Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tampubolon, Vivianto
Abstrak :
ABSTRAK Industri kayu lapis merupakan primadonanya produk kehutanan dalam perolehan devisa negara dan merupakan komoditi penyumbang ekspor terbesar dari ekspor pengolahan kayu Indonesia. Tetapi peranan industri tersebut dari tahun ke tahun mengalami penurunan terbukti di tengah badai krisis nasional akhir-akhir ini, industri kayu lapis yang merupakan resource based industry tidak mampu berjaya di tengah badai moneter yang menekan kuat nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Industri ini semakin sulit berkembang, devisa ekspor kayu lapis terus merosot. Begitu juga dengan nilai ekspornya yakni sejak tahun 1993 sebesar US $ 4,22 milyar menurun menjadi US $2,07 milyar di tahun 1998. Merosotnya ekspor kayu lapis ini, disebabkan oleh beberapa hal antara lain semakin ketatnya persaingan industri kayu lapis dunia, munculnya pesaing-pesaing baru yang selama ini merupakan pasar ekspor bagi produk kayu lapis Indonesia, fenomena ini disebabkan karena dibukanya ekspor kayu log ke negara tersebut. Penurunan nilai tukar mata uang domestik di sejumlah negara Asia Timur, juga mengakibatkan berkurangnya kegiatan di sektor konstruksi yang menjadi penyerap utama produk kayu lapis. Oleh karena untuk meningkatkan atau mempertahankan pangsa pasar kayu di pasar global, diperlukan strategi yang handal untuk mempertahankan daya saing komoditi kayu lapis Indonesia di pasar global. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam membuat strategi peningkatan daya saing kayu lapis, sedangkan alternatif strateginya direncanakan untuk mendapatkan perolehan devisa, keterkaitan pihak pemerintah, non pemerintah dan dunia usaha industri kayu lapis. Penentuan strategi dirancang dengan menggunakan dua pendekatan analisis sistem yaitu, RCA dan ISP untuk mengetahui posisi komoditi kayu lapis Indonesia di pasar global dan kedua memakai Teknik proses hirarki analitik digunakan untuk memudahkan permodelan prioritas permasalahan dan mengetahui alternatif strategi peningkatan daya saing kayu lapis yang sebelumnya melakukan identifikasi faktor-faktor penting yang meliputi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Dalam proses hirarki analitik faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan sesuai urutan prioritasnya adalah kondisi faktor (kemampuan SDA, permodalan, Jaringan distribusi, sumber daya IPTEK, sarana dan prasarana), kondisi permintaan (permintaan ekspor, pangsa pasar dunia, pangsa pasar dalam negeri, permintaan dalam negeri), industri terkait dan pendukung (kekuatan pemasok bahan baku, kekuatan pemasok bahan penolong), strategi, struktur dan persainga (persaingan industri, struktur industri, informasi pasar, promosi ekspor dan kualitas produk), kesempatan dan peluang (era perdagangan babas, blok perdagangan, kurs mata uang). Sedangkan aktor yang berperan menurut urutan prioritasnya adalah pemerintah, lembaga keuangan/perbankan, industri, industri pemasok, asosiasi, negara tujuan ekspor dan negara pesaing. Dengan tujuannya peningkatan daya saing, perolehan devisa, pertumbuhan dan perluasan pasar dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Untuk afternatif strateginya yang merupakan pokok dan acuan untuk meningkatkan daya saing kayu lapis Indonesia di pasar global menurut urutan prioritasnya adalah penciptaan iklim yang kondusif, peningkatan stabilitas bahan baku dalam negeri dan yang terakhir peningkatan penguasaan teknologi.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T9306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Barlian
Abstrak :
Negara berkembang seperti Indonesia selalu mendambakan pembangunan industri, karena industri dianggap lebih mampu membuka lapangan pekerjaan bagi tenaga yangmenganggur dan mendorong pertumbuhan teknologi yang berguna bagi kehidupan manusia serta menumbuhkan berbagai kegiatan yang saling berkaitan dalam jaringan industri sehingga mampu berfungsi sebagai pendorong pembangunan (Salim, 1985 : 174). Pembangunan industri plywood (PT.Rimba Sunkyong) di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Madya Padang adalah salah satu dari sekian banyak pembangunan industri di Indonesia. Masyarakat Bungus Teluk Kabung mayoritas berpencaharian sebagai petani dan nelayan. Para nelayan dapat menangkap ikan lebih jauh ketengah dengan menggunakan perahu motor. Hal ini tentu dapat meningkatkan jumlah penangkapan atau pendapatan mereka. Keadaan seperti ini sudah mereka lakukan sebelum industri plywood berada di tengah-tengah