Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudista Atmaji, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi data terus berkembang dengan pesat, saat ini teknologi informasi memungkinkan perusahaan untuk berkomunikasi dan sharing informasi tentang pelanggan, produk dan proses segera ketika dibutuhkan. Beberapa contoh aplikasi yang mengintegrasikan antara teknologi informasi dan telekomunikasi seperti :internet, automatic teller machine (ATM), reservasi tiket pesawat.

Disamping itu, sector lain yang tidak kalah menarik adalah industri televisi dan hiburan (multimedia) dengan permintaan sebelumnya hanya peningkatan jumlah kanal dan kualitas gambar yang saat dapat dilayani melalui kabel (TV cable) berkembang menjadi TV digital dan TV interaktif seperti video on demand dan pay per view TV.

Dengan memanfaatkan media transmisi saluran digital berkapasitas besar (broadband access) yang sudah ada, timbul konvergensi an tara telekomunikasi (suara), computer (computing) dan industri televise hiburan (entertainment) yang akan terus berkembang mengikuti kebutuhan pelanggan yang tidak terbatas.

Industri telekomunikasi di Indonesia berkembang sangat dipengaruhi oleh perkembangan dunia yang semakin terbuka dan be bas, sehingga Pemerintah pada tahun 1999 mengeluarkan Undang-Undang Telekomunikasi No.36 tahun 1999 yang berlaku efektif tanggal 8 September 2000, untuk menggantikan Undang-Undang Telekomunikasi No.3 tahun 1989, Undang-Undang baru tersebut bertujuan untuk mendorong efisiensi pada sector telekomunikasi dan kualitas layanan yang lebih baik dan menjabarkan hal-hal prinsip dari reformasi di bidang telekomunikasi, termasuk liberalisasi industri, provisi bagi investor baru serta peningkatan yang luas dari struktur persaingan industri telekomunikasi.

Potensi yang tersimpan dalam industri telekomunikasi dan komunikasi data adalah sangat besar. Pengembangan produk dan jaringan tetap dilaksanakan oleh perusahaa-perusaahaan agar ketika krisis tersebut berakhir dan daya beli perusahaan yang semakin baik permintaan untuk produk dan jasa telekomunikasi akan meledak dan hampir semua perusahaan membutuhkan sarana telekomunikasi, dan informasi data.

Untuk menunJang bisnisnya sebagai perusahaan listrik, PLN telah membangun, mengopersikan dan memelihara infrastruktur telekomunikasi sendiri, yang terdiri dari kabel bertegangan, jaringan radio microwave, dan sejak 1994 mengembangkan jaringan broadband fiber optik digital. Sistem telekomunikasi ini digunakan untuk komunikasi internal dan transmisi data bagi keperluan operasi tenaga listrik PLN di pulau Jawa.

Sampai akhirnya pada tanggal 3 Oktober 2000 berdirilah PT Indonesia Comnet Plus sebagai anak perusahaan dari PT PLN (Persero). ICON+ didirikan untuk mendukung perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi di Indonesia.

Pada karya tulis ini, dicoba untuk mengembangkan strategi pemasaran saat ini bagi PT Indonesia Comnet Plus (ICON+) yang bergerak di dalam industri jasa komunikasi data dan. informasi teknologi. Analisa strategi itu dimulai dari analisa eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman yang ada di industri ini. Kemudian, analisa internal perusahaan digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan.

Kemudian hasil dari analisa internal dan ekstemal tersebut diselaraskan melalui analisa TOWs yang hasilnya akan diseleseksi menggunakan matriks QSPM.

