Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arif Syamsudin
Abstrak :
Pelaksanaan penilaian angka kredit Pemeriksa Paten telah dilakukan perbaikan terhadap Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Pemeriksa Paten sebagairnana tertuang dalam Keputusan Bersama Menteri Kehakiman dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor: M.1815-KP.04.12 Tahun 1993 dan Nomor: 16 Tahun 1993. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan mengubah penilaian terhadap setiap kegiatan pemeriksaan secara terperinci menjadi dua tahap, yaitu tahap awal dan tahap akhir pemeriksaan paten. Namun demikian, sejak awal diberlakukannya petunjuk pelaksanaan tersebut hingga dilakukan perbaikan belum pernah dilakukan evaluasi apakah implementasi kebijakan tersebut telah berhasil dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu dengan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui apakah implementasi Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Pemeriksa Paten telah dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengetahui keberhasilan implementasi Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Pemeriksa Paten, dalam penelitian ini dipergunakan pendekatan sebagaimana yang dikemukakan oleh Edward III (1980), yaitu dengan menilai 4 (empat) faktor yang mempengaruhi pelaksanaan suatu kebijakan publik. Empat faktor tersebut adalah faktor komunikasi, faktor sumber daya, faktor sikap, dan faktor struktur birokrasi. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan dukungan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan pengertian dan pemahaman tentang faktor'-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Pemeriksa Paten. Penelitian ini mengambil studi kasus para Pemeriksa Paten di Direktorat Paten dengan sampel populasi, dimana populasinya adalah semua Pemeriksa Paten aktif berjumlah 31 (tiga puluh satu) orang sebagai kelompok sasaran dan semua anggota Tim Penilai Angka Kredit yang berjumlah 9 (sembilan) orang-sebagai aparat pelaksana.Pengumpulan data primer melalui wawancara dan kuesioner. Pengumpulan data sekunder melalui studi literatur dan mempelajari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan jabatan fungsional Pemeriksa Paten. Alat bantu yang digunakan dalam menganalisis data keusioner adalah menggunakan nilai rata-rata tertimbang untuk mengetahui persepsi responden terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kebijakan yaitu faktor komunikasi, faktor sumber daya, faktor sikap, dan faktor struktur birokrasi. Keempat faktor tersebut juga dinilai koefisien determinasinya melalui bantuan komputer dengan program SPSS untuk mengetahui kontribusi setiap factor terhadap keberhasilan implementasi kebijakan tersebut. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Pemeriksa Paten telah cukup dipahami dan dapat dilaksanakan dengan baik oleh aparat pelaksana maupun kelompok sasaran. Selanjutnya tidak ditemukan hambatan yang berarti yang dihadapi dalam implementasi Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Pemeriksa Paten di Direktorat Paten. Untuk meningkatkan keberhasilan implementasi Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Pemeriksa Paten disarankan meningkatan pemahaman isi lampiran petunjuk pelaksanaan tersebut. Di samping itu juga perlu meninjau kembali terhadap kegiatan pengembangan profesi dan kegiatan pendukung pemeriksaan paten yang selama ini tidak pernah dapat dilaksanakan oleh Pemeriksa Paten. Selanjutnya juga perlu segera membuat peraturan perundangan-undangan setingkat Keputusan Menteri atau yang lebih tinggi untuk mengatur perbaikan pada penilaian kegiatan pemeriksaan paten yang dapat dinilai sebagai angka kredit sehingga dalam pelaksanaannya tidak cacat hukum. Untuk dapat melaksanakan jabatan fungsional di lingkungan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, maka nama dan kegiatan yang tercantum dalam rumpun jabatan fungsional yang ada perlu disesuaikan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Gambiro
Jakarta: Sebelas Printing, 1996
