Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tarigan, Asumsie
"Studi ini dilakukan untuk menelaah alat ukur dan indikator kepuasan pasien Radiologi, terdiri dari dimensi akses, dimensi teknis, dimensi waktu, dimensi finansial, dan dimensi komunikasi interpersonal. Desain penelitian non-eksprimental dengan metode pengambilan sampel, sampling proporsional, Sampel sebanyak 219 orang, terdiri dari laki-laki 92 orang dan perempuan 127 orang. Data dikumpulkan menggunakan kuisioner Patient Satisfaction Quitionaire (PSQ) yang telah dimodifikasi terdiri dari 45 item.
Kombinasi teori klasik dan analisis faktor konfirmatori diperoleh 21 item yang balk sebagai alat ukur kepuasan pasien. Struktur kepuasan pasien menggunakan analisis faktor konfirmatori diperoleh beberapa dimensi signifikan sebagai indikator kepuasan, dimensi akses terhadap peiayanan (R2=0.83), dimensi lamanya waktu dalam melayani (R2=0,78), dimensi kemampuan teknis pegawai (R2=0.43), dan dimensi komunikasi (R==0.19). Dituensi finansial tidak signifikan sebagai indikator (R==0.08).
Analisis simuitan berdasarkan kelompok jenis kelamin, cara membayar, dan latar belakang pendidikan terjadi Marian dalam poly faktor loading khususnya dalam aspek komunikasi iterpersonal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18725
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Sutriyanti
"Pelayanan prima dalam keperawatan diterapkan dengan menggunakan perilaku caring sebagai inti dari praktek keperawatan. Upaya ini penting mengingat indikator pelayanan mutu di RSUD Curup masih dibawah standar Depkes yang ditetapkan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pelatihan perilaku caring perawat terhadap kepuasan pasien dan keluarga di RSUD Curup Bengkulu. Penelitian ini menggunakan desain post test eksperiment, memberikan intervensi pelatihan perilaku caring terhadap perawat. Responden penelitian yaitu pasien serta keluarga yang menunggu pasien di ruang rawat inap RSUD Curup Bengkulu sejumlah 204 orang yang terbagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok A adalah responden yang diberi pelayanan perilaku caring oleh perawat yang sudah dilatih dan tanpa dibimbing, kelompok B adalah responden yang diberi pelayanan perilaku caring oleh perawat yang sudah dilatih dan dibimbing 3 kali , dan kelompok C adalah responden yang diberi pelayanan perilaku caring oleh perawat yang sudah dilatih dan dibimbing 6 kali. Instrumen yang digunakan yaitu instrumen kepuasan pasien dan keluarga yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan pada Parasuraman et, al., (1990) dan Anjaswarni, (2002). Data dianalisis dengan menggunakan uji one way anova serta analisis regresi linier.
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna kepuasan pasien (p value=0.000) maupun keluarga (p value=0.000) antara kelompok A, B, dan C, dimana kelompok bimbingan 6 kali lebih mendekati kepuasan dibanding kelompok 3 kali dan tanpa bimbingan. Hasil analisis regresi mengidentifikasi bahwa faktor yang dapat digunakan untuk memprediksikan kepuasan pasien adalah perilaku caring dengan dikontrol oleh tingkat pendidikan pasien di RSUD Curup, Sedangkan kepuasan keluarga adalah perilaku caring dengan dikontrol oleh jenis penyakit. Perlu diberikan bimbingan 6 kali untuk meningkatkan perilaku caring perawat setelah diberikan pelatihan serta perlu adanya upaya memelihara budaya perilaku caring dengan supervise untuk menjaga kelangsungan penerapan perilaku caring di rumah sakit di RSUD Curup.

Service excellence was an effort of health care service to improve patients and their families` satisfaction. The service was implemented by caring behavior. It was as a central part of the nursing practice. The behavior and the supervising caring were essential for nurse`s performance as a care giver in increasing patient and his/her family satisfaction in the hospital. The aim of this study was to recognize the influence of caring behavior training to the patient and his/her family satisfaction in Curup District General Hospital, Bengkulu. The research design was a post test experiment. The respondents were 204 persons. They were families` patients who were waiting in the in patient department. They were divided into three groups. Group A was the families` patient who received nursing care from nurses that had been trained and no guidance. Group B was the families` patient who received nursing care from nurses that had been trained and three times guidance. Group C was the families` patient who received nursing care from nurses that had been trained and six times guidance. The research instrument was a researcher development of patient and family satisfaction from Pasuraman et al (1990) and Anjaswarni (2002). The data analyzed by one way ANOVAs and linier regression.
