Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1201 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arwanto
Abstrak :
Penggunaan komposit untuk berbagai komponen peralatan di berbagai industri terus dikembangkan. Flat ini karena kelebihan yang dimiliki komposit antara lain anti korosif, ringan dengan kekuatan yang dapat bersaing dengan material lain. Dalam kaitan perkembangan industri minyak dan gas di Indonesia, komposit merupakan suatu material yang cukup prospek untuk dimanfaatkan. Hal ini dapat mengurangi masalah korosi yang kerapkali terjadi dan juga tidak membebani, sehingga akan sangat efektif pada penggunaan di anjungan lepas pantai. Untuk itu perlu diketahui ketahanan komposit terhadap lingkungan yang ada, kinerja komposit dalam menahan laju penyerapan fluida serta bagaimana pengaruhnya terhadap sifat fisik dan mekanik. Mengacu pada kondisi di atas telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh perendaman GRP (Glass Reinforced Plastic) dalam bensin, solar dan crude oil serta pemaparan GRP di udara. Pengaruh penambahan berat terhadap sifat mekanik menunjukkan untuk fluida udara, relatif sama pada kedua jenis GRP dengan gradien persamaan yang tidak jauh berbeda; E = - 3,82 C + 9,30 untuk glass/polyester dan E = - 1,75 C + 8,55 untuk glasslepoxy. Sedangkan pada perendaman dalam bensin terjadi perbedaan yang sangat besar, dengan E _ - 28,09 C + 9,086 untuk glass/polyester dan E = - 0,812 C + 8,608 untuk glasslepoxy. Glasslpolyester mempunyai persentase penambahan berat terbesar pada perendaman dalam crude oil dan terendah pada bensin. Sedangkan untuk glasslepoxy persentase terbesar terjadi pada perendaman dalam bensin dan terendah pada udara. Persentase penambahan berat pada perendaman dalam solar dan crude oil untuk glasslepoxy, relatif sama. Untuk fluida bensin perbedaan persentase penambahan berat antara glass/polyester dengan glass/epoxy cukup besar dibandingkan dengan fluida lain dan teori yang ada. Hal ini dapat dikarenakan unsaturated polyester resin larut dalam bensin sehingga penambahan berat akibat penyerapan diimbangi oleh adanya resin yang terlarut. Kondisi ini didukung dengan adanya perubahan warna pada bensin untuk perendaman glasslpolyester sementara untuk glass/epoxy serta fluida lain tidak terjadi. Jadi secara umum glass/polyester lebih baik dalam menahan laju penyerapan fluida, namun pengurangan kekuatannya relatif lebih besar dibandingkan glass/epoxy.
The utilization of composite for components of equipment in industries has been expanding. Because composite has many advantages such as: non-corrosion and high in ratio strength to density. Composite is a prospect material for use in both oil and gas industries, because the utilization of composite can reduce of corrosion problem, moreover, composite is light in weight so its very effective in use at offshore. For this reason, we need to know how composite can resist to its environment, how it can hold back the rate of diffusion and absorption, and also how it can effect to mechanical properties. Refer to that condition, we conducted a research about the effect of immersion Glass Reinforced Plastic (GRP) in gasoline, in automotive diesel oil, in crude oil and expose GRP on atmosphere. The result of research shown that GRP exposed on atmosphere, that the effect weight gain to mechanical properties of glass/polyester is relatively the same effect as glass/epoxy does, with equation: E = - 3,82 C + 9,30 for glass/polyester and E = - 1,75 C + 8,55 for glass/epoxy. While for GRP is immersed in gasoline, the effect weight gain to mechanical properties for glass/polyester is difference to glass/epoxy, with equation: E = -28,09 C + 9,086 for glass/polyester and E = - 0,812 C + 8,608 for glass/epoxy. A great deal of quantities of weight gam is happened in crude oil for glass/polyester, and in gasoline for glasslepoxy. On immersion in gasoline, ratio weight gain of glasslepoxy to glass/polyester is high, whereas for another fluid this condition is not happened. This happen because Unsaturated Polyester Resin (UPR) is degradation and soluble in gasoline. so weight gain will reduce. This condition is supported with the change in color of gasoline for glass/polyester. In general glass/polyester is. better than glasslepoxy to hold back of rate of diffusion and absorption, but in decrease of mechanical properties glass/epoxy was better than glass/polyester.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T540
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lila Syukurilla
Abstrak :
ABSTRAK
