Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Padang: Pusat Penelitian Universitas Andalas, 1991
615.107 2 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aditha Puspo Wijayanti
Abstrak :
Jintan hitam (Nigella sativa L.) mengandung senyawa timokinon yang diketahui dapat menyebabkan relaksasi otot polos pada uterus sehingga dapat mengakibatkan peningkatan pendarahan haid dan dapat menyebabkan abortus spontan pada kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa biji jintan hitam terhadap perkembangan janin pada mencit bunting. Hewan uji yang digunakan yaitu mencit betina bunting galur DDY berjumlah 24 ekor yang dibagi dalam empat kelompok secara acak. Kelompok I (kelompok kontrol normal) hanya diberikan larutan karboksimetilselulosa (CMC) 0,5%. Kelompok II, II, dan IV merupakan kelompok uji yang diberikan infusa biji jintan hitam dengan dosis berturut-turut 2,34 g/kg bb, 4,68 g/kg bb, dan 9,36 g/kg bb mencit. Perlakuan diberikan secara per oral setiap hari mulai dari hari ke-6 sampai dengan hari ke-15 masa kebuntingan. Mencit bunting dilakukan pembedahan pada hari ke-18 masa kebuntingan untuk dikeluarkan janinnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa infusa biji jintan hitam yang diberikan pada induk mencit yang sedang bunting tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin mencit dilihat dari kondisi fisik janin, seperti mata, telinga, ekor, jari, pendarahan pada kulit, serta struktur tulang belakang.
Black cumin (Nigella sativa L.) contain thymoquinone that are known to cause relaxation of smooth muscle of the uterus that can lead to increased menstrual bleeding and can cause spontaneous abortion on pregnancy. The aims of this study was to determine the effect of black cumin seeds infusa on fetal development of pregnant mice. This study was used 24 pregnant female mices strain DDY were divided into four groups randomly. Group I (normal control group) was only given a solution of carboxymethylcellulose (CMC) 0.5%. Group II, II, and IV are the test group that were given black cumin seeds infusa with consecutive doses of 2,34 g/kg body weight, 4,68 g/kg body weight, and 9,36 g/kg body weight. Treatment was given orally every day, from day-6 until day-15th of gestation period. Pregnant mice should have been surgeried on the 18th day of gestation period to take out the fetus. The results showed that there were not any significant effect on growth and development of fetal mice saw from the physical condition of the fetus, such as eyes, ears, tails, fingers, skin bleeding, and spinal structures from giving of black cumin seeds infusa to the pregnant mice.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S355
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Kurniati
Abstrak :
Delima ( Punica granatum L ) merupakan salah satu buah memiliki aktivitas antioksidan yang kuat karena mengandung senyawa flavanoid dan tannin seperti asam elagic, asam gallat, punicalin, punicalagin, anthocianin, elligatanin, gallotanin, kuersetin, katekin. Senyawa-senyawa ini diketahui dapat mencegah dan menghambat terbentuknya radikal bebas yang penyebabkan penuaan dini dan penyakit kronis. Dalam penelitian ini ekstrak kulit buah delima diformulasikan dalam bentuk krim yang dibedakan kandungan nya yaitu konsentrasi 0,75%, 1%, 2%. Uji kestabilan fisik dilakukan dengan penyimpanan sediaan pada tiga suhu yaitu suhu kamar; suhu 4oC, 40o±2oC, uji mekanik dan cycling test. Hasil penelitian ini menunjukkkan bahwa krim ekstrak kulit buah delima 0,75%,1% dan 2% memiliki kestabilan setelah pengujian suhu kamar; suhu 4oC, 40o±2oC, uji mekanik dan cycling test. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode peredaman DPPH berdasarkan nilai penghambatan (IC50) yang didapat. Dengan demikian diperoleh hasil bahwa krim ekstrak kulit buah delima dengan konsentrasi 0,75%, 1% dan 2% memiliki aktivitas antioksidan dan masih memenuhi nilai minimum IC50. Uji statistik Anova menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan pada krim ekstrak kulit buah delima dengan waktu peyimpanan t0 sampai t8 mengalami penurunan yang tidak bermakna dan penurunan aktivitas antioksidan sebelum dan sesudah penyinaran UV A dengan uji Wilcoxon pada krim ekstrak kulit buah delima juga tidak bermakna.