mereka. Sedangkan petani Kecamatan Bungus Teluk Kabung masih menggunakan peralatan dan teknologi yang sederhana dalam mengolah tanah untuk menghasilkan pangan, karena itu mereka amat tergantung kepada tenaga kerja dan kemurahan alam. Sementara itu perkembangan industri menjanjikan lapangan kerja baru bagi petani. Hal ini dapat menimbulkan masalah social bagi petani karena pada hakekatnya mereka merupakan majikan bagi dirinya sendiri, tetapi jika ia pindah ke sektor perindustrian tentu ia tidak diperlakukan sesuai dengan latar belakang status social yang disandangnya dalam komuniti asalnya. Dengan kata lain perindustrian merupakan masalah bagi petani, karena ia harus menyesuaikan diri dengan kehidupan social yang berlaku dalam kehidupan industri. Penyesuain diri menyangkut pergeseran status dan peranan social mereka dalam masyarakat. Dalam perkembangan industri tentu ada yang dapat menyesuaikan diri dan memperoleh keuntungan dengan adanya industi plywood, tetapi ada pula yang tidak setuju atau tidak dapat memanfaatkan industri yang ada di daerah mereka. Disamping itu ada pula diantara masyarakat yang tidak peduli sama sekali dengan keberadaan industri plywood di daerah mereka. Masyarakat Kecamatan Bungus Teluk Kabung menyadari sepenuhnya bahwa keberadaan industri di sekitar tempat mereka, dapat meningkatkan taraf kehidupan mereka, tetapi perkembangan industri amat tergantung pada kesiapan mental dan peran serta masyarakat di sekitar tempat pembangunan industri berlangsung. Disamping itu pembangunan industri menuntut orang yang mempunyai ketrampilan atau keahlian khusus, tidak hanya untuk menanggani teknologi yang ada di industri, tetapi juga kemampuan untuk memanfaatkan peluang yang diakibatkan adanya industri tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memdapatkan informasi tentang pendapat, penilaian atau pandangan masyarakat tentang keberadaan industri plywood baik karena membuka peluang kerja maupun sebagai akibat penyebab timbulnya masalah sosial di tengah masyarakat. Sebagai jawababan sementara terhadap masalah penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Makin tinggi tingkat pendidikan makin setuju dengan keberadaan industri plywood di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang. 2. Makin tinggi tingkat ekonominya makin setuju dengan keberadaan industri plywood di Kecamatan Bungus Teluk Kotamadya Padang. 3. Pendatang lebih menerima dari pada penduduk asli terhadap keberadaan industri plywood di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang. 4. Wanita lebih setuju dari laki-laki terhadap keberadaan industri plywood di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang. 5. Semakin meningkat usianya semakin tidak setuju terhadap keberadaan industri plywood di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang, dengan populasi sebanyak 710 orang. Pengambilan sampel dilakukan terhadap 150 responden, yang diambil secara "Proportional Random Samling". Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara berstuktur, kuesioner dan pengamatan serta studi kepustakaan. Sedangkan tipe penelitian ini adalah deskriptif analisis. Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, data yang terkumpul dianalisis secara parsentil. Disamping itu juga diuji dengan "t tes" dan "Contingensi coefficient". Berdasarkan analisis yang dilakukan, penelitian ini menyimpulkan: 1. Tingkat pendidikan formal dan keterampilan kerja yang dimiliki masyarakat Kecamatan Bungus Teluk Kabung tergolong rendah, karena itu perlu dicarikan upaya untuk meningkatkan pendidikan dan ketrampilan masyarakat tersebut. 2. Masyarakat Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang selain bertani, mereka juga mempunyai mata pencaharian sampingan yaitu nelayan. 3. Masyarakat setuju dengan keberadaan industri plywood di daerah mereka karena membuka peluang kerja dan dapat meningkatkan pendapatan serta serta memberi manfaaat kepada masyarakat di sekitarnya. 4. Banyak penduduk yang berkeinginan untuk bekerja di industri plywood, karena upah di industri lebih besar dibandingkan dengan penghasilan bertani atau pekerjaan lain. Disamping itu status pekerja pabrik lebih tinggi dari petani. 5. Adanya hubungan signifikan yang positif antara tingkat pendidikan dengan persepsi seseorang terhadap keberadaan industri plywood di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. 6. Adanya hubungan signifikan yang posistif antara tingkat ekonomi dengan persepsi seseorang terhadap keberadaan industri plywood di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. 7. Adanya perbedaan persepsi antara penduduk asli dengan pendatang terhadap keberadaan industri plywood di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. 8. Adanya perbedaan persepsi antara antara wanita dengan laki-laki terhadap keberadaan industri plywood di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. 9. Adanya hubungan signifikan yang positif antara tingkat umur dengan persepsi seseorang terhadap keberadaan industri plywood di Kecamatan Bungus Teluk Kabung.