Pada karya tulis ini, strategi yang paling atraktif adalah strategi penetrasi pasar untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas dan peningkatan penjualan.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pattiselanno, Roberth Johan
Abstrak :
Rumah sakit M. Ridwan Meuraksa merupakan RS Tingkat II Kesdam Jaya yang dalam perkembangannya sering mengalami pergantian pimpinan (rata-rata setiap 18 bulan dalam sembilan tahun terakhir). Masing-masing pimpinan mempunyai kebijakan sendiri-sendiri dalam mengelola rumah sakit, yang dibuat tanpa suatu rencana yang matang. Hal ini disebabkan karena belum adanya suatu rencana strategis sebagai dasar pengembangan rumah sakit ini di masa yang akan datang. Kondisi inilah yang melatar belakangi dilakukannya penelitian ini, dengan harapan dapat disusunnya suatu perencanaan strategis melalui analisis situasi yang ada di RS M. Ridwan Meuraksa saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun suatu perencanaan strategis RS M. Ridwan Meuraksa tahun 2002 - 2007 yang benar-benar representatif dengan melibatkan pimpinan rumah sakit, para dokter serta karyawan lainnya yang menjadi anggota tim perencanaan strategis. Penelitian ini dilakukan dengan metode Operational Research dengan telaah dan analisis data serta pengamatan langsung terhadap kondisi dan situasi RS M. Ridwan Meuraksa. Penyusunan strategi dilakukan melalui tiga tahapan. Tahap I (input stage) dilakukan analisis situasi dengan menggunakan matriks EFE dan IFE. Tahap II (matching stage) menggunakan matriks TOWS dan IE, dan tahap III (decision stage) dengan menggunakan QSPM. Dalam menentukan critical success factors maupun dalam pembobotan, dilakukan dengan metode CDMG. Hasil penelitian, dengan matriks TOWS didapatkan posisi RS M. Ridwan Meuraksa berada pada kuadran 2 yaitu Internal Fix-it Quadrant (penguatan internal). Dengan matriks IE, posisi RS M. Ridwan Meuraksa berada pada sel V yaitu posisi Hold and Maintain. Setelah dilakukan penyesuaian (matching), didapat strategi yang direkomendasikan oleh kedua matriks tersebut, yaitu strategi pengembangan produk (product development). Setelah disepakati produk-produk yang akan dikembangkan, dilakukan penilaian untuk menentukan skala prioritas dengan menggunakan QSPM. Hasilnya adalah paket pemeriksaan endoskopi mendapat prioritas sebagai produk utama yang akan dikembangkan. Agar strategi terpilih dapat diimplementasikan dan berjalan sesuai perencanaan, perlu dilakukan penjabaran ke dalam program kerja tahunan yang lebih spesifik, serta didukung dengan program sosialisasi baik kepada karyawan maupun kepada induk organisasi RS M. Ridwan Meuraksa, dalam hal ini Kesdam Jaya.
Mohammad Ridwan Meuraksa hospital is a level II Hospital of Kesdam Jaya which in the last nine years has undergone various changes at the management level at the average of every 18 months. Each of the new management has implemented his own policy, all of which lacking in comprehensive planning. This is due to the absence of a strategic plan as a base for future development of the hospital. It is against this backdrop that this study is conducted, with the view that a strategic plan can be developed through analysis of the current situation at M. Ridwan Meuraksa Hospital. The objective of the study is to formulate a representative strategic plan of M. Ridwan Meuraksa Hospital for the period of 2002-2007 with the involvement of hospital managers, doctors, and other staffs which constitute the strategic planning team. The study is conducted with Operational Research method with data analysis and direct observation of the condition at M. Ridwan Meuraksa Hospital. The formulation of the strategy is implemented through 3 (three) stages. Stage I (the input stage) is situational analysis using EFE and IFE matrixes. Stage H (the matching stage) using TOWS and IE matrixes, and stage III (the decision stage) is using QSPM. CDMG method is used in deciding of critical success factors and scoring for every matrixes. The result of the study is, with TOWS matrix we found M. Ridwan Meuraksa Hospital position in 2nd quadrant, namely the Internal Fix-it Quadrant. By using IE matrix, we found the M. Ridwan Meuraksa Hospital position in cell V, in Hold and Maintain position. After matching, it is found that the recommended strategy by both matrixes is Product Development strategy. Upon agreement of products to be further developed, an assessment is carried out to determine the scale of priority with QSPM. The result of which is endoscopic examination is selected as the main product to be developed. So as to enable the implementation of the selected strategy in accordance with the planning, it is important to put it into a more specific yearly program, supported through socialization of the program to all staff members and also to Kesdam Jaya, the core organization M. Ridwan Meuraksa Hospital.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T3346
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK
Krisis moneter telah menurunkan pasar industri otomotif hingga lebih dari 20% dibandingkan sebelum krisis moneter. Namun pada tiga tahun terakhir pergerakan pasar pada industry otomotif ini telah menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Industri otomotif ini mengalami peningkatan sebesar 6.14% pada periode 2001-2002 dan meningkat sebesar 11.32% pada periode 2002-2003. Peningkatan pangsa pasar industri otomotif ini, juga diikuti oleh peningkatan jumlah pemain dalam industri ini. Pada saat ini terdapat 17 ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) dengan 28 merek mobil. Banyaknya ATPM dan merek mobil ini akan membuat persaingan dalam industri otomotif ini menjadi sangat ketat. Kondisi seperti ini menyebabkan para pemain dalam industry otomotif harus memberikan kualitas produk yang terbaik dan kualitas pelayanan yang profesional untuk konsumen.

Pada saat ini kepuasan pelanggan (customer satisfaction) telah menjadi indikator yang sangat penting. Meskipun demikian masih banyak perusahaan yang kurang memberikan perhatian terhadap kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat berusaha secara unggul agar dapat meraih sukses di dalam kompetisi global, dimana konsumen memiliki pilihan yang semakin banyak dan kekuatan tawar menawar (bargaining power) yang semakin kuat. Perusahaan yang berfokus pada kepuasan pelanggan akan memenangkan persaingan karena mereka bisa memberikan nilai yang unggul kepada pasar sasarannya.

Untuk mengetahui apakah perusahaan telah memberikan kepuasan yang tinggi kepada pelanggannya, dibutuhkan suatu penelitian mengenai tingkat kepuasan pelanggan. Informasi yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan dan tingkat kepuasan pelanggan serta sebagai bahan masukan dalam penyusunan strategi peningkatan kepuasan pelanggan dan kinerja perusahaan secara umum.

PT Astra Daihatsu Motor merupakan salah satu divisi otomotif PT Astra Intemasional Tbk yang memproduksi dan menjual kendaraan Daihatsu, komponen dan bisnis lainnya yang berhubungan dengan merek Daihatsu. PT Astra Daihatsu Motor memiliki komitmen yang tinggi dalam memberikan kualitas produk dan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya. Komitmen terhadap kualitas tersebut dituangkan dalam dimensi kualitas produk, kualitas pelayanan purna jual dan jaringan penjualan yang luas dimana ketiga dimensi tersebut selalu berorientasi pada kepuasan pelanggan.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif tentang tingkat kepuasan pelanggan dan analisis strategi dalam upaya untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelanggan sudah cukup puas terhadap kualitas produk dan proses pengirimannya, yang disurvai melalui DVSDS (Daihatsu Vehicle Sales and Delivery Survey), yang tercermin dari nilai CSI sebesar 78.94. Sedangkan untuk kualitas pelayanan purna jual, yang disurvai melalui DPSS (Daihatsu Parts and Service Survey), menyatakan bahwa pada umumnya pelanggan Daihatsu sudah cukup puas dengan produk dan pelayanan yang diberikan perusahaan dengan nilai CSI sebesar 77.59. Namun nilai tersebut masih berada dibawah yang ditargetkan oleh perusahaan yaitu 80, sehingga perusahaan masih harus meningkatkan nilai pencapaian tersebut.