Pomegranate (Punica granatum L) is a kind of the fruit have powerful antioxidant activity because it contains flavonoids and tannins such as elagic acid, gallic acid punicalin, punicalagin, anthocyanins, elligatanin, gallotanin, quercetin, catechins coumpound. These compounds are known to prevent and inhibit the formation of free Radicals that cause premature aging and chronic disease. In this research pomegranate pericarp extract formulated into three concentrate of creams : 0.75%, 1% and 2%. Physical stability test conducted by keeping those three concentrate of creams at three temperature conditions : in room temperature; 4oC; 40o ± 2oC, centrifuge test and cycling test. This research showed that pomegranate pericarp extract cream 0.75%, 1% and 2% had stable conditions after testing it at three temperature conditions, centrifuge test and cycling test. Determination of antioxidant activity conducted by DPPH reduction method based on the resulted inhibition value (IC50). By that, there is antioxidant activity at the three concentrate of creams: 0.75%, 1% and 2% and meet the minimum value of IC50. Anova statistic test showed antioxidant activity on the three of creams has not a significant decreasing in keeping time from t0 to t8 as well as before and after irradiation with UV A by Wilcoxon test.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S356
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agatha Dwi Setiastuti
Abstrak :
Kitosan merupakan polimer alam yang digunakan secara luas dalam bidang farmasi. Hal tersebut didukung oleh karakteristik unggul yang dimiliki oleh kitosan, seperti biodegradabel, biokompatibel, dan tidak toksik. Namun, pemanfaatan kitosan seringkali dibatasi oleh kelarutannya. Kitosan larut dalam medium dengan pH < 6,5, tetapi tidak larut dalam pelarut organik, pelarut yang bersifat alkali, maupun pelarut netral. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap kitosan melalui penambahan anhidrida suksinat dalam pelarut piridin untuk memperluas kelarutan polimer tersebut. Derajat substitusi kitosan suksinat ditentukan dengan metode titrasi asam basa. Derajat substitusi yang diperoleh yaitu 1,97 mol/g. Kitosan suksinat yang dihasilkan menunjukkan perubahan sifat fungsional dibandingkan kitosan, yaitu dapat larut dalam medium dengan pH >6,8. Kitosan suksinat tersebut digunakan sebagai polimer pembentuk matriks pada granul. Pembuatan granul menggunakan metode granulasi basah dengan natrium diklofenak sebagai model obat. Granul hasil formulasi memiliki daya mukoadhesif terhadap mukosa usus tikus. Hasil uji pelepasan obat secara in vitro menunjukkan bahwa granul kitosan suksinat dapat mengurangi pelepasan obat dalam medium HCl pH 1,2. Di samping itu, granul kitosan suksinat dapat memperlambat pelepasan obat dalam medium dapar fosfat pH 7,4 hingga 32 jam untuk formula yang mengandung polimer sebanyak 12 kali zat aktif, dengan kinetika pelepasan obat mengikuti persamaan orde nol. Oleh karena itu, granul kitosan suksinat dapat diaplikasikan sebagai sediaan lepas lambat mukoadhesif. ......Chitosan is a potential polymer in pharmaceutical field due to the characteristics which are biodegradable, biocompatible, and non toxic. However, chitosan has solubility problem. Chitosan is soluble in acidic solutions where the pH is < 6.5, but it is insoluble in organic, neutral, and alkaline solvents. Hence, chitosan was modified by introducing succinyl groups to chitosan?s amine moieties by using succinic anhydride in organic solvent to expand the solubility. The resulting chitosan succinate was characterized with neutralization titration to determine the degree of substitution. As result, the degree of substitution of chitosan succinate was 1.97 mol/g. The resulting chitosan succinate showed different functional characteristic compared to chitosan. Chitosan succinate could dissolved in solutions, which pH were above 6.8. Furthermore, chitosan succinate was prepared as matrix in granule by wet granulation method. In this research, sodium diclofenac was used as a model drug. Good mucoadhesive properties on rat small intestine were obtained from the granule. The in vitro release study was carried out. Drug release from granule decreased in HCl solution (pH : 1,2). Granule, which contained chitosan succinate twelve-fold of drug, could retain drug release up to 32 hours in phosphate buffer (pH : 7,4). This result showed that this formulation has the best characteristic as sustained release dosage form due to its zero order kinetics. This study suggested that granule could be applied as mucoadhesive sustained release dosage form.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S357
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Isna Inawati Asih
Abstrak :
ABSTRAK
Gliklazid (GL) merupakan obat hipoglikemia oral golongan sulfonilurea generasi kedua yang digunakan untuk perawatan diabetes mellitus tidak tergantung insulin. Permasalahan utama dalam formulasi gliklazid adalah sifat kelarutannya yang sangat rendah dalam air sehingga membatasi absorpsinya. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan laju disolusi gliklazid dengan membentuk kompleks inklusi dengan beta siklodekstrin. Pembuatan kompleks inklusi dilakukan dengan metode kneading dan spray drying. FTIR, XRD, dan DSC digunakan untuk mengkarakterisasi kompleks inklusi gliklazid-beta siklodekstrin. Laju disolusi gliklazid dan kompleks inklusi diuji dalam medium HCl dan dapar fosfat. Hasil analisis kompleks dengan FTIR, XRD, dan DSC menunjukkan terjadinya penurunan derajat kristalinitas dan terbentuknya kompleks inklusi. Pembentukan kompleks inklusi metode kneading dapat meningkatkan laju disolusi dari serbuk sebesar 7,5 kali dan dari tablet sebesar 4,3 kali.