The Public Perception On The Existence Of Plywood Industry Case study : The farmers in Kecamataa Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang Indonesia as a developing country is expected to develop industry, because it is considered to provide more work field foren employed and stimulate the technology growth which is useful for humanity lives and up grow many kinds of activity which is interrelated in industry net work, so it can be functioned as the development support. (Salim, 1985:174). The founding of plywood industry (PT Rimba Sunkyong) in Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang is one of many industrial developments in Indonesia. The majority in habitants of Bungus Teluk Kabung are farmers and fishermen. The fishermen are able to catch fish farther off-shore by using boats. This certainly able to increase their income. This condition has been before plywood industry existed in their area. Farmers are still using the simple tool and technology, because they depent much on power and natural resources. Meanwhile the growth of industry provide net work field for farmers. This case can create a social problem for farmers because infact they are the master for them selves, but if they move from industrial sector, of course, they are not treated not in accordance with the back ground and social status in their communities where they come from. In other words industry . is a problem for farmers, because they have to adjust to the social life that happen in industrial life. The adaptation includes their status changing and social role in society. In the growth of industry, there are certainly some. people who could adjust them selves and get benefit because of the plywood industry, but there are some who disagree or-can not get benefit of the plywood industry on those who do not care with the existence of plywood industry in their own. Being fully aware of the existence of such an industry it can increase their life standard, but the growth of industry much depended on mental readiness and participation of the people around the industry area. Besides the development of industry requires people who have skill'.} or special qualification, not only to work in the industry but are also capable to make use the chance because of the industry. This research is aiming at having information on opinion, judgment or notion of the society on the existence of plywood industry both as a chance to have new works and as cause of creating social problems in their society. As temporary answers for research problems' the hypothesis are given bellow. 1. The higher the level of education is more agree-able the people are with existence of plywood industry in Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang. 2. The higher the level of economy is the more agree-able the people are with the existence of plywood industry in Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota madya Padang. 3. Emigrants are more agreeable than local inhabitants to the existence of plywood industry in Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang. 4. The women are more agreeable than men to the existence of plywood industry in Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang. 5. The older the people are the more disagreeable they are with. the existence of :plywood industry in Kecamatan Bungus Teluk 'Kabung' ,Kotamadya Padang. The research was conducted in Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang,.with the population of 710. The sampling technique is done by proportional Random Sampling. By doing it, there are 150 respondents. The data are collected by observation technique, structured interview, questionnaire, observation and library study. The type of the research is descriptive analysis. To test this hypothesis, the data which are colleted are analyzed in percentile, by "T test" and tingensi coefficient. Based on the analysis this research concludes. 1. The formal education level and the work skill in the society in Kecamatan Bungus Teluk Kabung are low, so that it is necessary to improve education and skills of society. 