Pada survai DVSDS terdapat empat elemen kepuasan pelanggan yang memiliki tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi (nilai CSI diatas 80) yaitu keramahan dan kesopanan wiraniaga, lokasi ruang pamer, keseluruhan penanganan wiraniaga, pengetahuan dan penjelasan wiraniaga tentang produk. Sedangkan elemen yang memiliki tingkat kepuasan pelanggan terendah adalah penjelasan jaminan/garansi, penjelasan dan demonstrasi peralatan pada kendaraan, penjelasan tentang bengkel dan suku cadang. Sedangkan tiga elemen terpenting menurut pelanggan adalah keseluruhan penanganan wiraniaga, keramahan dan dan kesopanan wiraniaga dan ketepatan janji wiraniaga selama proses penjualan.

Pada survey DPSS terdapat enam elemen kepuasan pelanggan yang memberikan tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi (nilai CSI diatas 80) yaitu lokasi bengkel, ketuntasan perawatan/ perbaikan saat pertama kali masuk bengkel, keramahan dan kesopanan petugas bengkel, kenyamanan dan kebersihan bagian bengkel dan suku cadang, penampilan petugas bengkel, perhatian petugas bengkel terhadap keluhan. Sedangkan elemen yang dianggap memberikan kualitas yang kurang baik adalah kecepatan penyelesaian pekerjaan, penjelasan petugas bengkel mengenai jaminan pekerjaan, kewajaran harga suku cadang asli dibandingkan dengan kualitas suku cadang bergaransi, kebersihan kendaraan setelah perawatan / perbaikan, kewajaran ongkos kerja dibandingkan dengan kualitas yang bergaransi. Selain itu tiga elemen terpenting yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah perhatian petugas bengkel terhadap keluhan / kebutuhan pelanggan, kecepatan penyelesaian pekerjaan, dan penjelasan petugas bengkel tentang perawatan / perbaikan yang akan dilakukan dan biayanya.

Untuk dapat meningkatkan kepuasan pelanggan PT Astra Daihatsu Motor menerapkan strategi-strategi yang berkaitan dengan strategi pengembangan produk, strategi pemasaran, dan strategi peningkatan image dari Daihatsu. Strategi-strategi tersebut temyata mampu meningkatkan nilai CSI pada periode berikutnya. Peningkatan tersebut harus ditunjang oleh usaha dalam mencapai target yang lebih baik.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gideon
Abstrak :
ABSTRAK
Proses pembuatan keputusan pada konsumen merupakan suatu misteri yang sangat menarik untuk diteliti, keputusan demi keputusan terkadang tidak dapat diprediksi sesuai dengan teori yang ada, hal ini terjadi hampir di semua produk seperti halnya yang terjadi pada industri susu. Industri susu secara spesifik juga mempunyai konsumen-konsumen yang mempunyai perilaku bermacam-macam. Sejalan dengan perkembangan penduduk dan kemudahan informasi yang diperoleh pada saat ini temyata baik langsung ataupun tidak langsung membawa pengaruh pada naiknya konsumsi susu di Indonesia. Hal ini bisa merupakan bukti bahwa tingkat edukasi seseorang dan juga gaya hidup dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengkonsumsi produk.

Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel, faktor-faktor yang mempunyai pengaruh penting dalam tiap faktor di dalam tiap tahap pembuatan keputusan konsumen dalam pembelian susu. Tingkat signifikansi tiap tahap terhadap tahap yang lain juga diukur untuk mengetahui efektifitas tahapan pengambilan keputusan dalam konsumen pengkonsumsi susu. Perbandingan juga akan dilakukan pada beberapa karakteristik konsumen untuk melihat perbedaan pengaruh dari tiap atribut, tiap faktor dan tahapan pada proses pengambilan keputusan dalam pembelian susu.

Model yang dipakai penelitian ini adalah model proses pembuatan keputusan yang banyak dipakai di dalam bahan-bahan pembelajaran mata kuliah pemasaran, dimana terdapat lima tahapan proses sebelum konsumen melakukan pembelian yaitu Problem Recognition, Information Search, Alternative Evaluation, Purchase Decision, dan Post Purchase Evaluation. Hanya empat tahapan awal yang akan dibahas pada penilitian ini

Model pembuatan keputusan disusun berdasarkan kumpulan dari beberapa referensi karena penelitian ini tidak memakai suatu merek tertentu sebagai bahan referensi yang dioleh menggunakan Analisis Faktor secara bertingkat dan Analisis regresi sehingga dapat diketahui masing-masing pengaruh dari variabel yang diteliti terhadap faktor yang berhubungan dan pengaruh dari faktor-faktor yang ada terhadap tahapan yang berhubungan. Langkah terakhir adalah melihat hubungan tiap tahapan yang ada untuk memastikan perilaku konsumen di dalam pembuatan keputusan pembelian.