346.048 ITA h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lukmanul Hakim
Abstrak :
ABSTRAK Salbutamol sulfat adalah beta-adrenoreceptor agonist yang digunakan sebagai bronkodilator pada penyakit asma, bronkitis, dan penyumbatan saluran udara. Obat ini memiliki waktu paruh biologis yang singkat hanya sekitar 4-6 jam dan bioavailabilitasnya yang rendah, sehingga harus diberikan berulang kali untuk memperoleh efek terapeutik yang diharapkan. Konsumsi yang berulang kali ini dapat menimbulkan efek samping. Oleh karena itu, perlu suatu pendekatan atau sistem dalam penghantaran zat terapeutik ke tempat target melalui mode pelepasan obat terkontrol yang berkelanjutan. Salah satu upaya untuk mengembangkan sistem ini yaitu dengan melakukan mikroenkapsulasi salbutamol sulfat menggunakan polimer biocompatible dan biodegradable berupa polipaduan poli(D,L-asam laktat) dan polikaprolakton (PDLLA 60 : PCL 40 % w/w) dengan metode penguapan pelarut minyak dalam air (m/a) dan menggunakan Span 80-Tween 80 sebagai pengemulsi yang akan menghasilkan mikrokapsul. Berdasarkan optimasi mikrosfer diperoleh kecepatan pengadukan emulsi yang optimal sebesar 700 rpm selama 1 jam dan kecepatan ppengadukan dispersi selama 1 jam dengan konsentrasi Span 80-Tween 80 0,1420 mol/L (2% v/v) dengan perbandingan 70:30. Efisiensi enkapsulasi salbutamol sulfat tertinggi sebesar 84,48%, sementara hasil uji disolusi mikrokapsul salbutamol sulfat dengan penyalut polipaduan PDLLA-PCL yang dilakukan secara in-vitro diperoleh sebesar 3,18% dalam larutan HCl pH 1,2 dengan volume 125 mL dan  1,59% dalam larutan buffer fosfat pH 7,4 dengan volume 125 mL. Sementara pada volume masing-masing 900 mL diperoleh berturut-turut sebesar 32,21% pada pH 1,2 dan 17,18% pada pH 7,4. Mekanisme pelepasan obat dari matriks polimer terjadi melalui difusi terkontrol yang mampu menahan laju pelepasan obat. Berdasarkan karakterisasi mikrosfer menggunakan PSA ditemukan ukuran yang ideal sebagai pengantar obat salbutamol sulfat dan hasil analisis menggunakan FTIR menunjukkan interaksi antara kedua polimer adalah interaksi secara fisika, begitupun juga interaksi antara mikrosfer dan obat. Sementara hasil pengamatan menggunakan SEM dan MO menunjukkan bentuk mikrosfer dan mikrokapsul yang cukup bulat, kecil dan seragam. Setelah melalui uji disolusi terlihat mikrokapsul rusak yang ditandai dengan porinya terlihat lebih terbuka, selain itu tekstur permukaannya yang terlihat lebih kasar dibandingkan sebelum didisolusi.
ABSTRACT Salbutamol sulfate is beta-adrenoreceptor agonist that used as a bronchodilator in asthma, thoracic bronchi and airway obstruction . This drug has a short biological half-life of only 4-6 hours and a low bioavailability, so it must be given repeatedly to obtain the expected therapeutic effect. Repeated consumption can cause side effects. Therefore, an approach or system is needed in the delivery of therapeutic substances to the target site through a continuous controlled drug release mode. One effort to develop this system is by microencapsulating salbutamol sulfate using biocompatible and biodegradable polymers in the form of poly (D,L-lactic acid) and polycaprolactone (PDLLA 60 : PCL 40 % w/w) using oil in water (o/w) emulsification and using Span 80 -Tween 80 as an emulsifier will produce microcapsules. Based on the optimization of the microspheres obtained by the stirring speed optimal emulsion of 700 rpm for 1 hour and speed of stirring dispersion for 1 hour with a concentration of Span 80-Tween 80% 0,1420 mol/L (2% v/v) in ratio of 70:30. The highest encapsulation efficiency of salbutamol suphate is 84.48%, while the dissolution test results of salbutamol sulfate microcapsules coated with the PDLLA-PCL polyblend was carried out in-vitro obtained at 3.18% in HCl solution at pH 1.2 with a volume of 125 mL and amounted to 1.59% in phosphate buffer solution at pH 7,4 with a volume of 125 mL. While with the volume of 900 mL was obtained respectively 32.21%  at pH 1.2 and 17.18% at pH 7.4. The mechanism of drug release from the polymer matrix