Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hari Tri Budianto
"The decrease of rice-field area is one of causes of decreasing rice production in Indonesia. Physical development in many sectors has been converting rice field area into others such as industry, high ways, settlement and other agricultural areas. Because of limited possibility to extent rice field area, one of the efforts of increasing rice production is to implement intensification program.
Rice paddy intensification program relates to "green revolution". Reaching success in 1984 indicated by rice self sufficiency in the year of 1984. This modernization is considered of new rice farming technology application, which is popular by the term of Panca Usaha Tani (Pranadji, 1993). Five elements of Panca Usaha Tani are well soil preparation, prime seed, irrigation sufficient and regular, optimal application of fertilizer and pesticide.
Karawang is one regency in West Java Province that considered as one of national rice producing areas. This region is strategic, because it is relatively flat and located in the area of Jatiluhur irrigation. These are the reasons of Karawang chosen as a model of rice paddy intensification program.
The research title is "Pemodelan Indeks Tingkat Keberhasilan Intensifikasi Sawah di Kabupaten Karawang MT 1998/1999 dan MT 1999". The objective of the research is to determine successfulness index of rice paddy intensification in Karawang Regency. The index is based on qualification of existing soil quality, efforts conducted, and rice production. By comparing each index of each kecamatan, it can be seen level of successfulness of the kecamatan in implementing intensification program, and it can be identified what factors must be improved in order to increase rice production in those kecamatan.
The research questions are (1) Where is the highest and lowest of successfulness index in Karawang on growing season of the year 1998/1999 and 1999? and (2) How is the consistence of the index?
The research method employed is GIS, using overlay, classification and scoring techniques with kecamatan as analytical unit.
The results indicate that the highest indeces are in the southern part of Kabupaten Karawang, especially in the area of "excellent" and "poor" soil quality. Those are Kecamatan Cikampek and Telukjambe. The lowest indices are in the Northern and central of Karawang Regency, particularly on the "excellent" soil quality, Those are Kecamatan Tirtajaya and Rengasdengklok.
The results also indicate that the values of indices are consistence in measuring the level of successfulness in rice paddy intensification program in Karawang Regency in growing season of the year 1998/1999 and 1999.
"
Depok: Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T1112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Dwi Indiarto
"Beras merupakan komoditas pangan pokok bagi negara-negara anggota ASEAN. Sebagai negara produsen sekaligus konsumen beras, mereka menaruh perhatian penting dalam menangani masalah perberasan di dalam negeri masing-masing. Kebijakan pengadaan pangan (beras) yang selama ini diterapkan bertujuan untuk menjamin kecukupan pasokan yang dibutuhkan bagi rakyatnya. Idealnya, mereka minimal mampu memenuhi kebutuhan dalam negerinya sendiri karena sangatlah mengkhawatirkan bila mengandalkan pasar beras dunia yang rentan dan tidak stabil.
Penelitian ini bertujuan untuk: (a) menentukan model estimasi produksi yang sesuai untuk tanaman padi di ASEAN; dan (b) mengidentifikasi dan mengetahui faktor-faktor yang nyata berpengaruh terhadap produksi padi di ASEAN. Penelitian ini dilakukan pada delapan negara ASEAN (Filipina, Karnboja, Laos, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand dan Vietnam) dengan periode pengamatan tahun 1980 sampai dengan 2002. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel output produksi, luas lahan, penggunaan pupuk urea, traktor roda dua, benih dan tenaga kerja.
Model yang digunakan untuk estimasi dalam penelitian ini adalah bentuk fungsi produksi Cobb Douglas pada komoditas padi dengan menggunakan data panel, sebagaimana yang telah dilakukan dalam penelitian sebelumnya oleh Aryal & Aryal (2004), Bhati (1975), Kamiya (194I) dan Manurung (1996).
