah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti dengan pendekatan cross-sectional study. Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi persepsi yaitu ; pengetahuan dalam mengelola pestisida; perilaku penggunaan APD ; perilaku personal hygiene ; budaya keselamatan dan kesehatan kerja sedangkan yang tidak berkorelasi yaitu : masa kerja petani ; penyuluhan /pelatihan K3 dan frekuensi kontak. Disamping itu faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi risiko yang diterima (tingkat keracunan pestisida) yaitu ; pengetahuan rnengelola pestisida ; perilaku penggunaan alat pelindung diri perilaku personal hygiene; frekuensi kontak; budaya K3, sedangkan yang tidak mempengaruhi risiko yang diterima yaitu : masa kerja petani ; pelatihan K3 serta tidak ada korelasi antara persepsi petani dengan tingkat keracunan/risiko yang diterima petani. Kesimpulan : ada 3 variabei faktor internal yang berkorelasi dengan persepsi ( pengelahuan ,perilaku penggunaan APD , perilaku personal hygiene ), ada 1 variabel faktor eksternal yang berkorelasi dengan persepsi petani yaitu : budaya K3 , ada 3 variabel faktor internal yang berkorelasi dengan risiko yang diterima (pengetahuan ,perilaku penggunaan APD , perilaku personal hygiene ), ada 2 varibel faktor eksternal yang berkorelasi dengan tingkat keracunan/risiko (frekuensi kontak dan budaya K3).
Result from previous study on conducted by Public health service Bekasi District year in 2005 among 200 farmers indicated that the majority of the farmers ( 40,50 %) had a severe pesticide poisoning level. Based on the study, the majority of the farmers have poor perception( 75,50 %), low level of knowledge (76,00 %), poor personal hygiene ( 83,00 %) and poor safe behavior towards the use of personal protective equipment (PPE) ( 71,00 %).The aim ofthe study is to evaluate correlation between factors that influencing the vegetable farmer risk perception in pesticide handling whit the levei of pesticide poisoning. The factors that influencing the risk perception of the vegetable farmer including internal factors ( Knowledge, safe behavior towards the use of PPE, personal hygiene, work period) ; external factors (OHS training, safety culture and frequency of contact with pesticide), level of poisoning in the farmer and risk perception. The type of research design used in the study was a descriptive research which describing on a particular object or condition without any treatment manipulation. The approach used in the study was based on cross sectional. Resulth suggested that internal external factors which influencing risk perception including knowledge on pesticide handling, the use of PPE , personal hygiene, OHS culture were not correlated with work period., OHS training and frequency of contact. Furthermore internal and external factor which influencing the level of risk accepted by the farmer (level of pesticide poisoning) were : knowledge on pesticide handling, safe behavior towards the use of PPE, personal hygiene, frequency of contact, OHS culture. In addition, factors that were not influencing the level of risk were : work period and OHS training. There were also no correlation between farmers risk perception with thc level of risk accepted (level of pesticide poisoning). In conclusion, there were 3 variable derived from internal factors that correlated with risk perception ( knowledge on pesticide handling, safe behavior on the use of PPE and personal hygiene). There was one variable derived from external factor which was correlated with farmers risk perception (safety culture). There 3 variable derived from internal factors which was correlated with of risk accepted (knowledge on pesticide handling, safe behavior on the use of PPE and personal hygiene). There 3 variable derived from internal factors which was correlated with level of risk (level of pesticide poisoning): frequency of contact and OHS culture.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Fajar Wicaksono
Abstrak :