occurs  through controlled diffusion which is able to sustain the rate of drug release . Based on the characterization of the microsphere using PSA found the ideal size as an salbutamol sulfate drug delivery carrier and the results of analysis using FTIR showed the interaction between the two polymers is the physical interaction, as well as the interaction between microspheres and drugs . While the results of observations using SEM and optical microscope show the shape of microspheres and microcapsules that are quite round, small and uniform with smaller pores. After going through the dissolution test, it was seen that damaged microcapsules marked with the pores seem more open, besides the surface texture that seem rougher than before it was dissolved.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi R. Puspitadewi
Abstrak :
Perawatan gigi tiruan pada lansia terutama lansia perempuan usia 50-75 tahun sering mengalami kegagalan, karena adanya resorpsi tulang alveolar berlebihan yang menyebabkan gigi tiruan longgar dan tidak stabil. Berbagai penelitian penyebab terjadinya resorpsi tulang telah banyak dipublikasi, di antaranya yang terkait faktor sosiodemografis, klinis, dan lingkungan, namun penelitian terkait dengan hormon (PTH, FSH) dan faktor genetik (polimorfisme gen PTH dan PTHR1) belum banyak diteliti. Tujuan: Memperoleh indeks tingkat keparahan resorpsi tulang alveolar mandibula untuk memprakirakan tingkat keparahan resorpsi tulang alveolar mandibula pada pascamenopause yang memerlukan perawatan gigi tiruan. Subjek penelitian adalah perempuan pascamenopause usia 50-75 tahun yang bertempat tinggal di kelurahan Kenari dan Paseban Jakarta Pusat. Metode: Menggunakan alat ukur kuesioner indeks kepadatan tulang mandibula tervalidasi, pemeriksaan klinis, pemeriksaan serum darah dengan ELISA, dan teknik PCR RFLP untuk menganalisis gen, dan evaluasi radiograf panoramik untuk menilai kualitas tulang kortikal mandibular. Selanjutnya dilakukan penelitian potong lintang untuk mencari faktor-faktor risiko yang paling berperan terhadap keparahan resorpsi tulang alveolar mandibula. Hasil: Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara faktor sosiodemografis, klinis, dan lingkungan, serta ditemukan sebanyak 87,25% subjek dengan kadar PTH <65pg/mL, dan adanya korelasi yang signifikan antara kadar PTH dengan resorpsi tulang alveolar mandibula (p<0,05). Kadar PTH ≥65pg/ml bertendensi terhadap tingkat keparahan resorpsi tulang alveolar. Tidak ditemukan adanya korelasi antara kadar PTH dengan genotip dan alel polimorfisme gen PTH pada posisi rs6254 di intron dua (p>0,05). Tidak terbukti adanya korelasi antara polimorfisme gen PTH dengan keparahan resorpsi tulang alveolar mandibula (p>0,05), sedangkan pada polimorfisme gen PTHR1 pada posisi promoter tiga ditemukan bahwa pada pengulangan (AAAG)6 memiliki kualitas tulang yang lebih rendah dan resorpsi tulang tinggi walaupun tidak ditemukan adanya korelasi antara polimorfisme gen PTHR1 dengan keparahan resorpsi tulang (p>0,05). Hasil uji multivariat memperlihatkan kadar FSH, PTH dan kualitas tulang alveolar mandibula berperan terhadap terjadinya keparahan resorpsi tulang alveolar mandibula (p<0,05). Penelitian ini memperoleh dua model penskoran indeks prediksi keparahan resorpsi tulang alveolar mandibula. Model satu dengan faktor PTH, FSH dan kualitas tulang mandibula mempunyai sensitifitas 68,29%, spesifisitas 56,48%, dengan daerah di bawah kurva (AUC) 0,675 dapat digunakan jika pada penerapan model dua tidak terlihat faktor yang berperan. Model dua terdiri dari FSH dan kualitas tulang, dengan sensitivitas 68,29% dan spesifisitas 58,33% serta area daerah di bawah kurva (AUC) 0,649. Kesimpulan: indeks prediksi resorpsi tulang alveolar mandibula yang terdiri atas analisis kualitas tulang mandibula, kadar FSH dan PTH dapat digunakan untuk memprediksi tingkat keparahan resorpsi tulang alveolar mandibula. Dengan demikian diharapkan kegagalan perawatan gigi tiruan pada perempuan kelompok usia 50-75 tahun yang berisiko osteoporosis dapat diatasi.
Denture treatment in the elderly, especially in women aged 50-75 years, often experience failure, due to excessive alveolar bone resorption which causes loose and unstable dentures. Various studies have been published on the causes of bone resorption, including those related to sociodemographic, clinical, and environmental factors, but research related to hormones (PTH, FSH) as well as genetic factors (PTH and PTHR1 gene polymorphisms) have not been much studied. Purpose: This study aims to obtain a mandibular alveolar bone resorption severity index to predict the severity of mandibular alveolar bone resorption in the postmenopausal period that requires denture treatment. The subjects of the study were postmenopausal women aged 50-75 years who lived in the villages of Kenari and Paseban, Central Jakarta. Methods: The first step this study were conducted by using a validated mandibular bone density index questionnaire, clinical examination, blood serum examination by ELISA, and PCR- RFLP techniques to analyze genes, and panoramic radiographs evaluation to assess the quality of mandibular cortical bone. A cross-sectional study to look for the risk factors that most contribute to the severity of mandibular bone resorption were then conducted at the second step of this study. Results: This study showed no relationship between sociodemographic, clinical, and environmental factors, and found as many as 87.25% of subjects with PTH levels <65pg / ml, as well as a significant correlation between PTH levels with resorption of the mandibular alveolar bone (p <0.05 ). The PTH level ≥65pg / ml has a tendency towards the severity of alveolar bone resorption, however, there was no correlation between PTH levels with genotype and PTH gene polymorphism alleles at position rs6254 in intron two (p> 0.05). There is no proven correlation between PTH gene polymorphism with the severity of mandibular alveolar bone resorption (p> 0.05). In the PTHR1 gene polymorphism of the promoter position three it was found that the repetition (AAAG)6 had lower bone quality and higher bone resorption although no correlation was found between PTHR1 gene polymorphisms and the severity of bone resorption (p> 0.05). Multivariate analysis showed that the levels of FSH, PTH and mandibular alveolar bone quality were contributed to the severity of mandibular alveolar bone resorption (p <0.05). From this study two predictive index scoring models of the severity of mandibular alveolar bone resorption were obtained. The model one with factors of PTH, FSH and quality of mandibular bone, has 68.29%sensitivity and 56.48% specificity, with the area under the curve (AUC) 0.675. Model two has a sensitivity of 68.29%, and specificity of 58.33% with the area under the curve (AUC) is 0.649. The model one could be used if in the application of model two does not show factors that play a role. Conclusion: the predictive index of mandibular alveolar bone resorption consisting of analysis of mandibular bone quality, FSH and PTH levels can be used to predict the severity of mandibular bone resorption. It is hoped that the failure of denture treatment in women aged 50-75 years at risk of osteoporosis can be overcome.
2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Nur Aini
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini meninjau konsep pemberian paten atas jasad renik berdasarkan Hukum Paten di Indonesia, dengan mengkaji konsep paten atas jasad renik dari beberapa perjanjian internasional seperti Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights TRIPs dan Paris Convention for the Protection of Industrial Property 1883. Pemberian paten atas jasad renik memicu perdebatan karena sifat jasad renik sebagai makhluk hidup yang muncul secara alamiah di alam sehingga kerap dianggap tidak mengandung unsur intervensi manusia di dalamnya. Penelitian ini dilakukan dengan metode yuridis normatif dan menghasilkan penelitian yang berbentuk komparatif deskriptif analitis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa untuk mengklaim paten atas jasad renik seperti bakteri dan virus, seorang inventor harus mengisolasi jasad renik tersebut. Isolasi dianggap sebagai bentuk intervensi atau hasil usaha manusia sehingga jasad renik tersebut tidak lagi murni berasal dari alam. Mekanisme pemberian paten atas jasad renik tidak dapat disamakan dengan invensi lain yang merupakan benda mati, dan membutuhkan perlakuan khusus sebagaimana yang diatur dalam Budapest Treaty on the International Recognition of Deposit of the Microoganisms. Indonesia sendiri masih menghadapi kendala dalam praktik pemberian paten atas jasad renik, karena Indonesia belum meratifikasi perjanjian tersebut.
ABSTRACT
This thesis reviewed the concept of patenting microorganism based on Indonesian Patent Law, by analyzing the regulation from some international legal agreements, such as Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights TRIPs and Paris Convention for the Protection of Industrial Property 1883. There are a lot of debates on patenting microogranism, related to its nature as a living creature, that exists naturally in the nature. People mostly consider that there are no human intervention involved. This research conducted with a normative juridical research method, and resulted a comparative descriptive analysis. The result of this research indicated that to claim patent on microorganism such as bacteria and virus, an inventor have to isolate the microorganism. Isolation is considered as human intervention therefore an isolated microorganism is no longer a product of nature. Microorganism has a different nature than other inventions which usually are an inanimate objects, and it needs a special treatment which is regulated by Budapest Treaty on the International Recognition of Deposit of the Microoganisms. However, Indonesia has not ratified the regulation, so it is still facing some problems associated the practice granting patents for microorganism.
2017
S69685
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khullat Anees
Abstrak :
Latar Belakang: Tingginya angka pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan, kemungkinan terus berlanjut hingga di masa yang akan datang. Hal tersebut terjadi karena akan lebih banyak populasi lansia dengan kondisi partially edentulous. Perawatan gigi tiruan sebagian lepasan pada responden dalam penelitian ini, dilakukan di Klinik Integrasi RSGM FKG UI oleh mahasiswa Program Profesi dan di Klinik Spesialis Prostodonsia oleh mahasiswa PPDGS Prostodonsia. Salah satu aspek keberhasilan perawatan gigi tiruan dapat dinilai dari tingkat kepuasan pasien. Salah satu kuesioner yang digunakan untuk self-assessment oleh pasien adalah kuesioner Patient’s Denture Assessment versi Bahasa Indonesia (PDA-ID) yang telah divalidasi untuk menilai kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan lengkap. Pada penelitian ini, kuesioner PDA-ID dimodifikasi untuk mengevaluasi kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan sebagian lepasan. Tujuan: Untuk mengevaluasi tingkat kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan sebagian lepasan di Klinik Integrasi dan Klinik Spesialis Prostodonsia RSGM FKG UI, yang dinilai menggunakan kuesioner PDA-ID yang dimodifikasi, serta menganalisis pengaruh faktor sosio-demografi (usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan) terhadap kepuasan pasien. Metode: Studi cross-sectional pada 52 responden (15 laki-laki, 37 perempuan), berusia 20 – 75 tahun, yang melakukan perawatan gigi tiruan sebagian lepasan di Klinik Integrasi dan Klinik Spesialis Prostodonsia RSGM FKG UI. Uji validitas kuesioner PDA-ID yang dimodifikasi dengan product moment Pearson dan uji reliabilitas dengan Cronbach’s alpha. Uji analitik bivariat dengan uji Fisher exact untuk menganalisis pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap kepuasan pasien, dan uji Kruskal-Wallis untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepuasan pasien. Hasil: Hasil uji validitas menunjukkan nilai korelasi Pearson seluruh item instrumen lebih dari r-tabel (r>0,2732) dan p<0,05. Hasil uji reliabilitas Cronbach’s alpha untuk skor keseluruhan kuesioner PDA-ID yang dimodifikasi adalah 0,927. Sebagian besar pasien (N=51, 98,1%) puas dan 1 orang (1,9%) pasien tidak puas terhadap perawatan gigi tiruan sebagian lepasannya yang dinilai menggunakan kuesioner PDA-ID yang dimodifikasi. Kemudian berdasarkan hasil uji analitik bivariat, tidak ditemukan perbedaan bermakna secara statistik antara usia (p=0,250), jenis kelamin (p=0,288), dan tingkat pendidikan (p=0,583) yang berbeda terhadap kepuasan pasien.. Kesimpulan: Kuesioner PDA-ID yang dimodifikasi dapat digunakan untuk menilai kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan sebagian lepasan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 98,1% pasien puas terhadap perawatan gigi tiruan sebagian lepasan di Klinik Integrasi dan Klinik Spesialis RSGM FKG UI. Tidak terdapat pengaruh usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan terhadap kepuasan pasien. ......Background: Patient wearing removable partial dentures has been high in the past and is expected to continue in the future. This happens as an aging population who retains more teeth will present with more partially edentulous conditions. Removable partial denture wore by respondents in this study was fabricated in The Dental Teaching Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, by a prosthodontic resident and undergraduate student who had been supervised by a prosthodontist. One aspect of clinical success of denture treatment can be assessed in terms of patient satisfaction. One of questionnaires used for patient self-assessment is the validated Indonesian version of patient’s denture assessment (PDA-ID) for complete denture treatment. In this study, PDA-ID had been modified to evaluate patient satisfaction with removable partial denture. Objectives: To evaluate patient’s satisfaction with removable partial dentures (RPD) treatment in The Dental Teaching Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, using a modified PDA-ID questionnaire, and to analyze impact of socio-demography (age, sex, and level of education) to patient satisfaction. Methods: A cross-sectional study, that consisted of 52 respondents (15 male, 37 female), aged 20 – 75 years old, who wore removable partial denture that were fabricated in The Dental Teaching Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. The validity testing was conducted with Pearson’s product moment and reliability testing was conducted with Cronbach’s alpha for modified PDA-ID questionnaire. The bivariate test through Fisher exact test was used for statistical analysis to analyze impact of age and sex to patient satisfaction, and Kruskal-Wallis test to analyze impact of educational level to patient satisfaction. Results: Statistical analyses results showed that instrument was valid, with Pearson’s product moment r > 0,2732, p<0,05 and instrument was reliable, with Cronbach’s alpha in summary score modified PDA-ID=0,927. Most of the patients (N=51, 98,1%) were satisfied and 1 patient (1,9%) was dissatisfied with their removable partial denture treatment. Statistically, bivariat test results showed that there were no significant differences in patient satisfaction between different age groups (p=0,590), between sexes (p=0,431), and level of education (p=0,615). Conclusion: Modified PDA-ID questionnaire can be used to assess patient satisfaction towards their removable partial denture treatment. The results of this study showed that 98,1% patients were satisfied with their removable partial denture treatment in The Dental Teaching Hospital Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia. Age, sex, and level of education were not associated with patient satisfaction with removable partial denture treatment
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Kyla Ardinda
Abstrak :
Latar belakang: Kondisi kehilangan gigi dapat menurunkan kemampuan tubuh seperti saat mastikasi, bicara, estetika, maupun gangguan pada sendi temporomandibular. Salah satu solusi untuk menggantikan gigi yang hilang adalah dengan menggunakan gigi tiruan lepasan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan, di antaranya adalah pengetahuan dan kepercayaan diri yang dimiliki oleh operator. Kepercayaan diri dapat menunjang terlaksananya prosedur dengan benar. Pengetahuan yang dimiliki didapatkan selama proses pembelajaran. Persepsi yang positif terhadap proses pembelajaran dapat meningkatkan semangat dan kepercayaan diri mahasiswa. Tujuan: Mengetahui distribusi frekuensi kepercayaan diri mahasiswa profesi dalam melakukan perawatan dengan gigi tiruan lepasan, melakukan tahapan perawatan gigi tiruan lepasan, dan mengetahui persepsi mahasiswa profesi mengenai sistem pembelajaran prostodontik. Metode: Studi deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang disebarkan secara daring kepada seluruh mahasiswa profesi dan diisi oleh mahasiswa profesi yang yang telah melakukan perawatan gigi tiruan lepasan, yaitu 1 kasus gigi tiruan lengkap dan 1 kasus gigi tiruan sebagian lepasan. Selanjutnya mahasiswa dikelompokan berdasarkan angkatan tahun memasuki program profesi. Data dianalisis dengan uji desktriptif untuk mencari tahu nilai reratanya. Hasil Penelitian: Didapatkan 80 mahasiswa profesi yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengsi kuesioner. Kepercayaan diri mahasiswa profesi saat melakukan perawatan prostodontik paling tinggi dimiliki kelompok angkatan 2013 saat melakukan perawatan gigi tiruan sebagian lepasan (8,00) dan melakukan pencobaan gigi tiruan sebagian lepasan (wax) (9,00) serta kelompok angkatan 2014 saat melakukan pencetakan untuk membuat model studi untuk perawatan gigi tiruan lengkap (9,00). Lebih dari 95% mahasiswa profesi FKG UI yang mengisi kuesioner memiliki persepsi positif terhadap pembelajaran prostodontik yang diterimanya. Kesimpulan: Kepercayaan diri mahasiswa profesi paling tinggi dalam menangani perawatan gigi tiruan sebagian lepasan, serta pada tahapan perawatan gigi tiruan lepasan paling tinggi pada pencetakan untuk membuat model studi dan pencobaan gigi tiruan (wax). Mayoritas mahasiswa profesi yang terlibat dalam penelitian memiliki persepsi positif terhadap pembelajaran prostodontik di FKG UI. Latar belakang: Kondisi kehilangan gigi dapat menurunkan kemampuan tubuh seperti saat mastikasi, bicara, estetika, maupun gangguan pada sendi temporomandibular. Salah satu solusi untuk menggantikan gigi yang hilang adalah dengan menggunakan gigi tiruan lepasan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan, di antaranya adalah pengetahuan dan kepercayaan diri yang dimiliki oleh operator. Kepercayaan diri dapat menunjang terlaksananya prosedur dengan benar. Pengetahuan yang dimiliki didapatkan selama proses pembelajaran. Persepsi yang positif terhadap proses pembelajaran dapat meningkatkan semangat dan kepercayaan diri mahasiswa. Tujuan: Mengetahui distribusi frekuensi kepercayaan diri mahasiswa profesi dalam melakukan perawatan dengan gigi tiruan lepasan, melakukan tahapan perawatan gigi tiruan lepasan, dan mengetahui persepsi mahasiswa profesi mengenai sistem pembelajaran prostodontik. Metode: Studi deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang disebarkan secara daring kepada seluruh mahasiswa profesi dan diisi oleh mahasiswa profesi yang yang telah melakukan perawatan gigi tiruan lepasan, yaitu 1 kasus gigi tiruan lengkap dan 1 kasus gigi tiruan sebagian lepasan. Selanjutnya mahasiswa dikelompokan berdasarkan angkatan tahun memasuki program profesi. Data dianalisis dengan uji desktriptif untuk mencari tahu nilai reratanya. Hasil Penelitian: Didapatkan 80 mahasiswa profesi yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengsi kuesioner. Kepercayaan diri mahasiswa profesi saat melakukan perawatan prostodontik paling tinggi dimiliki kelompok angkatan 2013 saat melakukan perawatan gigi tiruan sebagian lepasan (8,00) dan melakukan pencobaan gigi tiruan sebagian lepasan (wax) (9,00) serta kelompok angkatan 2014 saat melakukan pencetakan untuk membuat model studi untuk perawatan gigi tiruan lengkap (9,00). Lebih dari 95% mahasiswa profesi FKG UI yang mengisi kuesioner memiliki persepsi positif terhadap pembelajaran prostodontik yang diterimanya. Kesimpulan: Kepercayaan diri mahasiswa profesi paling tinggi dalam menangani perawatan gigi tiruan sebagian lepasan, serta pada tahapan perawatan gigi tiruan lepasan paling tinggi pada pencetakan untuk membuat model studi dan pencobaan gigi tiruan (wax). Mayoritas mahasiswa profesi yang terlibat dalam penelitian memiliki persepsi positif terhadap pembelajaran prostodontik di FKG UI. ......Background: Loss of teeth can reduce the ability of the body such as during mastication, speech, aesthetics, and disorders of the joints. One solution to replace missing teeth is to use removable dentures. There are several factors that influence the success of treatment, including knowledge and confidence possessed by the operator. Confidence can support the implementation of the procedure correctly. Knowledge is gained during the learning process. A positive perception of the learning process can increase student enthusiasm and confidence. Objective: To determine the frequency distribution of clinical year students' confidence in handling removable denture treatment, and the stage prosthodontic treatments, also to determine their perception of the quality of prosthodontic studies. Method: An observational descriptive study with a cross-sectional design. Retrieval of data using a questionnaire distributed online to all clinical year students and will be filled by clinical year students who have done 1 case of complete denture and at least 1 case of partial denture. Furthermore students are grouped according to the year of entering the professional program. Data were analyzed with descriptive test to find out the mean value. Results: There were 80 clinical year students who met the inclusion criteria and were willing to fill in the questionnaire. The highest confidence levels of clinical year student in performing removable prosthodontic treatment are found in the 2013 group when performing partial denture treatment (8,00) and try-in stage of partial denture (wax) (9,00) and also the 2014 group taking primary impression for complete denture (9,00). More than 95% of the FKG UI clinical year students who filled out the questionnaire had a positive perspective on the prosthodontic learning they received. Conclusion: The confidence of clinical year students is higher in handling removable partial denture treatment and in specific treatment is higher when taking primary impession and try-in stage (wax). The majority of professional students have positive perceptions of prosthodontic learning at FKG UI.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raihan Suprajeni
Abstrak :