Hasil estimasi menunjukkan bahwa produksi padi dipengaruhi secara positif oleh input produksinya, yaitu luas lahan, penggunaan pupuk urea dan benih, traktor dan tenaga kerja. Penggunaan pupuk urea pada tanaman padi tidak terlalu signifikan yang mungkin disebabkan oleh terlalu banyak penggunaannya pada lahan olahan sehingga menurunkan kadar unsur hara dalam tanah. Nilai elastisitas terbesar terdapat pada variabel luas lahan, yang menunjukkan bahwa produksi padi cukup peka terhadap perubahan luas lahan. Disamping itu, berdasarkan jumlah nilai elastisitas output terhadap total inputnya menunjukkan bahwa produksi padi mempunyai skala hasil yang bertambah (increasing return to scale).
Dan hasil estimasi tersebut, implikasi kebijakan yang dapat disarnpaikan antara lain adalah perlunya penambahan luas lahan sawah baru guna meningkatkan produksi; meningkatkan pemanfaatan pupuk organik yang ramah lingkungan daripada pupuk anorganik untuk menjaga kestabilan unsur hara dalam tanah dan ketergantungan terhadap pupuk anorganik; serta masih dibutuhkannya intervensi pemerintah dalam memberikan subsidi input pertanian guna memicu perkembangan perekonomian di perdesaan.
Beberapa variabel input yang belum ada dalam penelitian ini seperti infrastruktur irigasi, pestisida, iklim dan teknologi pasca panen perlu ditambahkan dalam penelitian lanjutan, terrnasuk juga penggunaan series data yang lebih panjang sehingga mampu memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang produksi padi di ASEAN."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20414
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Austin, Richard L.
New York: Wiley-Academy, 2002
715 AUS e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Giono, Jean
Chelsea: Chelsea Green Publishing Company, 1985
634.9 GIO m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Sri Alem Br.
"Kegiatan praktik tanam campuran yang dilakukan petani di Gurusinga memperlihatkan adanya pilihan jenis tanaman yang berbeda-beda di antara petani. Perbedaan pilihan itu terjadi dari satu waktu tanam ke beberapa waktu tanam berikutnya. Beberapa petani ini cenderung melakukan percampuran tanaman dalam bentuk pola tanam yang berbeda, yaitu campur-campur, tumpang tindih, tua-muda, sada-sada dan ragi-agi. Mengapa petani cenderung memilih jenis tanaman yang berbeda dari satu waktu tanam ke waktu tanam berikutnya?
Kajian ini berusaha membahas pilihan petani yang berbeda-beda atas jenis tanaman tersebut dengan menjelaskan bagaimana petani mengambil suatu keputusan untuk memilih jenis tanaman dan faktor-faktor apa yang mendasari pilihan petani tersebut. Penelitian di lapangan selama berkisar enam bulan (Juli - Desember 1999) dapat dimanfaatkan untuk mengamati dua periode waktu tanam dan panen dari satu jenis tanaman petani. Penulis menyadari bahwa dua waktu tanam yang diamati adalah merupakan periode singkat dari suatu periode panjang dalam pengalaman petani dengan beragam peristiwa khusus yang mereka alami. Namun, dari dua periode singkat ini, petani juga harus mengambil keputusan untuk memilih beberapa jenis tanaman yang harus ditanam untuk menggantikan beberapa tanaman lain yang telah siap panen.
