Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arfi Rabbani
Abstrak :
Latar belakang: Kanker merupakan penyakit tidak menular dengan 18.1 juta kasus baru dan 9.6 juta kematian setiap tahunnya. Kanker payudara adalah jenis kanker kedua terbanyak setelah kanker paru-paru. Tata laksana kanker diperlukan biaya yang tinggi dan memiliki efek samping yang beragam. Komponen fitokimia aktif dari tumbuhan ataupun fungi yang memiliki kemampuan antioksidan dan sitotoksik terhadap sel kanker, dapat dikembangkan sebagai obat kanker. Salah satu jenis fungi yang berpotensi sebagai antikanker adalah genus Auricularia sp. atau Jamur Hitam-Putih. Studi ini bertujuan untuk mengetahui komponen fitokimia, aktivitas antioksidan dan efek sitotoksik dari ekstrak Auricularia sp. terhadap sel kanker payudara MCF-7. Metode: Auricularia sp. yang telah dikeringkan dihaluskan menjadi bubuk. Selanjutnya dimaserasi secara bertingkat menggunakan n-heksana, etil asetat dan etanol. Pada ketiga ekstrak dilakukan uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT) dilanjutkan dengan pengujian aktivitas antioksidan, dan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker payudara MCF-7. Hasil: Auricularia sp. mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid, serta memiliki 17 komponen senyawa lain. Ekstrak etil asetat Auricularia sp. menunjukkan aktivitas antioksidan lemah terhadap radikal bebas DPPH, dengan nilai IC50 sebesar 215.51 μg/mL, dan memiliki aktivitas sitotoksik sangat kuat terhadap sel MCF-7 dengan nilai IC50 sebesar 0.209 μg/mL. Sedangkan ekstrak etanol dan ekstrak n-heksana menunjukkan aktivitas sitotoksik yang tergolong aktif, dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 28.284 μg/mL dan 50.394 μg/mL. Kesimpulan: Auricularia sp. memiliki komponen fitokimia aktif yang menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker MCF-7. ......Background: Cancer is a non-communicable disease with over 18.1 million new cases and 9.6 million deaths annually according to WHO. Breast cancer is the number two highest count type of cancer trailing behind lung cancer. Treating cancer is expensive and have various side effects. Active components found in plants or fungi that have antioxidant and cytotoxic activity towards cancer cells, could be an alternative for anticancer. One of the fungi that is potentially developed as an anticancer, are the genus of Auricularia sp. also known as Black-White fungus. This study aims to determine the phytochemicals components, antioxidant activity and cytotoxic effect of the Auricularia sp. towards MCF-7 breast cancer cells. Method: Dried Auricularia sp. grinded into a fine powder. Then, multilevel maceration is done with the n-hexane, ethyl acetate, ethanol. The extracts undergo phytochemical screening and thin layer chromatography (TLC), followed by measuring antioxidant and evaluating the cytotoxic activity towards MCF-7 breast cancer cells. Results: Auricularia sp. contained secondary metabolites of flavonoids, alkaloids, and triterpenoids and a total of 17 other phytochemical components. Ethyl acetate extract of Auricularia sp. showed a weak antioxidant activity towards DPPH free radical with IC50 of 215.51 μg/mL and a very active cytotoxic evaluation with IC50 of 0.209 μg/mL. On the other hand, Ethanol and n-hexane is categorized with an active cytotoxic evaluation with 29.284 μg/mL and 50.394 μg/mL, respectively. Conclusion: Auricularia sp. contained phytochemical components that had biological activity of antioxidant toward DPPH free radical and cytotoxic towards MCF-7 breast cancer cell.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Trisnayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Rimpang temulawak (Curcurna xanthorrhiza Roxb) adalah salah satu jenis sintplisia yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku jamu. Rimpang ini mudah terkontaminasi oleh kapang Aspergillus flavus yang berasal dari tanah karena kadar amilumnya yang tinggi. Adanya kontaminasi kapang ini akan mengurangi khasiat temulawak bila digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.

Radiasi gamma telah digunakan untuk membasmi serta menurunkan angka kapang dan angka bakteri pada bahan baku dan sediaan jamu. Pada penelitian ini telah dipelajari efek radiasi gamma pada aktivitas antikapang dari minyak atsiri dan kurkuminoid temulawak, pada pertumbuhan Aspergillus flavus. Dipelajari pula efek radiasi gamma pada karakteristik kedua komponen tersebut.

Dosis radiasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 0, 5, 10, 30, dan 50 kGy, serta variasi penyimpanan selama 0 dan 3 bulan. Aktivitas antikapang kedua komponen pada A. flavus diamati dengan mengukur diameter hambatannya pada media agar padat PDA (Potato Dextrose Agar). Sedangkan karakteristik kedua komponen diperiksa dengan menggunakan alat GC untuk minyak atsiri dan HPLC untuk kurkuminoid, serta spektroskopi FTIR untuk keduanya.