ABSTRACT
Gliclazide (GL) is a second-generation sulphonylurea of hypoglicemia drug which is used for nor insulin independent diabetes mellitus treatment. Primary problem in gliclazide formulation is its low solubility in water that limits its absorption. This study is intended to enhance the dissolution rate of gliclazide by forming inclusion complexes with beta cyclodextrin. Inclusion complexes were made by kneading and spray drying method. FTIR, XRD, and DSC were used to characterize inclusion complexes of gliclazide-beta cyclodextrin. Dissolution rate of gliclazide and inclusion complexes were examined in HCl and buffer phosphate pH 6,8. Analysis result of complexes with FTIR, XRD, and DSC showed reduction degree of cristallinity and formation of inclusion complexes. Formation of inclusion complexes kneading method could increase dissolution rate from powder's form about 7,5 times and from tablet dosage form about 4,3 times.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S358
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahma Hendarsula
Abstrak :
ABSTRAK
Ekstrak etanol umbi sarang semut Myrmecodia pendens dan Myrmecodia tuberosa telah diteliti memberikan efek imunostimulan, namun jenis yang banyak dipasarkan adalah Myrmecodia archboldiana Merr. & L.M. Perry. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah umbi sarang semut jenis Myrmecodia archboldiana juga memberikan efek imunostimulan. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Sprague-Dawley berumur 3 bulan sebanyak 25 ekor dan dibagi secara acak menjadi 5 kelompok; kelompok kontrol negatif diberikan larutan koloidal CMC 0,5%, kelompok kontrol positif diberikan levamisol hidroklorida 10 mg/200 g bb, kelompok dosis I, II, dan III masing-masing diberikan ekstrak etanol umbi sarang semut 0,1962, 0,3924 dan 0,7848 g/200 g bb. Masing-masing kelompok diberikan bahan uji secara oral selama 14 hari. Pada hari ke-8, setiap tikus disuntikkan sel darah merah domba (SDMD) 5% secara intraperitoneal. Pada hari ke-15, setiap tikus diberikan SDMD 5% secara subplantar untuk uji hipersensitivitas tipe lambat, selain itu dihitung jumlah leukosit, limfosit, dan granulosit, dan bobot relatif limpa. Ekstrak etanol Myrmecodia archboldiana dosis 0,1962 g/200 g bb memiliki aktivitas imunostimulan berdasarkan peningkatan volume kaki jam ke-2 setara dengan levamisol hidroklorida pada uji hipersensitivitas tipe lambat, namun tidak meningkatkan jumlah leukosit, limfosit, granulosit dan bobot relatif limpa.