Dengan menggunakan analisis pengambilan keputusan, kajian ini sampai pada suatu pemahaman bahwa pilihan jenis tanaman yang berbeda-beda di antara beberapa petani dalam dua waktu tanam itu terkait erat dengan harapan-harapan mereka atas pilihan tersebut. Harapan-harapan tertentu akan memberikan prioritas-prioritas pada beberapa pertimbangan tertentu. Dengan harapan yang berbeda atau sama atau juga prioritas pada pertimbangan yang berbeda atau pada pertimbangan yang sama, beberapa pilihan jenis tanaman petani dapat menjadi berbeda [dan beberapa pilihan mereka juga dapat menjadi sama]. Prioritas pada beberapa pertimbangan tertentu tersebut akan diputuskan petani dengan proses evaluasi yang cenderung sama, yaitu setelah mereka mengevaluasi pengalaman dan perkembangan kondisi baru yang berhubungan dengan faktor-faktor produksi, harga, distribusi, keputusan petani lain, hubungan dengan orang lain, dan penilaian mereka atas tinggi rendahnya tingkat ketidakpastian yang mereka hadapi. Hasil evaluasi tersebut adalah keputusan 'judi' dan keputusan hati-hati.
Keputusan 'judi' yang diambil sangat singkat sebelum penanaman akan dipilih petani dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan yang besar dalam waktu singkat dan cenderung mengabaikan resiko kerugian 'putus modal'. Pola tanam yang cenderung dikembangkan adalah sada-sada (rotasi) atau ragi-agi (bertingkat). Keputusan hati-hati dan yang selalu mengalamai penyesuaian secara terus-menerus dengan perkembangan kondisi baru akan dipilih petani dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang petani dan memperhitungkan resiko dan pertimbangan lainnya dengan lebih cermat. Pola tanam yang cenderung dikembangkan adalah campur-campur, tumpang tindih dan tua muda.
Dengan pertimbangan tertentu., beberapa petani akan memilih melakukan dua jenis keputusan ini secara bersamaan dalam waktu tanam yang sama atau pada waktu tanam berikutnya. Perkembangan kondisi baru yang serba tidak pasti cenderung membuat petani melakukan evaluasi dalam setiap waktu tanam untuk memilih jenis tanaman yang akan ditanam. Percampuran tanaman yang 'biasa' mereka lakukan juga `ditampilkan' atas dasar evaluasi pengalaman dan perkembangan kondisi baru. Hasil penelitan ini juga menunjukkan bahwa jenis keputusan apa pun yang dipilih petani, maka pertimbangan hubungan sosial, pinjam-meminjam, dan informasi baru cenderung menentukan keputusan akhir mereka, apakah akan mengganti jenis tanaman pilihan atau hanya mengurangi banyaknya jumlah yang akan ditanam dari beberapa pilihan tanaman tersebut. Hubungan-hubungan tersebut dapat merupakan hubungan dengan keluarga inti, keluarga luas, petani lain di luar lingkungan kerabat, dan dengan orang lain. Pertimbangan-pertimbangan petani ini menunjukkan bahwa keputusan-keputusan petani tidak terlepas dari lingkungan sosial dan budaya mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T7163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaumil D. P. Putra
"
ABSTRAK
Pola curah hujan di Indonesia dapat dikatakan bahwa pantai barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak dari pantai timur. Saat mulai hujan bergeser dari barat ke timur. Hujan merupakan sumber ketersediaan air bagi usaha pertanian sawah sederhana. Pada gilirannya kelangsungan usaha pertanian sawah tergantung pada keberadaan hujan. Jumlah hujan tidak begitu penting, hujan rata-rata umumnya sangat banyak. Namun yang penting bagi mereka adalah kapan musim hujan tiba dan berapa 1amanyamusim hujan. Usaha untuk menentukan mulainya musim hujan di Pulau Jawa telah dilakukan oleh de Boer.
Masalah yang dibahas dalam penelitian mi adalah Kapan permulaan datangnya musim hujan di Pantai Utara Jawa antara Rembang dan Tuban?, Apakah ada perbedaan waktu petani turun ke sawah clan bagaimana hubungannya dengan pola awal musim hujan antara Rembang dan Tuban?
