Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 285 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Baltimore: Williams & Wilkins , 1996
618.92 TEX
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Churchill Livingstone, 1998
618.92 FOR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sinclair, Maribetts
Philadelphia: J.B. Lippincott, 2005
615.542 SIN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Harmon Mawardi
Abstrak :
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang penelitian

Hasil penanganan terhadap penderita dengan sindrom gangguan pernapasan (SGP) dan asfiksia neonatorum sampai saat ini masih belum memadai. Menurut catatan medik di Bagian IAA FKUI-RSCM selama periode Pebruari 1984 sampai Agustus 1987 tercatat sebanyak 265 kasus SGP (± 65 kasus pertahun), yang dirawat di bangsal Infeksi Bayi dan Unit Perawatan Intensif (ICU) neonatus. Angka kematian tercatat sebanyak 70,6% di antara jumlah kasus SGP tersebut. Kematian akibat SGP sebesar 56,86% merupakan jumlah terbesar di antara seluruh penyebab kematian neonatus di SubBagian Perinatologi IRA RSCM (Boedjang dkk., 1981). Sedangkan Karjadi dkk. (1986) di RSUD Dr. Soetomo Surabaya mendapatkan angka kematian akibat SGP sebesar 92% pada tahun 1984, dan 59% tahun 1985.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa angka kejadian SGP pada neonatus masih tinggi, dengan angka kematian yang tinggi pula (di atas 50%).

Dahulu para ahli kurang memberi perhatian pada anoksia perinatal yang disebabkan oleh SGP atau asfiksia sebagai penyebab timbulnya gangguan fungsi ginjal (Dauber dkk., 1976). Beberapa kematian neonatus dengan SGP ternyata menderita gangguan fungsi ginjal, sehingga diperkirakan ada hubungan antara SGP dan asfiksia dengan fungsi ginjal.

Frekuensi terjadinya asfiksia neonatorum berkisar antara 10-20% (Buku Kuliah IRA, 1985), dengan angka kematian sebesar 56% (Hendarto, 1974 dikutip Kadri, 1982). Sebanyak 78% kasus SGP di ICU berusia di bawah 1 tahun, dan 60% di antaranya terdiri dari neonatus (Rezeki, 1981).

Selanjutnya Perlman dan Tack (1988) pada penelitiannya secara prospektif terhadap 120 kasus asfiksia pada neonatus cukup bulan (NCB) dan neonatus kurang bulan (NKB) mendapatkan adanya hubungan antara oliguria dan terjadinya kelainan neurologik atau kematian.

Stapleton dkk. (1987) melaporkan bahwa di ICU terdapat 8% GGA , dan sebanyak 9 di antara 15 kasus GGA pada neonatus mempunyai riwayat asfiksia perinatal.

Angka kematian GGA pada neonatus berkisar antara 14-73%.

SGP dapat menurunkan laju filtrasi glomerulus (LFG), dan GGA sering terjadi setelah mengalami asfiksia berat (Dauber dkk., 1976). Autopsi pada satu kasus penyakit membran hialin ditemukan kongesti vaskular dalam ginjal (Laporan Kasus IRA, 1988). Gangguan fungsi ginjal pada asfiksia berat pada umumnya reversibel apabila pemberian oksigen, keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi secara adekuat (Olavarria dkk., 1987). Sebaliknya GGA intrinsic dapat terjadi apabila iskemia berlangsung lama (Brenner dan Rector, 1986). Di Indonesia saat ini belum ada laporan penelitian tentang pengaruh SGP dan asfiksia neonatorun terhadap fungsi ginjal?