Responden yang diteliti adalah warga Kelapa Gading dimana didapatkan 111 orang berpartisipasi di dalam pengisian kuisioner yang disediakan, dimana pada pengolahan data didapatkan hasil bahwa perilaku responden pria dalam pembuatan keputusan tidak mempunyai alur yang jelas dan terputus pada tiap tahapannya sedangkan responden wanita memberikan gambaran bahwa proses pembuatan keputusan pada wanita lebih teratur dan berhubungan pada tiap tahapannya.

Kelompok responden lain yang diteliti adalah pada tingkat pendidikannya, dimana didapatkan bahwa responden berpendidikan SLTA tidak mempunyai alur yang jelas di dalam proses pembuatan keputusannya, untuk responden berpendidikan D3 memiliki awal pembentukan motivasi yang baik pada tahapan Problem Recognition yang dihubungkan dengan pembentukan persepsi pada tahapan Information Search, namun setelah itu proses tidak berlanjut dengan baik sehingga alur yang dimiliki menjadi tidak jelas. Pada responden berpendidikan S1 memiliki alur yang paling baik, dimana tahap demi tahap mempunyai hubungan yang kuat, sedangkan reponden berpendidikan S2 dalam pembentukan motivasi di tahapan Problem Recognition tidak berhubungan dengan pembentukan persepsi di tahapan Information Search namun setelah itu hubungan tercipta dengan alur yang sangat baik, dimana tahap demi tahap mempunyai hubungan yang kuat.

Kelompok lain yang diteliti adalah menurut jenis susu yang dikonsumsi, dari pengolahan data didapatkan responden yang mengkonsumsi susu kental manis tidak mempunyai alur yang baik, dimana tahap demi tahap tidak mempunyai hubungan yang kuat. Selanjutnya responden yang mengkonsumsi susu bubuk dimana pada awal pembentukan motivasi di tahapan Problem Recognition tidak mempunyai hubungan yang kuat dengan pembentukan persepsi di tahapan Information Search namun tahapan selanjutnya menunjukkan adanya alur yang baik, dimana tahap demi tahap mempunyai hubungan yang kuat. Sedangkan responden yang mengkonsumsi susu cair juga tidak mempunyai alur yang baik, meskipun pada pembentukan persepsi di tahapan Information Search tetjadi hubungan dengan pembentukan sikap di tahapan Alternative Evaluation, namun hasil pembentukan sikap tidak berhubungan dengan integrasi pemikiran dalam memutuskan pilihan pembelian.

Proses pembuatan keputusan merupakan hal yang harus diketahui oleh produsen dan khususnya marketer karena dari sinilah dapat diketahui kegiatan pemasaran yang efektifyang dapat menjangkau tiap segmen secara tepat dan pemikiran-pemikiran heuristic apa saja yang harus diantisipasi oleh marketer agar program pemasarannya berhasil.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Rosyidi, Author
Abstrak :
Karya akhir ini bertujuan membantu Prasimax Technology dalam mengembangkan bisnisnya. Perusahaan yang bergerak di bidang embedded system ini memiliki karakteristik target pasar berupa kalangan terdidik, technology minded dan familiar dengan internet. Namun sampai akhir tahun 2004, perusahaan ini masih belum dapat sepenuhnya memanfaatkan potensi pasar yang ada serta belum dapat menjalin hubungan yang erat dengan para pelanggannya. Perusahaan kemudian memutuskan untuk membangun jalur pemasaran dan layanan melalui media internet agar lebih tepat mengena ke target pasamya. Namun demikian perusahaan belum memiliki suatu perencanruux strategis sistem informasi untuk mendukungnya, padahal resiko yang dihadapi dalam memasuki dunia bisnis via internet cukup tinggi. Oleh karena itu penelitian karya akhir ini memberikan basil berupa rekomendasi rencana strategis sistem informasi untuk dapat diimplementasikan dalam rangka mendukung strategi bisnis perusahaan. Penelitian dilakukan dengan studi literatur dan melakukan observasi ke perusahaan untuk mengamati langsung, mengambil data dan mendapatkan masukan sebanyakbanyaknya dari para pelaku usahanya untuk kemudian diolah dengan menggunakan metodologi-metodologi dalam ilmu manajemen. Metode yang dipakai dalam karya akhir ini adalah pemetaan strategi dengan strategy map dari Kaplan dan Norton, identifikasi internet business model dari Afuah, penentuan matriks portofolio bisnis internet dari Tjan's, perencanaan sistem informasi empat tahap dari Wetherbe, dan penentuan tolok ukur untuk evaluasi strategi berdasarkan strategy map Kaplan dan Norton. Pemetaan strategi dilakukan dengan mendapatkan data strategi bisnis perusahaan untuk kemudian digambarkan secara menyeluruh dalam strategy map yang meliputi empat perspektif yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses internal serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Dari strategy map terlihat bahwa target perusahaan untuk meningkatkan laba diharapkan tercapai melalui penambahan pelanggan baru lewat media internet dengan menonjolkan keunggulan perusahaan dalam hal layanan, ketersediaan barang dan jasa, serta reputasi yang baik. Hal di atas dicapai dengan cara memperkuat hubungan dengan supplier sehingga deliveri ke pelanggan lebih cepat, melakukan inovasi layanan-layanan melalui media internet, menjalin hubungan erat dengan pelanggan, serta berperan aktif membangun komunitas embedded system di Indonesia. Untuk itu diperlukan adanya budaya perusahaan yang berfokus pada kepentingan pelanggan, SDM yang memiliki keahlian untuk menjalankan bisnis online, serta yang sangat penting adalah adanya sistem informasi yang menyediakan aplikasiaplikasi bisnis online yang efektif untuk mempermudah pengadaan barang, pemasaran, penjualan dan manajemen pelanggan. Penyelarasan sistem informasi kemudian dilakukan dengan mengidentifikasi infrastruktur dan aplikasi-aplikasi pendukung yang dibutuhkan. Aplikasi bisnis pendukung tersebut sangat tergantung pada internet business model yang diambil perusahaan. Dengan menganalisis kompetensi bisnis perusahaan selama ini, maka perusahaan memiliki lima altematif internet business model yaitu online shopping, e-markeplace, content agregator, online service provider dan content creator. Tidak semua internet business model cocok diambil dan diimplementasikan karena mungkin ada yang belum sesuai dengan kondisi perusahaan sekarang. Dengan menggunakan matriks portofolio bisnis internet Tjan's maka didapatkan bahwa online shopping dan content agregator dapat diambil sebagai internet business model perusahaan sekarang, sedangkan untuk internet business model content creator dan online service provider perlu dilakukan penyesuaian dengan cara melakukan edukasi pasar terlebih dahulu.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Irfan
Abstrak :
ABSTRAK
Real Estate Bumi Serpong Damai (BSD) yang terietak di Barat kota Tangerang saat ini menghadapi persaingan yang sangat kompetitif dengan banyaknya pengembang menawarkan produk perumahannya di wilayah Tangerang. Pengembang tersebut masuk dengan menawarkan pemukiman dengan skala kota dan konsep kota yang beraneka ragam pula. Tingkat persaingan yang cukup tinggi ini menyebabkan pesaing banyak menawarkan produk dengan harga murah. Pembeli juga mempunyai banyak altemative pilihan yang lebih banyak hingga ada tuntutan akan perumahan dengan fasilitas dan kondisi lingkungan yang lebih baik.