The result showed that there were significance differences of patient and family satisfaction among three groups (p value=0.000, α=0.005). It was also demonstrated that variables of patients` age (p value=0.008, α=0.005), families` sex and disease characteristics had a significance relationship with families` satisfaction (p value=0.012, α=0.005). Having controlled by patients` education, caring behavior was able to predict patients` satisfaction. Concurrently, families` satisfaction could be estimated by caring behavior, having controlled by disease characteristics. It was recommended that caring behavior should be maintained in order to enhance nursing service excellence in Curup Hospital.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Anindito
"Supervisi Kepala Ruang terhadap perawat pelaksana penting dalam meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan yang mereka berikan, sehingga dapat meningkatkan
kepuasan pasien. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi hubungan antara persepsi
perawat terhadap penerapan supervisi kepala ruang dan kepuasan pasien atas
pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan perawat pelaksana. Desain
penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan menggunakan pendekatan
Cross Sectional. Teknik sampling dengan Purposive Sampling terhadap 94 pasien
dan 94 perawat. Analisis statistik menggunakan Chi Square. Penelitian
mendapatkan hasil bahwa supervisi berhubungan dengan kepuasan pasien
(p=0,002;α=0,005;OR=4,762, CI=95%), sedangkan karakteristik pasien tidak
berhubungan. Penelitian ini merekomendasikan untuk memperbaiki proses
supervisi dan perbaikan asuhan keperawatan oleh perawat pelaksana terutama
komunikasi, kecepatan tanggap, kepedulian dan pengetahuannya untuk menjawab
pertanyaan pasien demi kepuasan pasien.

Head nurse’s supervision is important to enhance the quality of nursing care they
provide, thereby increasing patients’ satisfaction. This study aimed to identify the
relationship between the implementation of head nurse’s supervision perceived by
nurse staff and patients’ satisfaction with nursing care. This study used descriptive
correlative design and cross-sectional approach. Purposive sampling technique
was utilized to involve 94 patients and 94 nurse staff. The patients and nurses
were given validated questionnaires to obtain data about satisfaction and
supervision implementation respectively. Statistical analysis using Chi Square
identified that supervision was associated with patients’ satisfaction (p = 0.002; α
= 0.005; OR = 4.762, CI = 95%), while patients’ characteristics has no
contribution to patients’ satisfaction.The study recommends to improve
supervision by head nurse and quality of nursing care. In order to enhance
patients’ satisfaction, aspects should be developed are communication,
responsiveness, concern and knowledge to answer patients' questions
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Karmila
"Komunikasi efektif saat bedside handover masih belum optimal dilaksanakan di rumah sakit. Proses bedside handover yang tidak optimal ditandai dengan masih ada perawat yang tidak memperkenalkan dirinya kepada pasien, tidak melibatkan pasien secara komprehensif dalam perencanaan perawatan pasien, tidak memberikan kesempatan bertanya kepada pasien, serta tidak menyampaikan informasi yang relevan dan mudah dipahami. Hal ini berdampak pada kepuasan pasien dan perawat. Tujuan penelitian ini adalah teridentifikasinya hubungan komunikasi saat bedside handover dengan kepuasan pasien dan perawat di rumah sakit n= 383 pasien dan 303 perawat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, bertempat di tiga rumah sakit pemerintah di Banda Aceh RS A, RS B, dan RS C. Hasil penelitian mengidentifikasikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara komunikasi saat bedside handover yang dipersepsikan oleh pasien dengan kepuasan pasien di tiga rumah sakit p= 0,001; p= 0,001; p= 0,001. Ada hubungan yang bermakna antara komunikasi saat bedside handover yang dipersepsikan oleh perawat dengan kepuasan perawat di tiga rumah sakit p= 0,001; p= 0,001; p= 0,001. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi kepuasan pasien dan perawat terhadap komunikasi saat bedside handover adalah komunikasi saat bedside handover. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kepuasan pasien dan perawat terhadap komunikasi saat bedside handover penting diketahui untuk mengevaluasi persepsi pasien dan perawat terhadap keefektifan penerapan komunikasi, keadekuatan informasi yang disampaikan, keterlibatan pasien secara komprehensif, dan kolaborasi tim yang baik antar perawat, yang akan berdampak kepada optimalnya proses bedside handover. Manajer keperawatan terutama kepala ruangan diharapkan dapat mendorong seluruh perawat pelaksana untuk menerapkan setiap fase komunikasi efektif saat bedside handover secara optimalKomunikasi efektif saat bedside handover masih belum optimal dilaksanakan di rumah sakit. Proses bedside handover yang tidak optimal ditandai dengan masih ada perawat yang tidak memperkenalkan dirinya kepada pasien, tidak melibatkan pasien secara komprehensif dalam perencanaan perawatan pasien, tidak memberikan kesempatan bertanya kepada pasien, serta tidak menyampaikan informasi yang relevan dan mudah dipahami. Hal ini berdampak pada kepuasan pasien dan perawat. Tujuan penelitian ini adalah teridentifikasinya hubungan komunikasi saat bedside handover dengan kepuasan pasien dan perawat di rumah sakit n= 383 pasien dan 303 perawat . Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, bertempat di tiga rumah sakit pemerintah di Banda Aceh RS A, RS B, dan RS C.
Hasil penelitian mengidentifikasikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara komunikasi saat bedside handover yang dipersepsikan oleh pasien dengan kepuasan pasien di tiga rumah sakit p= 0,001; p= 0,001; p= 0,001. Ada hubungan yang bermakna antara komunikasi saat bedside handover yang dipersepsikan oleh perawat dengan kepuasan perawat di tiga rumah sakit p= 0,001; p= 0,001; p= 0,001. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi kepuasan pasien dan perawat terhadap komunikasi saat bedside handover adalah komunikasi saat bedside handover. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kepuasan pasien dan perawat terhadap komunikasi saat bedside handover penting diketahui untuk mengevaluasi persepsi pasien dan perawat terhadap keefektifan penerapan komunikasi, keadekuatan informasi yang disampaikan, keterlibatan pasien secara komprehensif, dan kolaborasi tim yang baik antar perawat, yang akan berdampak kepada optimalnya proses bedside handover. Manajer keperawatan terutama kepala ruangan diharapkan dapat mendorong seluruh perawat pelaksana untuk menerapkan setiap fase komunikasi efektif saat bedside handover secara optimal.

Effective communication during bedside handover is not optimally implemented in hospitals. Ineffective Bedside handover process is characterized by a nurse who does not introduce himself to the patient, does not involve the patient comprehensively in the patient 39 s care plan, does not provide patients with the opportunity to ask questions, and does not provide relevant and understandable information. This phenomenon impact to patient and nurse satisfaction. The purpose of this study is to identify the association of bedside handover communication with patient and nurse satisfaction at hospitals n 383 patients and 303 nurses. This research uses descriptive correlation design with the cross sectional approach, located at three government hospitals in Banda Aceh RS A, RS B, and RS C.