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rahayu Ningrum
Abstrak :
Latar belakang Contrast media induced nephropathy (CIN) adalah komplikasi klinis akibat pemakaian media kontras. CIN menjadi semakin penting dengan makin banyaknya pemakaian media kontras pada prosedur diagnostik atau terapi intervensi, khususnya di bagian kardiologi. Penelitian tentang CIN yang sudah ada dilakukan di Eropa dan Amerika. Sedangkan di Indonesia data CIN belum ada dan faktor risiko untuk terjadinya CIN dijumpai pada pasien di bagian diagnostik invasif dan intervensi non bedah. Tujuan penelitian Mengetahui insidens CIN pada pasien yang dilakukan koroner-angiografi danlatau intervensi koroner perkutan, dan mengetahui faktor risiko yang berperanan. Hipotesis dan manfaat penelitian Pemakaian media kontras berhubungan dengan insidens CIN dan faktor risiko umur, jenis kelamin, DM, hipertensi, disfungsi ginjal, gagal jantung, anemia, status hidrasi yang kurang, infark miokard, media kontras, jenis tindakan berhubungan dengan terjadinya CIN. Metodologi Penelitian ini berupa quasi experimental (pre and post study), yang dilakukan pada 312 pasien di bagian invasif dan intervensi non bedah (laboratorium kateterisasi) RS Jantung dan PembuIuh darah Harapan Kita/Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK.UI yang menjalani koroner angiografi dan/atau intervensi koroner perkutan. Hasil yang dinilai adalah terjadinya kenaikan kreatinin serum sama dengan atau lebih dari 0,5 mg/dl pada hari ketiga setelah terpapar media kontras. Hasil Insidens CIN adalah 25% (79/312 orang) dengan insidens pada kelompok dengan faktor risiko 33% (51/156 orang) dan insidens pada kelompok tanpa faktor risiko 18% (28/156 orang). Hasil analisa univariat menunjukkan umur lanjut, hipertensi,lama hipertensi, DM, lama DM, anemia, status hidrasi, disfungsi ginjal, jenis kontras menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) dan hasil analisa multivariat menunjukkan umur lebih dari 60 tahun, hipertensi yang sudah berlangsung 5,5 tahun dan DM yang sudah terjadi 4,5 tahun bermakna untuk terjadinya CIN Simpulan Insidens CIN cukup tinggi di bagian invasif dan intervensi non bedah RSJPDHKIDepartemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular dengan faktor risiko yang paling berperanan adalah DM yang sudah terjadi 4,5 tahun, hipertensi yang sudah berlangsung 5,5 tahun dan usia lanjut lebih dari 60 tahun. Makin banyak faktor risiko yang dimiliki seseorang makin besar prediksi untuk terjadinya CIN.
Background Contrast media induced nephropathy (CIN) is a clinical complication due to the use of contrast media. With the increasing role of contrast media in diagnostic and intervention procedures, especially in the field of cardiology, CIN has become more important. Most studies a CIN were performed in Europe and US; currently in Indonesia data on this matter is limited while patients who undergo procedures in the Department of invasive diagnostic and non-surgical intervention are constantly at risk for this complication. Aim of study To investigate the incidence of CIN in patients who undergo coronary angiography and/or percutaneous coronary intervention, and to know the contributing risk factors. Hypothesis and benefit of the study The use of contrast media is related to the incidence of CIN. Age, sex, diabetes mellitus, hypertension, kidney dysfunction, heart failure, anemia, insufficient hydration level, myocardial infarction, the type of contrast media and the type of the procedure are the risk factors contributing to the incidence of CIN Methods This is a longitudinal prospective Cohort study on 312 patients in the Department of invasive diagnostic and non-surgical intervention of National Cardiovascular Center Harapan Kita/Department of Cardiology and Vascular Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia, March-May 2006 who undergo coronary angiography and/or percutaneous coronary intervention. We define CIN as an increase of plasma creatinine level of 0.5 mg/dl or more on the first three days after exposure to contrast media. Results Incidence of CIN was 25% (79 of 312 patients), with the incidence in the risk factor group was 33% (51 of 156 patients) and in the non risk factor group was 18% (28 of 156 patients). Uni variate analysis showed that advanced age, hypertension, duration of hypertension, diabetes mellitus, duration of diabetes mellitus, anemia, hydration status, underlying kidney dysfunction, and type of contrast media are significant risk factors for CIN While in the multivariate analysis the significant risk factors are advanced age (more than 60 years), 5.5 years hypertension, and diabetes mellitus that last 4, 5 years. Conclusion Incidence of CIN is relatively high in the Department of invasive diagnostic and non-surgical intervention of National Cardiovascular Center Harapan Kita/Department of Cardiology and Vascular Medicine, University of Indonesia. The contributing risk factors are advanced age more than 60 yearse,4.5 years hypertension, and diabetes mellitus that last 4.5 years. CIN is more likely to occur with an increasing number of risk factors.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18172
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Himawan Aulia Rahman
Abstrak :
Latar belakang. Pembuatan stoma dan reseksi usus adalah tindakan pembedahan yang umum dilakukan pada anak dengan masalah bedah di sistem gastrointestinal. Salah satu komplikasi dari pembuatan stoma adalah high output stoma yang menyebabkan perawatan menjadi lebih lama. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko terjadinya high output stoma dan prediktor terhadap lama rawat, lama penggunaan nutrisi parenteral, dan kematian. Metode. Kami melakukan penelitian kohort retrospektif yang dilakukan di rumah sakit tersier rujukan di Indonesia. Subjek adalah pasien anak usia 0 bulan – 18 tahun dengan stoma di usus halus (enterostomi) selama periode Oktober 2019 – Desember 2023. Penelitian tahap I dilakukan pada semua subjek untuk melihat faktor risiko terjadinya high output stoma. Penelitian tahap II dilakukan pada subjek yang mengalami high output stoma untuk menilai prediktor terhadap lama rawat, lama penggunaan nutrisi parenteral, dan kematian. Hasil. Penelitian tahap I melibatkan 64 subjek. Kelompok usia terbanyak adalah usia neonatus (43,8%). Penyakit dasar terbanyak sebagai penyebab pembentukan stoma adalah perforasi intestinal (39,1%). High output stoma terjadi pada 48,4% subjek. Tidak ada faktor risiko teknik pembedahan yang secara signifikan menyebabkan high output stoma. Penelitian tahap II memasukkan 31 subjek yang mengalami high output stoma. Pada semua subjek, panjang usus halus berkorelasi dengan lama rawat (p = 0,033), lama penggunaan nutrisi parenteral (p = 0,032), dan berhubungan dengan kematian (p = 0,041). Kesimpulan. Panjang usus halus yang lebih pendek berhubungan dengan luaran yang lebih buruk pada pembentukan enterostomi pada anak. ......Backgrounds. Stoma creation and intestinal resection are common surgical procedures in children with surgical problems in the gastrointestinal system. One of the complications of creating a stoma is a high output stoma (HOS), which causes more prolonged treatment. Objectives. This study aims to determine the risk factors for HOS and predictors of length of stay, length of use of parenteral nutrition (PN), and death. Methods. We conducted a retrospective cohort study at a tertiary referral hospital in Indonesia. Subjects were pediatric patients aged 0 months – 18 years with a stoma in the small intestine (enterostomy) during the period October 2019 – December 2023. Phase I study was carried out on all subjects to examine at risk factors of HOS. Phase II study was conducted on subjects who experienced HOS to assess predictors of length of stay, length of PN use, and death. Results. Phase I study involved 64 subjects. The largest age group is neonates (43.8%). Intestinal perforation is the most common underlying disease that causes stoma formation (39.1%). There are no risk factors for surgical techniques that significantly cause HOS. Phase II study included 31 subjects who experienced HOS. In all subjects, the length of the small intestine was correlated with length of stay (p = 0.033), duration of PN use (p = 0.032), and was associated with mortality (p = 0.041). Conclusions. Shorter small intestinal length is associated with worse outcomes in enterostomy formation in children.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Wulandari
Abstrak :
Perbedaan persepsi antara perawat dan keluarga terhadap pelibatan keluarga dalam perawatan anak di rumah sakit menyebabkan konsep FCC sulit untuk diterapkan. Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan metode pendekatan fenomenologi deskriptif yang bertujuan mendapatkan gambaran mengenai persepsi perawat terhadap pelibatan keluarga dalam perawatan anak di rumah sakit. Didapatkan empat tema, yaitu Peluang promosi kesehatan bagi keluarga, Optimalisasi pencapaian tujuan perawatan, Faktor pendorong pelibatan keluarga dan Karakteristik keluarga sebagai faktor determinan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi bidang keperawatan rumah sakit untuk mengembangkan model asuhan keperawatan pasien anak berpusat pada keluarga yang berorientasi pada kebudayaan keluarga. ......Different perception between nurses and family toward family involvement in child care at the hospital caused FCC concept is difficult to be applied. This research was a qualitative study used phenomenology descriptive approach method. The aim of this research was to obtain the description about nurse?s perception of family involvement in child care at the hospital. Four themes that arised: Health promotion for family, The optimalization of nursing goal achievement, Motivative factor of family involved, Characteristic of family as determinant factor. Based on this research it is expectedthat the hospital develop the model of nursing care for the child care which focused on family that consider family culture.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
[Prevalens balita dengan gizi kurang di Indonesia masih tinggi. Pada periode 0-2 tahun, status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh ASI, tetapi juga oleh pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Akan tetapi, pengetahuan orangtua mengenai MPASI masih kurang. Peningkatan pengetahuan orangtua terhadap MPASI dapat diupayakan melalui edukasi sehingga pengetahuan, sikap, dan perilaku dokter atas MPASI merupakan suatu hal penting. Penelitian ini merupakan studi potong lintang berdasarkan kuesioner terhadap 97 peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Kesehatan Anak (IKA) FKUI/RSCM. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 71,1% subjek memiliki pengetahuan terhadap MPASI yang kurang, khususnya mengenai variasi dan jenis MPASI di masyarakat. Hal tersebut berbeda dengan sikap (74,2%) dan perilaku (66%) subjek yang masuk dalam kelompok baik. Terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku subjek terhadap MPASI (p=0,0003). Selain itu, terdapat hubungan yang bermakna antara memiliki anak dengan pengetahuan mengenai MPASI (p=0,005). Akan tetapi, faktor lainnya seperti usia, jenis kelamin, status pernikahan, jumlah sumber informasi, jenjang pendidikan, dan asal pendidikan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku subjek terhadap MPASI, Prevalence of children under the age of two years with mild-to-moderate malnutrition in Indonesia is still relatively high. During this period, the nutritional status of the children is not only affected by breastfeeding, but also by complementary feeding. However, parents’ knowledge of complementary food is relatively inadequate. Education program for parents could be a key solution in order to increase the awareness of appropriate feeding, thus knowledge, attitude, and practice of health workers toward this practice is very important. This study was a cross-sectional study based on questionnaires to 97 participants of pediatric residency program at Faculty of Medicine University of Indonesia and Cipto Mangunkusumo Hospital. The study showed that the residents’ knowledge of complementary feeding was generally poor, in particular regarding to variety and type of complementary feeding. In contrast, the attitude and practice of these subjects were relatively good. Furthermore, there was significant relationship between the level of knowledge and practice toward complementary feeding (p=0.0003). In addition, there was also significant relationship between having children with the level of knowledge regarding ideal feeding practices (p=0.005). However, other factors, such as: age, sex, marital status, source of information, education level, and former university didn’t have a significant relationship with knowledge, attitudes, and practice of subjects]
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Syahidina Fajri
Abstrak :
[Belum optimalnya kegiatan pemasaran dan belum adanya kerjasama dengan BPJS Kesehatan mengakibatkan sedikitnya jumlah pasien baru dibandingkan pasien lama dan menurunnya jumlah kunjungan poliklinik anak. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai segmen pasar sebagai dasar analisis segmentasi, target dan posisi pasar poliklinik anak RSIA Buah Hati Ciputat pada tahun 2015. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini adalah segmen pasar yang dibagi berdasarkan variabel geografis, demografis, psikografis dan perilaku. Target pasar yang paling sesuai merupakan hasil segmen pasar yang dianggap potensial yaitu, ibu usia produktif dan berpendidikan tinggi yang memiliki anak usia 3-5 tahun dengan penghasilan keluarga 2-5 juta perbulan. Posisi pasar yang terbentuk adalah pelayanan kesehatan anak yang ekonomis dengan tenaga kesehatan berkualitas di Wilayah Kota Tangerang Selatan. ......The marketing activities in RSIA Buah Hati Ciputat has not optimal and there are no coorporation with BPJS Kesehatan that has been targeted and has result least number of new patients compare to number of old patients and decreasing the number of visits in pediatric polyclinic. This study aims to get information about market segments as the basis for the analysis of market segmentation, target and market position of pediatric polyclinic of RSIA Buah Hati Ciputat 2015. The types of this study is descriptive with quantitative and qualitative. The result of this study are market segments which is divided by the variable geographic, demographic, psychographic and behavioral. Target market is the potential of market segments is young mother and well educated who have children between 3-5 years old, with family income between 2-5 million rupiahs each month. The market position are the child health care which economical with qualified health personnel in South Tangerang City., The marketing activities in RSIA Buah Hati Ciputat has not optimal and there are no coorporation with BPJS Kesehatan that has been targeted and has result least number of new patients compare to number of old patients and decreasing the number of visits in pediatric polyclinic. This study aims to get information about market segments as the basis for the analysis of market segmentation, target and market position of pediatric polyclinic of RSIA Buah Hati Ciputat 2015. The types of this study is descriptive with quantitative and qualitative. The result of this study are market segments which is divided by the variable geographic, demographic, psychographic and behavioral. Target market is the potential of market segments is young mother and well educated who have children between 3-5 years old, with family income between 2-5 million rupiahs each month. The market position are the child health care which economical with qualified health personnel in South Tangerang City.]
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Raihani
Abstrak :
Rumah Sakit terkadang menciptakan suasana yang traumatis dan stres bagi anak-anak dan keluarga. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada anak yang menjalani perawatan rawat inap perlunya menekankan pada filosofi perawatan atraumatik. Dalam menerapkan perawatan atraumatik ini perlu memperhatikan beberapa hal agar perawat dapat menjalankan perawatan atraumatik dengan baik dan benar. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan penerapan perawatan atraumatik oleh perawat anak. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan data melalui pengisian kuesioner dengan link gform. Hasil penelitian ini didapatkan adanya hubungan pada sikap perawat, dukungan orang tua, dan dukungan fasilitas rumah sakit dengan penerapan perawatan atraumatik. Kemudian tidak adanya hubungan mengenai pengetahuan perawat dengan penerapan perawatan atraumatik. Penelitian ini merekomendasikan untuk memberikan pelatihan mengenai penerapan perawatan atraumatik khususnya bagi perawat yang menjalankan asuhan keperawatan pada pasien anak dan bagi peneliti selanjutnya dapat memperlus karakteristik responden, dapat dilakukan ditempat yang berbeda sehingga daat memberikan hasil penelitian yang lebih baik. Kata kunci : perawat anak, perawatan atraumatik, rumah sakit. ......Hospitalization sometimes creates a traumatic and stressful condition for children and families. Nurses who provide nursing care to treat inpatient children need to apply the philosophy of atraumatic care. In implementing atraumatic treatment, several things need to pay attention to so that nurses can carry out atraumatic treatment properly and correctly. The research is to identify factors related to with the application of atraumatic care by paediatric nurses. This research’s method using quantitative with a cross-sectional approach. Collecting data through by filling out a questionnaire with the g-form link. The results of this study showed that there was a relationship between nurses' attitudes, parental support, and hospital facility support with the implementation of atraumatic care. Then there is no relationship between nurses' knowledge and the application of atraumatic care. This research recommends providing training regarding the application of atraumatic care, especially for nurses who provide nursing care for pediatric patients and for future researchers to expand the characteristics of respondents, it can be done in different places so that it can provide better research results.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>