Penyelidikan tentang faktor bentuk hadronik pada fotoproduksi kaon telah menghasilkan model standar terbaik. Model standar terbaik berisi kombinasi faktor bentuk hadronik untuk masing-masing vertex fotoproduksi kaon yang diselidiki menggunakan model isobar. Nilai c2=N minimum yang diperoleh dari model standar terbaik adalah 2.13. Masing-masing vertex fotoproduksi kaon memiliki kesesuaian penggunaan faktor bentuk hadronik yang berbeda-beda, antara lain menggunakan jenis dipole, eksponensial, generalized dipole (1), generalized dipole (2), atau generalized dipole (3). Selain kombinasi faktor bentuk hadronik, model standar terbaik juga menghasilkan nilai parameter cut-off untuk setiap vertexnya. Upaya perbaikan terhadap model standar terbaik dilakukan dengan seleksi data eksperimen berdasarkan analisis konsistensi data dan seleksi berdasarkan simpangan R. Namun, hasil seleksi data kurang memuaskan karena tidak ada penurunan nilai c2=N yang signifikan. Parameter cut-off dan konstanta kopling juga diselidiki pengaruhnya terhadap model dengan cara memvariasikan nilai keduanya. Variasi parameter cut-off untuk vertex meson K(892) dengan kenaikan dan penurunan 10% menyebabkan adanya pergeseran hasil fit dari model standar terbaik. Sementara itu, variasi konstanta kopling tidak menghasilkan perubahan cukup besar pada model standar terbaik.
ABSTRACT
We have produced the best standard model of kaon photoproduction off the proton using hadronic form factors. The best standard model, which is investigated using isobar model, contains combination of hadronic form factors for each vertex in kaon photoproduction. The value of c2=N achieved in this work is 2.13. Each vertexs of kaon photoproduction perform different suitability using several hadronic form factors, those are the dipole, exponential, generalized dipole (1), generalized dipole (2), or else generalized dipole (3). Furthermore, the best standard model produced the specific value of cut-off parameter for each vertex. We also try to improve the best standard model by selecting the experimental data using consistency analysis method and deviation method. However, both methods perform no improvement. In the final work, we investigate the effect of cut-off parameter and coupling constant on the best standard model by varying their values. Cut-off parameter for K(892) meson show different result from the best standard model after varying its value in the range of 10%. Meanwhile, variation on coupling constant perform not enough differences to be noted.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Budiman
Abstrak :
[ABSTRAK
FPGA merupakan piranti yang bersifat dapat dikonfigurasi-ulang (reconfigurable). Dengan mengambil keuntungan dari paralel hardware, eksekusi FPGA dapat lebih cepat dari pemrosesan DSP(Digital Signal Processor). Disain dan Implementasi Pengenalan wajah menggunakan FPGA, untuk mengidentifikasi citra wajah yang diberikan dengan menggunakan Fitur utama dari wajah. Dalam tesis ini Algoritma Artificial Neural Network metode Back Propagation disajikan, untuk mendeteksi pandangan frontal wajah. Extraksi Penciri citra wajah di lakukan dengan (PCA) dan identifikasi menggunakan Back Propagation. Citra wajah diambil dari 100 At&T Database menghasilkan 90 % acceptance ratio.
ABSTRACT
FPGA is a device that can be re-configured (reconfigurable). By taking advantage of parallel hardware, FPGA execution can be faster than processing DSP (Digital Signal Processor). Design and Implementation of face recognition using FPGA, to identify a given face image using the main features of the face. In this thesis Algorithm Artificial Neural Network Back Propagation method is presented, for detecting frontal view faces. Identifier face image extraction is done by (PCA) and identification using Back Propagation. 100 face images taken from At & T database generates 90% acceptance ratio.;FPGA is a device that can be re-configured (reconfigurable). By taking advantage of parallel hardware, FPGA execution can be faster than processing DSP (Digital Signal Processor). Design and Implementation of face recognition using FPGA, to identify a given face image using the main features of the face. In this thesis Algorithm Artificial Neural Network Back Propagation method is presented, for detecting frontal view faces. Identifier face image extraction is done by (PCA) and identification using Back Propagation. 100 face images taken from At & T database generates 90% acceptance ratio.;FPGA is a device that can be re-configured (reconfigurable). By taking advantage of parallel hardware, FPGA execution can be faster than processing DSP (Digital Signal Processor). Design and Implementation of face recognition using FPGA, to identify a given face image using the main features of the face. In this thesis Algorithm Artificial Neural Network Back Propagation method is presented, for detecting frontal view faces. Identifier face image extraction is done by (PCA) and identification using Back Propagation. 100 face images taken from At & T database generates 90% acceptance ratio., FPGA is a device that can be re-configured (reconfigurable). By taking advantage of parallel hardware, FPGA execution can be faster than processing DSP (Digital Signal Processor). Design and Implementation of face recognition using FPGA, to identify a given face image using the main features of the face. In this thesis Algorithm Artificial Neural Network Back Propagation method is presented, for detecting frontal view faces. Identifier face image extraction is done by (PCA) and identification using Back Propagation. 100 face images taken from At & T database generates 90% acceptance ratio.]