The results of this study indicate that there is a significant correlation between communication during bedside handover perceived by patients with patient satisfaction in three hospitals p 0.001 p 0.001 p 0.001. There is a significant correlation between communication during bedside handover perceived by nurse with nurse satisfaction in three hospitals p 0,001 p 0,001 p 0,001. The most dominant factor affecting patient and nurse satisfaction in bedside handover is communication during bedside handover. The results of this study explain that patient and nurse satisfaction on bedside handover communication is important to evaluate the perception of patients and nurses on the effectiveness of communication implementation, transfer information, comprehensive patient involvement, and good team collaboration among nurses, that will impact on the effective bedside handover process. Nursing manager especially the head nurse is expected to encourage all implementing nurses to apply every phase of effective communication during bedside handover to get bedside handover optimally.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apriati Kartini
"ABSTRAK
Nama : APRIATI KARTINIProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Determinan Kepuasan Pelayanan Rawat Inap diRumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta Tahun 2018Saat ini mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia masih rendah. Salah satuoutcome dari layanan kesehatan selain kesembuhan pasien adalah kepuasanpasien. Salah satu cara atau metode yang dianggap cukup objektif dalammengukur kepuasan pasien adalah Metode Servqual Service Quality , dimanadibuat penilaian untuk mengukur kepuasan pasien terhadap mutu pelayanandengan lima dimensi mutu yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance,dan empathy. Penelitian dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pasien terhadappelayanan rawat inap di RS PON. Penelitian menggunakan desain kuantitatif dankualitatif. Sampel penelitian menggunakan quota sampling 92 orang dan 1 oranginforman. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancaramendalam. Hasil penelitian yaitu nilai rata-rata kepuasan pasien adalah 76,88.Karakteristik pasien yang berhubungan dengan kepuasan pasien rawat inap yaitupendidikan p value 0,001 dan karakteristik yang tidak berhubungan dengankepuasan pasien adalah pekerjaan p value 0,814 dan cara pembayaran p value1,00 . Reputasi berhubungan kepuasan pasien p value 0,001 dan pengalamantidak berhubungan dengan kepuasan pasien p value 0,005 . Variabel yang palingdominan yaitu pendidikan. Kepuasan pasien khususnya rawat inap belum sesuaidengan indikator mutu rawat inap berdasarkan Kementerian Kesehatan dan RSPON yaitu kepuasan pasien sebesar ge; 90. Saran yaitu hendaknya melakukanedukasi dan penjelasan informasi menyesuaikan dengan tingkat pendidikanpasien, melakukan pengukuran tingkat kepuasan pasien yang mencakuppenampilan fisik rumah sakit dan kebersihan, melakukan pelatihan bagi petugastentang cara menanggapi keluhan pasien yang baik.Kata kunci: kepuasan, rawat inap, rumah sakit

ABSTRACT
Name APRIATI KARTINIStudy Program Public HealthTitle The Determinants of Patient Satisfaction of Inpatient Services inNational Brain of Hospital Jakarta 2018Nowadays the service quality of hospital in Indonesia is still low. One of thehealth service outcomes beside patient recovery is patient satisfaction. One of themethods which is considered quite objective in measuring patient satisfaction inServqual method Service Quality , which is made the assessment to measurepatient satisfaction towards service quality with fifth quality dimensions such astangible, reliability, responsiveness, assurance, and emphaty. This research isconducted to increase patient satisfaction towards inpatient service in NationalBrain Hospital. This research use quantitative and qualitative designs. The sampleuse the quota sampling for 92 respondens and one informan. The data collectionwere taken by questionnaire and indepth interview. The research result is showedthat the mean value of patient satisfaction is 76,88. The patient characteristicswhich are associated with patient satisfaction is the education p value 0,001 . Thepatient characteristic which are not associated with patient satisfaction areoccupation p value 0,814 and payment p value 1,000 . The reputation isassociated with patient satisfaction p value 0,001 and patient experience isassociated with patient satisfaction p value 0,005 . The dominant variable iseducation. Patient satisfaction especially inpatient ward has not matched with theinpatient quality indicators based on Ministry of Health that patient satisfaction is ge 90. The recommendation is to conduct the education and informationexplanation based on education level, measure patient satisfaction level includephysical environment of hospital and cleanliness, do training for health workersthe way to respond the patient complaints.Key words satisfaction, inpatient, hospital"
2018
T50685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Yekti Heningnurani