Adanya peraturan pemerintah mengenai lingkungan berimbang juga merupakan hal yang harus dipertimbangkan mengingat selama ini segmen pasar yang dituju oleh Bumi Serpong Damai merupakan multi segmen dimana pengembangan rumah cenderung dialokasikan kepada perumahan segmen menengah keatas.

Analisa SWOT yang dilakukan mengidentifikasikan adanya peluang untuk merebut pasar segmen menengah kebawah disertai dengan kemampuan perusahaan untk membangun dan mengembangkan perumahan untuk segmen tersebut dengan fasilitas yang disesuaikan. Ancaman ada pada segmen menengah ke atas dimana daya serap untuk segmen tersebut mengalami penurunan yang tajam sebagai akibat penurunan daya beli konsumen. Terbatasnya kredit sector konstruksi bagi pengembang merupakan ancaman perusahaan dalam pembiayaan. Dari hasil analisa dapat dilihat bahwa real estate Bumi Serpong Damai mempunyai kekuatan seperti reputasi sebagai pengembang kota mandiri pertama, luas lahan yang cukup besar. Lingkungan yang ramah dan fasilitas kota yang sangat lengkap. Kelemahan yang cukup menonjol dibandingkan Kompetitor adalah akses ke perumahan yang sering teijadi kemacetan, promosi yang tidak terarah, dantidak fokusnya manajemen Bumi Serpong Damai dalam membangun produk perumahan.

Alternatif-alternatif strategi didapatkan dengan menggunakan matriks- TWOS yang mencocokkan peluang atau ancaman yang ada dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki BSD. Dari alternatif-alternatif strategi tersebut akan dipilih strategi bersaing dengan menggunakan matriks perencanaan strategi secara kumulatif (QSPM). Pengembangan lahan baru untuk pembangunan rumah sederhana mempakan salah satu strategi yang dapat dipertimbangkan untuk menarik minat pembeli dari kalangan segmen menengah kebewah. Untuk rumah sederhana bagi segmen tersebut pembangunan rumah dengan tipe kecil dilokasi baru dapat memberikan keunggulan bersaing dalam harga mengingat harga tanah di lokasi BSD berada masih relatif lebih murah dibandingkan lokasi perumahan pengembang lainnya yang semakin terbatas dan mahal. Memfokuskan pengembangan dan pembangunan rumah sederhana dapat dijadikan strategi perusahaan dalam mengantisipasi pergeseran pasar pembelian rumah dimana pertumbuhan daya serap rumah sederhana tersebut cukup pesat dibandingkan rumah menengah keatas.

Penyediaan mmah sederhana dan sangat sederhana harus dilakukan dengan ikut memperhatikan kebijakan-kebijakan pemerintah yang menjadi pengawas dalam pengelolaan perumahan nasional. Menurunnya suku bunga Kredit Perumahan Rakyat membuka kesempatan bagi masyarakat untuk memiliki rumah sehingga BSD perlu memikirkan lebih lanjut temtama mengenai system pembelian agar semakin mudah.