2013
T42694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1993
S27913
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisudana Nugroho
Abstrak :
Telah dibuat sebuah Prototipe Modul Sensor Gaya yang mampu memberikan output tegangan yang analog dengan besarnya gaya yang bekerja pada Prototipe Modul Sensor Gaya. Prototipe Modul Sensor Gaya ini menggunakan force transducer berprinsip cantilever dengan bahan alumunium, dan menggunakan sensor gaya piezoresistif berupa Felxiforce Tipe A-201 dengan kemampuan maksimum 110 lbs. Flexiforce akan mengalami penurunan resistansi secara logaritmik saat gaya yang diberikan pada Flexiforce meningkat. Suatu rangkaian pengkondisi sinyal dibuat untuk mengubah resistansi menjadi tegangan, serta untuk mengkondisikan sinyal output dari transducer agar dapat terbaca oleh SST DAQ. SST DAQ yang digunakan adalah versi AV32. DAQ akan mengubah data tegangan yang masuk menjadi data digital dan mengirim ke komputer, Microsoft Visual Basic 6 dan Adobe Flash CS3 secara simultan menjadi GUI untuk menampilkan data pembacaan Prototipe Modul Sensor Gaya. Prototipe Modul Sensor Gaya ini telah diuji untuk karakterisasi dan telah diaplikasikan dalam eksperimen mekanika. Hasil karakterisasi Prototipe Modul Sensor Gaya adalah sebagai berikut, range kerja dibatasi antara 0 N - 24.5 N, akurasi dan repeatibility 3.8%, sensitivitas 50 gram (perubahan 0.01volt), muncul histerisis, dan waktu respon adalah 15 detik. Eksperimen yang telah dilakukan untuk menguji Prototipe Modul Sensor Gaya adalah eksperimen Komponen Gaya Pada Bidang Miring, eksperimen Hukum Hooke, eksperimen Osilasi Pegas. Dari hasil eksperimen tersebut disimpulkan bahwa Prototipe Modul Sensor Gaya dapat bekerja dengan cukup baik sesuai kebutuhan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S28945
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi Hiramadhan
Abstrak :
Sebuah sistem remote laboratory telah berhasil dibuat. Sistem remote laboratory ini terdiri dari modul eksperimen hukum ohm, alat akusisi data NI-DAQ 6009, rangkaian pengkondisi sinyal dan perangkat lunak untuk menampilkan dan mengolah data. Modul eksperimen menggunkan kawat nikelkrom yang bersifat ohmik dan lampu yang bersifat non-ohmik. Bahan ohmik akan mengalirkan arus sebanding dengan besar tegangan yang diberikan, sedangkan bahan non-ohmik akan mengalirkan arus yang tidak sebanding dengan tegangan yang diberikan. Pengukuran bahan dengan memberikan tegangan dari NI-DAQ yang dikondisikan dengan penguat arus, kemudian arus yang dihasilkan akan diukur kembali menggunakan input dari NI-DAQ. Labview digunakan sebagai perangkat lunak yang dapat mengontrol NI-DAQ dan menampilkan data yang didapatkan dari eksperimen dalam bentuk tabel dan grafik. Serangkaian pengujian telah dilakukan untuk melihat kemampuan sistem dalam melakukan pengukuran. Hasil pengujian untuk hambatan kawat yang memiliki panjang 30cm dengan diameter 0.1mm sebesar 41.6Ώ, sedangkan untuk panjang 25cm sebesar37.0Ώ, untuk 20 cm sebesar 31.3, untuk 15 cm sebesar 22.7Ώ, untuk 10cm sebesar 16.4Ώ. hasil ini menunjukkan bahwa semakin panjang suatu bahan maka hambatan bahan tersebut semakin besar. Sedangkan hambatan untuk percobaan dengan diameter 0.2mm dengan panjang 30 cm sebesar 10.6Ώ dan untuk hambatan dengan diameter 0.25mm sebesar 5.1Ώ. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar diameter suatu bahan maka semakin kecil hambatan bahan tersebut. Untuk lampu didapatkan nilai arus tidak sebanding dengan tegangan yang diberikan sehingga menimbulkan grafik yang melengkung.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S28965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wuri Handayani
Abstrak :