Wilayah penelitian adalah Kabupaten Rembang di Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Tuban di Propinsi Jawa Timur. Kriteria permulaan datangnya musim hujan menggunakan kriteria de Boer, yaitu satu bulan dibagi tiga (1,2,3) masing-masing 10 han. Data yang digunakan adalah data curah hujan tahunan untuk mengetahui fluktuasi di bulan apa awal musim hujan dan data curah hujan harian untuk mengetahui di 10 hari keberapa awal musim hujan di bulan tersebut pada tiap stasiun pengamatan hujan dari tahun 1987 - 1996. Stasiun pengamat hujan yang digunakan adalah stasiun yang masih berfungsi dan datanya dicatat secara konsisten dari tahun 1987 - 1996 oleh Badan Meteorologi dan Geofisika Departemen Perhubungan Republik Indonesia. Wilayah awal musim hujan adalah tempattempat yang mempunyai awal musim hujan yang sama. Pola awal musim hujan adalah pola yang menggambarkan wilayah awal musim hujan. Awal musim tanam padi adalah pertama kali petani turun ke sawah untuk mengolah tanah pertanian. Wilayah awal musim tanam padi adaith tempat-tempat yang mempunyai awal musim tanam padi yang sama.Pola awal musim tanam padi adalah pola yang menggambarkan wilayah awal musim tanam padi. Petani yang dimaksud dalam penelitian mi adalah orang yang mata pencahariannya bercocok ta.nam/mengusahakan tanah (Poerwadarminta, 1976). Sawah tadah hujan adalah sebidang tanah yang secara periodik atau terus menerus ditumbuhi padi dan dicirikan dengan ketergantungannya pada ketersediaan air permukaan dari hadirnya hujan sebagai sarana pertumbuhan padi.
Untuk menjawab masalah dilakukan perhitungan dengan menggunakan kritenia de Boer dan survei lapang.Adapun dan pembahasan yang telah dilakukan diperoleh ningkasan: Jumlah curah hujan rata-rata per tahun dan tahun 1987 - 1996 di Kabupaten Rembang dan Kabupaten Tuban adalah berkisar antara 1200 - 2 ,000 mm. Jumlah curah hujan rata-rata pertahun tertinggi adalah pada tahun 1989 sebesar 1985 mm dan terendah pada tahun 1994 sebesar 1233 mm.
Awal musim hujan di Kabupaten Rembang dan Kabupaten Tuban adalah 6 - 15 November sebagai sepuluh hari pertama November, 16 - 25 November sebagai sepuluh hari kedua November, 26 November - 5 Desember sebagai sepuluh hari ketiga November, 6 - 15 Desember sebagai sepuluh hari pertama Desember dan 16 - 25 Desember sebagai sepuluh hari kedua Desemben. Pola awal musim hujan di Kabupaten Rembang dan Kabupaten Tuban adaiah di sebelah timur datangnya awal musim hujan makin lambat, sebaliknya di sebelah barat datangnya awal musim hujan makin cepat.
Pola awal musim hujan di Kabupaten Rembang dan Kabupaten Tuban mengikuti pola umum curah hujan di Indonesia, yaitu tempat yang terletak di sebelah barat musim hujannya datang lebih dulu dan pada tempat yang letaknya Iebih ke timur, pada pulaupulau dengan rezim barat.
Pola awal musim tanam padi di Kabupaten Rembang dan Kabupaten Tuban mengikuti pola awal musim hujan di wilayah penelitian yaitu sebelah barat wilayah penelitian awal musim tanam padinya lebih dulu dibandingkan sebelah tengah maupun timur wilayah penelitian. Dapat disimpulkan bahwa semakin ke arah barat maka awal musim hujan dan awal musim tanam padi semakin awal mulainya.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdinan Aurifio
"ABSTRAK
Pemanasan global yang teijadi selama 20 tahun terakhir ini telah memberikan
dampak yang sangat luas dm serins, baik bagi lingkungan bio-geofisik, seperti
pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut, peningkatan hujan dan banjir,
perubahan iklim, punabnya flora dan fauna tertentu, dsb), dan bagi aktivitas
sosial-ekonomi masyarakat (gangguan terhadap fungsi lawasan pesisir dan
kota pantai, gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan
jalan, pelabuhan dan bandara, gangguan terhadap pennukiman penduduk,
pengurangan produktivitas lahan pertanian, peningkatan resiko k^er dan
wabah penyakit, dsb). Dan faktanya penyumbang terbesar gas penyebab efek
rumah kaca (C02) adalah berasal cM sektor transportasi, yang merupakan
sector tersubur di wilayah perkotaan. Sehingga, melakukan upaya penghijauan
akan lebih efektif mengurangi dampak polusi udara di perkotaan dengan
penanaman pohon dibeberapa ruas jalan yang strategis untuk penghijauan.