2. People in Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang are farmers and also fishermen. 3. People agree to the existence of plywood industry in their own area because it gibes the opportunity to work and increase their income. 4. Most of people want to work in plywood industry because of wages in the industry are higher than working as a farmer or another job. Besides farmers and fishermen are considered to be low status. 5. There is a significant correlation between the level of education and the perception to the existence of plywood industry in Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang. 6. There is a significant correlation between the level ofeconomy and plywood industry in Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang. 7. There is a significantly different perception between the one of the local inhabitants and the emigrants to the existence of plywood industry in Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang. 8. There is a significantly different perception between men arid women toward the existence of plywood industry in Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang. 9. There is a significant correlation between the level. of age and the perception of people to the existence of plywood industry in Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kotamadya Padang.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Yustia Agustina
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1983
S16889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Upik Wira Marlin Djalins
Abstrak :
Karena sumbangan industri kayu lapis yang cukup besar pada penerimaan devisa ekspor non-migas, guncangan yang dihadapi industri ini akan cukup mempengaruhi kestabilan penerimaan devisa Indonesia. Dengan adanya kampanye penggunaan ekolabel atas produk kayu, Indonesia perlu bersikap pro-aktif untuk menjaga agar penerimaan devisanya tidak terganggu akibat isu ini, dan pada saat yang bersamaan juga perlu menjaga kelestarian hutan tropisnya yang amat berharga itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan penerapan ekolabel untuk industri kayu lapis Indonesia. Secara lebih spesifik adalah untuk membuktikan bahwa karakteristik pasar kayu lapis Indonesia sebenarnya memberikan celah untuk usaha ekolabel, dan bahwa eko-label tidak berpengaruh negatif terhadap penerimaan dari kayu lapis. Metodologi yang digunakan adalah metode analisis data secara kualitatif, dan analisis pasar di 8 negara tujuan ekspor Indonesia secara kualitatif, dengan memanfaatkan metode pangkatdua terkecil dua tahap dan data pooling. Negara yang dijadikan obyek penelitian terdiri dari negara yang sensitif terhadap isu lingkungan dan yang tidak. Penulis mengaplikasikan dua skenario, yaitu skenario pemasaran tanpa ekolabel dan skenario pemasaran dengan ekolabel. Hasil penelitian menunjukkan elastisitas permintaan terhadap harga untuk keseluruhan 8 negara tujuan ekspor pada saat ekolabel belum dilaksanakan bersifat inelastik. Sementara elastisitas permintaan terhadap harga ketika ekolabel telah dilaksanakan, dan pada saat diferensiasi pasar diaplikasikan secara tegas, bersifat enelastik baik pada pasar yang sensitif terhadap isu lingkungan dan yang tidak. Pada skenario setelah pelaksanaan ekolabel, elastisitas permintaan terhadap pendapatan bersifat inelastik pada pasar yang sensitif, dan bersifat elastik pada pasar yang tidak sensitif. Pada periode penelitian, ternyata terjadi pergeseran konsentrasi pasar tujuan ekspor, dari pasar-pasar yang sensitif-yaitu Eropa dan Amerika Serikat - ke pasar-pasar yang tidak sensitif yaitu Jepang dan Korea. Hal ini terjadi ketika harga yang diterima dari pasar yang sensitif jauh lebih baik dari harga yang diterima dari pasar yang tidak sensitif. Anomali ini diduga terjadi karena sistem tata niaga kayu lapis. Inti dari usaha ekolabel adalah pembeberan mutu produk dan transparan informasi agar konsumen dapat memutuskan pembelian dengan informasi selengkap mungkin. Tujuan ekolabel tidak akan tercapai jika niaga kayu lapis masih tetap dilaksanakan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenton, Robert
Pasir Panjang, Singapore : Institute of Southeast Asian Studies, 1996
674.834 FEN i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Buku yang berjudul "Directory of the plywood industry in Indonesia" ini dipersembahkan oleh Asosiasi Panel Kayu Indonesia. Buku ini merupakan sebuah buku direktori industri-industri kayu di Indonesia.