Studi biodistribusi radiofarmaka 99mTc-Red Blood Cells merupakan parameter kualitas produk kit radiofarmaka dan berguna sebagai tinjauan dosimetri radiasi internal. Injeksi 99mTc-RBC dilakukan melalui intravena telinga kelinci dan dilanjutkan dengan scanning PA dinamik dan statik selama 80 menit. Biodistribusi menunjukkan nilai tangkapan radiofarmaka tertinggi terdapat pada jantung (100%) pada periode 10-15 menit, diikuti dengan organ hati (81.93%), ginjal kanan (70.92%), dan ginjal kiri (45.51%). Organ dengan waktu eliminasi obat paling cepat dibuktikan dengan nilai konstanta laju eliminasi (k) terbesar, yakni terdapat pada organ jantung (1.94 x 10-2/menit), sedangkan nilai terkecil pada organ ginjal kiri (5.0 x 10-3/menit). Perhitungan dosimetri internal menghasilkan nilai 6.517 x 10-4 mGy/mCi pada jantung, 6.259 x 10-4 mGy/mCi pada ginjal, 1.677 x 10-4 mGy/mCi pada hati, dan 2.244 x 10-3 mGy/mCi pada kandung kemih. Implementasi perhitungan laju eliminasi diwujudkan dalam bentuk kalkulator evaluasi laju eliminasi organ pasien. ......The study of biodistribution and dosimetry testing for 99mTc-Red Blood Cells has been done to assess the quality of product and predict internal patient’s dose. Tc-99m RBC were injected at intravenous of rabbits and periodically scanned with PA planar imaging for several interval times up to 80 minutes after 99mTc-RBC injected. Biodistribution shows the highest activity percentage in the heart (100.0%) at period 10 - 15 minutes, followed by liver (81.93%), right kidney (70.92%), and the left kidney (45.51%). Organ with the most rapid drug elimination is evidenced by the largest elimination rate’s value (k) which is present in the heart (1.94 x 10-2 /minutes), while the smallest is left kidney (5.0 x 10-3 /minutes). Internal dose calculation shows 6.517 x 10-4 mGy/mCi for heart, 6.259 x 10-4 mGy/mCi for kidney, 1.677 x 10-4 mGy/mCi for liver, and 2.244 x 10-3 mGy/mCi for bladder. Implementation of the elimination rate calculations realized in the form of organ elimination rate calculator to patient evaluation.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52525
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rammang, Alvie Ananta
Abstrak :
Fractured Basement adalah batuan beku yang mengalami rekahan sehingga dapat menjadi salah satu jenis reservoar hidrokarbon. Sesar dan rekahan merupakan struktur penting dari reservoar yang menyebabkan terbentuknya porositas sekunder. Reservoar jenis ini salah satunya terletak di basement Pra-tersier pada cekungan Sumatera Selatan. Struktur geologi yang mendominasi daerah ini adalah antiklin, sesar, dan rekahan yang diduga kuat disebabkan oleh beberapa fase tektonik. Sesar serta rekahan tersebut akan dideteksi dengan menggunakan atribut coherence dan curvature. Atribut coherence pada dasarnya menghitung kesamaan trace dengan trace tetangganya, sehingga apabila ada ketidakkontinuan trace maka akan memberikan nilai similarity yang rendah, sedangkan curvature menghitung kelengkungan kurva pada suatu titik di kurva tersebut. Jenis curvature yang dipakai adalah most positif curvature dan most negatif curvature karena keefektifannya dalam mendeteksi sesar. Parameter atribut coherence, yaitu time gate, dan parameter curvature, yaitu stepout, akan divariasikan untuk mendapatkan parameter dengan hasil terbaik dalam mendeteksi sesar. Penerapan dip-steering cube pada atribut dan proses Fault Enhacement Filter akan meningkatkan kualitas dari hasil atribut coherence dan curvature. Hasil akhir dari atribut baik coherence dan curvature ini adalah penyebaran arah sesar pada horizon top basement Pra-tersier dengan orientasi dominan yaitu barat lauttenggara. Curvature ternyata dapat memetakan sesar lebih baik dari coherence karena baik major fault maupun minor fault dapat terdeteksi secara detil dengan curvature, sedangkan coherence tidak dapat mendeteksi sesar sedetil curvature. Secara kualitatif, arahsesar ini akan dikorelasikan dengan orientasi sesar dan rekahan yang terekam pada log FMI dalam bentuk diagram Rose, yaitu diagram yang dapat memetakan orientasi strike sesar. Didapat kesamaan orientasi sesar, yaitu barat laut-tenggara, dari hasil atribut curvature dan diagram Rose FMI yang menunjukkan keefektifan atribut ini dalam mendeteksi sesar.
Fractured Basement is the fractured igneous that can be one of hydrocarbon reservoir type. Faults and fractures is an important structure of the reservoir that forms the secondary porosity. One of these type of reservoir is located in the Pre-Tertiary basement in the South Sumatra basin. Geological structures that dominate this area are anticlines, faults, and fractures caused by some tectonic phases. Fault and fracture are detected using coherence and curvature attributes. Coherence attribute basically calculates similarities of the trace with their neighbors, so if there is a discontinuities of the trace, it will provide a low similarity value, while curvature is calculating the curvature of the curve at a point on the curve. Type of curvature that is used is most positive and most negative curvature due to its effectiveness in detecting faults. Coherence attribute parameters, namely time gate, and the curvature parameter, namely stepout, will be varied to obtain the parameters with the best results in detecting faults. Applying dip-steering cubein attributes and Fault Enhacement Filter will improve the quality of the results of coherence and curvature attributes. The end result of both coherence and curvature attributes are the dispersion of fault lineaments on the top horizon Pre-Tertiary basement with a dominant orientation is northwest-southeast. Curvature can map the faults better than coherence because both major and minor faults can be detected in detail with curvature, whereas coherence can not detect faults as precisely as curvature. Qualitatively, the direction of this fault will be correlated with the orientation of the fault and fracture recorded on FMI logs in the form of Rose diagram, ie a diagram can map the fault strike orientation. Obtaining similarity fault orientation, ie northwest-southeast, between the curvature attributes and Rose FMI diagram showing the effectiveness of this attribute in detecting faults.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efrin Ramania
Abstrak :
Desain Seismik survey merupakan tahapan yang paling penting sebelum melakukan survey seismik, terutama untuk daerah yang memiliki keadaan kompleks. Pada lapangan 'X' memiliki keadaan kompleks dengan topografi yang bervariasi, lapisan loose sand dan keberadaan lapisan batubara. Permukaan tanah yang di lapisi oleh lapisan loose akan menyebabkan absorbsi dan atenuasi pada gelombang refleksi seismik. Topografi yang bervariasi akan membuat koreksi statik yang dilakukan tidak optimal. Serta keberadaan batubara dianggap akan menyebabkan absorpsi pada gelombang yang dihasilkan oleh sumber. Keadaan ini sangat memungkinkan menyebabkan kurangnya kualitas data seismik dengan S/N ratio yang rendah. Pada studi ini ditentukan desain survey seismik melalui analisis forward modeling dan nilai Quality Factor. Forward modeling dibuat berdasarkan parameter seperti data log, data seismik dan laporan dari survey terdahulu. Hasil forward modeling berupa model dari gambaran bawah permukaan. Selanjutnya, atenuasi yang terjadi dapat dilihat melalui analisis nilai kualitas batuan. Nilai kualitas batuan didapatkan dengan menggunakan metode rasio spektral. Melalui kedua analisis tersebut, maka dapat ditentukan parameter akuisisi yang tepat untuk meningkatkan S/N ratio pada akuisisi selanjutnya. ......Seismic survey design is the most important step before doing a seismic survey, especially for areas that have complex circumstances. The field 'X' has a complex condition with varying topography, the presence of coal layer and also the surface layer was covered by loose-sand. In this formation, the loose layer caused the absorption and attenuation of the seismic reflection wave. It means that we should give more attention in the seismic survey. The complex topography will cause poor static correction. According to the previous investigation, the coal layer affected the absorption of the seismic wave. This effect will cause the low S/N ratio. In this study, Seismic Survey design in the field 'X' was determined by forward modeling and Q-Factor analysis. The forward modeling was made by considering parameters such as, log data, seismic data and the observer's report. The result of forward modeling gives a model of the subsurface. Then, the magnitude of attenuation that occurs can also be seen by looking at the value of Q-Factor. This value was obtained by the spectral ratio method. After these analysis then the best acquisition parameter can be determined to increase the S/N ratio in the next acquisition.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Mesikel