Selain upaya penghijauan lingkungan kota, diperlukan pula partisipasi
masyarakat dan nilai edukasi dini kepada anak-anak sehingga kecintaan anakanak
terhadap lingkungan yang asri menjadi awal pembangunan kesadaran
anak akan pentingnya menjaga kelestarian lingkimgan, salah satunya adalah
dengan memberikan labeling pada setiap pohon yang akan ditanam dengan
penamaan sesuai nama anak yang baru Wr. Bibit pohon yang telah diberikan
label nama
ABSTRACT
that has occurred during the last 20 years has provided a very wide impact dm serins, good for the bio-geophysical environment, such as melting polar ice caps, rising sea levels, increased rainfall and flooding, climate change, the use of certain flora and fauna, etc.), and for activities socio-economic community (disturbance to the function of the old coastal area and coastal cities, disruption to the functions of infrastructure and facilities such as networks roads, ports and airports, disturbance to human settlements, reduced productivity of agricultural land, increased risk of labor and disease outbreaks, etc.). And in fact the biggest contributor to the gas causes the effect greenhouse (C02) is derived from the cM of the transportation sector, which is the most fertile sector in urban areas. So, make reforestation efforts will more effectively reduce the impact of air pollution in cities with planting trees in several strategic roads for reforestation.
Apart from efforts to green the city environment, participation is also needed
society and the value of early education to children so that the love of children
towards a beautiful environment is the beginning of awareness building
children regarding the importance of preserving the environment, one of which is
by labeling each tree to be planted with aming according to the name of the new child Wr. Tree seeds that have been given name label"
2011
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dinni Melati Indriasti
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh pengalaman
menanam tanaman kehutanan dan pelatihan penanaman debitur di Kabupaten
Lampung Selatan terhadap persentase tumbuh tanaman sebagai bentuk
keberhasilan penanaman. Data yang digunakan adalah data primer survey debitur
BLU Pusat P2H di Kab. Lampung Selatan yang telah menerima pencairan
pinjaman Tahap 1, dengan analisis data menggunakan regresi Ordinary Least
Square (OLS).
Hasil penelitian membuktikan bahwa pengalaman menanam tanaman
kehutanan yang dimiliki debitur tidak berpengaruh terhadap keberhasilan
penanaman. Hal ini disebabkan karakter debitur yang mangkir tidak mau
menanam yang beranggapan bahwa dana pinjaman merupakan dana hibah dan
proyek dari pemerintah, maraknya praktek percaloan dalam permohonan
pinjaman, penjualan lahan oleh debitur, adanya kemungkinan penyelewengan
penggunaan dana pinjaman untuk penggunaan lain selain menanam, dan serangan
hama penyakit tanaman untuk debitur yang benar-benar menanam.
Disamping itu, pelatihan penanaman debitur juga tidak berpengaruh
terhadap keberhasilan penanaman karena pelatihan yang diterima debitur baru
sebatas sosialisasi, bukan berupa pelatihan teknik aplikasi menanam di lapangan.
Monitoring BLU Pusat P2H terhadap debitur menjadi satu-satunya faktor yang
berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan penanaman. Monitoring menjadikan
debitur merasa lebih terawasi dalam penggunaan dana pinjaman dan lebih
bertanggung jawab atas keberhasilan penanaman.

