Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elvira Primananda Putri
"Penyakit Covid-19 merupakan penyakit yang menyebabkan masalah pernapasan. Covid-19 memiliki beberapa gejala yang biasanya muncul setelah periode inkubasi. Beberapa gejala umum dari Covid-19 yaitu demam, batuk dan kelelahan, gejala lain seperti produksi sputum, sakit kepala, diare, dispnea, dan lymphopenia juga dapat terjadi. Beberapa pasien yang mengalami batuk dengan produksi sputum memiliki keterbatasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas secara mandiri karena sputum yang terlalu kental dan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sputum dapat menyebabkan penumpukan sputum di jalan napas yang menyebabkan obstruksi sehingga ventilasi berkurang. Salah satu peran perawat di IGD adalah melakukan stabilisasi pasien dari sisi Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure (ABCDE). Pada pasien dengan retensi sputum dapat mengalami penyumbatan jalan napas. Salah satu intervensi keperawatan yang umum untuk pasien dengan retensi sputum yaitu kolaborasi pemberian mukolitik dan prosedur suction. Namun prosedur suction ini dapat menimbulkan nyeri dan risiko cedera jalan napas jika sputum terlalu kental, sehingga perlu dipertimbangkan antara manfaat dan efek sampingnya. Intervensi non invasive lain yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan dahak adalah fisioterapi dada dan batuk efektif. Pada studi kasus ini mempresentasikan kasus seorang perempuan (45 tahun) dengan demam 4 hari sebelum masuk rumah sakit, lemas, sesak, pusing, mual, anosmia dan tidak bisa tidur, batuk produktif namun kesulitan mengeluarkan sputum, terkonfirmasi positif Covid-19 melalui swab antigen dan PCR. Saat berada di IGD pasien mendapatkan terapi oksigenasi nasal kanul, medikasi dan fisioterapi dada. Setelah dilakukan dua kali fisioterapi dada, pasien dapat mengeluarkan dahak dan saturasi meningkat. Studi kasus ini menunjukkan seberapa kegunaan fisioterapi dada dan batuk efektif sebagai salah satu intervensi untuk membantu mengatasi diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien Covid-19.

Covid-19 is a disease that causes respiratory problems. Covid-19 has several symptoms that usually appear after the incubation period. Some of the common symptoms of Covid-19 are fever, cough, fatigue, other symptoms such as sputum production, headache, diarrhea, dyspnea, and lymphopenia can also occur. Some patients who have a cough with sputum production have limited ability to maintain a clean airway independently because of excessively thick sputum and an inability to cough effectively. The inability to excrete sputum can lead to a buildup of sputum in the airways which obstructs so that ventilation is reduced. One of the nurse's roles in the ER is to stabilize the patient from the Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure (ABCDE) side. Patients with sputum retention may experience airway obstruction. One of the common nursing interventions for patients with sputum retention is the collaboration of mucolytic administration and suction procedures. However, this suction procedure can cause pain and the risk of airway injury if the sputum is too thick, so it is necessary to consider the benefits and side effects. Another non-invasive intervention that can be done to remove sputum is chest physiotherapy and effective coughing. In this case study, we present the case of a woman (45 years old) with fever 4 days before hospital admission, weakness, shortness of breath, dizziness, nausea, anosmia and unable to sleep, productive cough but difficulty expel sputum, confirmed positive for Covid-19. While in the ED the patient received nasal cannula oxygenation therapy, medication, and chest physiotherapy. After two chest physiotherapy, the patient was able to expel sputum and increased saturation. This case study shows how effective chest and cough physiotherapy is as an intervention to help overcome the diagnosis of ineffective airway clearance in Covid-19 patients. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maipe Aprianti
"Latar Belakang : Fungsi Kognitif meliputi fungsi pemusatan perhatian, bahasa, daya ingat, motorik serta fungsi eksekutif fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksannaan dan pemantauan . Postoperative Cognitive Dysfunction POCD didefinisikan sebagai gangguan fungsi kognitif yang baru muncul setelah prosedur pembedahan. POCD pascabedah jantung terbuka yang menggunakan teknologi pintas jantung paru CPB merupakan sekuele yang secara teoritis sering terjadi. Belum ada penelitian POCD serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di Indonesia sehingga penelitian ini dirasakan perlu dilakukan.
Tujuan : Mengetahui kekerapan terjadinya penurunan fungsi kognitif pada subjek yang menjalani bedah jantung terbuka di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian kohort prospektif. Dilakukan penilaian fungsi kognitif terhadap 60 pasien yang menjalani operasi bedah jantung terbuka dengan menggunakan test neuropsikologik. Hasil data pra dan pascabedah akan dibandingkan. Fungsi kognitif dikatakan turun bila terdapat penurunan 20 pada salah satu alat uji. Kriteria penerimaan adalah usia >18 tahun yang menjalani operasi bedah jantung di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dapat berbahasa Indonesia, membaca dan menulis, bersedia menjadi subjek penelitian. Hasil penelitian diolah dengan uji bivariat dan analisis regresi logistic.
Hasil : Penurunan fungsi kognitif terjadi pada 40,7 subjek yang menjalani operasi jantung terbuka dengan menggunakan teknologi pintas jantung-paru. Faktor usia merupakan faktor yang berpengaruh melalui analisis bivariat dan regresi logistik p 0,001.
Kesimpulan : Terjadi penurunan fungsi kognitif pada subjek yang menjalani bedah jantung terbuka di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang dipengaruhi oleh usia, namun tidak dipengaruhi tingkat pendidikan, diabetes melitus, lama CPB dan klem silang.

Background: Cognitive functions include the function of attention, language, memory, motoric and executive functions planning, organizing, and monitoring . Postoperative Cognitive Dysfunction POCD is defined as a cognitive dysfunction that arises after a surgical procedure. POCD after open heart surgery with cardiopulmonary bypass CPB is frequent theoretically. There was no research on POCD and the factors that influence it in Indonesia so that this research was necessary to be done.
Purpose : To know the frequency of POCD in subjects underwent open heart surgery at Dr. Cipto Mangunkusumo and the factors that influence it.
Methods : This study was a prospective cohort study. Cognitive function assessment was performed in 60 patients underwent open heart surgery by using neuropsychological tests. Pre and postoperative data were compared. Cognitive decline was defined if there was a 20 decrease in cognitive function in at least one of the tests. Inclusion criteria were age 18 years old who underwent open heart surgery at Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, could speak Indonesian language, were able to read and write, and were willing to become the subject of the research. The result of this research was analyzed by bivariate test and logistic regression analysis.
Results : POCD occured in 40.7 of subjects who underwent open heart surgery using cardiopulmonary bypass. Age was the only influential factor through bivariate test and logistic regression analysis p 0.001.
Conclusion : POCD occured in subjects who underwent open heart surgery at Dr. Cipto Mangunkusumo which was influenced by age, but not by education level, diabetes, CPB and cross clamp time.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library