"Pengembangan Budaya Keselamatan Pasien di RSUD H Abdul Manap Kota Jambi Salah satu pendekatan untuk meningkatkan keselamatan pasien adalah membangun budaya keselamatan pasien. Budaya keselamatan pasien sendiri merupakan salah satu aspek dari budaya organisasi, karena itu, untuk mengembangkannya diperlukan pengkajian budaya organisasi agar terjadi perubahan yang mendorong upaya peningkatan keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan menganalisis budaya keselamatan pasien dan mengidentifikasi profil organisasi untuk menentukan langkah strategis pengembangan budaya keselamatan pasien di RSUD H. Abdul Manap Kota Jambi. Penelitian cross-sectional, mix method dengan survei kepada sebanyak 190 tenaga klinis yang langsung berhubungan dengan pasien yaitu tenaga medis, tenaga keperawatan dan tenaga penunjang pelayanan medis dengan menggunakan kuesioner HSOPSC (Hospital Survey on Patients Safety Culture) yang dikembangkan oleh AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) dalam mengukur Budaya Keselamatan Pasien dan OCAI (Organization Culture Assessment Instrument) untuk mengidentifikasi profil budaya organisasi. Dilakukan analisis korelasi antara kedua temuan. Dilakukan pula Focus Group Discussion (FGD) untuk mengidentifikasi hambatan dan harapan dan kemudian dibahas dalam Consencus Decission Making Group (CDMG) jajaran manajemen sebagai kesepakatan tentang rencana tindak lanjut. Pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan dan kerjasama dalam unit merupakan dimensi budaya terkuat sementara staffing, respons non-punitive terhadap kesalahan terlapor, frekuensi pelaporan kejadian dan jumlah kejadian yang dilaporkan merupakan dimensi budaya kurang yang perlu mendapatkan intervensi. Budaya Clan adalah jenis budaya organisasi yang paling dominan, tetapi bukan merupakan budaya yang kuat karena selisih skor dengan budaya Hierarki hanya satu (1) poin. Hasil korelasi antara dimensi pada budaya keselamatan menunjukkan adanya hubungan positif bermakna. Sedangkan korelasi antara tipe budaya organisasi dengan dimensi budaya keselamatan pasien menunjukkan hasil yang bervariasi. Strategi mutu budaya Clan dan budaya Hierarki dipakai sebagai panduan untuk perubahan dalam pengembangan budaya keselamatan pasien di RSUD H. Abdul Manap. Secara keseluruhan budaya keselamatan pasien termasuk dalam kategori budaya sedang, dimensi budaya pelaporan merupakan yang terlemah. Upaya pengembangan budaya keselamatan pasien memerlukan komitmen pimpinan, pemberdayaan staf dan pengembangan sistem. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis berbagai faktor dalam pengembangan budaya pelaporan.

Building Patient safety culture is the first step in the improvement of patient safety. As patient safety culture is one aspect of organizational culture, therefore, to develop it, an assessment of organizational culture is needed to make changes that encourage efforts to improve patient safety. This study aims to analyze the patient safety culture and identify organizational profiles to determine the strategic steps of developing a patient safety culture at H. Abdul Manap Hospital in Jambi City. Methods: This study was cross-sectional, mix method. A survey was conducted on 190 clinical staff who were directly faced to patients namely medical doctors, nursing staffs and medical service support personnels using the HSOPSC (Hospital Survey on Patient Safety Culture) questionnaire developed by AHRQ (Agency for Healthcare Resesarch and Quaity) and OCAI (Organization Culture Assessment Instrument). Correlation analysis between the two findings was carried out. Focus Group Discussion (FGD) was carried out to identify obstacles and expectations in the implementation of patient safety culture, and its results will be discussed in the managements Consensus Decisions Making Group as an agreement that will be taken as an action plan Results: Organizational learning and continuous improvement and Teamwork within units are the strongest cultural dimensions while staffing, non-punitive response to errors, frequency of events reported and “number of events reported are dimensions of culture that need to be intervened. Clan culture is the most dominant type of organizational culture, but it is not a strong culture because the difference in scores with the Hierarchy culture was only one (1) point. The results of the correlation between the dimensions of safety culture indicate a significant positive. While the correlation between the type of organizational culture and the dimensions of patient safety culture, shows varying result. The quality strategy of Clan culture and hierarchical culture are used as a guide for changes in the development of a patient safety culture at H. Abdul Manap Hospital. Conclusion: In general, the patient safety culture belongs to the moderate level. The reporting culture becomes the weakest dimensuons. A managements commitment and staff empowerment as well as system development are all needed on the development of a patient safety culture. Further research is required to investigate various factors to develop the reporting culture."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Silvia Evalina
"Siloam Hospitals TB Simatupang merupakan salah satu tempat dilakukannya percobaan aplikasi yang dinamakan “My Siloam”. Aplikasi ini digunakan untuk membuat jadwal kunjungan unit rawat jalan sesuai jadwal praktek dokter dengan sistem online. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh penggunaan Aplikasi My Siloam terhadap kepuasan pasien dan waktu tunggu di Unit Rawat Jalan SHTB. Penelitian dilakukan di Unit Rawat Jalan SHTB pada bulan November tahun 2019. Penelitian ini merupakan mix-method study (kuantitatif-kualitatif).