Stabilitas Oksidasi adalah salah satu sifat biodiesel yang perlu diuji sebelum biodiesel dinilai dapat digunakan. Kerendahan kestabilan oksidasi akan membuat kualitas biodiesel sebagai bahan bakar mudah turun dalam penyimpanan, ini membuat biodiesel tersebut memiliki umur penyimpanan yang rendah. Tujuan dari reaksi hidrogenasi parsial adalah untuk memecah ikatan kimia tidak jenuh yang menyebabkan turunya kestabilan oksidasi biodiesel tersebut. Untuk eksperimen ini, Pd dengan support activated carbon yang dibeli dari … dan Ni/Al2O3 akan digunakan sebagai katalis dan Biodiesel akan didapatkan dari Lemigas. Reaksi akan dilakukan dengan alat reactor Autoclave berpengaduk dengan kondisi operasi divariasikan yaitu suhu 120°C dan tekanan 3, 4, dan 5 bar. Hasil eksperimen menunjukkan H-FAME paling optimal didapatkan dari kombinasi Katalis Ni/Al2O3 suhu 120 °C dan tekanan 4 bar, dengan nomor Iodin 49.21, Nomor asam 1.46, kestabilan oksidasi 17.69 jam dan yield 7.85 % ......Oxidation stability is one of the most critical properties that need to be assessed for a biodiesel to be suitable for use. A low oxidation stability will cause biodiesel to degrade easily upon storage thus lowering its effective storage age. The purpose of the partial hydrogenation reaction is to break the unsaturated bonds in FAME (Fatty Acid Methyl Ester) which lower the oxidation stability of a biodiesel. For this experiment, the catalyst used will be Pd with support of activated carbon and Ni/Al2O3. The biodiesel is gained from Lemigas. The synthesis will take place in an autoclave stirred reactor with the operating condition of 120°C with pressure of 3, 4, and 5 bar. From the result, it can be concluded that the most optimum result of H-FAME is achieved through reaction with Ni/Al2O3 catalyst in 120 °C and 4 bar, with the iodine number of 49.21, acidity number of 1.46, oxidation stability of xx hours and yield of 7.85%
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghifari Alsof Farhan
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai tujuan paten sebagai sarana alih teknologi sebagaimana hal tersebut termaktub dalam Pasal 7 The Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights Agreement (TRIPs Agreement). Namun terdapat sebuah polemik dalam pengaturan paten di Indonesia mengenai ketentuan Pasal 107 ayat 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Terdapat pro dan kontra atas terbitnya pasal tersebut, bahwa berdasarkan pasal 107 ayat 2 mengenai pelaksanaan kewajiban invensi berupa importasi dapat menghambat terciptanya alih teknologi bagi Indonesia namun disaat yang sama hal tersebut dapat memberikan kemudahan berusaha bagi pemegang paten. Oleh karenanya penulis melakukan penelitian yang dilakukan dengan metode yuridis normatif dan menghasilkan penelitian yang berbentuk komparatif deskriptif analitis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketentuan Pasal 107 ayat 2 tidak maksimal dalam menjamin adanya kontribusi dalam peningkatan inovasi, transfer, dan diseminasi teknologi, belum mencerminkan keutungan bersama bagi pemegang paten dan pengguna pengetahuan teknologi serta cara yang kondusif bagi kesejahteraan sosial dan ekonomi, dan ketentuan tersebut telah mencerminkan keseimbangan dan kewajiban pemegang paten dalam rangka terhindarnya dari penyalahgunaan atas hak eksklusif yang berlebihan. ......This thesis discusses the purpose of patents as a means of technology transfer as stated in Article 7 of the Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights Agreement (TRIPs Agreement). However, there is a polemic in the regulation of patents in Indonesia regarding the provisions of Article 107 point 2 of Law Number 11 of 2020 concerning Job Creation. There are pros and cons to the issuance of this article, that based on Article 107 point 2 regarding the implementation of the obligation of an invention in the form of importation, it can hinder the creation of technology transfer for Indonesia, but at the same time it can provide business convenience for patent holders. Therefore, the authors conducted research conducted with normative juridical methods and produced research in the form of comparative descriptive analytical. The results of this study indicate that the provisions of Article 107 point 2 are not maximal in guaranteeing a contribution to increasing innovation, transfer and dissemination of technology, do not reflect mutual benefits for patent holders and users of technology knowledge and ways that are conducive to social and economic welfare, This reflects the balance and obligations of the patent holder in order to prevent excessive abuse of exclusive rights.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anderfelt, Ulf
The Hague: Martinus Nijhoff, 1971
346.048 AND i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>