Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tulangan baja di dalam beton bertulang dapat mengalami korosi. Korosi ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, Salah satunya adalah faktor lingkungan. Air Iaut merupakan salah satu Iingkungan yang mempunyai dampak buruk terhadap beton bertulang.
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam memperlambat laju korosi pada tulangan baja adalah dengan menambahkan zat inhibitor dalam komposisi beton yang lnembungkus tulangan. Akan tetapi penambahan inhibitor ini terltu akan berpengaruh terhadap mutu beton. Kondisi inilah yang melatarbelakangi penelitian terhadap pengaruh inhibitor terhadap mutu beton ekspos di air Iaut.
Inhibitor yang diteliti pada penelitian ini adalah sanyawa Phosphate dalam tiga konsentrasi, yaitu 30 ppm, 60 ppm, dan 90 ppm. Hal yang ditinjau daiam penelitian ini adalah kekuatan tekan betonnya. Pengkondisian perlakuan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara merendam beton pada Iaut yang sebenamya, dalam hal ini di Pelabuhan Kalijafat 5. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada kubus beton berukuran 15 x 15 x15 cm’ pada umur 30, 60, dan 90 hari.
Dari penelitian ini didapatkan hasil kuat tekan beton di air Iaut pada umur 30, 60. dan so hari, yaitu 30 ppm : 307,04 kglcmz, 353,89 kg/amz, can 304,82 kglcmz; 60 ppm : 331,85 kg/cm2, 344,82 kg/cm2, dan 364,07 kg/cm2; 90 ppm :
297,23 kg/cm2, 336,67 kg/cm2, dan 390 kg/cm2, standar: 343,33 kg/cm2, 353,26 kg/cm2, dan 347,76 kg/cm2. Kuat tekan baton yang daiam campurannya menggunakan air Iaut pada umur 30, 60, dan 90 hari adalah, Tanpa Inhibitor:
357,40 kg/cm2, 374,82 kg/cm2, dan 394,45 kg/cm2; 60 ppm : 344,08 kg/cm2, 350,37 kg/cm2, dan 350,74 kg/cm2.
Kekuatan beton yang paiing baik adalah beton yang campurannya menggunakan air Iaut tanpa inhibitor, tetapi campuran ini tidak dapat digunakan karena kandungan klorida dalam air Iaut melebihi 0,15%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentrasi optimum inhibitor phosphate ditinjau dari kuat tekannya adalah 60 ppm."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winni Rezki Wulandari
"Salah satu nutrien utama yang mengakibatkan terjadinya eutrofikasi pada sistem akuatik adalah senyawa fosfat. Jumlah fosfat yang tinggi di sistem akuatik mengakibatkan kualitas air menjadi menurun dan keseimbangan ekosistem menjadi terganggu. Fenomena eutrofikasi ini dapat diatasi dengan suatu metode, yaitu adsorpsi yang dipengaruhi oleh suatu adsorben. Abu terbang batubara telah menjadi perhatian oleh para peneliti untuk dijadikan sebagai adsorben dalam adsorpsi fosfat. Dalam penelitian ini, dilakukan modifikasi abu terbang dengan asam, yang terdiri dari H2SO4, HCl dan campuran kedua asam tersebut serta dilakukan modifikasi abu terbang menggunakan basa, yaitu NaOH secara hidrotermal. Hasil modifikasi abu terbang dikarakterisasi dengan menggunakan XRF, XRD, SEM, FTIR dan SSA lalu dijadikan sebagai adsorben untuk adsorpsi fosfat dan dibandingkan dengan abu terbang tanpa modifikasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi fosfat dari abu terbang termodifikasi asam dan abu terbang modifikasi basa secara hidrotermal memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan abu terbang tanpa modifikasi. Abu terbang termodifikasi asam, yaitu HCl, H2SO4 dan campuran kedua asam tersebut memiliki kapasitas adsorpsi masing-masing mencapai 0,606 mg P-PO4/g, 0,655 mg P-PO4/g, dan 0,705 mg P-PO4/g
dengan %efisiensi adsorpsi sebesar 73,58%, 79,60% dan 85,62%. Abu terbang modifikasi basa secara hidrotermal memiliki kapasitas adsorpsi mencapai 0,677 mg P-PO4/g dengan %efisiensi sebesar 82,27%. Sementara, abu terbang tanpa modifikasi memiliki kapasitas adsorpsi mencapai 0,485 mg P-PO4/g dengan %efisiensi sebesar 60,07%. Kondisi pH optimum adsorpsi fosfat diperoleh pada pH 7 untuk adsorben abu terbang yang telah
dimodifikasi dan pH 5 untuk abu terbang tanpa modifkasi. Model isoterm yang sesuai pada kelima adsorben ini adalah isoterm Freundlich.
One of the main nutrients that causes eutrophication in aquatic systems is phosphate compounds. The high amount of phosphate in the aquatic system results in decreased water quality and the balance of the ecosystem is disturbed. This eutrophication phenomenon can be overcome by a method, namely adsorption which is influenced by an adsorbent. Coal fly ash has been of interest by researchers to be used as an adsorbent in phosphate adsorption. In this study, fly ash was modified with acid, consisting of H2SO4, HCl and a mixture of the two acids and modified fly ash using a base, namely NaOH hydrothermally. The modified fly ash was characterized using XRF, XRD, SEM, FTIR and AAS and then used as an adsorbent for phosphate adsorption and compared with fly ash without modification. The results showed that the phosphate adsorption capacity of acid modified fly ash and base modified fly ash hydrothermally had a higher value than unmodified fly ash. Acid-modified fly ash, namely HCl, H2SO4 and a mixture of the two acids had adsorption capacities of 0.606 mg P-PO4/g, 0.655 mg P-PO4/g, and 0.705 mg P-PO4/g respectively.
with % adsorption efficiency of 73.58%, 79.60% and 85.62%. Hydrothermal base modified fly ash has an adsorption capacity of 0.677 mg P-PO4/g with an efficiency of 82.27%. Meanwhile, unmodified fly ash has an adsorption capacity of 0.485 mg P-PO4/g with an efficiency of 60.07%. The optimum pH conditions for phosphate adsorption were obtained at pH 7 for fly ash adsorbents that had been modified and pH 5 for fly ash without modification. The suitable isotherm model for these five adsorbents is the Freundlich isotherm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library