Jakarta: Manggala Wanabhakti, 1986
R 694.834 ASO d
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Marsetiayu Ningsih
Abstrak :
ABSTRAK Viskositas memiliki hubungan dengan kekuatan rekat suatu kayu lapis, dimana nilai viskositas dipengaruhi oleh besarnya jumlah campuran tepung, resin dan hardener. Didalam proses pencampuran lem, mesin yang yang digunakan yaitu mesin mixer. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh waktu pencampuran dan jumlah tepung terhadap nilai viskositas, jumlah cacat dan kekuatan tarik dari kayu lapis. Metode yang digunakan yaitu pengambilan data primer di industri untuk digunakan sebagai referensi dilakukannya design of experiments. Dari hasil percobaan waktu pencampuran secara umum mampu meningkatkan nilai kekuatan tarik geser sampai nilai optimum 1,86 N/mm2 dengan komposisi waktu pengadukan 15 menit dan tepung sebanyak 10 Kg,sedangkan variabel jumlah tepung memiliki kecenderungan membuat nilai tarik geser menjadi turun.
ABSTRACT Viscosity is related to the adhesive strength of a plywood, where the viscosity value is influenced by the large amount of the mixture of flour, resin and hardener. In the glue mixing process, the machine used is a mixer machine. This study discussed the effect of mixing time and the amount of flour on the viscosity value, the number of defects and the shear tensile strength of the plywood. The method used is the primary data retrieval in the industry to be used as a reference for the design of experiments. From experiment result of mixing time in general able to increase value of shear tensile strength until optimum value 1,86 N / mm2 with the composition time of mixing 15 minutes and flour as much as 10 kg, while variable of flour amount have tendency to make tensile value of shear to be down.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T49027
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Putro Notonegoro
Abstrak :
ABSTRAK
Pada tahun 2009, Kementerian Kehutanan mengeluarkan peraturan baru yang dikenal dengan nama Sertifikasi Verifikasi Legalitas Kayu SVLK . Salah satu tujuan dari peraturan ini adalah memastikan para pemangku kepentingan yang berkecimpung di bidang kehutanan dan juga industri kehutanan, menggunakan kayu legal sehingga dapat meningkatkan daya saing produk ekspor kehutanan Indonesia. Tesis ini meneliti pengaruh peraturan tersebut pada pasar ekspor kayu lapis, bukan hanya pada banyaknya jumlah kayu lapis yang diekspor tetapi juga penerimaan negara yang diterima dari ekspor produk ini. Dengan menggunakan data mulai tahun 2000 sampai dengan tahun 2014 dan melibatkan 58 negara sebagai mitra perdagangan ekspor kayu lapis Indonesia, pengaruh perturan tersebut akan dihitung menggunakan model gravity yang telah digunakan oleh Rose 2004 dalam penelitian sebelumnya. Dari beberapa pendekatan yang dilakukan untuk menghitung pengaruh peraturan tersebut, tesis ini membuktikan terdapat indikasi bahwa jumlah kayu lapis yang dieskpor maupun penerimaan negara dari ekspor kayu lapis menurun setelah diterapkannya SVLK.
ABSTRACT
In 2009, Ministry of Forestry issued new regulation which is known as Timber Legality Verification System SVLK . One of the regulation rsquo s objectives is to ensure the forestry stakeholders and industries use only legal wood and therefore increases the competitiveness of Indonesian forest products. In this thesis, I will estimate how this regulation affects the plywood export market, not only on the quantity exported but also on the revenue earned from this product. Using panel data of this market from 2000 to 2014, involving 58 countries as trading partner, I adapt gravity model which has been used by Rose 2004 . Employing several approaches, this study finds an indication that quantity exported and revenue earned after the implementation of the regulation is less than before.
2016
T47081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover