Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Susanna
Abstrak :
Menteri Kesehatan menetapkan bahwa makanan dan minuman tidak boleh mengandung bakteri Escherichia coli (E. coli). Namun, kebanyakan pemerintah daerah tidak menindaklanjutinya dengan menerapkan peraturan yang lebih teknis untuk mencegah penyakit-penyakit yang ditularkan lewat makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kontaminasi E. coli dalam makanan yang dijual oleh pedagang kaki lima (PKL). Seratus PKL di sepanjang Jalan Margonda Kota Depok, Jawa Barat, dipilih secara acak sebagai sampel. Sebanyak 100 PKL, E. coli pada sampel berbagai jenis makanan diukur dengan metode most probable number, sementara sanitasi PKL dan kehigienisan penjamah makanan diamati. Ditemukan secara umum bahwa air bersih yang digunakan untuk memasak, minum, dan mencuci peralatan makan, sarana pembuangan air limbah, peralatan makanan, dan makanan yang disajikan secara tertutup serta perilaku penyaji makanan tidak berhubungan dengan tingkat kontaminasi E. coli (p > 0,05). Sebaliknya, kebanyakan makanan yang disajikan tanpa tutup mengandung E. coli sangat tinggi, meskipun sarana sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat penjamah makanan sudah cukup baik, kecuali sarana tempat sampah.
Ministry of Health regulates that all foods and beverages should not contain Escherichia coli. However, most local government does not implement this requirement by applying more technical local regulation to prevent food borne diseases. The objective of the present study was to quantify E. coli contamination in foods served by street vendors along the Jalan Margonda, City of Depok, West Java. A total of 100 street vendors were selected randomly, from which different types of foods were sampled for E. coli measurement using MPN method. Meanwhile, environmental sanitation of street vendors and personal hygiene of food handlers were observed. It was found that generally clean water for preparing foods and beverages and washing kitchen utensils, sewage system, table utensils, and covered foods as well as serving behavior were not statistically correlated with E. coli contamination (p > 0,05). On the contrary, most the uncovered foods were highly contaminated by E. coli, although sanitation facilities and personal hygiene were adequately good except solid waste disposal.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indang Trihandini
Abstrak :
Kanker ovarium merupakan salah satu penyebab utama kematian wanita. Dalam kasus kanker, jumlah serum albumin adalah indikator prognostik bertahan hidup yang penting, sementara probabilitas global pasien kanker ovarium dengan serum albumin ≥ 3,6 g/dL dan ≤ 3,5 g/dL untuk bertahan hidup lima tahun masing-masing 23% and 10%. Namun di Indonesia, keta- hanan hidup pasien-pasien kanker ovarium epithelial belum diteliti secara intensif. Penelitian yang dilaporkan ini bertujuan untuk menentukan proba- bilitas ketahanan hidup pasien-pasien kanker ovarium epithelial menurut tingkat serum albumin tertentu. Dengan menggunakan rancangan studi ko- hort retrospektif dan analisis ketahanan hidup, 48 orang pasien Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta diamati sejak pertama kali mereka didiag- nosis kanker ovarium epithelial sampai sembuh, meninggal atau tidak da- pat ditindaklanjuti lagi. Ditemukan bahwa selama tahun 1996-2004, secara umum probabilitas pasien dengan bertahan hidup lima tahun adalah 26,2%. Secara spesifik, probabilitas pasien dengan serum albumin ≥ 3,6 mg/dL dan < 3,6 mg/dL untuk bertahan hidup lima tahun masing-masing 36,1% dan 15,7%. Jika dikontrol dengan stadium kanker, kadar asite dan hemoglobin, risiko mati pasien karena kanker ovarium epithelial dengan kadar serum al- bumin < 3,6 mg/dL ternyata 2,077 kali lipat daripada pasien dengan serum albumin ≥ 3,6 mg/dL. Disimpulkan bahwa di Indonesia ketahanan hidup li- ma tahun pasien-pasien kanker ovarium epithelial lebih tinggi daripada tingkat global.

