Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agustina Ekawati
"Secara universal setiap bahasa di dunia mengenal konsep ketunggalan dan kejamakan pada nomina, namun perwujudan dari kejamakan tersebut dapat berbeda antara satu bahasa dengan bahasa lainnya. Secara morfologis ada bahasa yang menyatakan kejamakan melalui reduplikasi, afiksasi, perubahan vokal intern dan ada pula yang secara morfologis tidak membedakan bentuk nomina yang mengandung konsep tunggal dengan jamak. Kejamakan yang diwujudkan melalui proses redupli_kasi dapat dijumpai antara lain pada bahasa Indian Nass, misalnya giat (orang) - gjigjat (orang-orang). Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang juga mengenal upaya reduplikasi , di mana salah satunya mengacu pada kejamakan, contohnya : buku -- buku-buku (reduplikasi duilingga) dan pohon -- pepohonan (reduplikasi dwipurwa). Indian Nass merupakan bahasa yang menyatakan kejamakan pada nomina melalui penambahan prefix misalnya an'on (tangan) -- ka-an'on (tangan-tangan), sedangkan bahasa Yana melalui penambahan infiks, contohnya k 'uwi (dukun) - k ' uriwi (dukun-dukun). Bahasa Jerman merupakan salah satu dari beberapa bahasa Eropa yang mewujudkan kejamakan melalui penambahan sufiks serta perubahan vokal intern, yang dalam bahasa Jerman ditandai dengan Umlaut, seperti pada contoh berikut ini: das Auto--die Autos, der Mantel--die Mantel, die Frau_die Frauen, der Vater--die Vater, der Brief--die Briefe, der Apfel--die Apfel. Selain itu dalam bahasa Jerman dapat pula dijumpai bentuk jamak yang dibentuk melalui kombinasi antara sufiks dengan Umlaut seperti contoh : das Buch--die Bucher, die Hand--die Hande. Dalam bahasa Jerman terdapat pula beberapa nomina yang secara morfologis tidak membedakan antara bentuk tunggal dan jamaknya, misalnya der Wagen--die Wagen. Dari uraian di atas terlihat bahwa setiap bahasa memiliki ciri pembentukan jamak tersendiri yang khas menurut tipe bahasa yang bersangkutan dan hal tersebut baru merupakan salah satu aspek dari beberapa aspek lain yang berbeda dari setiap bahasa. Sebagai penutur bahasa Indonesia yang mempelajari bahasa Jerman, saya banyak menemukan kesulitan yang berakar dari adanya,perbedaan-perbedaan seperti itu. Seperti telah diuraikan pada contoh-contoh di atas, bahasa Jerman merupakan bahasa yang mengenal deklinasi, termasuk deklinasi jamak yang ditandai dengan penggunaan sufiks jamak. Dalam bahasa Jerman terdapat beberapa sufiks jamak, di mana kebanyakan hanya salah satunya yang sesuai untuk satu nomina. Pada awalnya sulit bagi saya untuk menentukan salah satu dari sufiks jamak tersebut yang sesuai bagi suatu nomina. Berangkat dari adanya permasalahan tersebut, saya tertarik untuk mengangkatnya sebagai topik skripsi dan menganalisis lebih lanjut mengenai kejamakan dalam bahasa Jerman, tepatnya unsur-unsur morfosintaksis yang berperan dalam meuujudkan kejamakan dalam bahasa Jerman, untuk kemudian membandingkannya dengan bahasa Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parulian, Ade Risdo
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas topik utama tentang persoalan dalam keberagaman yang ada di Indonesia. Persoalan
yang ada dalam keberagaman ini memiliki implikasi langsung terhadap kehidupan masyarakat. Implikasi dari
kondisi tersebut bisa dalam bentuk yang positif atau pun negatif. Dalam penelitian ini, saya mencoba untuk
menyelesaikan implikasi langsung yang bentuknya negatif. Bentuk negatif yang mewujud dalam bentuk konflik.
Konflik identitas antar komunitas dalam keberagaman menjadi sangat potensial. Pada penelitian ini saya
menggunakan konsep rekognisi dari Taylor sebagai alat untuk melegitimasi. Lalu mempromosikan politik
identitas Indonesia sebagai identitas yang mengakomodir berbagai keberagaman identitas komunitas yang ada.
Kemudian saya menggunakan rekognisi untuk melegitimasi politik identitas Indonesia. Dengan demikian politik
identitas Indonesia yang telah dilegitimasi menjadi sebuah upaya yang rasional untuk mengakomodir persoalan
konflik perbedaan identitas komunitas dalam keberagaman.

ABSTRACT
This research discusses a main topic about issues within diversity in Indonesia. The issues within diversity has a
direct implication towards societys life. The implication of the condition could be in a positive or even negative
form. In this research, I am trying to finish the direct implication in a negative form. The negative is created in a
conflict form. Identity conflict in diversity amongst communities becomes very potential. In this research, I am
using a recognition concept by Taylor as the tool for legitimating. Then promoting the politics of Indonesia
identity as the identity that accomodates the diversity of identity amongst communities that exist. Afterwards, I
am using the recognition to legitimate the politics of Indonesia identity. Therefore, the politics of Indonesian
identity which has been legitimated becomes a rational attempt to accomodate the conflict of different identity
amongst communities in the diversity."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 1993
320.1 PLU
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Suwartiningsih
"Being a pluralist community, Nias consists of not Tionghoa (Chinese), Padang, Batak and Javanese. Social harmony within the community is like no other ever found in other regions across Indonesia. Indeed, social harmony amongst the Nias community has been a very much interesting social fact for research and analysis. Has some sort of local wisdom been exercised as a social capital to create the social harmony within the life of this religious-pluralist community? A research on this was conducted in Kota Gunungsitoli by applying the descriptive- qualitative research. The research shows that their local wisdom of Banua dan fatalitusota, Emali dome si so ba lala, ono luo na so yomo, Sebua ta ide'ide'o, side'ide'ide mutayaigo [tidak bold] and the fact that religious communities in this region have strong understanding and emphasis on their religious values. These factors heavily influence both the creation and the preservation of the social harmony within the community."
Jakarta: Pusat Pengkajian Reformed, 2014
SODE 1:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library