Studi kuantitatif menggunakan cross-sectional design. Kemudian studi kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam. Sampel penelitian adalah pasien yang datang berobat ke Unit Rawat Jalan SHTB sebanyak 384 pasien. Kepuasan pasien dan waktu tunggu antara sebelum dan sesudah penggunaan aplikasi My Siloam berbeda signifikan (p<0,05). Aplikasi My Siloam efektif dalam meningkatkan capaian kepuasan pasien dan waktu tunggu di Unit Rawat Jalan SHTB. Faktor yang berhubungan signifikan dengan kepuasan pasien adalah pengetahuan (p<0,001), sikap (p<0,001) dan cara pembayaran (p<0,001). Sedangkan umur (p=0,261), jenis kelamin (p=0,490), pendidikan (p=0,508) dan pekerjaan (p=0,896) tidak berhubungan signifikan dengan kepuasan pasien.
Faktor yang berhubungan signifikan dengan waktu tunggu adalah konsistensi dokter (p=0,046) dan konsistensi pasien (p=0,037). Terdapat empat formulasi strategis yang dapat dimanfaatkan oleh Unit Rawat Jalan SHTB untuk meningkatkan penggunaan aplikasi My Siloam antara lain patient education, employee & doctor’s engagement, IT development, dan internal consolidation.

Siloam Hospitals TB Simatupang is one of the places for trial applications called "My Siloam". This application is used to schedule outpatient unit visits according to the doctor's practice schedule with the online system. This study aims to analyze the effect of using My Siloam Application on patient satisfaction and waiting time at Outpatient Department of SHTB. This study was conducted at Outpatient Department in November 2019. This study was a mixed-method study (quantitative-qualitative).
Quantitative studies using cross-sectional design. Then the qualitative study uses in-depth interviews. The sample was 384 patients who came to Outpatient Department of SHTB. Patient satisfaction and waiting time between before and after the use of My Siloam application were significantly different (p <0.05). My Siloam application is effective in increasing patient satisfaction and waiting time at Outpatient Department of SHTB. Factors that were significantly related to patient satisfaction were knowledge (p <0.001), attitude (p <0.001) and mode of payment (p <0.001). While age (p = 0.261), gender (p = 0.490), education (p = 0.508) and occupation (p = 0.896) were not significantly related to patient satisfaction.
Factors that were significantly related to waiting time were doctor consistency (p = 0.046) and patient consistency (p = 0.037). There are four strategic formulations that can be utilized by Outpatient Department of SHTB to increase the use of My Siloam application, including patient education, employee & doctor’s engagement, IT development, and internal consolidation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Eka Amanda Handika Putri
"Penelitian ini membahas budaya keselamatan pasien di RS Grha Permata Ibu tahun 2022. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien di RS Grha Permata Ibu, dengan menggunakan kuesioner Hospital Survey on Patient Safety Culture 2.0 dari AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 97 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RS Grha Permata Ibu memiliki budaya keselamatan pasien yang baik. Terdapat 3 dimensi budaya keselamatan dengan kategori baik (dimensi komunikasi tentang kesalahan, dimensi kerja sama tim, dan dimensi serah terima dan pertukaran informasi). Sedangkan dimensi budaya keselamatan dengan kategori sedang terdapat 7 dimensi (dimensi dukungan manajemen rumah sakit untuk keselamatan pasien, dimensi respon kesalahan, dimensi supervisor, manajer atau pemimpin klinis yang mendukung keselamatan pasien, dimensi pelaporan insiden keselamatan pasien, dimensi kepegawaian dan kecepatan kerja, dimensi keterbukaan komunikasi, dan dimensi pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi supervisor, manajer atau pemimpin klinis yang mendukung keselamatan pasien dengan asal unit pegawai. Saran perbaikan yang diperlukan yaitu penggunaan barcode yang berisikan google form pengisian pelaporan IKP, resosialisasi, monitoring, dan evaluasi budaya keselamatan pasien