ABSTRACT
Ethanolic extracts of sarang semut tubers Myrmecodia pendens and Myrmecodia tuberosa had been research have immunostimulant?s effect, but Myrmecodia archboldiana Merr. & L.M. Perry is more commercially. The aims of this study was to determine immunostimulatory effects of Myrmecodia archboldiana. This study used 3-month-old male Sprague-Dawley rats with 25 rat and divided into 5 groups. Group negative control given colloidal solution CMC 0,5%, group positive control given levamisol hydrochloride 10 mg/200 g body weight (bw), group dose I, II, and III are given the ethanolic extract of Myrmecodia archboldiana at doses of 0,1962, 0,3924 and 0,7848 g/200 g bw. They were th administrated orally for 14 days. On day 8, every rat injected 5% sheep red blood th cells (SRBC) by intraperitoneal. On the 15day, each rat was given 5% SRBC by subplantar for delayed type hypersensitivity test and the number of leukocytes, lymphocytes, granulocytes, and relative spleen weights was calculated. Ethanolic extract of Myrmecodia archboldiana at dose 0,1962 gram/200 g bw has immunostimulant activity by increase in paw volume on hour-2 equivalent with levamisole hydrochloride on delayed type hypersensitivity test, but did not increase the number of leukocytes, lymphocytes, granulocytes and relative spleen weights.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S362
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Dwi Maulina
Abstrak :
Wortel (Daucus carota L.) memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi karena mengandung senyawa antioksidan utama yaitu betakaroten yang merupakan pro vitamin A. Pada penelitian ini, ekstrak wortel diformulasikan menjadi sediaan krim dengan berbagai konsentrasi yaitu 0.5%, 1% dan 2%. Krim diuji kestabilan fisiknya dengan pengamatan organoleptis, penyimpanan krim pada tiga temperatur yang berbeda yaitu suhu rendah 40 C, suhu kamar dan suhu tinggi 40 ± 0 C, uji mekanik atau sentrifugasi, dan cycling test dalam enam siklus. Pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan Metode Peredaman DPPH. Hasil dari pengamatan terhadap krim wortel 0.5%, 1% dan 2%, ketiga krim memiliki kestabilan fisik yang baik setelah disimpan pada suhu rendah 40 C, suhu kamar dan suhu tinggi 40 ± 20 C, uji mekanik dan cycling test. Hasil dari pengukuran aktivitas antioksidan adalah krim wortel 2 % memiliki aktivitas antioksidan tertinggi. Aktivitas antioksidan krim wortel sebelum dan sesudah dipapari sinar UV-A mengalami penurunan yang tidak signifikan. ...... Carrot (Daucus carota L.) has a very high anti-oxidant activity due to its anti¬oxidant compound content, beta caroten, which is a pro vitamin A. In this research, carrot extract was formulated into cream with various concentrations: 0.5%, 1% and 2%. The physical stability of those creams were tested by conducting organoleptic observation toward the creams, putting in three different temperatures which were low temperature 4o C, room temperature and high temperature 40 ± 2o C, mechanical or centrifugal test, and cycling test in six cycles. Antioxidant activity was determined by DPPH radical scavenging method. The stability test results of 0.5%, 1% and 2% carrot creams showed good physical stability after being kept in 4o C, room temperature and high temperature 40 ± 2o C, mechanical test and cycling test. The anti-oxidant activity test using DPPH method showed that 2% carrot cream has the highest value of anti-oxidant activity. The value of anti-oxidant activity of carrot creams before and after having UV-A exposure decreased insignificantly.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S366
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Andrean Saputra
Abstrak :
ABSTRAK
Liposom merupakan salah satu perkembangan dari sistem penghantaran obat yang telah diteliti dapat digunakan sebagai pembawa obat-obat, protein, dan zat-zat molekuler lain seperti DNA. Spiramisin merupakan antibiotik golongan peptide-based yang berpotensi untuk dijerap dengan liposom. Metode yang paling umum untuk membuat liposom adalah metode hidrasi lapis tipis. Metode ini menghasilkan liposom dengan ukuran yang kurang seragam dan relatif besar (Multilamellar Vesicles), oleh karena itu diperlukan suatu proses pengecilan ukuran liposom. Penemuan teknologi ekstruksi dapat digunakan untuk mengecilkan ukuran liposom. Dengan demikian, frekuensi ekstruksi guna menghasilkan liposom dengan ukuran dan efisiensi penjerapan yang optimum perlu diketahui. Pada penelitian ini liposom diformulasi dengan jumlah asam oleat yang berbeda-beda, kemudian diekstruksi sebanyak lima dan sepuluh siklus. Berdasarkan evaluasi diperoleh liposom dengan ukuran diameter partikel rata-rata terkecil sebesar 154,5 nm, sedangkan untuk efisiensi penjerapan diperoleh efiesiensi penjerapan terbesar yaitu 78,53%. Penambahan asam oleat dapat menyebabkan efisiensi penjerapan yang diperoleh semakin berkurang dan ukuran diameter rata-rata liposom setelah ekstruksi semakin besar. Sedangkan penambahan siklus ekstruksi dapat menyebabkan ukuran liposom semakin kecil, namun efisiensi penjerapan yang diperoleh semakin sedikit.
