Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melati Padma Adiprameswari
"Pengobatan malaria semakin lama mengalami resistensi di berbagai daerah. Akar pasak bumi (Eurycoma longifolia) adalah tanaman yang berpotensi sebagai terapi malaria karena memiliki kandungan kuasinoid. Penelitian ini melakukan uji ekstrak akar pasak bumi (E. longifolia) dosis 60 mg/kgBB dan 75 mg/kgBB secara tunggal dan kombinasi masing-masing dengan klorokuin via oral. Jenis penelitian eksperimental in vivo dengan subjek penelitian mencit Swiss yang terinfeksi Plasmodium berghei. Hasil penelitian perbandingan hari ke-4 dan hari ke-0 tingkat parasitemia memiliki nilai signifikan (p<0,05) pada uji One way Anova. Persentase inhibisi pertumbuhan pada kelompok kombinasi mencapai 98,5% dan 98,9% dibandingkan klorokuin sebagai obat standar mencapai 100%. Sedangkan pasak bumi tunggal inhibisi <50%. Dapat disimpulkan pemberian kombinasi lebih baik menurunkan dan menekan parasitemia dibandingkan pemberian ekstrak akar pasak bumi secara tunggal berdasarkan hasil analisis data perbedaan bermakna (p<0,05).

Malaria treatment is going to become resistance in various regions. Eurycoma longifolia jack is a plant that has potential as malaria therapy due to contain quassinoid as antimalarial. This study was to test Eurycoma longifolia jack extract dose 60 mg/kgBB and 75 mg/kgBB in single and combination with chloroquine via oral. Type of studies is experimental in vivo with Swiss mice infected by Plasmodium berghei as subject. Results of comparative study day 4 and day 0 levels of parasitemia has significant value (p<0,05). The percentage of growth inhibition in the combination group reached 98,5% and 98,9% compare with reference standard therapy chloroquine that reached 100%, while the single of Eurycoma longifolia jack <50%. It can be concluded combination group better than single group of Eurycoma longifolia jack to reduce and supress parasitemia based on the post-hoc analysis there were significant differences (p<0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Supriyanto
"Sejauh ini banyak dilaporkan empat spesies plasmodium yang dapat menginfeksi manusia di Indonesia, keempat plasmodium itu adalah Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Indonesia dihadapkan pada tantangan perubahan epidemiologi malaria, yaitu dengan dilaporkannya kasus malaria Plasmodiun knowlesi. Di kota Sabang kasus malaria P.knowlesi mengalami peningkatan dari tahun 2017-2018 ditemukan kasus malaria P. knowlesi dengan total sebanyak 57 kasus, hal ini merupakan salah satu bukti bahwa telah terjadi penularan jenis malaria tersebut di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor risiko kasus malaria Plasmodium knowlesi di kota Sabang provinsi Aceh. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kasus kontrol dengan data primer dan sekunder. Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat chi square dan multivariat regresi logistik. Faktor-faktor yang diteliti adalah jarak pemukiman penduduk dengan populasi monyet, adanya genangan air disekitar tempat tinggal, pekerjaan, umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, penggunaan kelambu, pemeliharaan binatang ternak, penggunaan obat anti nyamuk, aktifitas ke dalam hutan, pemasangan kasa ventilasi, kebiasaan keluar rumah pada malam hari. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan faktor risiko jarak pemukiman penduduk dengan keberadaan monyet diperoleh nilai p = 0,001 dan OR sebesar 3,970 (95%CI; 1,749-9,01), adanya genangan air di sekitar rumah menunjukkan adanya hubungan diperoleh nilai p = 0,001 dan OR sebesar 3,684 (95%CI; 1,900-7,145), adanya aktifitas kedalam hutan menunjukkan adanya hubungan diperoleh nilai p = 0,001 dengan nilai OR= 3,636 (95%CI; 1,855-7,128) dan adanya aktifitas dimalam hari menunjukkan adanya hubungan diperoleh nilai p=0,004 dengan OR = 2,663 (95%CI; 1,392-5,095). Kesimpulan faktor yang paling dominan terhadap kasus malaria Plasmodium knowlesi di Kota Sabang adalah aktifitas responden kedalam hutan.