This study discusses the patient safety culture at Grha Permata Ibu Hospital in 2022. The purpose of this study was to describe the patient safety culture at Grha Permata Ibu Hospital, using the Hospital Survey on Patient Safety Culture 2.0 questionnaire from AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality). This study used a quantitative research method with a cross-sectional approach with a total sample of 97 respondents. The results of the study show that Grha Permata Ibu Hospital has a good patient safety culture. There are 3 dimensions of safety culture with good categories (the dimension of communication about errors, the dimension of teamwork, and the dimension of hands-off and information exchange). While the dimensions of safety culture in the moderate category there are 7 dimensions (the dimension of hospital management support for patient safety, the dimension of response to error, the dimension of supervisors, managers or clinical leaders support for patient safety, the dimension of reporting patient safety events, the dimension of staffing and work pace, the dimension of communication openness, and the dimension of organizational learning and continuous improvement). The results also show a significant relationship between the dimension supervisors, managers, or clinical leaders support for patient safety and the origin of the employee unit. Suggestions for improvement needed are the use of a barcode that contains a google form for filling out IKP reporting, re-socialization, monitoring, and evaluating patient safety culture."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Dwi Anggraini
"Keselamatan adalah isu fundamental bagi rumah sakit, dimana keselamatan pasien merupakan prioritas utama karena berkaitan dengan kualitas dan nama baik rumah sakit. Pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor individu, faktor psikologis dan faktor organisasi. Pada tahun 2021, RSIA Bina Medika telah melakukan pengukuran budaya keselamatan pasien dimana diketahui bahwa budaya keselamatan pasien di RSIA Bina Medika masih tergolong rendah. Selain itu, pada tahun 2021 tercatat telah terjadi 37 insiden keselamatan pasien di RSIA Bina Medika, dimana tercatat telah terjadi 1 kejadian sentinel. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran penerapan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika pada tingkat individu dengan melakukan tela’ah dokumen Ongoing Professional Practice Evaluation (OPPE). Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui gambaran sikap petugas terhadap keselamatan pasien dan hubungannya, serta gambaran pengetahuan petugas terhadap keselamatan pasien dan hubungannya. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk menemukan strategi yang tepat yang harus dilakukan manajemen rumah sakit dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika. Penelitian ini adalah penelitian mix method dengan pendekatan cross-sectional, dimana dilakukan survei kuesioner terkait sikap (dengan SAQ-INA) dan pengetahuan, serta wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD) dan tela’ah dokumen terkait termasuk OPPE bagian Keperawatan tahun 2021. Dari hasil penelitian diketahui bahwa 54% petugas menerapkan keselamatan pasien dengan baik. Lalu, diketahui bahwa 56% petugas bersikap negatif terhadap keselamatan pasien dan 78% petugas berpengetahuan baik. Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap petugas dengan keselamatan pasien, begitu pula pengetahuan (p =1 dan p=0,08). Dari wawancara mendalam diketahui terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika. Dari FGD didapatkan berbagai strategi peningkatan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika yang akan diterapkan kedepannya. Dari keseluruhan penelitian ini diketahui bahwa penerapan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika masih belum baik karena terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika. Mayoritas petugas sudah berpengetahuan baik, namun masih banyak petugas yang bersikap negatif terhadap keselamatan pasien. Selain sikap dan pengetahuan, diketahui banyak faktor lainnya yang juga turut berkontribusi dalam pelaksanaan keselamatan pasien di RSIA Bina Medika.