ABSTRACT
This study is aimed to identify the effect of borrowers experience and
training of forestry plants planting to the percentage of living plants as a proxy of
succesfull planting. Data used is pimary survey data from revolving funds (BLU
Pusat P2H) borrower in Lampung Selatan that has already received phase 1 loan
disbursement, and is analysed by using Ordinary Least Square (OLS) regression.
This study shows that experience did not have an effect on the success of
planting. This is due to the characteristic of the borrower who did not plant and
thought that the revolving fund is a kind of grant from government or government
project, the rampant practice of brokering in loan application process, the land
used for planting being sold by the borrower, the possibility of loan abused by
using it for other purposes other than planting, and the plant pest and desease for
borrowers who do plant.
Furthermore, training also did not have an effect to the success of planting,
because training received by borrowers limited to the socialization only and did
not deliver technical skill training on how to planting on the field.
Monitoring/supervision from BLU Pusat P2H to the borrower is the only
significant factor that influence the success of planting. Monitoring/supervision
makes borrowers fell better supervised in the use of loan funds and more
responsible to the success of planting, This study is aimed to identify the effect of borrowers experience and
training of forestry plants planting to the percentage of living plants as a proxy of
succesfull planting. Data used is pimary survey data from revolving funds (BLU
Pusat P2H) borrower in Lampung Selatan that has already received phase 1 loan
disbursement, and is analysed by using Ordinary Least Square (OLS) regression.
This study shows that experience did not have an effect on the success of
planting. This is due to the characteristic of the borrower who did not plant and
thought that the revolving fund is a kind of grant from government or government
project, the rampant practice of brokering in loan application process, the land
used for planting being sold by the borrower, the possibility of loan abused by
using it for other purposes other than planting, and the plant pest and desease for
borrowers who do plant.
Furthermore, training also did not have an effect to the success of planting,
because training received by borrowers limited to the socialization only and did
not deliver technical skill training on how to planting on the field.
Monitoring/supervision from BLU Pusat P2H to the borrower is the only
significant factor that influence the success of planting. Monitoring/supervision
makes borrowers fell better supervised in the use of loan funds and more
responsible to the success of planting]"
2015
T43540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliya Mahdalena Hidayat
"Analisis penggunaan air irigasi ditujukan untuk mencari alternatif penggunaan dan pemberian air irigasi yang optimal pada daerah irigasi Wanir. Penelitian ini menggunakan teknik Analytical Hierarchy Process karena terdapat beberapa alternatif yang dapat dicapai untuk mengurangi periode kekurangan air, antara lain perubahan jadwal tanam, perubahan ola tanam, perubahan indeks pertanaman dan perubahan luas golongan. Mengacu pada hasil analisis dengan teknik AHP tersebut, perubahan jadwal tanam merupakan variabel yang penting untuk pengembangan skenario. Berdasarkan hasil simulasi, alternatif penggunaan air irigasi optimal adalah dengan jadwal tanam pertengah Oktober, pola tanam padi - padi - palawija dengan varietas padi unggul, dan lama pengolah 15 hari. Varietas padi dan pengolahan lahan sangat signifikan berpengaruh terhadap perubahan besarnya kebutuhan air yang maksimal yaitu yang semula kekurangan air terjadi sebanyak 8 kali sekarang menjadi 3 kali. Pada saat kekurangan air, pemberian air sebaiknya tidak dilakukan secara terus menerus, tetapi bergiliran. Teknik AHP dalam penelitian ini cukup konsisten dengan penelitian-penelitan lain sebelumya, yaitu jadwal tanam efektif untuk penggunaan air irigasi yang optimal adalah bulan Oktober."
Bandung: Badan penelitian dan pengembangan Kementerian pekerjaan Umum, 2014
620 JSDA 10:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>