In Indonesia four species of Plasmodium can infect humans, such as Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae and Plasmodium ovale. Indonesia challenge the change of malaria epidemiology, by reported of Plasmodiun knowlesi malaria cases. In Sabang city P.knowlesi malaria incidence increased in 2017-2018 found cases of P. knowlesi malaria cases with total were 57 cases, proofing that there has been transmission of malaria in Indonesia. The purpose of this study to determine the risk factors for malaria Plasmodium knowlesi in Sabang city of Aceh province. Design case control studies with primary and secondary data. Analysis of data using univariate, bivariate chi square and multivariate logistic regression. The factors examined were the distance of population settlements with monkey populations, the presence of standing water around the place of residence, occupation, age, sex, education, knowledge, use of mosquito nets, maintenance of livestock, use of mosquito repellent, activities in the forest, installation gauze ventilation, the habit of going out at night. The results showed an association of risk factors within settlements with the presence of monkeys obtained p value 0.001 and OR of 3.970 (95% CI; 1.749 to 9.01), the presence of stagnant water around the house shows an association obtained p value 0.001 and OR amounted to 3.684 (95% CI; 1.900 to 7.145), presence of activity on forest indicate an association obtained by p value = 0,001 with OR = 3.636 (95% CI; 1.855 to 7.128) and their activity at night shows an association obtained by p value = 0,004 with OR = 2.663 (95% CI; 1.392 to 5.095). Conclusion the most dominant factor in Plasmodium knowlesi malaria cases in Sabang City is the activity of respondents into the forest."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luluk Ummaimah Agustini
"Munculnya fenomena resistensi dari berbagai obat malaria yang telah digunakan untuk melawan penyakit malaria merupakan suatu ancaman bagi dunia kesehatan untuk mencari terobosan baru dalam melawan penyakit malaria. Salah satunya dengan strategi pengobatan secara kombinasi. ACT (Artemisinin Combination Therapy) obat standar sebagai antimalaria. Ekstrak tanaman Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) diketahui memiliki potensi antimalaria. Dalam penelitian ini bertujuan menguji kombinasi ekstrak Akar Pasak Bumi (PB) dan ACT. Dengan menguji 2 dosis terdiri dari PB 60mg/kgBB tambah ACT 1.7 mg/kgBB; PB 75 mg/kgBB tambah ACT 1.7 mg/kgBB. Desain penelitian ini menggunakan eksperimental in vivo pada mencit (Mus musculus) yang terinfeksi Plasmodium berghei. Berdasarkan hasil analisa peningkatan parasitemia hari ke-4 menggunakan SPSS menunjukkan hasil tidak bermakna (p>0.05) pada kedua kelompok uji ketika dibandingkan dengan kontrol positif (ACT). Hal ini ditunjang dengan presentase inhibisi kedua kelompok (68.4%;54.46%) lebih kecil daripada kontrol positif (70%). Dapat disimpulkan bahwa kedua dosis kombinasi tidak bersifat sebagai antimalaria. Kombinasi dosis ekstrak akar pasak bumi 60 mg/kgBB dan ACT 1.7 mg/kgBB merupakan kelompok yang memiliki presentase daya hambat yang paling baik berdasarkan presentase daya hambat pada hari ke-4.

The emergence of the phenomenon of resistance from the malaria drug that has been used to combat malaria is a threat to the health of the world to search for new breakthroughs in the fight against malaria. One way by using combination treatment strategies. ACT (Artemisinin Combination Therapy) is a standard drug as anti-malaria. The extract of Pasak Bumi root (Eurycoma longifolia) had been known to have anti-malaria potency. This study aimed to test a combination of the extract of Pasak bumi root and ACT. By testing two doses consisting of PB 60 mg/kgBB and ACT 1.7 mg/kgBB; PB 75 mg/kgBB and ACT 1.7 mg/kgBB. Design of this study using an experimental in vivo in a mice (Mus musculus) infected by Plasmodium berghei. Based on the analysis of the increase in parasitemia day 4 using SPSS shows the results are not significant in both groups combination compared with positive control (ACT). It is supported with a percentage of inhibition of the two groups (68.4%;54.46%) is smaller than the positive control(70%). It can be concluded that both of doses combination is not as anti-malaria. Doses combination of PB 60 mg/kgBB and ACT 1.7 mg/kgBB has the best percentage of inhibition parasitemia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library