Selain itu usaha meningkatkan inovasi, infrastruktur, fasilitas, dan lingkungan yang berkualitas harus disertai dengan media promosi yang tepat dan efektif . Sehingga memberikan kesan bagi konsumen terhadap rasa nyaman dan benar-benar menciptakan sebuah kota mandiri yang lengkap merupakan hal yang sangat penting mengingat semakin kompetitifnya tingkat persaingan di dalam bisnis real estate. Karena dengan usaha tersebut maka kebutuhan konsumen terhadap sebuah konsep kota mandiri akan terpenuhi.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Rohadi Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK PT Astra International Tbk - Isuzu Sales Operation (PT AI-ISO) merupakan jembatan PT Pantja Motor dan pelanggannya, melaksanakan distribusi, penjualan, layanan purna jual clan servis bagi Isuzu di Indonesia. Produk Isuzu yang ditawarkan meliputi: Isuzu Panther, Isuzu Elf (light truck), Borneo (medium truck), dan C-Series (CBU truck). Sebelum krisis, pasar mobil pick-up di Indonesia sempat mencapai angka 6.000 unit per tahun. Pada saat krisis pasar mobil ini merosot tajam dan baru mulai pulih pada tahun 2002 setelah pasar bebas AFTA diberlakukan. Persaingan yang ketat di dunia otomotif melahirkan ban yak hal baru termasuk model kendaraan. Salah satu contoh model terbaru adalah mobil kabin ganda (pick up double cabin). Pasar mobil kabin ganda berpenggerak empat roda (4 x 4) yang di Indonesia dipelopori Ford Ranger 4 x 4 pada bulan Maret 2002 kini semakin ramai. Kemudian disusul Mitsubishi L200 Strada, Mazda B2500 dan Nissan Frontier. Pada tahun 2004 pasar mobil ini diperkirakan sekitar 4.000 unit. Pengembangan model I produk baru merupakan bagian dari strategi pasar. Ketika satu jenis mobil begitu laku di pasaran, produsen lain akan meluncurkan produk sejenis. Melihat adanya peluang tersebut, PT Pantja Motor selaku ATPM Isuzu bersama PT AI-ISO meluncurkan Isuzu D-Max. Isuzu D-Max resmi hadir di tanah air pada tanggal 17 Juli 2003 di Jakarta. Belum lama ini, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang telah tertuang dalam PP Nomor 43 Tahun 2003 tentang Pajak Penjualan Barang Mewah (PPt1-BM) untuk mobil berkabin ganda sebesar 20%. Hal ini tentu saja berpengaruh bagi perusahaan dalam menjual produknya, terutama di saat daya beli masyarakat masih belum pulih. Dengan adanya kenaikan PPn-BM ini, perusahaan tidak bisa mempertahankan harga penjualan yang lama dan mulai melakukan penghitungan kembali untuk menentukan harga jual yang baru. Kebijakan ini diberlakukan pemerintah justru pada saat mobil kabin ganda ini disukai oleh masyarakat Indonesia, kendati mobil ini tidak difungsikan secara maksimal. Dengan mencermati persaingan di pasar otomotif yang semakin ketat, maka focus studi pada karya akhir ini adalah menganalisa dan mengusulkan strategi bersaing bagi PT AIISO dalam memasarkan Isuzu D.-Max berdasarkan keunggulan produk dan layanan purna jual. Dari basil penelitian ini menggambarkan persaingan di pasar mobil kabin ganda di Indonesia. Penerapan strategi bersaing yang tepat bagi PT AI-ISO dalam rangka memasarkan produk baru mereka yaitu Isuzu D-max diharapkan akan menghasilkan pengembangan dan penguasaan pasar yang meningkat.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Widyadi, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Industri perbankan Indonesia masih sangat potential untuk berkembang di tengah persaingan yang semakin ketat terutama dengan hadimya pemodal asing yang membeli beberapa Bank lokal. Setelah sempat mengalami pertumbuhan negative selama krisis ekonomi pada tahun 1998, kini industri perbankan telah kembali mencatat pertumbuhan positif yang cukup pesat.

Untuk dapat bersaing dalam industri ini, setiap Bank harus memiliki modal yang kuat yang mana ditunjukkan dari nalai CAR (Capital Adequacy Ratio). Selain dari ketentuan modal tersebut, Bank harus didukung oleh COF (Cost of Fund) yang murah serta peningkatan LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sehat agar dapat bersaing dengan perbankan lain. Hal ini tentunya merupakan tantangan yang tidak mudah yang harus dihadapi oleh setiap Bank, dimana setiap perusahaan berlomba-lomba untuk merebut dan menata komposisi DPK (Dana Pihak Ketiga) berupa Giro, Tabungan, dan Deposito agar memiliki COF yang paling kompetitif. Sedangkan dari segi LDR, dengan masih lemahnya sektor sektor riil yang Bank berlomba untuk masuk ke pasar kredit konsumtif seperti KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dan KPM (Kredit Pemilikan Mobil) yang dianggap memiliki prospek yang cukup baik dan resiko yang lebih rendah daripada kredit Korporasi.

Tujuan dari penulisan ini adalah melakukan proses identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah yang mayoritas didominasi oleh pedagang dari Bank Jasa Jakarta dalam pengambilan keputusan untuk menitipkan dananya di Bank sekaligus melakukan peminjaman jenis fasilitas kredit konsumtif. Setelah dilakukan proses identifikasi, maka dapat dilakukan analisa dan menarik kesimpulan mengenai altematif strategi pemasaran yang perlu dikembangkan di kemudian hari khususnya dalam rangka meningkatkan komposisi simpanan giro dan nilai kredit konsumtif di masa mendatang.