Dari hasil penelitian mi terlihat bahwa minyak atsiri temulawak mempunyai aktivitas antikapang pada pertumbuhan Aspergillus flavus, baik yang disiinpan maupun yang tidak. Sebaliknya, kurkuminoid temulawak meinberikan efek stimulator pada pertumbuhan Aspergillus tiavus, baik pada rimpang yang disimpan maupun yang tidak.

Radiasi gamma dan interaksi antara dosis iradiasi dan penyimpanan tidak berpengaruh pada aktivitas antikapang minyak atsiri pada P < 0,05. Minyak atsiri dari rimpang yang disimpan selama 3 bulan memperlihatkan aktivitas antikapang yang lebih tinggi dari pada yang tidak disimpan. Namun sebaliknya, efek stimulator dari kurkuminoid temulawak ini tidak dipengaruhi oleh radiasi dan penyimpanan.

Berdasarkan kromatograin masing-masing komponen dan spektroskopi FTIR-nya, iradiasi hingga 50 kGy tidak merubah karakteristik minyak atsiri dan kurkuminoid temulawak.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Tony Satya Sekarmaji
Abstrak :
Pendahuluan: Di Indonesia, kanker kolorektal adalah jenis kanker tersering kedua ditemukan pada pria dan tersering ketiga ditemukan pada wanita. Seperti jenis kanker lainnya, tatalaksana utama kanker kolorektal adalah serangkaian kemoterapi. Namun dilain pihak, 58% dari penduduk Indonesia yang berkategori ekonomi “low-class” atau yang pendapatannya dibawah dari 1 juta per bulan lebih memilih penggunaan obat herbal daripada pengobatan konvensional. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan obat herbal seperti faktor pemasaran obat herbal dan faktor sosial yang mempengaruhi keputusan individu. Karena itu, penelitian dan pengembangan obat kanker dari bahan herbal seperti sarang Semut (Myrmecodia pendans) sangat diperlukan. Metode: Sarang semut (Myrmecodia pendans) dimaserasi dengan pelarut n-heksana, etil asetat dan etanol, menghasilkan tiga jenis ekstrak yaitu ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol. Ketiga ekstrak Myrmecodia pendans tersebut dianalisis melalui uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT). Selanjutnya efek sitotoksik ketiga ekstrak Myrmecodia pendans dievaluasi terhadap sel kolon kanker WiDr menggunakan metode MTT (3-(4,5-Dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide). Hasil: Uji fitokimia menunjukkan bahwa sarang semut (Myrmecodia pendans) memiliki beberapa metabolit sekunder yaitu saponin, flavonoid, tanin, triterpenoid, dan alkaloid. Analisis KLT mengindikasikan bahwa ketiga ekstrak Myrmecodia pendans memiliki enam komponen senyawa kimia. Uji sitotoksisitas menunjukkan bahwa ketiga ekstrak Myrmecodia pendans tidak memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker kolon WiDr. Kesimpulan: Sarang semut (Myrmecodia pendans) mengandung beberapa senyawa fitokimia metabolit sekunder yang tidak menunjukkan efek sitotoksik terhadap sel kanker kolon WiDr. ......Introduction: In Indonesia, Colorectal cancer is the second most common cancer in males and third most common in females. Like other types of cancer, the main treatment is a series of chemotherapies. On the other hand, it is known that a proportion of low-class” Indonesians, those who earns less than 1 million rupiah per month, in the economical aspect (58%) prefers the use of herbal medicine instead of conventional treatments. There are multiple factors which had influence the herbal preference such as marketing and social factors. Hence, the research and development of cancer drugs from herbal materials such as Sarang Semut (Myrmecodia pendans) is vital. Methods: Sarang Semut (Myrmecodia pendans) was macerated by solvents N-Hexane, Ethyl Acetate, and Ethanol, producing three extracts N-Hexane (NHE), Ethyl Acetate (EAE), and Ethanol extracts (ETE). Each extract of Myrmecodia pendans was then analyzed through phytochemical tests and thin layer chromatography (TLC). In addition, the cytotoxicity effect of all three extracts were analyzed towards WiDr colon cancer cell using 3-(4,5-Dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyltetrazolium bromide (MTT) Assay. Results: Sarang Semut (Myrmecodia pendans) contains secondary metabolites Saponin, Flavonoid, Tannin, Triterpenoid, and Alkaloid. TLC analysis revealed that all three extracts of Myrmecodia pendans had six chemical compounds. MTT Assay revealed all three extracts of Myrmecodia pendans had no cytotoxic effect towards WiDr colon cancer cells. Conclusion: Sarang Semut (Myrmecodia pendans) comprises several secondary metabolites which did not display cytotoxic effect towards WiDr colon cancer cell.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library