Latar belakang dan Tujuan Indonesia saat ini masih mcnggunakan bensin bertimbal dengan tingkat pencemaran timbal di udara tinggi. Jakarta Barat merupakso wilayab di DKI Jakarta yang paling padat dilalul kendaraan bermotor. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan kadar timbal di dalam darah terbadap terjadinya hipertensi pada polisi yang bekerja di jalan dan faktor-faktor lain, seperti obesitas, riwayat keluarga hipertensi, kebiasaan merokok. konsmnsi kopi, perilaku memakai masker dan olahraga dengan terjadinya hipertensi. Metode penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayab kerja polsek Jakarta Barat. Populasi penelitian adalah polisi yang bekerja di jalan. Disain penelitian adalah studi Cross Sectional, dengan analisis kasus konlrol, 30 kasus dan 60 konlrol dillrutsertakan ) da1am penelitian ini. Kastt; diperoleh dengan cam consecuiive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, pengukuran berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darab dan analisis kadar timbal dalam darah. Hasil penelitian Rerata kadar timbal di dalam darah adalab 19.83 , dengan nilai median 18.80. Terdapat hubungan yang signifikan antarn faktor obesitas (OR = 5,1) riwayat keluarga hipcrtensi (OR=l7,68) dan kadar Pb dalam darab (OR=4,5) dengan kejadian hipertensi. Kesimpulan dan Saran Ada pengarah kadar timbal di dalam darah, dengan kejadian hipertensi. Saran yang diajukan adalah melakukan pemeriksaan kadar timbal dalam darah minimal sekali setahun, termasuk melakukan upaya penurunan pajanan timbal, dan menurunkan berat badan polisi yang bekerja di jalan.
Tile Background and Tbe Objectives Most of the cities in Indonesia are still using head gases which causes high lead level pollution. West Jakarta is one of the .areas that high burden of motor vehicles and is among the worst polluted area in Jakarta city. The aim of this study is to identify the relation of blood lead levels and hypertension among traffic police and other related factors such as obesity ,family history of hypertension, smoking,. consumption of coffee, use of mask as protection and physical exercise. The Research Method This research was carried out in the work territory Sector Police West Jakarta. The research population was traffic police assigned on the road. A cross sectional study design was used with case control analysis. Sixty cases and 30 controls Were recruited for this study Cases were recruited consecutively. Data was'collected by interviews, physical examination and measuring blood lead level. The Conclusion and the Reccomendation A significant relationship was'found between blood lead level and hypertension incident. Police with the blood lead level ?: 18,80 JWdL had a risk almost of 6,5 times higher to get hypertension. It is recommended that blood lead level should be measured at least once a year and reduce police weight that worked in the road.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T21022
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bisma Khairifadil
Abstrak :
Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan merupakan kasus keracunan yang melibatkan lebih dari dua korban keracunan. Biasanya pada kasus-kasus yang terjadi, tidak kurang korban keracunan mencapai puluhan atau bahkan ratusan. Berkaitan dengan kasus keracunan makanan, hukum tanggung jawab produk atau product liability dimaksudkan untuk memberikan jaminan terhadap hak-hak konsumen, khususnya hak atas keselamatan, keseshatan, dan hak untuk mendapatkan ganti kerugian terhadap konsumen, dimana kedudukannya masih lemah dibandingkan pelaku usaha. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis tentang bagaimana tanggung jawab produk atas pangan yang sudah teracun dan kemudian meracuni konsumennya. Dari hasil penelitian ini didapat bahwa Hukum Tanggung Jawab Produk masih merupakan hal yang masih harus menjadi perhatian serius, demi menjamin adanya kepastian hukum konsumen terhadap pelaku usaha. ......Extra ordinary foodborne disease is the poisoning cases that involving more than two victims of poisoning. Usually in cases that occurred, at least more than hundred victims of poisoning is possible. In term of foodborne disease, product liability laws or product liability is intended to provide a guarantee of consumer rights, particularly their right to safety, health, and the right to claim over the injuries. The consumer position is still weak compared to manufacturer. This study aims to describe and analyze on how the responsibilities for food liability that have been poisoned. From the results of this study, found that the Product Liability Law is still the case that should be a serious concern, it is in order to ensure legal certainty of consumers over manufacturer.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S46449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>