Ovarian cancer is one of the largest causes of death in women. In cancer, albumin serum level is an important prognostic indicator of survival, where- as globally the probability of ovarian cancer patient with serum albumin ≥ 3,6 g/dL and ≤ 3,5 g/dL to survive for five years is 23% and 10%, respec- tively. In Indonesia, however, the survival of epithelial ovarian cancer patient with respect to serum albumin level has not been investigated intensively. The present study was to determine the probability of epithelial ovarian can- cer patients to survive for five years at particular level of serum albumin. Using retrospective cohort design with survival analysis, 48 patients of the Dharmais Cancer Hospital Jakarta were observed from the time when the epithelial ovarian cancer was first diagnosed until they were cured, death, or lost to follow up. The results showed that during 1996-2004 the overall probability of five-year survival was 26,2%. Specifically, the probability of pa- tients to survive for five years at serum albumin level ≥ 3,6 mg/dL and < 3,6 mg/dL was 36,1% and 15,7%, respectively. When the cancer stages, as- cites, and hemoglobin level were controlled, risk of death from epithelial ovarian cancer of the patients with an albumin level of < 3,6 mg/dL was 2,077 fold higher than those with an albumin level of ≥ 3,6 mg/dL. It is con- cluded that in Indonesia the five-year survival probability of epithelial ovari- an cancer patients is higher than that the global rate.
Universitas Indonesia, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Albiner
Abstrak :
Kebutuhan energi, protein, dan zat besi dapat disumbangkan oleh makanan jajanan masing-masing sekitar 36%, 29%, dan 52%. Namun, makanan jajan yang tersedia disamping tidak selalu sehat dan bergizi juga perilaku sisiwa tidak selalu positif untuk kebutuhan gizi. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh media visual poster dan leaflet terhadap perilaku makanan jajanan pelajar suatu SMA di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, 2009. Dengan desain eksperimen kuasi one pre- and post-test group, penelitian dengan perlakuan pajangan poster dan leaflet di sekolah ini menilai pengaruh intervensi 2 minggu setelah perlakuan. Analisis data dilakukan dengan metode uji T-berpasangan terhadap sampel 80 pelajar kelas khusus. Sebelum dan setelah perlakuan, skor rata-rata pengetahuan siswa adalah 1,99 dan 3,00, skor rata-rata sikap adalah 1,80 dan 3,00. Tindakan konsumsi makanan para pelajar juga meningkat sebelum (x=1,76) dan sesudah (x=1,86) intervensi. Terdapat perbedaan yang bermakna antara perilaku konsumsi makanan jajanan pada anak sekolah sebelum dan sesudah intervensi. Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan gizi menggunakan media poster dan leaflet mampu meningkatkan perilaku gizi anak sekolah. Disarankan pihak sekolah dan puskesmas menggunakan poster dan leaflet sebagai salah satu media penyuluhan gizi menyampaikan informasi gizi tentang makanan jajanan dan isu kesehatan lain untuk mempromosikan upaya kesehatan sekolah.
Street food plays an important role in students? nutrition. About 36%, 29%, and 52% of energy, protein, and iron, respectively, can be contributed by street food. The aim of the research was to know effect of nutritional extension using healthy food poster and leaflet on street food consumption behaviour among Senior Height School students in District of Mandailing Natal. The research is quasi-experiment with one pre- and post-test group design. The intervention was conducted by displaying poster and giving leaflet to students. Effects of interventions were evaluated two weeks after intervention. Subjects are 80 students. Data were analyzing by using paired sample T-test. Result showed that the average scores of knowledge of students were 1.99 and 3.00 before and after intervention, respectively. The average scores of attitude were 1.80 and 3.00 before and after intervention, respectively). Also, the practice of food consumption among students also increases (1.76 and 1.86 for before and after intervention, respectively). There was a significant difference in street food consumption behavior among students between before and after intervention. It can be concluded that nutritional extension using visual posters and leaflets increase student?s nutritional behaviour. It is suggested that, both school and puskesmas, use poster and leaflet as media of nutritional extension regarding street food and other health issues to promote school health.
2010
Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Fitri Yani
Abstrak :
Indonesia bersama seluruh negara berkembang berupaya mencapai ke- sepakatan Millenium Development Goals (MDGs) dengan salah satu sasaran menurunkan angka kematian neonatal dari 20 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup. Penelitian ini bertujuan menge- tahui hubungan pelayanan kesehatan ibu dengan kematian neonatal di Kabupaten Lampung Timur tahun 2011. Penelitian dengan desain studi kasus kontrol ini mengamati kasus ibu yang mengalami kematian neonatal dan kontrol ibu yang tidak mengalami kematian neonatal. Analisis multi- variat menemukan pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan berhubungan secara signifikan dengan kematian neonatal, setelah me- ngendalikan variabel umur ibu dan riwayat kehamilan (OR = 16,32; nilai p = 0,000); dan (OR = 18,36; nilai p = 0,31). Bayi yang dilahirkan dari Ibu de- ngan pelayanan antenatal tidak lengkap berisiko mengalami kematian neonatal 16,32 dan 18,36 kali lebih besar daripada bayi yang dilahirkan. Ibu dengan pelayanan antenatal lengkap dan penolong persalinan profesional. Tidak ada hubungan penolong persalinan dengan kematian neonatal, sete- lah mengontrol variabel pelayanan antenatal, umur ibu, riwayat kehamilan, riwayat penyakit, dan riwayat persalinan. Disarankan meningkatkan kuali- tas pelayanan antenatal dengan memerhatikan faktor umur ibu dan riwayat persalinan, mengembangkan kegiatan audit maternal perinatal serta meningkatkan keterampilan petugas penolong persalinan.