Melalui proses analisa dan pembahasan, tampak bahwa PT. Bank Jasa Jakarta yang telah saat ini sudah berusia 20 ( dua puluh) tahun pada tahun 2004 memiliki peluang yang baik untuk senantiasa bersaing dengan perbankan lain. "Modal utama" yang dimiliki adalah kinerja keuangan yang baik dan transparansi perihal penyebaran informasi mengenai kinerja keuangan tersebut kepada nasabah. Sehingga pada akhimya dapat menunjang strategi untuk terus menjaring dana pihak ketiga (DPK) dari nasabah. Sedangkan fitur dalam produk simpanan giro perlu dimodifikasi untuk: lebih mengakomodasi needs dan wants dari nasabahnya yang mayoritas pedagang berupa tranfer antar Bank melalui mesin ATM (automatic teller machine). Penambahan jumlah kantor cabang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan tersebut.

Sedangkan dari segi kredit konsumtif, kerjasama dengan broker rumah dan dealer mobil perlu terus ditingkatkan dan dipublikasikan melalui iklan di media massa. Strategi ini perlu dijalankan terus menerus secara konsisten agar dapat meningkatkan market share kredit tersebut di tengah persaingan yang ketat dikemudian hari. Saat ini kerjasarna yang telah di-iklankan melalui media cetak yang terbaru yaitu kerjasarna dengan main dealer Honda, PT. Imora Motor untuk pemasaran Honda Accord dan dealer Mercedes Benz, PT. Dipo Motor untuk paket "Honeymoon and Wedding Package". Untuk media cetak dan elektronik, seperti telah digencarkan iklan di surat kabar Kompas pada saat akan dilaksanakan kerjasama dengan salah satu pihak dealer atau broker rumah, serta dipasang iklan di radio Sonora dan Carawala yang diharapkan dapat menjangkau masyarakat luas.

Dalarn perkembangannya, strategi ini perlu dipantau dan kemudian dievaluasi keberhasilannya, karena tentunya selera konsumen selalu berubah dari masa ke masa akibat perkembangan teknologi. Perubahan selera tersebut sudah pasti menuntut perusahaan untuk dapat mengembangkan strategi pemasaran yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi terkini berupa SMS Banking, Internet Banking, dll. Ada kemungkinan strategi ini berkembang untuk memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada nasabah.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munzhier
Abstrak :
Proyek Ladia Galaska merupakan kelanjutan dari proyek "jaring laba-laba " yang pemah dicanangkan pada tahun 1991. Proyek ini merupakan proyek pembangunan jalan yang menghubungkan pesisir barat Kabupaten Aceh barat ke kota Peureulak Kabupaten Aceh Timur Propinsi NAD. Tujuan pelaksanaan proyek ini yaitu untuk membentuk koridor yang menghubungkan antar wilayah, mengurangi disparitas pertumbuhan regional antara kawasan barat, tengah dan timur, menstimulasi aktifitas perekonomian didaerah-daerah yang dilalui dan meningkatkan aksesibilitas sosial, ekonomi, pemerintahan serta pertahanan keamanan. Departemen Kimpraswil merupakan salah satu main customer bagi PT. XYZ disamping beberapa customer lain seperti perusahaan property, dan swasta lainnya. Dalam usahanya untuk dapat berkompetisi PT. XYZ di tuntut untuk dapat menawarkan berbagai kemarnpuan dalarn rnelakukan pekerjaan yang akan ditanganinya serta bersaing melalui tahapan-tahapan proses sampai dengan penandatanganan kontrak proyek didapatkan. Tahapan perbaikan yang dilakukan oleh PT. XYZ adalah dengan berusaha rnernperbaiki setiap tahapan project management. Diharapkan nantinya PT. XYZ akan rnemiliki sistem project management yang efektiv sehingga dapat menjadikan salah satu competitive advantage dan pada akhirnya untuk meningkatkan kepercayaan customer kepada PT. XYZ. Selain itu usaha perbaikan ini merupakan salah satu langkah untuk rneningkatkan kepercayaan customer kepada PT. XYZ. Efektivitas manajemen proyek yang baik merupakan hal yang sangat mendasar untuk dapat merealisasikan setiap proyek dengan tepat sasaran. Tahapan pengerjaan proyek dimulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan dan diakhiri dengan serah terima proyek, dimana setiap tahapan ini memiliki beberapa aktifitas yang harus memenuhi suatu tingkatan kinerja yang baik. Standar flow prosedur manajemen proyek PT. XYZ yang dirancang dalam rangka pencapaian seluruh aktifitas proyek berjalan dengan baik dan efektif, untuk itu diperlukan konsistensi dalam aktualisasi pekerjaan proyek, apakah tahapan demi tahapan telah dilakukan dengan benar. Selain itu faktor efektivitas pengerjaan proyek , merupakan salah satu syarat mutlak untuk dapat memenuhi penyelesaian proyek sesuai dengan sasaran yang diinginkan. Pembahasan karya akhir ini merupakan rangkaian pengukuran tingkat efektivitas yang telah dicapai pada pelaksanaan Proyek Ladia Galaska dan analisa terhadap aktifitas dari proyek yang dinilai lemah. Terhadap hasil audit tersebut selanjutnya akan dijadikan suatu rekomendasi sebagai langkah perbaikan. Hasil pengukuran yang telah dilakukan untuk kasus Ladia Galaska menempatkan manajemen proyek PT. XYZ berada pada tingkat performansi Baik dengan perolehan total score sebesar 645. Performansi baik ini menggambarkan manajemen proyek PT. XYZ telah melakukan seluruh tahapan aktifitas pelaksanaan proyek dengan benar dan telah memiliki langkah pencapaian pelaksanaan aktifitasnya secara efektif, akan tetapi masih diperlukan peningkatan dan penyempurnaan dari beberapa aktifitasnya. Secara keseluruhan penilaian tingkat efektivitas aktifitas manajemen proyek pada kasus pekerjaan pembangunan Proyek Ladia Galaska Paket Takengon - Ise-Ise menggambarkan beberapa kelemahan pada 7 aktifitas dari 14 aktifitas secara keseluruhan, diantaranya : aktifitas rencana mutu, aktifitas rekrnitment project team, aktifitas design dan pengembangan, aktifitas pembelian, aktifitas prasarana dan lingkungan, aktifitas prosedur proyek, aktifitas pengukuran kepuasan pengguna jasa. Audit analisis yang dilakukan untuk ketujuh aktifitas manajemen proyek yang dianggap memiliki kelemahan, memberikan gambaran secara detail aktifitas apa saja yang telah dilakukan dan mengidentifikasi faktor kelemahan dari setiap aktifitas tersebut. Audit analisis juga memaparkan rekomendasi dari setiap aktifitas sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan proyek sejenis di masa yang akan datang, selain itu nantinya diharapkan PT. XYZ dapat memenuhi ekspektasi dari customer.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Ekawati, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Kegiatan Pelatihan dan Pendampingan merupakan salah satu unsur penting dari Program Kredit Usaha Kecil Yayasan Pengembangan Wiraswasta Indonesia (YPWI) yang diberikan kepada para peternak lele di Desa Cihowey, Parung, Boger. Kegiatan pelatihan dan pendampingan ini dimaksutkan untuk mengatasi salah satu permasalahan dari pengembangan usaha kecil pada umumya yaitu minimnya pengetahuan manajerial dari para pelaku usaha kecil. Dalam melaksanakan Program Kredit Usaha Kecil tersebut, YPWI melakukan kerjasama dengan MMUI. Dimana bentuk dari kerja sama tersebut adalah melibatkan mahasiswa MMUI untuk bertindak sebagai fasilitator dalam kegiatan pelatihan dan pendampingan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab problematika permasalahan yang ada yaitu untuk mengetahui profil latar belakang para peternak lele di Desa Cihowey Parung Boger yang merupakan peserta pelatihan, kondisi dan persepsi mereka terhadap pelatihan yang ada, mengetahui efektifitas pelatihan di berbagai tahap evaluasi yaitu reaksi, pembelajaran, perubahan perilaku, dan hasil, dan apakah ada hubungan antara profil Jatar belakang peserta pelatihan dengan tahap-tahap evaluasi dan antar variahel-variabel tahap-tahap evaluasi tersebut.

Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, penelaahan dokumen. Sementara metode analisis datanya adalah dengan menggunakan distribusi frekuensi, pemberian skor, dan analisis korelasi.

Dari hasil penelitian profil peserta pelatihan diketahui bahwa dalam hal usia sebagian besar usia mereka adalah 51 -55 tahun, dalam hal tingkat pendidikan sebagian besar dari mereka adalah SD dan SLTP, sebagian besar memiliki usaha lain di luar budidaya Iele, dan sebagian besar peternak melibatkan keluarga dalam kegiatan budidaya lelenya.

Hasil evaluasi tingkat efektifitas pelatihan secara total pada masing-masing tahap pelatihan yaitu tahap reaksi secara total cukup, tahap pembelajaran cukup, tahap perilaku cukup, dan tahap hasil cukup.

Hasil evaluasi pelatihan pada tahap reaksi dirinci ke dalam berbagai variabel yaitu kehadiran yang dikategorikan cukup, keaktifan dikategorikan cukup, materi pelatihan dinilai telah sesuai, frekuensi pelatihan dinilai cukup sesuai, waktu pelatihan dinilai cukup sesuai, jumlah fasilitator dinilai cukup sesuai, sikap fasilitator dinilai cukup baik, tempat pelatihan dinilai kurang sesuai, fasilitas prasarana mengajar juga dinilai masih kurang.

Pada tahap perubahan perilaku evaluasi dirinci ke dalam berbagai variabel yaitu frekuensi bekerja di lahan dikategorikan biasa, cara budidaya dikategorikan cukup baik, cara membelanjakan modal kerja dikategorikan biasa saja, dan pencatatan pembukuan dikategorikan cukup.

Pada tahab hasil evaluasi terdiri dirinci ke dalam dua variabel yaitu variabel hasil panen yang dapat dikategorikan masih kurang dan kelanjutan program dimana sebagian besar peserta rnernutuskan melanjutkan program.

Sementara ada berbagai hubungan yang signifikan antar variabel-variabel tersebut yaitu hubungan yang kuat dan positif antara dukungan keluarga dan keputusan rnelanjutkan program, hubungan yang kuat dan positif antara kehadiran dan pemahaman dalam pembelajaran, hubungan yang kuat dan positif antara cara belanja dan hasil panen, dan terdapat hubungan yang kuat dan positif antara kegiatan lain dan keputusan rnelanjutkan program.

Dari hasil evaluasi pelatihan dan pendampingan di atas rnaka masih ada beberapa hal yang perlu Uhtuk dilakukan atau ditingkatkan agar pelatihan lebih efektif. Berbagai penyesuaian perlu dilaktikan terutama pada variabel atau hal-hal yang rnasih dikategorikan kurang yaitu tempat pelatihan dan fasilitas prasarana pelatihan untuk efektifitas tahap reaksi. Usaha-usaha penyesuaian perlu dititikberatkan pula pada variabel-variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel tahap-tahap efektifitas pelatihan yaitu dukungan keluarga, kehadiran, cara belanja, dan kegiatan usaha lain.
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>