ABSTRACT
Liposome is one product of drug delivery systems development which has been researched for drugs, proteins, and other molecules carrier such as DNA. Spiramycin is one of peptide-based antibiotics which potentially can be entrapped by liposome. The most common method to make liposome is thin layer hydration method. This method produces liposome in various size and relatively big (Multilamellar Vesicles), so it is needed to reduce liposome size. Invention of extrusion method can be used to reduce liposome size. So, extrusion frequency which product liposome in optimum size and entrapment efficiency is need to be known. In this research, liposome was formulated with different amount of oleic acid then it was extruded in five and ten cycles. Based on evaluation, the smallest mean diameter of liposome is 154.5 nm and the highest entrapment efficiency is 78.53%. By adding oleic acid, the entrapment efficiency became less and mean diameter of extruded liposome is getting bigger. On the other hand, addition of extrusion cycle make the size of liposome is smaller than liposome before extrusion, while the entrapment efficiency become less.
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S879
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Senjaya
Abstrak :
Artemisinin merupakan sesquiterpen lakton yang terdapat pada daun dan bunga tanaman Artemisia annua L. Artemisinin adalah obat antimalaria yang memiliki struktur kimia yang berbeda dan memiliki efikasi yang lebih tinggi. Artemisia annua L. adalah tanaman asli daerah subtropis dan dapat diintroduksi ke daerah tropis seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan karakterisasi artemisinin dari Artemisia annua L. yang dibudidaya di Lembang, Indonesia. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metanol, kemudian dipartisi dengan heksan, dan proses pemisahan secara kromatografi kolom dengan eluen etil asetat/heksan. Isolat dikarakterisasi dengan menggunakan KLT, FTIR, spektrofotometer UV, dan spektroskopi HNMR. Diperoleh S4 sebagai hasil isolasi fraksi heksan, sejumlah 2,0 mg ( 0,016% b/b) yang memiliki karakter mirip dengan artemisinin.
Artemisinin is a sesquiterpene lactone present in leaves and inflorescences of wild Artemisia annua L. This subtances is an antimalarial agent with a totally different chemical structure and higher efficacy. Artemisia annua L. is original plant of subtropical area, but it can introduced into tropical area like Indonesia. The aim of this research is to isolated and characterized artemisinin from Artemisia annua L., which cultivated in Lembang, Indonesia. Extraction were carried out with methanol as a solvent, partition by using hexane, and separated process by column chromatography with hexane/ethyl acetate as eluent. Isolate were characterized by TLC, FTIR, spectrophotometer UV, and spectroscopy HNMR. A number of 2,0 mg (0,016% w/w) S4 obtained, as a result of isolation of hexane fraction, have a similar characteristic with artemisinin.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S881
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tyas Pawestrisiwi
Abstrak :
ABSTRAK
Natrium alginat merupakan polimer anionik yang akan membentuk gel yang tidak larut air jika berinteraksi dengan kation divalent seperti kalsium. Untuk menjaga stabilitas secara kimia dan mekanik, mikrokapsul alginat disalut kembali dengan polimer kationik, yaitu kitosan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan double coating natrium alginate dan kitosan dalam menahan pelepasan obat. Model zat aktif yang digunakan adalah propranolol HCl. Mikrokapsul dibuat dengan metode gelasi eksternal dan dikarakterisasi meliputi bentuk dan morfologi, distribusi ukuran, efisiensi proses, efisiensi penjerapan dan uji pelepasan in vitro. Mikrokapsul yang dihasilkan berpori pada permukaan, distribusi terbesarnya berada pada ukuran lebih besar dari 1180 µm dengan efisiensi proses sebesar 74,28% dan efisiensi penjerapan sebesar 29,65%. Uji pelepasan zat aktif dari mikrokapsul dilakukan pada medium asam klorida pH 1,2 dan dapar fosfat pH 6,8. Hasil penelitian menunjukan, pelepasan propranolol HCl dari mikrokapsul alginat dan alginat-kitosan tidak berbeda secara signifikan.
Abstract
Sodium alginate is an anionic polymer which will form water-insoluble gel if it interacts with divalent cations such as calcium. To maintain the chemical and mechanical stability, alginate microcapsules coated again with cationic polymers, which is chitosan. This study aims to determine the ability of the double coating of sodium alginate and chitosan in retard drug release. Model of the active substance used is propranolol HCl. Microcapsules were prepared by external gelation method and then characterized include shape and morphology, size distribution, process efficiency, adsorption efficiency and in vitro release test. Microcapsules have porous on the surface, most of particle size distribution is greater than 1180 μ with the process efficiency 74,28% and the adsorption efficiency 29,65%. The release test of active substance from microcapsules performed in pH 1,2 hydrochloric acid and pH 6,8 phosphate buffer. Results showed the release of propranolol HCl from alginate microcapsules and alginate-chitosan microcapsule did not differ significantly.
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S883
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>