Safety is a fundamental issue for hospitals, where patient safety is a top priority because it relates to hospital’s quality and reputation. The implementation of patient safety in hospitals is influenced by various factors, such as individual factor, psychological factor and organizational factor. In 2021, RSIA Bina Medika had measured patient safety culture where the result showed that patient safety culture at RSIA Bina Medika was still relatively low. In addition, in 2021 there was 37 patient safety incidents at RSIA Bina Medika, where 1 sentinel incident had been recorded. Therefore, this research was conducted to find out the description of the implementation of patient safety at RSIA Bina Medika at individual level by conducting a review of the Ongoing Professional Practice Evaluation (OPPE) document. This study was also conducted to describe staff’s attitude towards patient safety and its relationship, as well as an overview of the staff's knowledge of patient safety and its relationship. In addition, this research was conducted to find the right strategy that hospital management must implement in order to improve patient safety at RSIA Bina Medika. This research was a mixed method research with a cross-sectional approach, in which a questionnaire survey was carried out regarding attitudes (with SAQINA) and knowledge, as well as in-depth interviews, Focus Group Discussion (FGD) and a review of related documents including the 2021 OPPE of Nursing section. The research results showed that 54% of staff implement patient safety well. Then, it was known that 56% of staff had a negative attitude towards patient safety and 78% of staff had good knowledge. There was no significant relationship between staff’s attitudes and patient safety, as well as knowledge (p = 1 and p = 0.08). From in-depth interviews it was known that there were several obstacles in implementing patient safety at RSIA Bina Medika. From the FGD, various strategies were obtained to improve patient safety at RSIA Bina Medika which will be implemented in the future. From all of this research it was known that the implementation of patient safety at RSIA Bina Medika was still not good because there were several obstacles in implementing patient safety at RSIA Bina Medika. The majority of staffs had good knowledge, but there were still many staffs who had negative attitude towards patient safety. Apart from attitude and knowledge, it was known that there were many other factors that also contribute to the implementation of patient safety at RSIA Bina Medika"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diki Armansyah Damanik
"Upaya meningkatkan budaya keselamatan pasien memerlukan komitmen perawat yang dipengaruhi kepedulian perawat dalam melaksanakan birokrasi atau bureaucratic caring. Dua hal yang saling berkaitan yang dapat menjadi pondasi utama untuk menciptakan layanan yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor Bureaucratic caring yang berhubungan dengan Budaya Keselamatan Pasien. Metode penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Hasil penelitian Bureaucratic caring dari variable fisik (p = 0.001), sosio budaya (p = 0.001) , teknologi (p < 0.001), ekonomi (p = 0.007) edukasi (p < 0.001), politik (p = 0.011) dan legal (p < 0.001) masing masing variable memiliki hubungan dengan hasil p < 0,05 yang bermakna bahwa semua variable dari Bureaucratic caring memiliki hubungan dengan budaya keselamatan pasien p < 0,05. Kesimpulannya dari hasil uji Pemodelan Regresi Logistik Ganda didapatkan Odds Ratio (OR) dari variabel Legal adalah 4.6 dan merupakan yang paling besar pengaruhnya terhadap budaya keselamatan pasien dibandingkan variabel Bureaucratic caring lainnya setelah dikontrol variabel Edukasi, Teknologi, Fisik, Sosio budaya dan Ekonomi. Hasil ini menunjukan bahwa aspek legal harus menjadi acuan utama dalam meningkatkan budaya keselamatan pasien

Efforts to improve patient safety culture require nurse commitment which is influenced by nurse concern in carrying out bureaucratic caring. Two interrelated things that can be the main foundation for creating quality services. This study aims to analyze the factors of Bureaucratic Caring related to Patient Safety Culture. The research method used is cross-sectional. The results of the Bureaucratic Caring study of physical (p = 0.001), socio-cultural (p = 0.001), technological (p < 0.001), economic (p = 0.007) educational (p < 0.001), political (p = 0.011) and legal (p < 0.001) variables each variable have a relationship with the results of p <0.05 which means that all variables from Bureaucratic caring have a relationship with patient safety culture p < 0.05. In conclusion, from the results of the multiple logistic regression modeling test, it was found that the Odds Ratio (OR) of the legal variable was 4.6 and had the greatest influence on patient safety culture compared to other Bureaucratic caring variables after controlling for educational, technological, physical, socio-cultural and economic variables. These results indicate that legal aspects must be the main reference in improving patient safety culture"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>