All developing countries including Indonesia seek to reach agreement the Millennium Development Goals (MDG?s). It is objectives include reducing neonatal mortality by 25 percent from 20 per 1,000 live birth to 15 per 1,000 live births. This study aimed to determine the relationship of maternal health services with neonatal mortality in East Lampung District in 2011. This study used case control design to compare between the groups of mother whom have neonatal deaths (cases) and neonatal life (control) in East Lampung District in 2011. The result on antenatal care variables found that antenatal care and birth attendant had significant correlation with neonatal death, after controlling age and pregnancy history variable (p value = 0.000, OR = 16.32; p value = 0.31, OR = 18.36). The babies from mothers who did not get completed prenatal care risk of 16.32 times have neonatal death than babies born from mothers who received completed maternal care. There was no association between neonatal mortality and birth attendant, after controling variables of antenatal care, maternal age, pregnancy history, medical history and chilbirth history. Based on this study, it is suggested to increase activity of maternal perinatal audit, improve the quality of antenatal care, maternal delivery, and develop other support activities to prevent neonatal mortality in East Lampung District.
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Endo Dardjito
Abstrak :
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi di Kabupaten Banyumas. GAKY disebabkan oleh defisiensi kronik asupan yodium, konsumsi goitrogenik, penggunaan kontrasepsi KB hormonal, faktor genetik, dan pengetahuan penderita. Prevalensi penyakit gondok di Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, terus meningkat mencapai 35,38% pada tahun 2007 sehingga daerah ini tergolong en- demis berat GAKY. Untuk menganalisis faktor-faktor risiko GAKY di Kecamatan Baturaden, suatu penelitian penjelasan dengan desain kasus kontrol telah dilakukan dengan melibatkan 30 orang wanita usia subur (15- 45 tahun) yang menderita GAKY sebagai kasus dan 30 orang WUS lain yang tidak menderita GAKY sebagai sebagai kontrol. Kedua kelompok adalah penduduk Desa Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, dan Karang Salam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua faktor risiko berpengaruh secara bersama-sama terhadap kejadian GAKY yaitu kon- sumsi yodium (p = 0,007) dan konsumsi goitrogen (p = 0,015). Berdasarkan kedua faktor ini, konsumsi yodium berpengaruh paling do- minan terhadap kejadian GAKY.

Iodine Deficiency Disorder (IDD) is one of nutrient problems in Banyumas Regency. IDD is caused by chronic deficiency of dietary iodine intake, goitrogenic consumption, hormonal contraception use, genetic factor, and level of knowledge. Prevalence of goiter in Baturaden district of Banyumas Regency constantly increases up to 35,38% in 2007, so this location is ca- tegorized as high endemic IDD. To analyze risk factors of IDD in Baturaden district, a case-control explanatory study has been carried involving 30 rep- roductive age women (15-45 years old) suffering from IDD as case group and 30 reproductive age women with no IDD as control group. Both groups were residents of Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, and Karang Salam villages. This study shows that two factors are simultaneously influ- enced the IDD i.e. consumption of iodine (p = 0,007) and goitrogen (p = 0,015). Of the two, iodine consumption is the dominant factor influencing the IDD cases.