Abstrak :
Uji kontrol kualitas menjamin bahwa peralatan memiliki kinerja sesuai standar dan bekerja dalam kondisi yang baik sehingga menghasilkan kualitas citra yang baik. Penelitian kontrol kualitas ini dilakukan terhadap pesawat PET/CT dengan menggunakan pedoman IAEA (Internasional Atomic Energy Agency) Human Health Series No. 1, yang terdiri dari uji resolusi spasial, uji sensitivitas, uji scatter fraction, uji resolusi energi, uji kualitas citra, dan uji resolusi waktu. Uji resolusi spasial menentukan titik terdekat yang dapat diamati oleh sistem pesawat PET. Uji sensitivitas bertujuan untuk mengetahui kepekaan detektor alat dalam menangkap hamburan foton. Uji scatter fraction untuk mengetahui fraksi dari scatter yang terjadi ketika proses rekonstruksi berlangsung. Uji resolusi energi merupakan bagian dari mengetahui kemampuan detektor dalam membedakan foton dengan energi yang berbeda. Uji kualitas citra bermanfaat untuk melihat hasil citra dengan faktor atenuasi dan hamburan. Uji resolusi waktu digunakan pada pesawat PET yang memanfaatkan aplikasi TOF (time of flight) untuk melihat kemampuan sistem dalam memperkirakan perbedaan waktu kedatangan 2 buah foton. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa resolusi spasial pada radius 1 cm sebesar 9,4 mm (transverse) dan 3,4 mm (axial), sedangkan resolusi spasial pada radius 10 cm sebesar 8,4 mm (radial), 8,3 mm (tangential), 3,3 mm (axial). Nilai sensitivitas alat dari diameter kecil-besar, yaitu 0,071 cps/kBq, 0,074 cps/kBq, 0,070 cps/kBq, 0,063 cps/kBq, dan 0,067 cps/kBq. Hasil dari besaran scatter fraction dari penelitian ini adalah 42,78%. Nilai kualitas citra yang ditunjukkan pada bohlam dari diameter kecil-besar, yaitu 49,60%, 68,21%, 56,43%, 43,28%, 62,94%, dan 70,04%. ......Quality control tests is required for controling and monitoring quality of the performance imaging tool that has been installed. Quality control tests carried out on the PET/CT will assist in ensuring a standardized tool functions and comply the rules of usage. Quality control tests in this study using the guidelines IAEA Human Health Series No.1 included tests of spatial resolution, sensitivity, scatter fraction, energy resolution, image quality, and coincidences timing resolution. Spatial resolution test is determine the nearest point observed by PET systems. Sensitivity test aims to determine sensitivity of PET detector to catch photons scattering. Scatter fraction test to determine the fraction of scattering that occurs during process of reconstruction. Energy resolution test is to determine the ability of PET detector to distinguish photon with different energy. Image quality test useful to see the results of the image by a factor of attenuation and scattering. Coincidences timing resolution test used in PET instrument utilizing TOF applications to see ability the system to estimate the difference in arrival time of two photons. The results of this study indicate that the spatial resolution at 1 cm radius is 9,4 mm (transverse) and 3,4 mm (axial), and the spatial resolution at 10 cm radius is 8,4 mm (radial), 8,3 mm (tangential), 3,3 mm (axial). The sensitivity value from small sleeve to bigger sleeve is 0,071 cps/kBq, 0,074 cps/kBq, 0,070 cps/kBq, 0,063 cps/kBq, and 0,067 cps/kBq. The results of scatter fraction is 42,78%. Image quality value from small sphere to large sphere is 49,60%, 68,21%, 56,43%, 43,28%, 62,94%, and 70,04%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>