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Endo Dardjito
Abstrak :
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah gizi di Kabupaten Banyumas. GAKY disebabkan oleh defisiensi kronik asupan yodium, konsumsi goitrogenik, penggunaan kontrasepsi KB hormonal, faktor genetik, dan pengetahuan penderita. Prevalensi penyakit gondok di Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, terus meningkat mencapai 35,38% pada tahun 2007 sehingga daerah ini tergolong en- demis berat GAKY. Untuk menganalisis faktor-faktor risiko GAKY di Kecamatan Baturaden, suatu penelitian penjelasan dengan desain kasus kontrol telah dilakukan dengan melibatkan 30 orang wanita usia subur (15- 45 tahun) yang menderita GAKY sebagai kasus dan 30 orang WUS lain yang tidak menderita GAKY sebagai sebagai kontrol. Kedua kelompok adalah penduduk Desa Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, dan Karang Salam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua faktor risiko berpengaruh secara bersama-sama terhadap kejadian GAKY yaitu kon- sumsi yodium (p = 0,007) dan konsumsi goitrogen (p = 0,015). Berdasarkan kedua faktor ini, konsumsi yodium berpengaruh paling do- minan terhadap kejadian GAKY.

Iodine Deficiency Disorder (IDD) is one of nutrient problems in Banyumas Regency. IDD is caused by chronic deficiency of dietary iodine intake, goitrogenic consumption, hormonal contraception use, genetic factor, and level of knowledge. Prevalence of goiter in Baturaden district of Banyumas Regency constantly increases up to 35,38% in 2007, so this location is ca- tegorized as high endemic IDD. To analyze risk factors of IDD in Baturaden district, a case-control explanatory study has been carried involving 30 rep- roductive age women (15-45 years old) suffering from IDD as case group and 30 reproductive age women with no IDD as control group. Both groups were residents of Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, and Karang Salam villages. This study shows that two factors are simultaneously influ- enced the IDD i.e. consumption of iodine (p = 0,007) and goitrogen (p = 0,015). Of the two, iodine consumption is the dominant factor influencing the IDD cases.
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Selma
Abstrak :
Masih banyak ditemukan resep obat antituberkulosis anak dengan kombinasi beberapa obat dalam racikan puyer yang tidak sesuai standar program pemberantasan tuberkulosis (TB) paru Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui situasi dan permasalahan berhubungan praktik peresepan puyer sebagai obat anti tuberkulosis (OAT). Pada periode Mei hingga Desember tahun 2009, penelitian diawali dengan pengukuran persentase peracikan OAT dalam bentuk puyer, dilanjutkan dengan penelitian kualitatif eksploratif. Data dikumpulkan dari rumah sakit, puskesmas, apotek dan dinas kesehatan di Jakarta, Bandung, Medan, dan Makassar. Pada tiap fasilitas kesehatan, 30 sampel resep pengobatan diambil untuk pasien tuberkulosis anak usia 1 _ 12 tahun. Kemudian dilakukan wawancara mendalam terhadap dokter anak, apoteker, keluarga pasien, dan pegawai dinas kesehatan yang terkait. Penelitian menemukan persentase peracikan OAT adalah 25% untuk campuran rifampicin dan isoniazid, dan 18% untuk campuran rifampicin, isoniazid, dan pyrazinamid. Semua informan menyadari bahwa praktik peracikan puyer tergolong pengobatan yang irasional, tetapi situasi yang mereka hadapi membuat mereka terus meresepkan dan membuat peracikan puyer. Ketersediaan fixed dose combination (FDC) yang rendah untuk OAT serta harga yang mahal menjadi alasan utama. Pemerintah dan organisasi profesi perlu meningkatkan pembinaan secara terus menerus kepada tenaga kesehatan berhubungan serta meningkatkan akses masyarakat terhadap FDC untuk tuberkulosis anak.
There are still many practices of treating sick children with a mixture of several medicines for children suffering from tuberculosis, called it "puyer". It is not following the standard from Ministry of Health. This study explored the complex situation dealing with the practice of compounded medicines. It was innitially by assessment the percentage of "puyer" prescription, and followed by the qualitative study, from May to December 2009. Data were collected from hospitals, primary health cares and pharmacies in Jakarta, Bandung, Medan, and Makassar. From every health cares facilities, 30 prescriptions were collected for children age 1 to 12 years old. Then, we conducted in-depth interviews with pediatricians, pharmacist, patients? families and health officers about ?puyer? prescription for children. The prevalence of prescription consists of ?puyer? for children were 25% for isoniazid and rifampicin and 18% for isoniazid, pyrazinamid, and rifampicin. All informants knew ?puyer? prescription is irrational, because the complex situation they faced they continued to give ?puyer? to patients. Low availability and high price of fixed doses combination (FDC) are main reasons. The government and association of doctors/pharmacist should enforce discipline to their member to obey therapy standard. The government should improve access to FDC medicines for children suffering tuberculosis.
Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library